ayat 1. Ketika tiba hari Pentakosta. Dalam bahasa Yunani dipakai kata ”genap” (”dan ketika genap hari perayaan Pentakosta”). Istilah semacam itu telah dipakai Lukas dalam Injilnya (Luk 2:6, 21-22), yaitu ”ketika genap waktunya”. Arti istilah ini adalah telah habis suatu waktu tertentu, waktu yang telah ditentukan. Dalam Luk 2:21-22 kata ”genap” itu berhubungan dengan waktu yang ditentukan antara kelahiran dan sunat atau pentahiran, dan dalam Kis 2:1 dengan waktu antara Paskah dan hari ke-5014 sesudah Paskah. Dalam istilah tersebut terkandung maksud ada hubungan antara permulaan dan akhir 50 hari itu, juga ada per kembangan, mulai dari awal sampai akhir periode itu, yaitu dari Paskah hingga Pentakosta.15
Dalam Perjanjian Lama, perkembangan dan hubungan yang berkaitan dengan kedua hari raya Paskah dan Pentakosta itu menjadi nyata:
Pada kedua perayaan itu, Tuhan diberi hasil sulung (atau hulu hasil) yang mewakili seluruh hasil panen. Pada hari Paskah, Tuhan mendapat ikatan gandum dari hasil panen pertama. Pada hari Pentakosta, Dia mendapat roti hulu hasil (bnd 2Raj 4:42). Jadi, mulai dari ikatan gandum (permulaan panen) sampai roti (hasil akhir seluruh panen yg siap untuk dimakan). Semua itu datangnya dari Allah dan untuk digunakan bagi Allah.
Mengenai perkembangan dan hubungan yang berkaitan dengan kedua perayaan itu dalam Perjanjian Baru, yaitu penyela-matan yang dimulai pada hari Paskah mencapai penyele saiannya pada hari Pentakosta. Pada hari itu hidup baru yang telah memancar keluar dengan ajaib pada hari Paskah (2:24) menjadi terwujud di antara segala bangsa di bumi (lih daftar bangsa-bangsa dl 2:9-10).
Dalam terang semuanya itu, sudah barang tentu bahwa pada hari ke-50 sesudah kebang kitan Yesus (hari Paskah) akan terjadi banyak hal yang sudah dinantikan sebelumnya. Jadi, bukan tanpa alasan mereka semua berkumpul; mereka menantikan ”janji Bapa” (1:4).
Lukas tidak menyebut jumlah orang yang hadir. Mungkin ada se kitar 120 orang (bnd 1:15), tetapi mungkin juga lebih banyak. Pokok nya pada hari itu tidak ada yang absen. Lukas memberi tekanan pada kata semua. Lukas juga tidak menyebutkan tempat di mana mereka berkumpul. Ruang atas yang disebut dalam 1:13. Apakah ruang itu terlalu kecil? Atau mungkin di Bait Allah ke mana mereka selalu pergi untuk memuji Allah? (Luk 24:53).
Cara sekumpulan orang tersebut mempersiapkan diri untuk perayaan Pentakosta berbeda dengan persiapan semua orang Yahudi yang ada di Yerusalem karena mereka itu telah diasingkan oleh Tuhan. Mereka bersatu dalam Tuhan yang hidup dan bersatu dalam doa di mana mereka memohon penggenapan janji Bapa, yakni kedatangan Roh Kudus.
ayat 2. Tanda pertama: tiba-tiba terdengarlah bunyi dari langit seperti tiupan angin keras. Kata ”seperti” langsung menunjukkan suatu kesulitan, yakni bahwa bunyi yang terdengar itu tidak dapat digam-barkan dengan tepat (bnd juga penampakan diri Tuhan kepada Yohanes di Pulau Patmos, Why 1; di situ juga dipakai kata ”seperti”). Lukas hanya dapat memperkirakannya. Bunyi itu agaknya sama dengan bunyi angin yang sangat kencang, seperti tiupan topan (dari kata bh Yunani yg dipakai Lukas lahirlah kata bh Inggris echo, artinya ”gema”). Bunyi itu da tang dari langit. Yang dimaksudkan di sini ialah suara dari kediaman Allah, seperti yang juga terdengar beberapa kali ketika Tuhan Yesus masih berada di bumi, yakni suara yang amat nyaring dari surga (bnd Mat 3:17; 17:5; Yoh 12:28). Itulah suara Tuhan yang hidup, Juruselamat yang ditinggikan. Dia berbicara kepada sekumpulan orang percaya, yaitu kepada mereka yang disebut dalam ayat 1. Artinya, Dia berbicara kepada jemaat-Nya. Dan firman-Nya memenuhi seluruh rumah, menyita seluruh ruang itu, dan menuntut perhatian dari semua orang.
