Kanonik atau Ilmu Kanonik Kitab Suci adalah ilmu teologi, yang menyelidiki kanon Alkitab―Alkitab sendiri sebagai ukuran yang berkuasa ilahi untuk iman serta kehidupan kita, menurut wujud, asal, kejadian, kumpulan, penyebaran, dan terjemahan kanon Alkitab itu, baik dalam keseluruhannya maupun dalam masing-masing bagiannya.
1.1. Pokok kanonik adalah kanon Alkitab
pokok ilmu kanonik bukanlah isi Alkitab. Isi Alkitab diselidiki dalam eksegese atau ilmu tafsiran, sedangkan isinya juga penting dalam mata pelajaran teologi yang disebut Sejarah Penyataan atau Sejarah Penyataan Allah (Historia Revelationis). Seperti juga dengan sejarah penyataan, kanonik adalah pendahuluan studi Alkitab. Kanonik menyelidiki kanon. Kata itu berarti ukuran, dan berasal dari bahasa Ibrani kaneh atau Yunani kanon, yang berarti: tebu bambu, lalu: tongkat bambu, dan kemudian: tongkat pengukur (Yeh 40:3); pada akhirnya artinya menjadi ukuran, kaidah. Pada abad ke-2, kata ini pernah digunakan dalam istilah: ”Alkitab adalah ukuran kebenaran atau ukuran iman”. Arti ini masih berlaku dalam bentuk jamak kanones, yang artinya (dl teologi Katolik Roma) adalah seluruh hukum gereja; dalam Gereja Reformasi kata kanones digunakan untuk sebuah kitab pengakuan, yaitu Kelima Pasal melawan Remonstran (Pasal-pasal Ajaran Dordrecht). Selain itu, pada abad ke-2, kata kanon ini mendapat arti baru: ”daftar kitab-kitab Alkitab”, yaitu semua kitab yang diakui oleh gereja sebagai kitab yang berkuasa ilahi merupakan kanon. Kanon Alkitab tidak ditetapkan oleh gereja, tetapi diakui olehnya. Pada masa Tuhan Yesus, kanon Perjanjian Lama sudah ditutup; kanon itu sudah disebut dalam pendahuluan Kitab Yesus bin Sirakh, seorang ahli Taurat yang hidup pada awal abad ke-3 SM. Yesus Kristus serta rasul-rasul-Nya menyebut kitab-kitab itu sebagai kesatuan: ”Kitab Suci” (Mat 22:29; Yoh 2:22) atau dengan bentuk jamak, Yoh 5:39. Di Luk 24:44 frasa yang lebih lengkap digunakan: ”Kitab Taurat Musa dan kitab-kitab nabi dan Kitab Mazmur”. Nama itu sesuai dengan pembagian yang biasa dipakai ahli-ahli Taurat. Rasul Petrus sudah mengakui bahwa surat-surat Paulus sama pentingnya dengan Kitab-kitab Perjanjian Lama (2Ptr 3:5-16), jadi pengakuan kanon Perjanjian Baru sudah dimulai bahkan sebe-lum semua kitab itu ditulis!pengakuan seluruh kanon terjadi segera sesudah kitab yang terakhir selesai ditulis. Walaupun di beberapa tempat ada kitab atau surat yang asalnya diragukan, ternyata pada pertengahan abad kedua kanon Alkitab sudah ditutup dan pada umumnya sudah diakui oleh gereja juga;rupa nya terjadi dengan sendirinya. Ketika Marcion memberi kanonnya sen diri, yang hanya mengandung Injil Lukas dan surat-surat Paulus (sekitar 160), gereja-gereja di mana-mana protes. Mereka menyalahkan Marcion karena kanon dipotong dan dikacaukannya―jadi kanon itu sudah diketahui gereja-gereja. Padahal, pada waktu itu belum ada pusat pemerintahan gereja atau konsili. Pada 360, Konsili Laodikia menganjurkan para pemimpin-pemimpin gereja untuk hanya menggunakan kitab-kitab kanonis di kebaktian. Pada waktu itu Uskup Atanasius mendaftarkan semua Kitab dalam Alkitab: daftar itu adalah kanon tertulis yang pertama diketahui (367). Konsili yang diadakan di Kartago pada 397, menyebut kanon yang sama, yang masih berlaku di gereja Protestan sampai sekarang: 39 Kitab Perjanjian Lama, 27 Kitab Perjanjian Baru.
