Tuhan melepaskan keturunan Abraham, yang telah dijadikan-Nya bangsa yang besar di negeri Mesir, dari tempat perbudakan, sesudah mereka ditindas di sana selama kurang lebih 400 tahun. Dengan bangsa yang terpilih itu, Ia mendirikan perjanjian-Nya di Gunung Sinai, dan Ia menyatakan kehendak-Nya untuk berdiam di tengah-tengah umat-Nya.
I | 1-13 | Penindasan terhadap Israel di Mesir dan keluaran dari sana |
II | 14-19 | Perjalanan ke Sinai |
III | 20-24 | Buku Perjanjian |
IV | 25-40 | Pendirian Kemah Suci |
Tuhan melepaskan Israel dari Mesir dengan maksud untuk menggenapkan janji-Nya kepada Abram tentang negeri Kanaan. Ia membuktikan kesetiaan-Nya akan perjanjian yang telah diadakan-Nya (2:24). Tuhan menetapkan Musa sebagai pemimpin bangsa Israel: ia pernah disebut Pengantara Perjanjian Lama. Maksud terutama sepuluh tulah sebelum mereka dikeluarkan ialah Tuhan mau melepaskan bangsa-Nya dengan banyak mukjizat dan tanda ajaib, dan Ia mau menghukum bangsa Mesir yang menolak Firman-Nya. Kesepuluh tulah dikerjakan Tuhan,kadang-kadang dengan memakai hukum alam, kadang-kadang tidak. Mukjizat-Mukjizat ini menghibur gereja segala abad karena di sini dibuktikan bahwa Tuhan selalu berkuasa untuk melepaskan umat-Nya. Di Sinai perjanjian didirikan: Israel menjadi kerajaan imam dan bangsa yang kudus bagi Tuhan (19:6). Dalam Kesepuluh Hukum, Tuhan memberikan undang-undang dasar untuk kehidupan dalam perjanjian itu. Bersama dengan peraturan-peraturan dan hukum-hukum yang berikut semua ditulis dalam suatu kitab istimewa, yaitu Kitab Perjanjian (20:22–23:33), yang memberi tata cara hidup sebagai umat Allah. Dengan mendirikan Kemah Suci, Tuhan memberitahukan bahwa Ia hendak diam di tengah-tengah mereka (25:8, bnd juga Why 21:3):tuhan adalah pusat kehidupan umat-Nya. Pesta Paskah ditetapkan sebagai peringatan akan kelepasan dari tempat perbudakan dan kuasa maut. Sakramen Perjanjian Lama ini diubah oleh Kristus menjadi Perja-muan Kudus. Kitab Keluaran memberitahukan bagaimana Tuhan menggenapkan janji-Nya dan bagaimana Ia mau bergaul dengan umat-Nya.
Lihat catatan di atas, Pentateukh 2. Dari pasal 17:4; 24:4; dan 34:27 jelas sekali bahwa Musa diperintahkan Allah untuk menulis sebuah kitab dengan peristiwa-peristiwa dan hukum-hukum. Terutama Kitab Perjanjian rupanya dirumuskan oleh Musa sendiri.
Firman Allah kepada Musa: ”AKU ADALAH AKU.” Lagi firman-Nya: ”Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu.” (Kel 3:14) Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus. (Kel 19:6a)
Dan mereka harus membuat tempat kudus bagi-Ku, supaya Aku akan diam di tengah-tengah mereka. (Kel 25:8)