Inilah tanda pertama kedatangan Roh Pentakosta. Dia mulai bekerja seperti angin (bnd Yoh 3:8). Dia memperbarui (Mzm 104: 30) dan membinasakan (Mzm 11:6; 103:16). Begitulah cara Roh Pentakosta memperkenalkan diri. Dia bekerja melalui Firman Tuhan yang hidup di tempat yang Mahatinggi.
ayat 3. Tanda kedua: tampaklah lidah-lidah seperti lidah api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing##i##. Lagi-lagi muncul kata ”seperti”. Pokoknya, yang jelas terlihat adalah kenyataan bahwa itu adalah lidah-lidah dan lidah-lidah itu hinggap pada mereka masing-masing.
Maksud lidah-lidah yang seperti nyala api itu adalah untuk menarik perhatian bagi apa yang dikatakan setiap orang yang dihinggapi kata-kata yang mereka ucapkan. Sesudah penggambar an tanda pertama, lidah-lidah yang seperti nyala api berarti bahwa
Tuhan yang hidup, yang tinggal di surga, yang telah berbicara sendiri lebih dahulu melalui bunyi seperti tiupan angin kencang, sekarang meminta perhatian untuk kata-kata yang diucapkan para pengikut-Nya. Dengan cara itulah Tuhan terus memperdengarkan diri-Nya.16
Seperti lidah api. Ini mengingatkan kita pada nyala api yang keluar dari semak duri. Semak duri itu ”menyala, tetapi tidak dimakan api” (Kel 3:2). Di Gunung Horeb, api merupa kan tanda penampakan diri Allah, sedang dalam Kis. api merupakan tanda kedatangan Roh. Juga dalam tanda lidah-lidah seperti lidah api itu nyatalah pekerjaan Roh, yakni menyucikan, memurni kan, menghangatkan, dan meng-hanguskan (bnd Yer 23:29; Mzm 97:3; 18:9).
ayat 4. Lalu mereka semua dipenuhi dengan Roh Kudus. Yang dimak-sud dengan ”mereka” adalah semuanya tanpa kecuali, yaiturasul-rasul dan orang-orang percaya lainnya, laki-laki dan perempuan, tua dan muda (2:17). Dalam Perjanjian Lama hanya beberapa orang yang menerima kuasa dari Roh Kudus untuk memimpin umat Tuhan dan melakukan tugas yang khusus, misalnya Musa serta 70 tua-tua selama perjalanan Israel di padang gurun, juga para nabi, para imam, dan para raja sepanjang sejarah bangsa Israel.
Sekarang semua orang percaya mendapat kuasa dari Roh. Dan tidak secara terbatas, tetapi mereka ”dipenuhi”. Semuanya dijadikan ”orang yang bermulut”,17 artinya mereka diberi kesang-gupan untuk berbicara tentang perbuatan-perbuatan besar Allah (2:11) dan untuk bersaksi mengenai Tuhan yang telah bangkit dari antara orang mati.
Berbicara dalam bahasa-bahasa lain. Yang dimaksudkan bukan cam puran dari bermacam-macam bahasa yang diucapkan pada suatu saat sekaligus, sehingga yang seorang berbicara dalam bahasa salah satu negara di Timur dan yang lain lagi berbicara dalam bahasa suatu negara di Barat (bnd tempat-tempat asal mereka dl ay 9-10). Mereka tidak berbicara dalam bahasa-bahasa lain, tetapi dengan ”lidah-lidah” lain, atau lebih tepatnya dengan ”lidah yang kedua”. Mereka semua berbicara dalam satu bahasa lidah yang sama yang juga disebut dalam 1Kor 12-14. Dalam arti tertentu, bahasa itu dapat disebut ”bahasa ekstase”. Ada beberapa penafsir yang dalam penjelas annya bahkan menunjuk pada bahasa yang dipakai oleh semua orang tanpa kecuali, sebelum Menara Babel dibangun (Kej 11:1-9).
