13/14. 1 dan 2 Tawarikh

1. Ciri

Kitab-kitab Tawarikh menggambarkan kemenangan teokrasi (walaupun banyak kesalahan umat, termasuk para pejabat) sebagai pekerjaan Allah dalam diri Anak Daud yang akan datang, yaitu pekerjaan yang bukan hanya menunjuk kepada-Nya, melainkan juga melukiskan kemuliaan Mesias yang akan datang itu dalam sejarah bangsa Israel di bawah pemerintahan raja-raja dari keluarga Daud.

2. Pembagian


I 1 Taw 1-9 Daftar keturunan manusia PL sampai Daud
II 1 Taw 10-20 Riwayat Daud, raja teokratis
III 1 Taw 21-29 Persiapan pembangunan Bait Suci oleh Daud
IV 2 Taw 1-9 Pembangunan Bait Suci oleh Salomo
V 2 Taw 10-36 Riwayat kerajaan Yehuda

3. Penulis

Ternyata Kitab Tawarikh menyatu dengan dua kitab lain, yaitu Ezra dan Nehemia. Terdapat beberapa petunjuk untuk membuktikan hal itu: ayat-ayat Tawarikh yang terakhir sama dengan permulaan Ezra; bahasa dan gaya bahasa sama; dan juga cirinya sesuai dengan Ezra dan Nehemia. Pada zaman Perjanjian Lama, kedua kitab itu sudah dipisahkan dari Tawarikh, dan ditempatkan di depannya dalam kanon Yahudi, sehingga Ezra dan Nehemia itu bukan lagi dikenal sebagai Kitab Ketubim (= kitab-kitab) yang terakhir, melainkan Tawarikh (yg belum terbagi menjadi 2 jilid) sendiri termasuk Ketubim. Tuhan Yesus juga mengetahui kanon dengan Kitab Tawarikh sebagai yang terakhir, menurut perkataan-Nya: ”darah Habel sampai dengan darah Zakharia” (Luk 11:51). Di sana pembunuhan Zakharia disebut yang terakhir, dan ini benar menurut urutan kanon, tetapi bukan menurut urutan kronologis. Menurut kronologi sebenarnya yang terakhir adalah Uria bin Semaya (Yer 26:23). Lihat 2, 24:21-22.

4. Nama

Dalam bahasa Ibrani, Kitab Tawarikh disebut ”Hal-hal harian”; nama Tawarikh adalah terjemahan kata kronikon, yang disampaikan oleh Luther menurut suatu catatan dari Hieronimus pada abad ke-4.

5. Waktu

Karena penulis Ezra dan Nehemia sama dengan penulis Kitab Tawarikh, penetapan bagian akhir dari kedua kitab itu adalah sesudah kunjungan Nehemia kepada Raja Artahsasta pada tahun ke-32 dari pemerintahannya, yaitu pada 432 SM (Neh 13:6). Menurut silsilah yang diberikan 1, 3:19-24 (sebelas keturunan sesudah Zerubabel) dan Neh 12:10 (lima keturunan sesudah Yosua), masa penulisan Kitab Tawarikh dapat ditetapkan lebih lambat lagi, yaitu waktu kerajaan Persia diganti dengan kerajaan Yunani (332 SM) karena nama raja-raja selalu disebut dengan tambahan nama negerinya untuk meng-hargai emas dan perak yang digunakan untuk mina (semacam mata uang Yunani, Ezr 2:69).

6. Sumber-sumber yang digunakan penulis

Ternyata penulis Tawarikh menggunakan baik sumber-sumber dari kanon maupun sumber-sumber dari luar kanon. Yang pertama digunakan sesuai dengan maksudnya sendiri, yaitu untuk melukiskan kemuliaan kerajaan teokratis. Itulah sebabnya cerita-cerita yang dapat menjelekkan gambar kerajaan itu disingkirkan, umpamanya peristiwa Daud dan Batsyeba. Tetapi ada cerita lain yang diuraikan lebih panjang lebar, seperti reformasi Hizkia dan Yosia. Untuk penguraian yang luas itu penulis menggunakan banyak sumber dari luar kanon, umpamanya yang dise-but 1, 27:24: Kitab Sejarah Raja Daud; 1, 29:29: Riwayat Samuel―Pelihat itu, Riwayat Nabi Natan, Riwayat Gad―Pelihat itu; 2, 9:29: Nubuat Ahia dan Penglihatan-penglihatan Ido; 2, 12:15: Riwayat Semaya―nabi itu, dan seterusnya.

