ayat 1-3. Paulus berdiri di depan hadirin yang istimewa, yakni Gu bernur Perkius Festus, Raja Herodes Agripa II bersama Bernike, dan banyak lagi orang-orang terkemuka dari kalangan militer dan sipil (ingatlah pada kata ”raja-raja” dl 9:15).
Festus memberi kesempatan kepada Agripa untuk mengeta hui lebih banyak mengenai kasus Paulus dan kemudian ia memper-silakan Paulus untuk membela diri. Dengan rasa syukur Paulus memakai kesempatan ini untuk bersaksi tentang Tuhannya dan mengungkapkan segala kenyataan. Ia memberi isyarat dengan tangannya supaya hadirin tenang (bnd 13:16; 21:40). Dalam pidato-nya ia mengarahkan diri terutama kepada Raja Agripa (bnd ay 2, 7, 13, 19, dan 27) karena ia yang menjadi pusat percakapan itu.
Paulus memulai dengan mengucapkan kata-kata ramah kepada raja. Ia merasa beruntung karena ia boleh membela diri terhadap segala tuduhan orang-orang Yahudi itu justru di hadapan Raja Agripa. Tetapi alasan mereka mengajukan tuduhan-tuduhan itu sekaligus menonjolkan dengan lebih nyata tanggung jawab Agripa karena dia yang mampu menilai masalah-masalah Yahudi. Ia tahu benar-benar adat-istiadat dan persoalan-persoalan di antara orang
Yahudi. Itu berarti bahwa raja yang dalam hatinya tidak mempedulikan agama Yahudi dan Kristen, nantinya harus menyatakan pendapatnya.
ayat 4-5. Paulus mulai bercerita tentang masa mudanya. Yang ia maksudkan bukan tahun-tahun pertamanya sebagai anak kecil, yang mungkin ia habiskan di Tarsus, melainkan tahun-tahun masa remajanya.
Ia sengaja mulai dengan tahun-tahun itu untuk menunjukkan bahwa sejak semula ia tidak dididik menjadi pemberontak untuk menyerang kepentingan orang-orang Yahudi. Seandai nya demi-kian, kita dapat memahami serangan sengit yang dilontarkan pihak orang-orang Yahudi. Tetapi kenyataannya justru sebalik nya. Paulus telah mengawali jalan hidupnya di sekolah para rabi yang paling keras di kalangan Yahudi, yakni kaum Farisi (bnd 23:6), yang dengan teramat taat mengikuti hukum-hukum (berlawanan dng kaum Saduki).
Jika ada satu orang yang dengan jiwa raganya telah membaktikan dirinya pada kepentingan Yahudi dan melayaninya dengan setia, orang itu adalah Paulus. Dan hal itu diketahui betul oleh orang-orang Yahudi. Sekiranya mereka mau mengatakan pen dapat mereka tentang itu, mau tidak mau mereka harus mengiyakan perkataan Paulus dengan sepenuhnya.
Kesimpulannya ialah seharusnya awal hidup Paulus diakui oleh semua orang Yahudi dan mendapat simpati mereka, berbeda dengan serangan dan tuduhan yang sengit itu.
ayat 6-7. Tetapi bagaimana selanjutnya? Orang yang sejak masa mudanya dengan seluruh jiwa raganya terkait dengan orang-orang Yahudi, kini diserang dengan berbagai tuduhan olehorang-orang Yahudi yang sama. Kebalikan antara masa dahulu dan sekarang jelas terasa. Dan sekarang apa yang dituduhkan kepada Paulus? Mengherankan, ia dituduh melakukan se suatu yang bagi orang-orang Yahudi dalam segala abad teramat penting, yakni mengharapkan janji (TB: ”mengharap kan penggenapan janji”).
Yang dimaksud Paulus ialah kabar baik yang telah disebut dalam Kitab Kejadian.154 Melalui Injil itu, para nenek moyang dan keturunan mereka telah Allah jadikan umat-Nya. Keberadaan bangsa Israel dan sejarahnya adalah berkat Injil itu. Paulus tidak menunjukkan secara gamblang apa isi kabar baik itu, tetapi yang dimaksudkannya ialah kedatangan Mesias (bnd ay 8-9 yg di dalamnya nama Yesus disebut).
