Apakah satu-satunya penghiburan Anda, baik pada masa hidup maupun pada waktu mati?
Satu-satunya penghiburan saya adalah bahwa saya bukanlah milik saya, tetapi milik Yesus Kristus. Ia telah melunasi utang dosa-dosa saya dengan darah-Nya dan melepaskan saya dari kuasa Iblis. Dia juga memelihara saya, sehingga tidak sehelai rambut pun jatuh dari kepala saya di luar kehendak Bapaku. Semua yang Ia kerjakan adalah baik untuk saya. Ia meyakinkan kehidupan kekal saya melalui Roh Kudus dan membuat sehingga saya mau melayani Dia sepanjang hidup saya.
Penghiburan
Penghiburan adalah sesuatu yang dapat dipercaya, yang padanya Anda dapat percaya.
Karena itu, penghiburan adalah dukungan atau peno-pang, yang melaluinya penderitaan dikurangi.
Di luar Kehendak Bapaku
Matius 10:29-30: ”Bukankah burung pipit dijual dua ekor seharga satu receh terkecil? Namun, seekor pun tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu. Dan kamu, rambut kepalamu pun terhitung semuanya”.
Apakah yang diperlukan untuk hidup dan mati dalam penghiburan?
Ada tiga pokok:
Sengsara
Sengsara dimaksudkan bahwa saya adalah orang berdosa dan melakukan dosa dan oleh karena itu dihukum.
Sengsara secara harfiah berarti berada di luar negeri.
Setiap orang mencari arti dan tujuan kehidupannya. Saya juga. Di dalam kehidupan ini, saya berharap untuk mendapati pegangan dan sokongan. Saya telah menemukan peganganku di dalam Alkitab. Inti iman Kristiani, seperti yang ditunjukkan Alkitab, menyentuh pencarian arti ini, atau pegangan itu atau, sebagaimana disebut katekismus penghiburan kehidupanku. Itulah sesuatu yang sangat pribadi. Ternyata iman Kristiani adalah soal batin saya.
Apakah arti itu pegangan atau penghiburan bagi seorang Kristen bagi saya? Bahwa aku adalah milik Tuhan Yesus. Itulah hati iman saya yang membuat saya hidup. Kata ini saja aku milik-Nya merumuskan keseluruhan iman saya. Itu juga adalah arti baptisanku. Maka pertanyaannya adalah bagaimana saya hidup dari pegangan ini, dari penghiburan ini. Untuk itu saya harus belajar tiga pokok. Ketiga pokok itu merupakan tiga bagian Katekismus Heidelberg, buku pengajaran dan kehidupanku. Pertama, saya harus belajar untuk mengaku bahwa saya sebagai manusia adalah orang yang berdosa. Tidak secara gampang saja, seperti sering terdengar: ”kita semua manusia berdosa.” Pernyataan itu tidak mempunyai arti. Tetapi, secara rendah hati menginsafi bahwa aku tetap salah terhadap Allah selama saya ingin mengemudi jalan kehidupan saya secara tersendiri.
Selanjutnya saya harus belajar pokok kedua itu, bagaimana aku mendapat kelepasan dari semua dosa dan sengsaraku. Dan ketiga, bagaimana saya harus bersyukur kepada Allah atas kelepasan itu, yang kasih-Nya begitu ajaib. Hal bersyukur itulah yang merupakan hakikat semuanya. Sering kali ketiga pokok ini diungkapkan orang sebagai berikut: penghiburan, makna, dan pegangan hidup, terdapat melalui pengetahuan sengsaraku, kelepasanku, dan syukurku. Hal itu dapat dibandingkan dengan tiga sisi sebuah segitiga. Bersama-sama tiga sisi ini secara tak terpisahkan membentuk tiga sisi kehidupan iman saya. Tidak terpisahkan, karena Yesus Kristus adalah Pribadi yang sentral dalam iman saya. Relasi dengan Kristus ini selalu melatih saya untuk mengenal diri saya sendiri sebagai orang berdosa, dan mengenal Yesus sebagai Penebusku, dan mengenal tujuan kehidupanku, yaitu mengucap syukur kepada Allah.
Apakah itu, ”sengsaraku sebagai orang yang berdosa”?