Jumlah sumber-sumber yang disebut penulis itu lebih dari 15 kitab. Dari semua kitab tidak satu pun diketahui keberadaannya.

7. Ikhtisar

Maksud Kitab Tawarikh bukanlah untuk menambahi data dari Kitab Samuel dan Raja­raja―walaupun namanya dalam terjemahan Yunani: Paralipomenon (= tambahan); demikian juga mungkin anggapan orang Yahudi yang dahulu menganggap Ezra dan Nehemia sebagai kitab kanonis, sedangkan Tawarikh sendiri kemudian diterima karena isi nya bersifat ”tambahan”. Maksud kitab ini menghibur orang Yahudi yang mengalami ba nyak kesusahan sesudah mereka kembali dari negeri pembuangan, dan memulai kehidupan di tanah Kanaan. Situasi memang susah karena tidak ada kemerdekaan―mereka hidup tetap di bawah pemerintahan bangsa asing, Persia kemudian Yunani. Keadaan umat Israel tidak mulia lagi seperti pada masa Raja Daud. Walaupun ibadah di Bait Suci dipulihkan, mereka tidak mempunyai kerajaan sendiri de ngan seorang raja teokra-tis! Kitab Tawarikh―bersama dengan Ezra dan Nehemia―menguatkan semangat mereka dengan mengingat janji Tuhan tentang Mesias. Israel adalah persekutuan rohani yang dipilih oleh Allah untuk beribadah kepada-Nya. Walaupun tidak ada raja lagi, mereka masih bangsa Allah yang dipimpin secara teokratis karena ada Bait Suci―tanda Allah mau berdiam di tengah-tengah bangsa-Nya dan mau memerintah dari tempat itu. Negara teokratis itu dilukiskan demikian: di Tawarikh mula-mula persiapan negara itu dalam sejarah manusia sampai dengan Abraham, dan dalam sejarah Israel sampai dengan Saul. Kemudian kerajaan didirikan di bawah pemerintahan Raja Daud dan mencapai puncaknya dengan pembangunan dan penahbisan Bait Suci oleh Salomo, lalu mengalami kemunduran dan ada usaha untuk mereformasinya (yg tidak berhasil) di bawah pemerintahan raja-raja dari keluarga Daud. Pada akhirnya pemulihan teokrasi dilakukan melalui perintah Raja Koresh untuk kembali ke negeri Kanaan dan ”untuk mendirikan rumah bagi Tuhan, Allah semesta langit”, 2, 36:23; dengan demikian teokrasi dibuktikan: Allah menggunakan perintah seorang raja asing dalam pemerintahan-Nya atas bangsa Israel!

8. Nas

Kata Daud kepada Salomo: ”Anakku, aku sendiri bermaksud hendak mendirikan rumah bagi nama Tuhan, Allahku, tetapi firman Tuhan datang kepadaku, demikian: Telah kautumpahkan sangat banyak darah dan telah kau lakukan peperangan yang besar; engkau tidak akan mendirikan rumah bagi nama-Ku, sebab sudah banyak darah kautumpahkan ke tanah di hadapan-Ku. Sesungguhnya, seorang anak laki-laki akan lahir bagimu; ia akan menjadi seorang yang dikaruniai keamanan. Aku akan menga-runiakan keamanan kepadanya dari segala musuhnya di sekeliling. Ia akan bernama Salomo; sejahtera dan sentosa akan Kuberikan atas Israel pada zamannya. Dialah yang akan mendirikan rumah bagi nama-Ku dan dialah yang akan menjadi anak-Ku dan Aku akan menjadi Bapanya.”

(1Taw 22:7-10a)

Sebab itu, ya Allahku, kiranya mata-Mu terbuka dan telinga-Mu menaruh perhatian kepada doa yang dipanjatkan di tempat ini. (2Taw 6:40)

Informasi Buku

  1. PDF
  2. Penulis:
    Daan J. Zandbergen
  3. ISBN:
    978-602-8009-50-8
  4. Copyright:
    © 2011 LITINDO
  5. Penerbit:
    Yayasan Komunikasi Bina Kasih