ayat 1-2. Kisah yang diuraikan sekarang ini membawa kita ke
Kaisarea di tepi laut. Di kota ini menetap wali negeri Romawi dan karena itu di kota ini terdapat pula tangsi militer. Di antara anggota pasukan militer itu ada yang bernama Kornelius, seorang perwira yang memimpin 100 orang prajurit71 dari pasukan Italia (ada juga pasukan Kaisar, 27:1). Kornelius merupakan orang saleh yang takut akan Tuhan (bnd 9:31; 16:14). Ia bukan ”proselit”, yaitu orang bukan Yahudi yang digabungkan kepada umat Israel melalui penyunatan, tetapi dapat dikatakan orang yang berdiri di ambang pintu karena termasuk dalam kelompok yang ”takut akan Allah”.72
Bukan hanya Kornelius sendiri yang tergolong takut akan Allah, melainkan seisi rumahnya, yakni para hambanya (bnd 10:7) dan seandainya ada juga istri dan anak-anaknya. Kornelius rupanya menyatakan keyakinannya kepada ke luarga nya dan para hamba nya. Ia saleh dan beriman tidak hanya dalam kata, tetapi juga dalam karya. Ia menyatakan terima kasih kepada banyak orang; hal itu dinyatakannya dengan memberi sumbangan kepada warga Israel yang miskin (mengenai sedekah, lih Mat 6:1-4). Dan ia juga menyatakan syukur kepada Allah; hal ini dinyatakannya dengan senantiasa berdoa. Luar biasa! Betapa banyak perbuatan indah dalam kehidupan seseorang yang masih berdiri di ambang pintu dan yang baru kemudian akan dipenuhi dengan Roh Kudus (bnd penjelasan Calvin pada ay ini). Tentu saja permulaan yang bagus pada Kornelius ini merupakan mukjizat kuasa Allah.
ayat 3-6. Pada kira-kira jam tiga petang orang yang takut akan Allah ini sedang berdoa. Karena itulah jam kaum Yahudi biasa berdoa. Sebagai jawaban atas doa itu doa pasti ada pengaruhnya dan memiliki arti bagi Tuhan; itu bukan hal sepele; bandingkan 10:9; Yak 5:16, dan seterusnya Kornelius dengan jelas sekali melihat dalam suatu penglihatan (wahyu) seorang utusan surga yang berpakaian berkilau-kilauan (bnd 10:31; seperti rumahnya, begitu pula pakaiannya).
Utusan itu dikirim tidak lain oleh Allah sendiri. Apa yang pertama-tama Kornelius dengar ialah namanya sendiri. Jadi, Tuhan telah mengenal dia! Sosok yang berkilau-kilauan itu dan kata awal yang begitu pribadi dan yang mengherankan membuat Kornelius benar-benar terkejut. Karena begitu tercengang, sang perwira hanya dapat menjawab, ”Ada apa, Tuan?” Rasa syukur Kornelius kepada Allah dan rasa terima kasihnya kepada manusia benar-benar diketahui di surga dan tidak dilupakan Allah, tetapi dicatat dalam ”buku peringatan” (”kitab penca tatan sejarah”, Est 6:1, dst). Utusan surga itu datang memberi tahukan bahwa Allah akan menghargai Kornelius dengan cara yang luar biasa. Dan itu akan dilakukan Allah melalui orang-orang yang hendak dipakai dalam pekerjaan-Nya, yakni Petrus. Kornelius mendapat ins truksi yang jelas. Ditunjukkan dengan cermat orang yang harus membantunya nanti, juga tempat tinggalnya, yaitu di rumah penya mak kulit yang berhubungan dengan jenis usahanya tinggal dekat laut. Sesuai dengan peraturan para guru Yahudi, orang yang (bermata pencarian) semacam itu harus tinggal di luar pusat desa karena pekerjaan itu bersentuhan dengan bangkai binatang.