Sengsaranya adalah bahwa saya, selama saya tidak mau lepas kendali atas kehidupan saya sendiri, bukan milik Yesus Kristus. Selama saya coba pegang kendali itu sendiri, maka saya adalah milik diri saya sendiri. Pada pandangan pertama, hal itu menarik. Tetapi saya salah menaksirkan keadaan saya karena pada dasarnya saya bukan milik saya sendiri, tetapi milik Iblis. Menginsafkan situasi itu, maka saya ingin sekali dilepaskan dari tangan Iblis. Kelepasan itu diberikan kepada saya, jikalau saya percaya kepada Yesus Kristus. Dengan mengorbankan hidup-Nya, Ia telah membayar untuk menebus3 saya dari Iblis. Setelah penebusan itu saya boleh memercayakan diriku sepenuhnya kepada Dia sebagai Tuanku yang baru dan yang baik. Saya adalah milik-Nya, dengan tubuh dan jiwa saya. Oleh karena Yesus saya yakin bahwa saya akan memperoleh kehidupan kekal yang telah Ia kerjakan bagi saya. Setiap hari saya mengalami dan menyaksikan segala macam penderitaan. Ada penyakit, cacat, kelaparan, dll. Penebusan oleh Yesus tidaklah berarti bahwa saya dibebaskan dari segala bentuk penderitaan semacam itu. Tetapi, di tengah-tengah kehancuran hidup, saya menerima sokongan dan penghiburan, oleh karena saya adalah milik Yesus. Bapa-Nya adalah juga Bapaku. Ia Satu-Satunya Penghiburan Saya melindungi saya sedemikian rupa, sehingga bahkan segala bentuk penderitaan harus berguna untuk keselamatanku, meskipun saya sering mengertinya kemudian hari. Akan ada waktu di mana Allah akan menyelamatkan dunia dan juga saya dari segala penderitaan. Hidup berpenghiburan juga berarti bahwa saya siap melatih diri untuk hidup dengan bersyukur. Itu adalah yang telah dikatakan di atas pokok ketiga yang harus saya pelajari. Pengetahuan bahwa saya dibebaskan oleh Yesus Kristus membangkitkan dalam diri saya sebuah kerinduan untuk berterima kasih kepada Allah. Hal itu akan tampak dalam kehidupan saya yang baru, yang tidak lagi diarahkan kepada diri saya sendiri, tetapi kepada Allah. Roh Kudus mempersiapkan saya untuk hidup bagi Penebusku. Untuk tidak lagi hidup untuk diri saya sendiri, tetapi untuk Dia yang telah menebus saya dari Iblis. Dan juga untuk hidup bagi sesamaku. Sikap hidup seperti ini jugalah yang dinamakan pengudusan atau pertobatan sehari-hari.
Pada hakikatnya kehidupan iman saya adalah satu latihan sungguh untuk saya mengenal sengsara, penebusan, dan ucapan syukurku. Hal itu terjadi dengan jatuh bangun. Saya melatihnya dalam buku ini, melalui garis Katekismus Heidelberg, yang merenungkan isi dan arti Pengakuan Iman Rasuli, Sepuluh Hukum, dan Doa Bapa Kami. Bersama segala hal yang dapat saya pelajari di sini, mata saya terarah kepada satu-satunya penghiburan saya dalam kehidupan saya, yaitu bahwa saya milik Yesus Kristus, di dalam Dia saya hidup berpenghiburan. Tidak hanya sekarang di tengah-tengah kehidupan setiap hari, tetapi juga sekali waktu pada akhir hidupku, pada saat kematianku. Saya percaya, penghiburan bahwa saya milik Yesus mengantar saya sampai ke dalam kehidupan yang kekal.
”Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi, baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan” (Rm. 14:8).
Yesus, t’rang dan kehidupan, Yang t’lah mati disalibkan agar dunia sembuh, t’lah mengalahkan set’ru. Ia tak tetap tertawan, bangkit seperti Pahlawan, Haleluya, haleluya!
Ajarlah saya, ya Bapa, untuk tidak mencari penghiburan dan peganganku dalam diriku sendiri, atau di dalam dunia ini, melainkan hanyalah di dalam Anak-Mu Yesus Kristus. Ajarlah saya, ya Anak Allah, Yesus Kristus, untuk hidup bergaul dengan-Mu. Ajarlah saya, ya Roh Kudus, untuk membuka mata saya terhadap kebinasaan saya jikalau saya hidup lepas dari Allah; ajarlah saya untuk hidup semakin lebih berdasarkan penebusan Yesus Kristus. Buatlah kehidupanku berkobar dengan kasih untuk Penebusku, yang telah memberikan hidup-Nya supaya saya tidak mati tetapi hidup. Amin.
Satu-Satunya Penghiburan Saya Tuhan Yesus. Itulah hati iman saya yang membuat saya hidup. Kata ini saja aku milik-Nya merumuskan keseluruhan iman saya.” Apakah dan bagaimanakah kalimat ini bergema dalam hati Anda?
2. Sengsara, pelepasan, dan syukur. Apakah ketiga pokok ini adalah langkah-langkah dalam proses manusia untuk memperoleh penghiburan yang satu-satunya?