Selama berabad-abad Israel hidup sambil menantikan pemenuhan janji itu. Dengan setiap hari mempersembahkan kurban di Kemah Suci dan Bait Allah, mereka terus menyegarkan peng-harapan dan kerinduan mereka kepada Mesias yang akan datang.
Kedua belas suku, jadi bangsa Israel selengkapnya, siang malam berdoa memohon kedatangan-Nya (bnd Luk 2:37).
Paulus tetap mengikuti jejak yang umurnya sudah berabad-abad itu, seperti yang juga telah dilakukan orang-orang Israel dalam segala abad sebelum dia. Meskipun demikian, sekarang ia diserang oleh orang Israel karena pengharapan itulah (bnd Kis 28:20).
ayat 8. Kini dengan jelas Paulus mengatakan apa yang diharap-kannya, yakni kemenangan atas maut. Hanya satu yang lebih berkuasa daripada maut, yaitu Allah. Hal itu telah ditunjukkan-Nya dalam sejarah Israel lebih dari sekali (bnd 1Raj 17:22; 2Raj 4:35; 13:21).
Kenyataan Allah berkuasa atas maut, juga dipercaya oleh orang Farisi dan banyak orang Yahudi lain (bnd Kis 24:15). Teta-pi kenyataannya Yesus, orang yang dipaku di kayu salib (”kayu kutuk”), telah dibangkitkan Allah, dianggap mustahil oleh banyak orang Yahudi. Mesias yang dikutuk Allah, dan yang juga Dia bangkitkan, sungguh merupakan batu sandungan bagi banyak orang Yahudi. Karena itu, mereka menolak mempercayai kebang-kitan-Nya (bnd Mat 28:11-15).
ayat 9-11. Pada mulanya Paulus sendiri juga tidak mau mempercayai kebangkitan Yesus, persis seperti para penuduhnya. Pada awalnya ia bersikap bermusuhan terhadap Yesus. Se laku Farisi sejati, ia menentang Orang yang berasal dari Nazaret, daerah Utara yang hina, wilayah bangsa-bangsa lain itu (bnd Yes 8:23). Menurut keyakinan Paulus, semua orang harus menentang nama Yesus, artinya menentang perkataan dan perbuatan-Nya (yg membuat nama Yesus terkenal). Perlawanan itu harus dilakukan. Allah yang meng-hendakinya, pikir Paulus. Paulus kemudian mewujudkan kata-katanya dengan melakukan tindakan keras terhadap para pengikut Yesus. Sekarang ia menyebut mereka orang kudus (bnd 9:13). Kepada merekalah ia memberi nama yang disediakan bagi anak-anak Allah (bnd Kel 19:6; 22:31; 1Ptr 2:9). Ia telah menangkap dan memenjarakan mereka (bnd Kis 8:3; 9:13; 22:4). Dan jika Mahkamah Agama menjatuhkan hukuman mati, ia memberi persetujuan.155
Di sini terbukti bahwa Mahkamah Agama mempunyai wewenang untuk menjatuhkan hukuman mati dan melaksanakannya.
Di masa itu Paulus didukung oleh seluruh pimpinan Yahudi, dan ia bertindak atas nama mereka (bnd 9:2, 14). Dalam segala tindakannya, Paulus sama sekali tidak menunjukkan sikap yang lemah lembut. Dengan semangat berkobar-kobar ia melakukan kegiatannya (bnd 9:1). Ia menyeret murid-murid yang telah ditang-kapnya ke rumah-rumah ibadah di Yerusalem, memerintahkan agar mereka dicambuk di depan mata semua orang (bnd 22:19), dan mencoba memaksa mereka mengkhianati Yesus dengan jalan mengutuk nama-Nya.156 Paulus tidak membatasi perbuatannya sampai di Yerusalem saja, sebab setelah seluruh kota itu telah ia bersihkan (bnd Kis 8:1), ia mencari para pengikut Yesus di kota-kota asing. Jadi, selain Damsyik juga kota-kota lain, tempat tinggal kelompok-kelompok besar orang Yahudi.