Perbedaan dengan bahasa lidah dalam jemaat Korintus adalah sebagai berikut: Pada jemaat Korintus diperlukan seseorang untuk memberi penjelasan dan untuk menyatakan bahasa lidah itu. Pada hari Pentakosta, Allah melakukan mukjizat bahwa ba nyak orang dapat mengerti dengan jelas pesan yang dibawa oleh para saksi itu karena langsung mendengarnya dalam bahasa asal mereka sendiri, tanpa ada orang yang menerangkannya lebih dahulu. Allah melakukan mukjizat itu dengan jalan membuat manusia mampu mendengar, sedangkan beberapa orang lainnya yakni para penyin dir dalam ayat 13, tidak belajar apa-apa dari bahasa lidah itu dan menyebutnya sebagai bahasa orang mabuk.
Singkatnya, tanda ini menyangkut mukjizat berbicara (bh lidah) dan mukjizat mendengar (ay 8, mereka mendengar dl bh asalnya sendiri). Tentu saja tidak seorang pun dari para saksi itu dapat melakukan sendiri hal-hal tersebut. Roh Kuduslah yang memungkinkan mereka menyampaikan kesaksian itu, bahkan menyerukannya.
ayat 5-6. Waktu itu di Yerusalem tinggal orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa. Baru dalam Kis 10 Lukas menampilkan orang-orang yang bukan Yahudi. Kini disebutnya orang-orang Yahudi yang berasal dari seluruh pelosok dunia yang waktu itu sudah dikenal. Dari tempat perantauan, mereka datang ke Yerusalem untuk menghadiri perayaan-perayaan di Yerusalem, atau bahkan untuk menetap dan menghabiskan sisa hidup mereka di kota itu. Mendengar bunyi suara itu (suara dari surga yg disebut dl ay 2), mereka datang berkerumun dengan penuh kebingungan (jadi, bukan hanya merasa heran). Ingatlah rasa bingung dalam Kej 11, ketika Allah mengacaukan satu-satunya bahasa manusia di Babel, kota yang dibangun manusia. Dalam Kis. terjadi lagi kebingungan yang disebabkan oleh satu-satunya bahasa lidah di kota Allah, di jemaat Kristus. Kebingungan itu baru berakhir setelah Petrus memberi penjelasan dari Kitab Suci tentang apa arti semua itu (2:14, dst).
ayat 7-8. Mereka semua tercengang-cengang dan heran. Mereka sudah tidak sadar lagi. Mereka menjadi sangat bingung setelah menyadari siapa orang-orang yang berdiri di depan mereka. Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea, dari daerah utara yang hina itu? Jadi, mereka itu bukan orang-orang yang memberi banyak harapan. Kabar baik itu mereka dengar dalam bahasa mereka masing-masing, bahasa yang mereka gunakan sejak kecil. Mereka mendengar kabar gembira mengenai perbuatan-perbuatan besar Allah, bukan dalam bahasa Yunani, yaitu bahasa yang dikuasai oleh kebanyakan orang,18 melainkan dalam bahasa negara atau daerah tempat mereka berasal, tempat mereka lahir dan dibesarkan, hidup dan bekerja. Ini menunjukkan bahwa Injil akan diberitakan di negara-negara semua bangsa yang disebut, yakni sampai ke ujung-ujung bumi (1:8).
ayat 9-10. Ayat-ayat ini memuat daftar bangsa-bangsa dan berba-gai negara, tempat asal orang-orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi.19 Daftar ini dapat dibagi dalam empat kelompok, yaitu sebagai berikut:
1. Orang Partia, Media, Elam. Dengan penggolongan ini lebih dijelaskan orang-orang Yahudi yang disebut dalam ayat 5. Orang-orang Yahudi ini tinggal di Yerusalem.ayat 11. Yang diberitakan oleh para saksi adalah perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah (dalam bahasa Latin, Magnalia Dei). Lukas hanya menyebut perbuatan-perbuatan Allah itu tanpa penjelasan lebih lanjut. Tetapi setelah membaca kesaksian Rasul Petrus dalam ayat 14 dan seterusnya tidak sulit memahami isinya. Inilah ringkasan khotbah Petrus yaitu: yang merupakan inti adalah Yesus Kristus, pekerjaan-Nya, penderi taan-Nya, kematian-Nya, serta kebangkitan-Nya, dan kenaikan-Nya ke surga. Itulah perbuatan-perbuatan besar Allah yang dila kukan-Nya dalam Putra-Nya Yesus orang Nazaret, Hamba Tuhan.