ayat 7-8. Setelah utusan surga itu pergi, Kornelius langsung menuruti instruksi tadi. Dua orang hambanya (tampaknya Kornelius orang berada; hal itu juga dapat dilihat dari sedekah-sedekah yg diberikannya) beserta seorang prajurit yang harus melayani sebagai pelindung prajurit yang takut akan Allah sama seperti Kornelius (jadi, ia dipilih dng cermat) diberi tahu oleh Kornelius tentang segala sesuatu yang telah terjadi, lalu diutusnya ke Yope membawa instruksi utusan surga itu. Mereka segera berangkat dari Kaisarea ke Yope. Perja lanan itu menempuh jarak kira-kira 45 km.
ayat 9-10. Sekarang sorotan diarahkan kepada orang yang di Yope itu, yakni Petrus yang dituju oleh para utusan Kornelius.
Sehari kemudian, ketika para utusan itu sudah dekat, Petrus menyendiri pada kira-kira tengah hari. Ia naik ke atap rumah untuk berdoa. Mencolok, karena jamjam doa untuk orang Yahudi ialah:
pagi hari jam sembilan, tengah hari jam tiga, dan menjelang matahari terbenam.
Karena lapar Petrus ingin makan. Sementara menunggu makanan disediakan di dapur, Petrus semakin lapar. Kenyata an itu disambung oleh Tuhan dengan suatu penglihatan, wahyu dari surga (bnd 11:5; 22:17). Dengan demikian Petrus sama sekali tidak berkhayal karena rasa laparnya. Ia mengalami keadaan ekstase dan sangat tercengang (rohnya diliputi kuasa ilahi) sewaktu Allah memperlihatkan hal-hal yang luar biasa kepadanya.
ayat 11-14. Penglihatan ini juga merupakan jawaban atas doanya (bnd ay 2-3). Kita tidak mengetahui dengan tepat apa isi doa Petrus, tetapi yang dapat kita katakan ialah doa yang sesuai denganKitab-Kitab Suci selalu lebih berarti daripada yang kita sadari (baik pada Kornelius maupun pada Petrus). Dan jawaban Allah selalu lebih kaya daripada doa itu sendiri.
Petrus melihat kediaman Allah terbuka (tidak hanya sebentar terbuka lalu cepat-cepat ditutup lagi). Sebuah benda yang mirip kain besar sekali, yang pada keempat sudutnya menyempit menjadi julur-julur kain, diturunkan ke bumi. Di dalamnya terdapat berbagai binatang. Dalam ayat 14 terlihat bahwa binatang-bina-tang itu semuanya najis. Mengenai hal ini, bandingkan Im 11, khususnya ayat 47. Petrus mendengar suara (dari surga, bnd Kis 11:9) yang asalnya dari Tuhan sendiri. Ia mendapat perintah untuk bangun (rupanya Petrus berdoa dng berlutut) dan menyiapkan salah seekor binatang itu untuk makanannya. Dengan tegas Petrus menolak menuruti perintah lisan ini, karena untuk menaatinya, ia harus melanggar perintah lain dari Tuhan, perintah yang tertulis (Im 11). Perintah yang disebut terakhir itu sudah mendarah daging baginya.
ayat 15-16. Setelah Petrus memberi jawaban, terdengar lagi suara Tuhan. Apa yang diucapkan-Nya sangat jelas (tentang hal ini Tuhan sudah pernah berbicara, yakni ketika Dia masih ada di bumi, bnd Mrk 7:18-19). Semua orang termasuk Petrus, tidak dapat tidak harus menyesuaikan diri dengan ucapan itu. Pengulangan sam pai tiga kali sangat penting artinya. Inilah pokok yang sangat diperhatikan Tuhan. Ia ingin mencapainya dengan segala kasih dan kekuatan-Nya, bersama dan melalui para rasul. Tetapi, pokok ini juga teramat sulit dipahami Petrus sebagai orang Yahudi, mengingat latar belakang sejarah selama berabad-abad.
