MINGGU 31: ”Pintu Gerbang” Masuk ke Surga

Pertanyaan 83

Apakah dua kunci kerajaan surga itu?

Jawaban

Pemberitaan Injil dan pengucilan resmi atau pemutusan hubungan dengan jemaat Kristen (disiplin gereja). Dengan kunci-kunci ini, kerajaan surga terbuka untuk orang percaya dan tertutup bagi orang yang tidak percaya.

Disiplin gereja

Kata ”disiplin” berasal dari kata kuno, yang berarti menarik. Berbicara tentang disiplin dalam gereja berarti seseorang yang berdosa ditarik kembali ke jalan yang lurus.

Pertanyaan 84

Bagaimana kerajaan surga terbuka dan tertutup melalui pemberitaan Injil?

Jawaban

Kerajaan surga terbuka bagi semua yang menerima Injil dengan iman yang benar. Tetapi, kerajaan surga tertutup bagi semua yang tidak percaya Injil dan tidak bertobat. Hukuman atas hal ini berasal dari Allah saja.

Tidak dihukum

Bandingkan dengan Pasal-pasal ajaran Dordrecht III/IV:15: ”Namun, sesuai dengan teladan para Rasul, mereka yang mengaku imannya secara lahiriah dan yang membenahi hidupnya, harus dinilai dan disebut dengan sebaik-baiknya, sebab kita tidak mengenal lubuk hati manusia.”

Pertanyaan 85

Bagaimana kerajaan surga terbuka dan tertutup melalui disiplin gerejawi (pengucilan resmi dari jemaat Kristen)?

Jawaban

Kerajaan surga tertutup bagi orang-orang yang bersikeras dalam ajaran bukan Kristen atau kehidupan bukan Kristen. Setelah peringatan berkali-kali, mereka tidak boleh lagi ikut ambil bagian atau mengikuti sakramen-sakramen. Mereka dikucilkan dari jemaat dan kerajaan Kristus. Jika mereka bertobat dari dosa-dosa mereka, maka jemaat dan juga kerajaan Kristus terbuka kembali untuk mereka.

Disiplin di antara satu dengan yang lain

Anggota jemaat saling menjaga antara satu dengan yang lainnya (lih. Yak. 5:19-20). Barulah ketika disiplin di antara satu dengan yang lain tidak menolong, maka majelis jemaat dapat mempergunakan pengucilan resmi dari jemaat Kristen.

Renungan

Ada sebuah lukisan kuno yang menggambarkan rasul Petrus berdiri di pintu gerbang surga dengan kunci di tangannya. Dari orang yang datang kepada pintu itu ada yang diizinkannya untuk masuk tetapi ada lain yang ditolaknya. Apakah lukisan itu memperlihatkan kebenaran secara tepat? Tidak, karena bukan Petrus yang memutus orang masuk atau tidak, melainkan Yesus. Dialah yang mempunyai kunci-kunci kerajaan surga.