ayat 12. Bagaimana tanggapan orang terhadap kesaksian gemi-lang yang diberikan oleh semua pengikut Kristus (yg adalah anggota gereja-Nya) itu? Orang-orang sangat kebingungan. Untuk
Simon Jenkins, Peta Alkitab, halaman 102–103, YKBK Jakarta.
lebih menegaskan, sekali lagi Lukas melukiskan keadaan para pendengar yang tercengang-cengang (ay 7). Mereka tidak tahu apa yang harus mereka perbuat, mereka termangu-mangu. Apakah arti semuanya ini, pikir mereka.
Sebetulnya reaksi mereka sangat menyedihkan. Seharusnya mereka menantikan terjadinya hal-hal tertentu pada hari ke-50 sesudah Paskah (ay 1). Lagi pula, bukankah mereka datang ke Yerusalem justru untuk merayakan pesta Pentakosta dan dengan rasa syukur bersukacita karena perbuatan-perbuatan besar Allah?
Sudah pasti orang yang berpesta itu telah mendengar kabar mengenai Yesus orang Nazaret, mengenai penderitaan dan kema-tian-Nya. Mereka telah mendengar tentang segala perbuatan yang dilakukan dalam Yesus Kristus demi kehormatan Allah, tetapi mereka tetap kebingungan.
ayat 13. Yang lebih gawat lagi adalah tanggapan para penyindir. Mereka sudah siap dengan jawaban sebelum Petrus sempat menjelaskan apa sebenarnya yang baru saja terjadi. Sindiran itu datang dari Iblis. Para penyindir menggunakan senjata yang dahsyat. Dengan menjadikan peristiwa itu bahan tertawaan orang, mereka berusaha merongrong kuasa dari perkataan yang telah disampai-kan itu. Menurut mereka, orang-orang yang memberi ke saksian itu tidak perlu ditanggapi serius. Dengan demikian, pem beritaan mengenai perbuatan-perbuatan besar Allah ditempeli dengan etiket, ”bahasa pemabuk”.
Tuhan yang hidup sudah naik ke surga, dan dari tempat yang mahatinggi itu Dia melanjutkan pekerjaan-Nya. RohNya turun ke bumi pada hari Pentakosta untuk melakukan pekerjaan yang sama. Kekuatan Ilahi di surga dan di bumi bekerja sama. Tahap terakhir pekerjaan Allah telah dimulai. Pekerjaan itu akan dengan cepat dimulai sampai pada akhirnya.
Roh Kudus mendiami jemaat Kristus dan memenuhi semua anggota tubuh Kristus. Kuasa-kuasa yang Roh ungkapkan di dalam dan dari jemaat tidak terkalahkan. Hal itu ditunjukkan dengan jelas oleh tanda-tanda tersebut. Begitu besar kuasa Roh hingga angin kencang dan lidah api tidak dapat dijadikan bahan perbandingan yang memadai.
Setelah pekerjaan fondasi dasar untuk mendirikan bangun-an selesai (pada akhir Kis. ”keduabelasan” itu sudah kembali lengkap), mu lailah Roh Kristus membangun rumah yang akan menampung semua bangsa. Ingat akan janji TUHAN kepada Abraham, yaitu ”dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat” (Kej 12:3). Dari bangsa mana pun mereka berasal, Roh menempa mereka semua dan menjadikan mereka satu dalam Kristus, satu dalam membesarkan nama Allah. Ini merupakan ciri jemaat, kediaman Allah, Yerusalem yang baru, yang meliputi seluruh bumi. Demikianlah Roh membangun kota yang sama sekali bertolak belakang dengan Babel (Kej 11), tempat di mana manu sia hendak membesarkan namanya sendiri.
Reaksi pertama terhadap pekerjaan Roh Kristus ialah keheranan yang amat sangat, tetapi juga sindiran yang begitu tajam.