Kalau Petrus sebagai wakil para rasul Kristus, tidak mau mengambil langkah itu dengan bergerak sendiri, Allah membuka kediaman-Nya sampai tiga kali (kejadian yg luar biasa) untuk memaksanya mengambil langkah itu. Langkah yang dimaksud di sini ialah jalan menuju bangsa-bangsa lain. Supaya terwujud persekutuan yang sungguh-sungguh dengan orang-orang yang asalnya kafir, maka batu sandungan yang utama dan yang paling besar harus disingkirkan lebih dulu. Dan itu ialah per aturan tentang makanan yang halal dan najis. Sebab selama peraturan itu ada, per sekutuan dalam perjamuan dan pergaulan di tengah masyarakat benar-benar mustahil. Dan bahwa yang menjadi masalah ialah peraturan tersebut, dipahami dengan baik oleh Petrus (bnd ay 28).
Peraturan mengenai makanan yang halal dan najis itu menya-takan sesuatu mengenai kehidupan di hadapan Tuhan, tanpa atau bersama dengan orang-orang lain. Di Taman Eden hanya ada manusia dan binatang yang halal dan suci. Tetapi, setelah semua nya menjadi tidak halal dan tidak suci oleh dosa, Allah turun tangan dalam rahmat-Nya. Dari dunia yang berdosa itu Dia menarik suatu umat ke arah diri-Nya, lalu umat itu disucikan-Nya. Dalam Perjanjian Lama Tuhan melakukan itu kepada Israel dan menarik garis pemisah di sekeliling bangsa itu. Dia hendak menegaskan pemisahan itu kepada anak-anak-Nya dan mengajari mereka supaya mempraktikkannya dalam kehidupan se hari-hari, sampai pada hal makan dan minum. Tetapi sekarang Allah hendak menarik semua bangsa kepada diri-Nya. Bangsa-bangsa lain yang tadinya kafir kini berdiri di samping Israel dan tembok pemisahnya hilang, hingga ke masalah makan dan minum (bnd ay 28). Mereka duduk berdampingan pada satu meja (bnd Mat 8:11; juga Ef 2:14).
ayat 17-20. Petrus belum dapat memahami seluruh arti dan akibat yang diperlihatkan, serta apa yang akan dilakukan Tuhan. Tentu saja Tuhan akan melakukan perbuatan besar yang tidak akan dapat dicegah, mengingat pengulangan dilakukan sampai tiga kali. Tepat pada saat Petrus mempertimbang kan semua itu, datanglah utusan-utusan Kornelius dan mereka menanyakan
Simon Petrus. Mungkin Petrus sendiri tidak mendengar apa-apa karena dalam pikirannya Roh Kudus harus menarik perhatiannya atas kedatangan utusan-utusan itu, yang tampaknya bukan hanya utusan Kornelius, melainkan utusan Allah sendiri (sebab Aku yang menyuruh mereka, bnd ay 5). Suruhan Roh Kudus tentu berhubungan dengan wahyu tersebut. Jelas, perintah tersebut harus dilaksanakan.
ayat 21-23. Petrus langsung menaati perintah itu dan memper-kenalkan dirinya kepada utusan-utusan itu, lalu mena nyakan alas-an kedatangan mereka. Mereka kemudian mencerita kan bagaimana tuan mereka menerima perintah dari Allah untuk mengundang Petrus datang untuk memberi pengajaran. Sementara itu, mereka memberi kesaksian yang baik mengenai tuan mereka, yaitu bahwa ia tulus hati kepada semua orang, dalam segala hal ia takut akan Allah, dan ia terkenal baik di kalangan kaum Yahudi di Kaisarea (bnd Luk 7:4-5).