1.2. Kanonik adalah ilmu yang tidak netral
Jelas, ilmu teologi ini tidak netral, melainkan ilmu yang berdasarkan pada keyakinan bahwa Alkitab adalah firman Allah. Di beberapa sekolah teologi dan universitas, mata pelajaran ini disebut ”perkenalan”, ”pendahuluan” atau ”ilmu pembimbing” (introduksi). Nama ini terde-ngar lebih netral daripada kanonik, tetapi itu sama sekali tidaklah tepat. Sering kali ilmu itu berdasarkan anggapan bahwa kitab-kitab Alkitab bukan firman Allah, dan bahwa kitab-kitab itu harus diselidiki seperti halnya kitab-kitab kesusastraan. Bagi mereka, yang terpenting adalah Alkitab dianggap sebagai suatu bundel kitab, yang bukan merupakan kesatuan.
1.3. Pokok kanonik adalah kesatuan
Kanonik harus menyelidiki kanon Alkitab, artinya kanon secara kese-luruhan. Tidak masuk akal, jika kanonik mencoba menentukan apakah sebuah kitab Alkitab harus termasuk kanon atau tidak―kanon adalah satu! Kesatuan kanon dapat ditelusuri dari penulisnya, yaitu Tuhan sendiri, yang mengilhami para nabi dan para rasul (serta beberapa orang lain) oleh RohNya untuk menulis penyataan-Nya. Biasanya dibedakan antara penulis pertama dan penulis kedua (auctor primarius dan auctor secundarius), yaitu Allah dan manusia. Tetapi, Allah dan Samuel atau Matius tidak sama peranannya. Perbedaan ini dapat berlaku (sama seperti perbedaan faktor ilahi dan faktor manusiawi, lih 3.1), asal saja teolog selalu ingat bahwa sebenarnya lebih baik untuk membedakan Penulis ilahi dengan pembantu-pembantu manusiawi! hanya ada satu penulis: Allah (2Tim 3:16). Ada satu isi: memberi kesaksian tentang Kristus (Yoh 5:39). Dan ada satu maksud: mengajar dan mendidik manusia kepunyaan Allah untuk memperlengkapinya (2Tim 3:16, 17). Jadi, oleh ilmu kanonik, Alkitab selalu harus dianggap sebagai satu kesatuan: ”Nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri” (2Ptr 1:20), artinya, tidak boleh ditafsirkan terpisah dari seluruh Alkitab. Di dalam ilmu tafsiran, batas konteks suatu nas adalah seluruh Alkitab, tidak kurang, tidak lebih. Demikian pula dalam ilmu kanonik, batas konteks sebuah kitab atau sebuah surat adalah seluruh Alkitab! Jika wujud dan maksud kitab Ester diselidiki dari kitab itu sendiri saja, mudah timbul pikiran bahwa itu merupakan kitab sejarah nasional-Yahudi saja, atau dongeng untuk menjelaskan asal pesta Purim. Tetapi, siapa saja yang berpikir bahwa Haman adalah bangsa Amalek, yang pembinasaannya diabaikan oleh Raja Saul (1Sam 15), akan menyimpulkan wujud dan maksud Kitab Ester ini secara berbeda, yaitu kitab ini adalah kitab yang menulis pertentangan musuh-musuh Allah melawan bangsa pilihan-Nya.