Singkatnya, orang dapat mengatakan apa saja tentang Paulus, tetapi ada satu hal yang tidak, yaitu bahwa ia musuh orang Yahudi. Riwayat nya menceritakan hal yang sebaliknya. Ia mengikuti jejak lama dengan memusatkan pengharapannya pada pemenuhan janji Injil. Untuk itu semangatnya berkobar-kobar. Dan itu ditunjukkan-nya dengan kejam mengejar para pengikut Yesus orang Nazaret, si guru palsu itu (itulah pikirannya waktu itu). Dalam semua itu, ia jauh melebihi siapa pun. Sampai di situ, mestinya orang-orang Yahudi serentak mendukung Paulus, asal mereka mau mengakuinya.
ayat 12-13. Sekarang Paulus sampai pada perubahan besar dalam hidupnya. Sejak saat itu semua orang Yahudi serentak melawannya. Benar tidaknya tanggapan mereka, diputuskan oleh apa yang Paulus alami pada saat yang menentukan itu. Fakta-fakta yang terjadi pada saat itu yang harus meyakinkan orang-orang Yahudi dan yang sekarang harus meyakinkan Raja Agripa juga. Itulah sebabnya Paulus mulai bercerita mengenai apa yang terjadi pada hari itu (kini untuk yg ketiga kalinya diceritakan kisah penampakan Tuhan yg hidup kepada Paulus; bnd 9:3, dst; 22:6, dst).
Peristiwa itu terjadi ketika Paulus sedang dalam perjalanan ke Damsyik, sebagai utusan Mahkamah Agama dengan kuasa penuh, jadi bukan sebagai musuh para penuduhnya, melain kan sebagai rekan mereka. Tiba-tiba ia dan teman-teman seperjalanannya ditimpa dan diliputi cahaya. Meski saat itu tengah hari dan matahari bersinar dengan sangat terik, cahaya itu lebih terang dari semua yang bersinar (bnd Luk 2:9; Why 1:16).
ayat 14-15. Dalam pengisahan ketiga ini (sesudah Kis. dan 22), kita membaca bahwa cahaya itu begitu kuat sehingga tidak seorang pun dari seluruh anggota rombongan seperjalanan itu yang mampu untuk tetap berdiri. Meskipun mereka semua rebah ke tanah karena tidak tahan menentang cahaya itu, dan meskipun mereka mendengar suara, tetapi hanya Paulus yang melihat sesosok tubuh dan mengerti apa yang dikatakan-Nya (bnd 9:7; 22:9).
Mengenai kata-kata Tuhan Yesus, lihat 9:4-6; 22:7-10. Yang baru dalam pengisahan ketiga ini ialah keterangan tentang Yesus yang berbicara dalam bahasa Ibrani. Tambahan ini dapat kita mengerti, melihat kenyataan bahwa Paulus pasti berbicara kepada Agripa dalam bahasa Yunani. Dalam Pasal 22 keterangan itu tidak diperlukan, mengingat 21:40.
Yang juga baru ialah kata-kata, ”Sukar bagimu menentang Dia yang berkuasa atasmu.” TB memberi terjemahan harfiah, ”Su-kar bagimu menendang ke galah rangsang”. Itu adalah pepatah di dunia pertanian. Hewan yang dipasang di depan bajak, tapi yang tidak mau berjalan maju melainkan menendang-nendang ke belakang, harus merasakan ujung tajam ”tongkat lembu” atau ”galah rangsang”. Seekor hewan yang sudah merasa kan ujung tajam itu akan jera dan jarang melawan lagi. Tidak ada gunanya melawan karena hanya mendatangkan kesusahan dan kepedihan.
Mengenai ayat 15, lihat 9:5; 22:8.
ayat 16-17. Paulus tidak bercerita panjang lebar tentang peran Ananias dalam menyampaikan kata-kata Yesus (bnd 9:10-17). Si pemberita tidak disebut, hanya sang Pemberi tugas dan isi berita yang Paulus dengar. Yang disebut terakhir itulah yang paling penting, sedang keterangan mengenai pribadi Ananias dapat dike-sampingkan.
