MINGGU 13: Yesus, Tuhanku dan Allahku

Pertanyaan 33

Mengapa Yesus disebut Anak Allah yang tunggal? Bukankah kita juga anak-anak Allah?

Jawaban

Yesus adalah Anak Allah yang kekal. Kita diangkat atau diadopsi menjadi anak-anak-Nya oleh anugerah.

Pertanyaan 34

Mengapa Anda menyebut-Nya Tuhan atau Tuan kita?

Jawaban

Karena Ia telah menebus kita dari kuasa Iblis. Bukan dengan emas atau perak, tetapi dengan darah-Nya yang tak ternilai harganya.

Tuhan atau Tuan

Nama Tuhan atau Tuan adalah terjemahan dari kata Yunani Kurios. Makna kata ini terutama adalah Yesus telah menebus kita dari perbudakan kejahatan dan dengan itu kita boleh menjadi milik-Nya. Bandingkan Jawaban dan Pertanyaan 1.

Renungan

Aku percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah. Di dalam Dia saya juga adalah anak Allah. Tetapi, Yesus adalah Anak Allah dengan cara yang sangat berbeda dengan saya. Saya semata-mata anak angkat saja. Yesus adalah Anak Allah dari selama-lamanya dan sehakikat dengan-Nya. Betapa besar perbedaan itu! Tetapi, heranlah bahwa justru perbedaan inilah yang membawa keuntungan besar bagi saya. Pada masa Yesus ada banyak orang yang tidak percaya bahwa Ia adalah Anak Allah. Hal itu bahkan membuat Dia terhukum mati. Karena tuntutan-Nya dianggap sebagai hujat kepada Allah. Pada masa kini pun masih tetap begitu. Yesus memang diakui sebagai manusia yang luar biasa, tetapi orang tidak percaya bahwa Ia adalah Anak Allah, Allah Sendiri. Bertentangan dengan itu adalah pengakuan Tomas, salah satu murid Yesus, yang berkata kepada-Nya, ”Ya Tuhanku dan Allahku” (Yoh. 20:28). Saya juga sangat ingin mengikuti Tomas dalam hal ini. Pengakuan bahwa Yesus adalah Anak Allah merupakan inti terdalam imanku. Seandainya Yesus semata-mata seorang manusia biasa saja, maka tidak pernah Ia dapat melepaskan saya dari tangan Iblis.

Yesus adalah juga Tuanku atau Tuhanku. Kata ini adalah terjemahan kata Yunani Kurios. Pada masa Perjanjian Baru, dalam masyarakat semua orang tahu adanya hubungan antara ”tuan” dan ”budak” atau ”hamba”. Seorang budak adalah milik tuannya. Kita pada masa kini hampir tidak mengenal perbudakan lagi. Untunglah, hal perbudakan sebagai struktur sosial resmi, hampir tidak ada lagi di dunia. Tetapi, dalam hubungan kita dengan Yesus, ide perbudakan menolong saya mengerti posisi dan keuntungan saya. Karena dahulu saya adalah budak Sang Iblis. Tetapi, Yesus telah menebus saya dari tangan-Nya. Sekarang saya hidup sebagai milik Kurios yang sangat baik ini. Saya sendiri telah menyerahkan diriku sendiri kepada-Nya, melalui iman. Dengan harga yang sangat mahal (darah-Nya sendiri), ia telah membayar dan membeli saya. Sejak saat itu saya bukan hamba dosa lagi, tetapi hidup bebas untuk Kurios saya!

Alkitab

”Sebab kamu tahu bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan bercacat” (1Ptr. 1:18-19).

Nyanyian Rohani 144:1

Segala benua dan langit penuh dengan bunyi Nama yang sangat merdu, penghiburan orang berhati penat, pengharapan orang yang sudah sesat. Nama itu suci kudus. Siapa belum mengenal Penebus?

Doa

Yesus, Tuhanku, Engkaulah yang telah menebus saya dari kuasa Iblis. Engkau telah membayar dengan hidup-Mu. Itulah keajaiban anugerah yang tak terbayangkan. Demikianlah cahaya kasih-Nya menyinari saya, orang yang berdosa. Terpujilah Engkau! Tolonglah aku untuk, ya Tuhan, hidup sebagai milik-Mu, siapkanlah aku untuk melayani dan memancarkan kasih-Mu di dunia, dengan segenap hati, kuasa dan akal budi saya! Amin.

Bahan percakapan

1. Mengapa begitu banyak orang berpendapat bahwa Yesus hanyalah seorang manusia dan bukan Allah? Bagaimana Anda akan menanggapi hal itu?
2. ”Aku milik Yesus.” Apakah Anda berani mengatakannya? 3. Bagaimana Anda melihat Iblis dan kuasanya? Apakah Anda sebagai orang Kristen tidak berurusan lagi dengan Iblis?

Informasi Buku

  1. PDF
  2. Penulis:
    Wim Verboom
  3. ISBN:
    978-602-0904-24-5
  4. Copyright:
    © Wim Verboom
  5. Penerbit:
    Literatur Perkantas