MINGGU 41: Perintah yang Ketujuh: Kemurnian dan Kesetiaan dalam Kehidupan Suami-Istri

Pertanyaan 108

Apakah yang diajarkan perintah yang ketujuh kepada kita?

Jawaban

Bahwa percabulan di dalam dan di luar perkawinan dikutuk oleh Allah.

Percabulan

Segala sesuatu dalam bidang seksual, yang bertentangan dengan perintah Allah yang diberikan-Nya di dalam Alkitab.

Terkutuk

Allah menyampaikan hukuman-Nya yang keras atas dosa percabulan.

Pertanyaan 109

Apakah ini hanya tentang perzinaan dan dosa-dosa semacam itu?

Jawaban

Allah menghendaki agar seluruh hidup kita kudus sehingga tubuh kita sebagai bait Roh Kudus, kudus pula dan bahwa kita tidak melakukan hal-hal yang bertentangan.

Bait Roh Kudus

Sama seperti Allah mau tinggal dalam Bait Allah, di Yerusalem untuk dimuliakan, demikian jugalah Roh Kudus, mau tinggal di dalam tubuh kita untuk dimuliakan oleh kita (lih. 1Kor. 6:19).

Renungan

Rasul Paulus menyebut tubuhku ”bait Roh Kudus” yang diam di dalam saya sehingga saya bukan milik saya sendiri (lih. 1Kor. 6:19). Tubuh saya adalah sebuah karya seni. Untuk menyadarinya, kagumilah saja konstruksi otak saya. Seksualitas saya adalah juga satu hal yang baik, yang diberikan Allah kepada saya. Perasaan-perasaan seks sangat normal bagi manusia karena diletakkan Allah di dalam diri saya. Perasaan seks bukan hal yang termasuk dosa. Sekaligus, saya memang dapat berdosa banyak di bidang seks. Masyarakat masa kini penuh dengan contohnya (seks bebas, pornografi, internet, dst.). Di dalam konteks ini Tuhan memerintahkan saya untuk menjaga kemurnian tubuh saya di bidang seks. Saya harus menjaga kemurnian tubuh saya dan tubuh sesamaku.

Seksualitas adalah sesuatu yang rapuh. Perasaan seksualitas gampang diselapi suatu kuasa yang melemahkan saya secara intern. Untuk membela saya, maka saya membutuhkan pembatasan perasaan seksual saya sehingga saya tidak menjadi budaknya. Kekangan seksualitas diberikan Allah kepada saya di dalam lembaga perkawinan (nikah).21 Status perkawinan merupakan kerangka aman bagi relasi cinta antara suami dan istri. Itu sebabnya Allah telah menetapkan perkawinan dan memeliharanya. Alangkah baik dan indahnya meminta berkat Allah pada saat perkawinan di dalam Gereja, ruang sembahyang dan doa itu. Paulus bahkan membandingkan relasi suami-istri dengan relasi Kristus Yesus dengan jemaat-Nya. Alkitab sering menyebut jemaat sebagai mempelai perempuan Kristus. Perkawinan dapat disebut sebuah ”mutiara dari Firdaus”. Sayangnya, justru mutiara yang berharga ini banyak yang gagal. Ada banyak kerusakan. Orang yang berurusan dengan kerusakan ini (yang sering menimbulkan perceraian) sangat memerlukan dukungan dan doa saya. Kadang kala bantuan profesional dapat memulihkan relasi suami-istri yang serbarusak itu. Bagi masyarakat dunia masa kini, banyak yang tidak tahu lagi hukum Allah mengenai seksualitas dan relasi antarsuami-istri; khususnya di dunia Barat. Hukum ini bertentangan dengan kecenderungan manusia akan kebebasan total dan pengejaran individualitas. Kebajikan Allah di bidang ini diremehkan dan Perintah yang ketujuh: keMurnian dan keSetiaan dalaM kehiduPan SuaMi-iStri dikesampingkan. Padahal justru di bidang ini petunjuk dan perintah Allah sangat bijak. Menaati hukum itu sangat memberkati relasi antara laki-laki dan perempuan. Berkaitan dengan seksualitas memang banyak yang gagal. Tetapi, tidak pernah sedemikian gagal sehingga tidak ada yang dapat dipulihkan lagi. Doa, pertobatan, pengampunan, kesadaran, pembaruan dan iman yang teguh merupakan perlengkapan seperti keharusan dalam pergumulan bidang ini.

Alkitab

”Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging” (Kej. 2:24).

Kidung Jemaat 318

Berbahagia tiap rumah tangga, di mana Kaulah Tamu yang tetap: dan merasakan tiap sukacita tanpa Tuhannya tiadalah lengkap; di mana hati girang menyambut-Mu dan memandang-Mu dengan berseri; tiap anggota menanti sabda-Mu dan taat akan Firman yang Kaub’ri.

Berbahagialah rumah yang sepakat hidup sehati dalam kasih-Mu, serta tekun mencari hingga dapat damai kekal di dalam sinar-Mu; di mana suka-duka ’kan dibagi; ikatan kasih semakin teguh; di luar Tuhan tidak ada lagi yang dapat memberi berkat penuh.

Doa

Allah Yang Mahakuasa, Engkau sejak semula telah berkata bahwa tidak baiklah manusia seorang diri saja, dan karena itu menciptakan baginya seorang penolong yang sepadan dengan dia, serta menetapkan supaya yang dua itu menjadi satu. Engkau juga yang menghukum segala kecemaran karena Engkau telah memanggil dan mengikat suami dan istri dalam perkawinan yang suci. Saya memohon agar Engkau mengaruniakan Roh-Mu yang Kudus kepada mereka, supaya mereka hidup suci dalam iman yang sejati dan teguh, sesuai dengan kehendak-Mu yang ilahi, sambil melawan segala kejahatan. Kiranya Engkau juga memberkati mereka, dan memberikan pelindung kesetiaan mengelilingi kasih dan cinta mereka, agar nama-Mu yang kudus dimuliakan, jemaat-Mu dibangun, dan Injil-Mu yang kudus diperluas. Amin. (sesuai Tata Cara Peneguhan Perkawinan di depan Jemaat Kristus, sesuai Sinode Gereja Reformasi, Belanda, 1586)

Bahan percakapan

1. Apakah di lingkungan Anda ada banyak tabu (pantangan) di bidang seks? Apakah itu baik? Apa alternatifnya?
2. Apakah Anda mengenal perkawinan-perkawinan yang baik dalam Alkitab? Apa yang dapat kita pelajari secara konkret dari contoh-contoh itu?
3. Saat ini kebebasan seks di Indonesia sudah membahayakan generasi muda di Indonesia. Saat ini penting bagi generasi muda untuk mengetahui bahwa kebebasan seks sangat berbahaya. Perbedaan apa yang Anda lihat antara pandangan Alkitab tentang seksualitas, dengan ”kebebasan seks” yang semakin memengaruhi moralitas masyarakat kita?

Informasi Buku

  1. PDF
  2. Penulis:
    Wim Verboom
  3. ISBN:
    978-602-0904-24-5
  4. Copyright:
    © Wim Verboom
  5. Penerbit:
    Literatur Perkantas