Petrus mempersilakan mereka masuk dan tinggal di situ sepanjang hari itu dan sekaligus bermalam. Padahal mereka itu bukan Yahudi. Inilah buah pertama penglihatan tadi. Petrus yakin bahwa Allah sendiri yang mengutus mereka. Pastilah sang rasul sudah mulai berkemas pada hari itu juga, supaya keesokan harinya dapat berangkat bersama sejumlah saudara (menurut 11:12, yg ikut adalah enam orang saudara), yang harus menjadi saksi tentang apa pun yang akan terjadi nanti.
ayat 24-27. Sehari kemudian mereka tiba di Kaisarea. Kornelius sedang menantikan mereka dan ia telah memanggil sanak saudaranya dan sahabat-sahabatnya berkumpul. untuk bersama dengannya menik mati kegembiraan dan keistimewaan yang diberi kan kepadanya. Juga hal yang paling indah ini tidak disimpan oleh perwira itu bagi dirinya sendiri. Itu pun tidak mung kin karena peristiwa tersebut merupakan suatu kemewahan yang begitu besar, sehingga tentunya dia (sama seperti kita juga) ingin menunjukkan dan memberikannya kepada orang lain.
Pada saat Petrus memasuki rumah itu, Kornelius tersungkur di depannya. Ini merupakan cara memberi salam di Timur yang biasa dilakukan untuk menghormati seorang atasan, tetapi biasanya seorang dari Roma tidak menyalami seorang Yahudi dengan cara demikian. Menurut Petrus salam seperti ini merupakan kehormatan yang terlalu besar baginya. Atasannya ialah Tuhan. Dan di mata Tuhan Petrus dan Kornelius adalah sama, hanya manusia biasa. Tanpa segan-segan Petrus beramah tamah dengan Kornelius (ini sudah merupakan awal persekutuan antara orang Yahudi dan orang bukan Yahudi), lalu ia dibawa ke sebuah kamar di mana banyak orang telah berkumpul.
ayat 28-32. Petrus memilih titik tolaknya dari tengah-tengah praktik pergaulan sebagaimana yang berlaku sampai saat itu antara orang Yahudi dan bukan Yahudi. Ia menangani masalah secara langsung, yaitu aturan-aturan kehidupan yang dibuat para ahli Taurat Yahudi sehubungan dengan undang-undang mengenai makanan (bnd Yoh 18:28). Jadi, kenyataan bahwa kini Petrus datang kepada orang-orang ini dan bergaul dengan mereka, bukan hal sepele. Ia melakukannya atas perintah Allah.
Atas pertanyaan Petrus mengenai alasan dari undangan itu, Kornelius menyusun semua kejadian secara berurut an, juga untuk teman-teman seperjalanan Petrus (bnd 11:12). Kemu dian, diulang lagi apa yang telah diuraikan dalam ayat 3-8. Roh Kudus yang mengatur seluruh pengulangan ini dicatat secara teliti karena arti penting dari peristiwa bersejarah ini.
Empat hari yang lalu. Hari keberangkatan dari Kaisarea dan juga hari kedatangan di sana dihitung secara terpisah.
ayat 33-36. Kornelius menyatakan penghargaannya atas kedatangan Petrus. Ia sangat berterima kasih. Bersama dengan orang-orang lain di rumahnya ia hadir di hadapan Allah, oleh sebab rasul Kristus, Tuhan, berdiri di depan mereka dengan firman Allah. Itu berarti Allah ada di situ. Sebelumnya perwira itu sudah mengatakan bahwa ia akan menerima kata-kata Petrus sebagai firman Allah.
