21. Pengkhotbah

1. Ciri

Kitab Pengkhotbah adalah kitab hikmat. Pokok utamanya: maksud dan tujuan kehidupan manusia di bumi ini. Masalahnya: bagaimana usaha dan susah payah manusia harus dinilai? Pengkhotbah telah menyelidiki segala kegiatan manusia. Tetapi, ia berpendapat bahwa hikmat manu-sia tidak dapat memahami segala sesuatu yang terjadi di bawah langit. Ia berpendapat bahwa segala susah payah tidak berguna sama sekali bagi manusia. Semuanya siasia saja. Hikmatnya mengindahkan batas-batas yang ditentukan Allah, sehingga pada akhirnya ada kesimpulan:berharap akan Allah saja, yang telah menentukan batas-batas itu. Tanpa Allah segala sesuatu adalah siasia belaka.

2. Pembagian


I 1 Hasil penyelidikan
II 2-10 Laporan tentang penyelidikan sendiri
III 11, 12 Kesimpulan dari penyelidikan

3. Penulis dan waktu

Rupanya, sama sekali tidak ada persoalan mengenai penulis dan waktu ditulisnya Kitab Pengkhotbah. Pkh 1:1 menyebut Pengkhotbah sebagai ”anak Daud, raja di Yerusalem”. Siapa selain daripada Salomo? Tetapi, di 1:16 Pengkhotbah ini membandingkan dirinya dengan raja-raja yang memerintah Yerusalem sebelum dia; juga keluhannya terhadap beberapa hal yang kurang baik di kota itu (3:16; 4:1), seperti korupsi, tidak sesuai dengan masa Salomo. Tambah pula, gaya dan bahasa yang digunakannya tidak sesuai dengan zaman raja-raja, tetapi dengan masa sesudah pembuangan.

Kesimpulan: Penulis Pengkhotbah bukanlah Salomo, tetapi mungkin sekali seorang raja dari masa sesudah pembuangan ke Babel. Bagaimana jabatan ”raja” itu sesuai dengan masa itu (ketika orang Yahudi berada di bawah pemerintahan raja-raja asing) tidak dapat dijelaskan.

4. Ikhtisar

Pengkhotbah termasuk ”Kesusastraan Hikmat”, bersama dengan Ayub dan Amsal (dan mungkin beberapa mazmur; lih catatan di Amsal). Peng-khotbah telah membulatkan hatinya untuk menyelidiki segala yang terjadi di bawah langit. Ia mencari hikmat dan pengetahuan, tetapi juga berusaha untuk mengerti kebodohan dan kebebalan (1). Dia menyelidikinya dengan banyak cara, misalnya dengan mengujinya (2), ataupun dengan memperhatikan dengan baik (4). Semua itu siasia: tidak dapat menarik kesimpulan yang positif. Kesimpulan sementara yang diberikan, yaitu manusia harus berhati-hati, 5:1, ”karena Allah ada di surga dan engkau di bumi”: dari sudutmu ”di bawah langit” engkau tidak dapat mema-hami semua itu. Walaupun Pengkhotbah mengajak kepada kegembiraan (8:15; 11:9), semua itu disebutnya siasia. Jadi, waktu kesimpulan terakhir diberikan, kesimpulan itu tidak sesuai dengan logika modern: ”Takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang”. Perjanjian Baru mengajarkan kita bahwa Pengkhotbah tidak dengan percuma menaruh harapannya akan Allah. Dalam Kristus segala susah payah kita tidak siasia: ”Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak siasia”, 1Kor 15:58.

5. Nas

... takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang. (Pkh 12:13)

Informasi Buku

  1. PDF
  2. Penulis:
    Daan J. Zandbergen
  3. ISBN:
    978-602-8009-50-8
  4. Copyright:
    © 2011 LITINDO
  5. Penerbit:
    Yayasan Komunikasi Bina Kasih