Yesus tidak menyingkirkan Paulus untuk selamanya. Sebalik-nya, Paulus memperoleh pengampunan dan harus bangun berdiri untuk menerima tugas yang sama sekali berbeda dengan yang dibawanya dari Yerusalem. Tuhan yang selama itu ditentangnya, kini harus dilayaninya (bnd 1Kor 4:1). Ajaib sekali. Tuhan berkenan memakai dia sebagai saksi tentang segala sesuatu yang telah di lihatnya sekarang dan yang masih akan diperlihatkan kepada nya nanti, yakni kenyataan bahwa Yesus yang telah disalib itu hidup dan Dialah Tuhan segala kemuliaan (bnd Kis 22:15). Mengenai penampakan lain sesudah Damsyik, lihat 22:18. Untuk kedua penampakan itu bandingkan juga 1Kor 9:1; 15:8; 2Kor 12:1; Gal 1:12.
Bagi Yesus, Paulus adalah pilihan yang paling tepat. Bukan-kah dengan mengikutsertakan Paulus, Yesus memilih musuh yang paling sengit di kalangan orang-orang Yahudi? Dan menurut perhi-tungan manusia, mereka pasti mau mendengarkan orang ini.
Justru Paulus yang diselamatkan oleh Yesus (bnd Kis 9:15; Gal 1:1, 15) dari seluruh manusia di dunia, dari kalangan bang-sa Yahudi dan bangsa-bangsa lain. Selanjutnya dia telah bertemu dengan ribuan orang Yahudi maupun bukan Yahudi dalam perjalanan-perjalanan pemberitaan Injil yang dia lakukan. Mereka semua bergantung pada kesaksian Paulus, demikian pula halnya dengan hadirin yang sedang mendengarkan Paulus.
ayat 18. Tugas yang Paulus terima dari Tuhan Yesus ditujukan kepada orang-orang Yahudi maupun bukan Yahudi untuk:
1. membuka mata mereka, karena mata manusia buta terhadap terang dan kebenaran, pertama-tama orang-orang Yahudi (bnd 2Kor 4:4), tetapi juga bangsa-bangsa lain yang meraba-raba dalam kegelapan karena belum pernah mendengar perkataan Allah (bnd Yes 42:7; Luk 1:79; Kis 13:47);memberi wawasan yang luas ke masa depan, dengan menganugerahkan sebagian dari warisan. Warisan itu adalah keselamatan, kehidupan kekal yang akan dinikmati bersama dengan semua orang kudus (bnd 20:32; Ef 1:14, 18, 5:5; Kol 1:12). Semua orang percaya mendapat bagiannya, sama seperti anak-anak dalam satu keluarga yang membagi-bagi-kan warisan.
ayat 19-20. Siapa yang dengan cara itu (penglihatan yang dari surga itu) bertemu dengan Tuhan dan menerima penugasan seperti itu, tidak bisa berbuat lain kecuali menghentikan segala perlawanan dan mulai bekerja. Segera mulai di kota tempat Paulus hendak menghapus nama Yesus orang Nazaret, di Damsyik. Di situ Paulus mulai memberitakan nama Yesus ke pada orang Yahudi (bnd 9:20). Setelah itu ia juga melakukannya di Yerusalem (bnd 9:28-29) dan di daerah sekitarnya dan kepada bangsa-bangsa lain di seluruh dunia (bnd 1:8).
Ia telah mengimbau semua orang supaya mereka mengubah pikiran dan perbuatan mereka secara total, dengan berpegang erat pada Allah dan hidup serta bertindak dari dalam Dia (perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan pertobatan itu; bnd Mat 3:8).
ayat 21-23. Pekerjaan Paulus sejak pertobatannya dekat Dam syik itu merupakan batu sandungan besar bagi orang-orang Yahudi, yakni (1) pemberitaannya bahwa Yesus hidup, dan (2) penyebaran berita itu bukan saja kepada orang Yahudi, melainkan juga kepada bangsa-bangsa lain. Tuduhan-tuduhan lain yang diajukan orang Yahudi, sifatnya hanya sampingan (bnd 24:5-6; 25:7-8).