Setelah itu Petrus mulai berbicara. Pada awalnya, Petrus langsung menyatakan bahwa ia telah belajar banyak dari penglihatan yang diberikan kepada Kornelius dan kepada dirinya sendiri dan ia menegaskan bahwa Allah tidak membedakan orang (bnd Rm 2:11; Ef 6:9; 1Ptr 1:17). Dari bangsa mana pun orang berasal (Yahudi atau bukan Yahudi), yang takut akan Allah berkenan di hadapan-Nya. Itulah firman yang Ia sampaikan kepada orang-orang Israel. Dengan demikian, mereka yang menjadi orang-orang pertama yang mendengar berita yang indah mengenai damai sejahtera (bnd Yes 52:7). Inilah berita yang dibawa oleh Yesus Kristus dan yang mengatakan bahwa Dia (Yesus) adalah Tuhan dari semua orang. Dialah yang berkuasa atas semua orang dan atas segala-galanya (bnd Mat 28:18).
ayat 37-39. Di Kaisarea juga telah tersebar berita tentang apa yang terjadi di Yudea mengenai Yesus orang Nazaret, mulai dari pekerjaan bentara-Nya, Yohanes. Kemudian tentang pengurapan-Nya, peng angkatan-Nya, dan kesanggupan-Nya dengan Roh Kudus, yakni dengan kuat kuasa (bnd Luk 3:22; 4:1). Karya agung yang gemilang itu menghasilkan buah-buah melimpah, yang menjadi nyata khususnya dalam penyembuhan semua orang yang dikuasai oleh perbudakan Iblis.73 Karena Allah ada di pihak-Nya, Yesus mampu melakukan pekerjaan yang agung itu.
Kini Kornelius dan seisi rumahnya mendengar berita itu dari orang yang dari awal sampai akhir paling dekat Yesus. Petrus dan para rasul lainnya adalah saksi mata dan telinga (bnd 1:22). Tetapi, meskipun Yesus begitu banyak melakukan perbuatan baik, Dia diperlakukan dengan kejam oleh kaum Yahudi. Mereka melakukan kejahatan yang paling besar, paling memalukan, dan paling mengerikan, yaitu mereka telah membunuh Dia dengan menggantung Dia pada kayu salib. Betapa besar perbedaan antara perbuatan-perbuatan Yesus dan perbuatan-perbuatan kaum Yahudi.74
ayat 40-43. Betapa besar perbedaan antara perbuatan-perbuatan orang Yahudi dan perbuatan-perbuatan Allah (bnd 2:32; 3:15; 5:30). Dia yang disalibkan oleh orang Yahudi, Dia pula yang dibangkitkan oleh Allah. Tetapi Allah hanya memperlihatkan Dia kepada orang-orang yang terpilih, yang sebelumnya telah ditunjuk oleh Allah di antara seluruh bangsa. Ini merupakan pilihan yang ajaib, sebab bukankah Petrus berasal dari daerah pedalaman di Galilea? Mereka diperkenankan menjadi saksi kebangkitan-Nya, bahkan makan dan minum bersama Dia yang mengalahkan maut, pada satu meja (bnd 1:4; Luk 24:30, 42; Yoh 21:12).
Allah juga telah menugaskan para saksi itu untuk memberi-takan kepada Israel dan menegaskan kepada mereka bahwa tidak seorang pun, kecuali Yesus, yang ditentukan Allah menjadi Hakim atas semua orang. Dengan demikian, semua orang akan berurusan dengan Dia dan menghadap takhta-Nya (mau tidak mau). Hal itu sangat mence kam seluruh dunia. Oleh sebab itu, kalimat terakhir (ay 43) bergema sebagai keajaiban yang luar biasa, yaitu bahwa ada pengampunan dosa bagi siapa saja yang percaya kepada-Nya. Pengampunan bagi semua orang! Perkataan yang pasti membuat orang sangat heran: setiap orang, Yahudi atau bukan Yahudi. Tak peduli apa pun kebangsaan dan warna kulitnya. Percaya, itulah yang menentu kan. Melalui jalan kepercayaan itu terdapat keselamatan pada Hakim sendiri, yaitu Yesus. Saksi-saksi yang terpilih mengokohkannya. Semua nabi telah menubuatkan hal ini sejak berabad-abad lalu. Jadi, apa yang diberitakan Petrus menge-nai pengampunan bagi setiap orang tidak dapat diragukan (bnd Yes 53:11; Yer 31:34; Mi 7:18).