Karena Alkitab merupakan kesatuan, pembagian kanonik atas kanonik Perjanjian Lama dan kanonik Perjanjian Baru hanya terjadi secara praktis. Lebih baik kanonik (sama seperti ilmu Alkitab lain, mis Sejarah Penyataan dan eksegese) membicarakan seluruh Alkitab.kanonik menyelidiki kanon Alkitab baik secara keseluruhannya mau pun dalam masing-masing bagiannya. Jadi, kanonik dapat dibagi dua: bagian umum: yang menyelidiki seluruh kanon; bagian khusus: yang menyelidiki setiap kitab. Dalam buku ini diberikan kano nik Alkitab terutama tentang bagian-bagian khusus; yang dibica ra kan adalah setiap kitab serta ke lom poknya, umpamanya ”Kitab-kitab Nabi” dan ”Kitab-kitab Injil”.
Tugas kanonik Alkitab dapat ditelusuri dari definisinya: menyelidiki wujud, asal, kejadian kitab-kitab, dan seterusnya. Semuanya ha rus diperiksa, sehingga para pembaca dan para penafsir dapat mengerti kitab-kitab itu dalam konteksnya masing-masing. Biasanya kumpulan, penyebaran‚dan terjemahan kanon dibicarakan dalam bagian umum. Ketentuan naskah kitab-kitab Alkitab dibicarakan dalam rangka ilmu lain, yaitu Sejarah Pemeliharaan Naskah (di Indonesia biasanya disebut ilmu Salinan Alkitab).
3.1. Wujud kanonik memberikan keterangan tentang wujud kitab-kitab Alkitab, di mana haruslah dibedakan antara faktor ilahi dan faktor manusiawi (lih 1.3). Sebenarnya selalu ada satu Penulis: Roh Kudus mengilhami manu-sia (baik nabi maupun rasul) untuk menulis kitabnya. Dalam kitab ini faktor ilahi di bawah judul ”Ciri”, dan faktor manusiawi di bawah ”Penulis”. Dalam hal ini, haruslah dibedakan antara ”kanonisitas” dan ”autentisitas” (keaslian). Kanonisitas tidak dibicarakan oleh kanonik: prapahamnya justru adalah semua kitab diterima sebagai buku kanonis, artinya: buku yang berkuasa ilahi. Tetapi keaslian sebuah kitab dapat diperiksa, yaitu apakah ditulis oleh penulis yang disebut oleh tradisi gereja atau tidak. Contoh: surat Ibrani tidak menyebut nama penulisnya. Jadi, kanonik harus membahas apakah surat itu ditulis oleh Rasul Paulus atau tidak; demikian pula dengan ketiga surat yang disebut ”dari Yohanes”, menurut tradisi gere-ja ”penatua” yang disebut dalam surat kedua dan ketiga adalah Rasul Yohanes―benartidaknya itu dapat diperiksa oleh kanonik.
3.2. Asal setiap kitab harus diperiksa oleh kanonik: kapan, di mana, dan untuk siapa kitab itu ditulis (”Waktu”, ”Tempat”, dan ”Alamat”). Sering kali tidak diketahui apaapa tentang asal sebuah kitab. Meskipun kitab-kitab tidak hanya terikat pada suatu masa tertentu, namun selalu pen ting untuk lebih dahulu mengerti isinya menurut waktu dan maksudnya sendiri bagi para pembaca pertama.
3.3. Kejadian kadang-kadang penulis sebuah kitab lebih dari satu orang, atau di tulis oleh seorang sekretaris, misalnya Kitab Yeremia, Surat-surat Paulus. Hal seperti itu, diperiksa juga dalam ilmu kanonik. Selain itu, kanonik membicarakan apakah sebuah kitab terkait dengan yang lain, umpamanya apakah Paulus tahu tentang Kitab-kitab Injil pada waktu ia menulis surat-suratnya, dan apakah Petrus menulis suratnya yang kedua lebih dahulu daripada surat Yudas.