Saya tahu, saya boleh masuk ke dalam surga melalui iman kepada Yesus sebagai Penebusku. Di atas kita sudah melihat berulang-ulang bahwa itulah alasan sebenarnya bahwa Injil tentang Yesus diberitakan dalam gereja. Kalau begitu, maka khotbah adalah hati yang berdebar-debar dalam setiap ibadah gereja. Sebuah pengakuan iman Swiss (Konfesi Helvetica ke-II, 1566, ditulis oleh H. Bullinger) bahkan mengungkapkannya sebagai berikut: ”Khotbah sebagai pelayanan Firman Allah adalah Firman Allah itu sendiri”. Sebuah khotbah mengenal banyak aspek. Saya diberikan semangat, saya menerima pengajaran; saya dinasihati. Masih ada banyak aspek lain yang dapat disebut. Inti arti khotbah adalah bahwa Allah berbicara kepada saya secara langsung; di dalamnya Ia menjanjikan kepadaku keselamatan dalam Tuhan Yesus. Hal ini sangat menegangkan bagi para pendengarnya. Bagaimana saya menanggapi pemberitaan Injil yang ditujukan kepadaku? Kalau saya menyambutnya dengan baik dan menerima janji Injil, maka bagiku adalah keselamatan dan pintu surga terbuka. Kalau saya tidak percaya dan menolak pemberian penyelamatan, maka itu sama dengan membuang dan mengabaikan keselamatan yang disediakan bagiku. Bagiku surga tertutup. Itu sebabnya khotbah sebagai pemberitaan Injil dapat disebut ”kunci” yang membuka atau menutup pintu masuk kerajaan surga. Pentinglah bagi semua orang Kristen bahwa mereka berkali-kali dinasihati agar mereka waspada terhadap dosa dan bertobat sehari-hari. Mereka dapat menyimpang dari jalan yang benar dan sesat di dunia. Itu pun dapat terjadi dengan saya juga. Betapa baiklah adanya disiplin gereja, yaitu saling menjaga sehingga di dalam jemaat tidak ada orang yang membawakan ajaran bukan Kristen, atau yang menempuh hidup yang bukan Kristen. Disiplin gereja mulai dengan saling menasihati secara persaudaraan. Kadang kala diperlukan tindakan-tindakan khusus yang bertujuan untuk membawa kembali orang-orang yang menyimpang ke jalan yang benar. Karena itulah tujuan utama disiplin gereja. Istilah ”disiplin” berasal dari satu kata yang berarti ”menarik”. Disiplin ingin menarik kembali orang-orang yang sesat, kembali kepada jalan yang benar. Itu sebabnya disiplin sebagai pengucilan resmi gereja, disebut Katekismus kunci kedua, yang membuka atau menutup pintu masuk surga.

Alkitab

”Akulah pintu; siapa saja yang masuk melalui Aku, ia akan diselamatkan” (Yoh. 10:9).

Kidung Jemaat 57:1, 2

Yesus, lihat umat-Mu yang mendamba Kau berfirman, dan arahkan kepadaMu hati dan seluruh ind’ra, hingga kami yang di dunia Kau dekatkan pada sorga.

Tanpa cah’ya Roh Kudus kami dalam kegelapan; biar oleh sabda-Mu akal budi Kaucerahkan, hingga Tuhan kuasai karya dan ucapan kami.

Doa

”Tuhan, Allahku, aku bersyukur kepada-Mu sebab Engkau dengan tidak henti-henti memberitakan janji Injil-Mu kepada saya, setiap hari Minggu. Bukalah hatiku, curahkanlah kepadaku iman kepada Anak-Mu, Yesus Kristus, sehingga pada suatu saat aku boleh bertemu dengan-Nya sebagai Penebusku dan Pencuciku. Lindungilah aku terhadap ketidakpercayaan dan semua godaan lain yang dapat membuat saya menyimpang dari jalan-Mu. Sediakanlah saya untuk tunduk pada nasihat dari pihak Gereja, menurut peraturan yang berlaku umum dalam Gereja-gereja, jika saya menyelewengkan ajaran Firman-Mu atau tingkah laku saya. Jika aku terhilang seperti anak domba yang terhilang, maka carilah aku kembali, Tuhan, sampai saya ditemukan-Mu! Bawalah aku selalu kembali kepada kawanan-Mu, Yesus Kristus, Gembala gereja yang baik! Amin.

Bahan percakapan

1. Apakah Anda mengalami khotbah (pemberitaan janji Injil) sebagai kunci Kerajaan surga?
2. Bagaimana melalui kunci itu surga dibuka? Bagaimana ditutup?
3. Apakah tujuan utama pengucilan resmi (disiplin) gereja?

Apakah ada tujuan lain? Apakah Anda mengenal contoh-contohnya?

Informasi Buku

  1. PDF
  2. Penulis:
    Wim Verboom
  3. ISBN:
    978-602-0904-24-5
  4. Copyright:
    © Wim Verboom
  5. Penerbit:
    Literatur Perkantas