ayat 44-48. Petrus belum selesai berbicara, Roh Kudus turun ke atas semua orang bukan Yahudi yang sedang mendengarkan pemberitaan itu dengan kuasa yang tidak mungkin ditentang. Petrus dan teman-teman seperjalanan yang menyertainya sebagai saksi melihat bahwa Tuhan yang hidup, yang tinggal di surga, juga mencurahkan RohNya kepada bangsa-bangsa lain (bnd 2:38, tahap pertama; 8:15-17, tahap kedua; dan sekarang tahap ketiga). Hal itu tampak dalam berkata-kata dalam bahasa lidah dan memuliakan Allah. Terjadi mukjizat yang sama seperti dalam 2:11 (bnd 1Kor 14). Dalam Kis 2, hal itu terjadi kepada orang-orang Yahudi dari semua bangsa (perantauan), dalam Kis 10 kepada semua bangsa itu sendiri. Orang Yahudi dan bukan Yahudi bersatu dalam Tuhan dan Roh Kudus-Nya. Orang-orang bukan Yahudi ini kini telah menerima pengampunan (ay 43) dan Roh kehidupan baru (ay 44). Kedua hal itu, dikokohkan secara nyata oleh baptisan. Oleh karena itu, baptisan dapat langsung dilakukan. Pemberitaan firman (ay 34-43) disambung dengan pelayanan baptisan.
Apa yang dahulu mustahil (bnd 10:28) sekarang dilakukan selama beberapa hari, yaitu pergaulan di rumah dan perse kutuan dalam jamuan bersama orang-orang yang tidak bersunat.
Sementara ini, Injil Yesus Kristus telah berjalan dari Yerusalem melintasi Yudea dan Samaria. Juga warga Samaria yang telah disunat tetapi tidak memiliki lebih dari lima kitab Taurat Tuhan, dipanggil dan ditarik ke dalam jemaat Kristus. Bahkan seorang sida-sida (pejabat istana) yang takut akan Allah, orang Etiopia yang dikebiri, yang karena cacatnya tidak diizinkan masuk jemaat Tuhan (Ul 23:1), diterima dalam persekutuan Yesus Kristus. Lalu sekarang juga orang-orang dari bangsa-bangsa bukan Yahudi yang takut akan Allah. Di tengah-tengah kehidupannya sehari-hari, dalam tugasnya sebagai perwira, mereka dikunjungi Allah dan diterima dalam perjanjian-Nya yaitu melalui baptisan, alih-alih melalui sunat.
Dalam Kis 10, batas yang penting telah dilalui, mengingat kenyataan bahwa penglihatan kepada Kornelius diceritakan sampai tiga kali (10:3-6; 10:30-32; 11:13-14) dan penglihatan kepada Petrus sampai dua kali (10:10-16; 11:5-10). Tembok telah runtuh (bnd Ef 2:14), yaitu tembok pemisah antara orang Yahudi dan bukan Yahudi. Lukas sebagai penulis memberi banyak perhatian pada hal itu, juga nanti dalam Kis 11. Hal itu juga berhubungan dengan Teofilus, kepada siapa buku ini dipersembahkan, dan yang mungkin juga seorang yang takut akan Allah.
Kis 10 dapat dibagi seperti berikut:
Ayat 1-8 penglihatan kepada Kornelius;
Ayat 9-16 penglihatan kepada Petrus;
Ayat 17-23 utusan-utusan Kornelius datang kepada Petrus;
Ayat 24-33 Petrus datang kepada Kornelius di Kaisarea;
Ayat 34-43 pemberitaan oleh Petrus sebagai saksi; khotbah ini dapat dibandingkan dengan pemberitaannya dalam 2:22-36; 3:11-26; 4:9-12; 5:30-32;
Ayat 44-48 karunia Roh Kudus dalam Kis 2, kini juga diberikan kepada orang-orang bukan Yahudi yang takut akan Allah, meskipun mereka tidak bersunat.