Sebenarnya kanonik tergantung pada satu sumber saja, yaitu kanon Alkitab. Walaupun demikian, kadang-kadang ada pendapat dari luar Alkitab, yang dapat digunakan untuk penanggalan atau untuk menetapkan tempat di mana sebuah kitab ditulis. Sumber tersebut berupa piagam-piagam atau kitab-kitab sejarah, baik dari orang beriman maupun tidak. Contoh: terdapat suatu piagam di kota Delfi (negeri Yunani), yang menyebut Galio yang diketahui dari Kis 18. Piagam itu adalah petunjuk untuk kronologi kehidupan Rasul Paulus. Demikian pula tradisi gereja dan tradisi Yahudi, kedua-duanya penting sebagai sumber Kanonik, umpamanya dalam judul-judul yang sudah lama diberikan pada kitabkitab Alkitab―jangan lupa bahwa judul Kejadian, Keluaran, Efesus, atau Ibrani tidak terdapat di dalam naskah Alkitab sendiri. Meskipun demikian, Alkitab sendiri merupakan sumber Kanonik yang terutama dan yang pertama, artinya tafsiran Alkitab adalah hal terpenting. Inilah yang disebut lingkaran hermeneutis: sebuah nas ditafsirkan hanya dari pengertian kese luruhannya, sedang kan keseluruhan itu dapat dimengerti hanya dari bagian-bagiannya saja! Demikian pula dengan kanonik: untuk menafsirkan sebuah nas Alkitab dibutuhkan bahan dari ilmu kanonik, tetapi kanonik tidak dapat merumuskan wujud dan asal kanon tanpa hasil penafsirannya. Jadi, kedua ilmu ini saling bergantung satu sama lain; begitu juga Sejarah Penyataan Allah.
Sebagai ilmu, kanonik termasuk ilmu yang muda―lahir abad ke18. Sebelumnya, perihal kanonik dibicarakan dalam kitab-kitab tafsiran.memang kanon sendiri sudah tua, lihatlah 3.1. Dalam sejarah gereja dan sejarah dogma, dilukiskan usaha Gereja mempertahankan kanon terhadap segala macam serangan. Pada abad ke-16, ketika Konsili Tren-te menyamakan semua buku apokrif dengan kitab-kitab Alkitab, maka Gereja Reformed menyatakan sekali lagi kitab-kitab mana yang diterima oleh gereja sebagai ”kitab-kitab kanonis, yang tidak dapat dibantah”, Pengakuan Iman Reformed (Confessio Belgica), pasal 4. Sejak abad ke-18 dan ke-19, ketika kanonik menjadi mata pelajaran yang penting, ilmu ini makin lama makin menjauhkan diri dari pokoknya, yaitu kanon Alkitab sebagai kitab ilahi. Saat itu, kanon tidak lagi diterima sebagai firman Allah, melainkan menjadi bahan pemeriksaan apakah berkuasa ilahi atau tidak. Tetapi dalam teologi Reformasi tugas ilmu kanonik ditetapkan seperti diuraikan di atas.
Tugas ilmu kanonik (bagian khusus) adalah untuk menyelidiki setiap kitab dalam Alkitab; itu sebabnya, betapa penting sekali memilih urutan kitab Alkitab yang akan digunakan. Urutan yang biasa ialah urut an menurut TB, yang sama saja dengan semua terjemahan Alkitab dalam dunia Protestan. Perjanjian Lama diurutkan berdasarkan terje mahan dalam bahasa Yunani, Septuaginta. Terjemahan itu dibuat pada abad ke-2 atau ke-3 SM (mungkin sekali sekitar 285 SM di negeri Mesir), dan kanon itu diketahui umum pada masa Kristus dan rasul-rasul-Nya. Sebe lumnya, ada urutan lain yang berlaku di kalangan Yahudi, yaitu:
Taurat (Pentateukh) | Nabi-nabi lama | Nabi-nabi baru | Kitab-kitab |
---|---|---|---|
Kejadian Keluaran Imamat Bilangan Ulangan |
Yosua Hakim-hakim 1 Samuel 2 Samuel 1 Raja-raja 2 Raja-raja |
Yesaya Yeremia Yehezkiel Hosea Yoel Amos Obaja Yunus Mikha Nahum Habakuk Zefanya Hagai Zakharia Maleakhi |
Ayub Amsal Mazmur Kidung Agung Rut Ratapan Pengkhotbah Ester Daniel Ezra Nehemia 1 Tawarikh 2 Tawarikh |