Yang tadi disebut adalah penyebab yang benar. Sejak peristiwa ”Damsyik” itu orang-orang Yahudi terus-menerus mengincar Paulus untuk disingkirkan dengan jalan kekerasan (bnd 9:23, 29; 13:50; 14:5, 19; 17:5, 13; 18:12; 21:23). Satu hal yang harus dicam-kan oleh hadirin khususnya Agripa ialah apa yang terjadi dekat
Damsyik itu merupakan fakta. Paulus telah dikalahkan oleh fakta-fakta tersebut. Fakta-fakta itu yang harus dan ingin Paulus nyatakan. Meskipun ia adalah terdakwa dalam proses pengadilan di depan Festus, tetapi kini ia bersaksi dalam proses pengadilan mengenai kepemilikan bangsa-bangsa. Juga Festus, Agripa, dan seluruh hadirin harus tunduk pada fakta-fakta itu.
Selain itu fakta-fakta tersebut digarisbawahi karena Allah selalu campur tangan untuk menyelamatkan Paulus dan membantu nya agar ia dapat mengatasi segala kesukaran. Kalau tidak, pekerjaan itu tidak mungkin terlaksana. Dengan kata lain, Allah sendiri yang melindungi pesan yang Paulus beritakan. Hal ini sudah berkali-kali terbukti.
Pesan itu juga bukan ajaran tentang aliran baru, melainkan penggambaran yang tepat mengenai apa yang telah diberitahukan dalam Perjanjian Lama, dalam Kitab-kitab Musa dan para nabi (ini pembagian pada Perjanjian Lama dl dua bagian yg sudah dikenal, bnd Luk 16:29; 24:27). Pesan yang disampaikan Paulus sesuai Kitab Suci (bnd Luk 24:25, 44; Kis 3:18; 8:35; 13:27; 1Kor 15:3-4).
Sebetulnya, ada sesuatu yang kurang wajar dalam perlawanan pihak Yahudi. Karena dibandingkan dengan orang-orang lain, seharusnya justru orang-orang Yahudi yang sudah mengenal Musa dan para nabi, yang lebih menghargai pesan yang Paulus bawa itu. Pesan itu berbunyi:
1. Mesias harus menderita dan mati (bnd Mzm 22; Yes 53; Za 12:10; 13:7, dan juga seluruh penyembahan kurban);Semuanya itu terjadi menurut rencana Allah yang dapat dibaca dalam Kitab-kitab Suci.
ayat 24-25. Sementara Paulus masih sibuk membela diri, Festus tidak lagi dapat menahan reaksinya. Pesan Paulus memang meminta reaksi. Dan bagaimanapun, reaksi itu datang (bnd 2Kor 2:15-16). Reaksi Festus cukup emosional, dilihat dari ke nyataan ia berbi cara dengan nada agak sengit. Reaksi semacam itu tidak mengherankan. Pesan yang Paulus berita kan itu sungguh tidak sedikit, yakni mengenai seorang Juru selamat yang bersedia menjadi yang paling hina dan yang membiarkan diri-Nya disalib ketimbang menunjukkan kuasa-Nya di depan umum. Dan Juruselamat itu, sesudah kematian-Nya, kembali ke dunia dalam tubuh yang nyata. Apakah Dia Juruselamat yang ha rus diandalkan oleh setiap orang, baik orang Yahudi maupun bukan Yahudi?
Bagi orang-orang bukan Yahudi, baik salib (bnd 1Kor 1:23) maupun kebangkitan (bnd Kis 17:32; 25:19) merupakan kebodohan besar. Menurut Festus, Paulus hanya sembarangan saja. Ia seperti sudah gila. Hal itu sering terjadi pada orang-orang yang terlalu banyak meneliti dan mempelajari buku-buku. Mereka suka berkhayal. Reaksi itu sungguh tajam dan bernada menghina.
