Sumber imanku adalah Alkitab. Oleh karena itu, saya memulai pengakuan iman pribadi saya dengan mengatakan apa arti Alkitab bagi saya.
Alkitab adalah buku, yang di dalamnya Allah memperkenalkan diri-Nya kepadaku. Saya percaya dan mengalami bahwa Alkitab adalah Firman Allah. Ke-66 kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru diinspirasikan oleh Roh Kudus.2 Ada orang yang berpendapat bahwa kita menemukan bagaikan cerminan penghayatan iman bangsa Israel dalam Perjanjian Lama, dan dari gereja Kristiani pertama dalam Perjanjian Baru. Mereka telah mengalami dan menghayati iman mereka, demikian jugalah kita, pada masa kita, mengalami dan menghayati iman kita sendiri. Saya sendiri tidak setuju dengan pendekatan Alkitab semacam itu. Menurut perasaan saya, mereka secara sombong menem pat-kan diri sendiri di atas Alkitab. Dengan demikian Alkitab kehi-langan wewenangnya dan artinya yang unik bagi iman saya. Alkitab menetapkan standar dan norma iman saya. Contohnya, jika saya membaca dalam Alkitab bahwa Yesus adalah Penebus orang-orang berdosa, maka saya enggan berpikir bahwa orang-orang pada masa Perjanjian Baru melihat Yesus secara demikian, sehingga saya merasa bebas untuk mengalami dan mengakui Yesus secara lain. Mereka ini membuat kebenaran Alkitab bergantung pada pengalaman dan penghayatan manusia. Kebenaran Alkitab bagaikan hati yang berdebar-debar dalam hidup saya; hati itu adalah Injil bahwa Yesus Kristus adalah Juru Selamat yang telah disalibkan dan yang telah bangkit itu untuk menyelamatkan saya.
Jika kebenaran itu diremehkan dan dianggap keyakinan pri-badi orang semata, maka Alkitab akan kehilangan intinya dan menjadi buku seperti buku tulisan manusia lain. Saya yakin bahwa bukan manusia menentukan isi Alkitab, melainkan Allahlah, yang melalui Alkitab (dan melalui segala pengalaman orang yang diki-sahkan di dalamnya), berfirman kepada dunia dan kepada saya.
Saya yakin bahwa Alkitab membuktikan otoritasnya sendiri. Saya menyerahkan diri kepada otoritas itu untuk membangun iman saya. Tuhan Allah sendiri menyentuh hati saya ketika saya membaca Firman-Nya. Demikianlah Alkitab menjadi satu-satunya pegangan dalam kehidupan saya sebagai orang yang ingin hidup saleh di hadapan-Nya. Isi Alkitab saya alami sebagai deklarasi cinta kasih dari Allah kepada saya. Itu adalah sebuah mukjizat yang luar biasa. Saya butuh membaca Alkitab setiap hari. Saya berdoa dan tetap berkeyakinan bahwa Allah mau berbicara kepada saya melalui Firman-Nya. Ia memimpin saya di jalan kehidupan yang kekal. Ia ingin menuntun saya dengan Firman-Nya yang terdapat dalam Alkitab. Saat-saat di mana saya mengalami kehadiran-Nya, kebaikan-Nya, dan nasihat-Nya memang adalah saat-saat yang sangat berharga bagi saya. Ia membuka Firman-Nya bagi saya melalui Roh Kudus-Nya dan menuntun saya bagaikan Gembala yang baik. Saya mendengar suara-Nya. Betapa dekat Allah kepada kita dengan Firman-Nya! Persis itulah yang saya butuhkan dalam hidup di tengah-tengah pengaruh dunia setiap hari. Saya memang akan kalah dan tidak tahu lagi bagaimana saya harus hidup di tengah-tengah kekhawatiran masa kini dan segala perlawanan terhadap Allah dan Juru Selamat saya. Syukurlah kepada Dia, yang kasih-Nya tetap mencari saya di dalam Firman-Nya.
Jika sekarang dalam buku ini saya ikut mengaku dan ikut mengalami apa yang Katekismus Heidelberg ajarkan kepada saya, maka saya melakukan hal itu karena keyakinan dan penghayatan saya bahwa Katekismus Heidelberg sebagai buku pengajaran iman Kristen semata-mata ingin membawa ajarannya berdasarkan isi Alkitab. Demikianlah kedua penulisnya ingin menuntun saya ke dalam sebuah kehidupan yang berakar dalam Firman Allah. Katekismus ini adalah pemandu hidup saya. Ia membantu saya untuk tetap mengemudi ke arah yang baik. Teman saya yang kritis, yang mengantar saya ke haluan hidup yang benar. Firman Allah itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku. Katekismus Heidelberg saya alami sebagai penjaga terang itu supaya iman dan cinta saya selalu berkobar kembali. Seumur hidup saya ingin menjadi murid dari baik Alkitab maupun Katekismus Heidelberg sebagai temannya.
”Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku” (Mzm. 119:105).
Tak kita menyerahkan kepada musuhnya pelita yang bersinar di dalam dunia. Tak boleh Firman Allah yang sungguh dan teguh, Alkitab yang mulia, diambil seteru. Penyokong orang tua dan orang lemah, pemimpin orang muda dan sukacitanya, senjata perjuangan di p’rang penggodaan dan bantal perhentian di jam kematian.
Yang dapat memecahkan segala hati k’ras, yang mencurahkan hidup di hati yang lemas, yang menyembuhkan luka, mujarab obatnya, yaitu Firman Allah, penuh anugerah. Di hati kami, Tuhan, Kautulis sabdaMu, supaya kami juga setia dan teguh. Kendati gunung goyah, binasa dunia, Kekallah Firman Allah, selama-lamanya.
Tuhan, saya sangat berterima kasih kepada-Mu, karena Engkau telah datang kepadaku dengan Firman-Mu. Dengan rendah hati saya berdoa kepada-Mu untuk terang Roh Kudus-Mu, sehingga saya boleh mendengar suara-Mu dalam Firman-Mu. Pimpinlah saya, hiburlah saya, tunjukkanlah saya kebenaran dan kebaikan oleh Firman-Mu yang kudus. Ajarlah saya untuk memuji-Mu dan mengagungkan nama-Mu, sebagai jawabanku atas Firman-Mu. Amin.
Bagaimana Anda ingin membuat hal itu menjadi konkret dan nyata?
2. Apa arti ungkapan ”Alkitab adalah deklarasi cinta-kasih Allah kepada dunia” bagi Anda?Apakah Anda menemukan masalah-masalah pada pembacaan Alkitab? Ceritakanlah saat-saat di mana Anda merasa sangat diberkati dalam pembacaan Alkitab.