Apakah yang Allah kehendaki dalam perintah kelima?
Bahwa kita harus mengasihi dan menghormati orang tua kita, setia dan taat serta bersabar kepada mereka. Ini berlaku juga bagi orang-orang lain, yang Allah berikan kepada kita.
Orang-orang lain, yang Allah berikan kepada kita
Contohnya, terutama pemerintah. Seorang kristen taat kepada pemerintah. Tetapi ketika ketaatan kepada pemerintah bertentangan dengan ketaatan kepada Allah, maka ketaatan kepada Allah berada di atas ketaatan kepada pemerintah.
Hukum kelima adalah hukum pertama bagian kedua (loh kedua) Sepuluh Perintah Allah. Bagian kedua bertujuan kasih saya terhadap sesama manusia. Sebagai pertama dan terutama Allah menyebut orang tua saya. Mereka adalah orang yang paling dekat dengan saya.
Orang tua memiliki kuasa atas anak-anak mereka. Kuasa ini adalah kuasa yang dijabarkan dari kuasa lain, yaitu dari Allah. Dia memakai manusia sebagai sarana pemerintahan-Nya. Ini berarti bahwa mereka bertanggung jawab atas anak-anak mereka dan bahwa mereka memimpin anak-anak mereka yang masih muda. Dan saya harus tunduk kepada pimpinan mereka karena Allah berkenan memerintah saya melalui tangan mereka. Tanpa kasih untuk anak-anak mereka, kuasa orang tua itu akan bermasalah. Mendidik anak-anak adalah tugas yang cukup sulit. Kadang kala diperlukan hukuman dan didikan dengan keras, sebab ”siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya” (Ams. 13:24). Hukuman selalu dimaksudkan agar anak itu menjadi lebih baik. Di samping hukuman-hukuman, alangkah baiknya ada juga penghargaan-penghargaan positif. Keseimbangan itu menghasilkan didikan yang baik. Menghormati orang tua saya berarti bahwa saya harus menghargai mereka. Kebanyakan orang tua siap dan rela mengorbankan banyak hal bagi anak-anak mereka. Sebagai anak saya harus melihat hal itu dan oleh karena itu saya akan mengasihi mereka dengan sungguh. Meskipun demikian, dapat saja terjadi bahwa orang tua bersalah dan bahwa didikan mereka gagal. Jikalau begitu, wajarlah mereka mohon maaf kepada anak-anak mereka. Sehingga anak-anak memang dapat membuka hati mereka untuk memaafkan orang tua mereka.
Alangkah elok berkatnya jikalau orang tua tidak hanya menjaga anak-anak mereka, tetapi juga sebaliknya. Ketika orang tua memerlukan bantuan (umpamanya pada usia tua mereka), sebagai anak saya harus siap dan setia membantu mereka.
Allah memberikan ”kuasa” di semua tingkat masyarakat. Jika kekuasaan di dalam sekolah diatur baik dan diterima semua orang, maka beruntunglah sekolah itu. Hasilnya pasti baik. Begitu pula di dalam sebuah perusahaan, di dalam gereja, di bidang pemerintahan negara, dst.. Wibawa membutuhkan ketaatan dan kesetiaan, tetapi juga kesadaran dan penghargaan timbal balik. Yang diberi kekuasaan itu harus memakainya secara bertanggung jawab. Bagi saya sebagai Kristen, kuasa dan kehendak Allah melampaui segala kuasa dan kehendak manusia.
”Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena demikianlah yang benar. Dan kamu, Bapak-bapak, janganlah bangkitkan kemarahan di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan” (Ef. 6:1, 4).
Terhibur jua jiwaku berdiam diri dan teduh, sebagai bayi yang senang dipangku ibu dan kenyang.
Ya Tuhan, Allah kami, aku bersyukur kepada-Mu atas anugerah bahwa Engkau telah memberikan kepadaku orang tua. Saya bersyukur, karena mereka mengasihi saya; terutama bahwa mereka telah menuntun saya kepada Yesus dan kepada Engkau, Bapa surgawi. Sajikanlah kesetiaan dan ketaatan kepadaku agar saya tetap menghormati mereka, juga pada masa usia tua mereka. Jikalau perlu, karuniakanlah kepada saya kesabaran untuk menanggung kekurangan mereka dalam kasih. Engkau sendiri sudah menunjukkan begitu banyak kesabaran terhadap saya. Inilah doa saya, dalam nama Yesus. Amin.
1. Bagaimana Anda melakukan kekuasaan sebagai orang tua terhadap anak-anak Anda?
2. Jika orang tua meminta pengampunan kepada anak-anak mereka karena mereka bersalah… apakah hal itu tidak merongrong kuasa mereka?
3. Kapan kuasa Allah berbenturan dengan kuasa manusia?