Tetapi Paulus menjawab dengan takzim dan cerdas, ”Festus yang mulia (ia tetap sopan, juga setelah Festus memberi reaksi yg kurang sopan), aku tidak gila, tetapi aku mengata kan kebenaran dengan pikiran sehat!” Hanya, siapa pun yang mendengar pesan itu, harus melepaskan segala sesuatu dan menyerahkan pikiran-pikirannya sendiri. Karena pesan itu menyadarkan setiap orang akan kebinasaan dan kelemahan nya, dan menunjuk pada hikmat dan kuasa Allah (bnd 1Kor 1:24).
ayat 26-27. Raja Agripa, yang nasihatnya Festus harapkan (ay 3), sekarang dimohon oleh Paulus untuk memberi kesaksian bahwa apa yang diberitakannya bukan teori-teori yang direkayasanya sendiri, melainkan kenyataan semata-mata. Jika ada satu orang yang tahu tentang hal-hal ini, maka itu adalah Herodes Agripa II yang berasal dari keluarga Raja Herodes Agung. Beberapa kerabat ke luarga itu telah terlibat dalam peristiwa-peristiwa yang menyangkut Yesus, sang Mesias itu, yakni Herodes Agung pada kelahiran-Nya (Mat 2), Herodes Antipas pada penderitaan dan kematian-Nya (Luk 23:7-12), dan Herodes Agripa. pada perlakuan kejam terhadap para pengikut-Nya (mis Kis 12).
Herodes yang ini juga pasti tahu tentang segala peristiwa di sekitar Yesus orang Nazaret. Yesus itu akhirnya tidak di bunuh di sebuah desa yang terpencil. Proses pengadilan terhadap-Nya dilangsungkan di ibu kota, di Yerusalem. Di kota itu Dia dimakam-kan, bangkit, dan menampakkan diri. Di situ pula Dia mencu-rahkan RohNya.
Agripa juga dipaksa Paulus untuk memilih, dengan menyapanya secara pribadi dan menunjukkan Kitab-kitab Allah kepada nya (”Percayakah engkau, Raja Agripa, kepada para nabi?”). Jika Agripa memakai Kitab-kitab itu sebagai titik tolak, maka Paulus dapat memperkuat pesannya dengan bukti-bukti.
ayat 28-29. Raja, yang di tengah-tengah bangsa Yahudi ingin bersikap seperti orang Yahudi, dan yang ditugaskan memerintah bangsa Yahudi serta mengawasi Bait Allah orang Yahudi, sulit memberi pernyataan negatif tentang Kitab-kitab Allah. Tetapi, menurut naskah bahasa Yunani yang satu, ia mengelak memberi jawaban langsung dengan mengatakan, ”Engkau ingin aku segera bertindak sebagai orang Kristen.” Artinya, dengan ucapan yang bersifat ironis, ia hendak melepaskan diri dari pesan Paulus yang cukup serius. Menurut naskah bahasa Yunani yang lain yang diikuti oleh TL, TB, dan TB-2 jawaban Agripa berbunyi,
”Hampir-hampir saja kauyakinkan aku menjadi orang Kristen!” Di sini terkandung arti, Agripa sudah berdiri di ambang pintu agama Kristen dan hanya memerlukan satu dorongan lagi.
Sulit untuk memastikan apa yang Agripa maksudkan dengan kata-kata itu (bertindak sebagai orang Kristen, atau menjadi orang Kristen). Penulis lebih condong kepada terjemahan per tama, meng-ingat apa yang kita ketahui tentang kehidupan raja ini.
Paulus juga tetap berbicara dengan sungguh-sungguh kepada Agripa (bnd ay 25). Pertobatan Agripa dan seluruh hadirin, itulah yang Paulus maksudkan dengan kesaksiannya (di sam ping pembelaan kasusnya). Hanya satu yang dapat mewujud kan mukji-zat itu, yaitu Allah sendiri. Paulus tahu bahwa bagi Allah tidak ada satu pun yang mustahil. Dan ia memberitahu para pendengarnya bahwa ia mau berdoa kepada Allah untuk melakukan mukjizat itu. Tetapi sayang, tidak ada sambutan yang hangat dan rasa percaya terhadap pesan yang dibawa Paulus di antara hadirin.
Apa yang ada dalam hati Paulus ialah kasih bagi manusia yang binasa. Sebagaimana Paulus telah diselamatkan oleh mukji-zat, demikian juga yang diinginkannya bagi orang-orang lain. Keinginan hatinya ialah supaya semua pen dengarnya menjadi seperti dia, tetapi bebas dan tidak terbe lenggu (seperti Paulus yg mungkin dirantai kepada seorang prajurit). Kebebasan memang hal yang sangat berharga, yang tidak dapat dibeli dengan uang, betapa pun banyaknya.
ayat 30-32. Raja Agripa mengakhiri pertemuan itu dengan bang-kit berdiri. Apakah Paulus menyinggung perasaannya dengan kata-katanya yang gamblang? Gubernur dan kedua tamunya yang mulia memisahkan diri dari rombongan lainnya dan sa ling bercakap-cakap. Pendapat umum mereka ialah Paulus tidak patut dihukum (bnd 23:9, 29). Tuduhan-tuduhan yang di sampaikan oleh orang-orang Yahudi tidak ada buktinya.
Agripa juga menyatakan pendapatnya. Ia ”tahu benar-benar adat istiadat dan persoalan-persoalan di antara orang Yahudi” (ay 3) dan Festus sangat menaruh perhatian terhadap penilainnya (bnd 25:26).
Raja mengatakan, ”Sekiranya ia tidak naik banding kepada Kaisar, ia dapat dinyatakan tidak bersalah dan dibebaskan.” Peni-laian itu agaknya ditulis dalam surat pengantar Festus ke pada Kaisar (bnd 25:26). Tuduhan bahwa Paulus membahayakan negara (bnd 25:8) sebetul nya telah disanggah oleh para penguasa ini.
Paulus harus membela diri di depan Raja Agripa. Festus meminta bantuannya untuk dapat menyusun surat yang tepat bagi Kaisar. Agripa lebih tahu mengenai persoalan-persoalan Yahudi daripada Gubernur Festus.
Paulus memulai pembelaannya dengan menunjukkan bahwa ia dididik bukan untuk menjadi musuh orang Yahudi, tetapi sebagai salah seorang di antara mereka. Sejak semula ia berjalan menurut jejak yang telah berabad-abad, dengan memusatkan segala pengharapannya pada kabar baik tentang kedatangan Mesias. Dia telah datang dalam diri Yesus orang Nazaret. Oleh Dialah maut telah dikalahkan.
Pada mulanya Paulus juga sama sekali tidak mau tahu tentang Yesus. Ia tidak mau mengikuti Mesias yang telah disalib dan yang dikutuk Allah. Tetapi oleh mukjizat ia menjadi percaya kepada Yesus, sang Mesias. Lalu Paulus membuat fakta-fakta berbicara sendiri, dengan sekali lagi berce rita tentang penampakan Yesus kepadanya di dekat Damsyik.
Oleh Yesus sendiri, yang kini adalah Tuhan yang Mahamulia, Paulus dihentikan dan diubah dari seorang penganiaya yang kejam menjadi hamba yang rajin. Sejak penampakan itu, mata Paulus terbuka dan ia harus memberitahukan semua kenyata-an itu kepada bangsa Yahudi maupun bangsa-bangsa lain, yakni fakta-fakta yang mengandung pengampunan dosa dan kehidupan kekal bagi siapa saja yang percaya.
Apa yang Paulus lihat dekat Damsyik dan apa yang selanjutnya Yesus perlihatkan kepadanya, sangat menjengkelkan orang-orang Yahudi dan itulah alasannya mereka menentangnya. Tetapi semuanya tepat seperti yang tertulis dalam Kitab-kitab Allah, yaitu Yesus harus menderita, mati, bangkit, dan fakta-fakta kesela matan itu harus diberitahukan kepada seluruh dunia.
Festus menganggap semuanya omong kosong: seorang Juru-selamat yang menyerah kepada maut, lalu kembali hidup dengan tubuh-Nya yang sama. Tetapi itulah kebenaran yang nyata, jawab Paulus. Seharusnya Agripa mengakui bahwa semua itu memang telah terjadi di Yerusalem dan di sekitarnya. Tetapi Agripa melepaskan diri dari pernyataan Paulus. Meskipun demi kian, ia tetap memberi kesimpulan akhir kepada Festus bahwa Paulus tidak melakukan kesalahan.