Konfrontasi Pertama dengan Mahkamah Agama Yahudi

Pembahasan

ayat 1-4. Ketika Petrus dan Yohanes sedang berbicara kepada orang banyak. Dengan didampingi orang lumpuh yang sudah sembuh itu, kedua rasul, Petrus dan Yohanes, bersaksi tentang Yesus orang Nazaret (bnd 3:12-26). Setelah itu ada dua macam reaksi terhadap kesaksian itu, yaitu tidak percaya (ay 1-3) dan percaya (ay 4).26

Reaksi pertama, para pembesar Bait Allah melakukan penyer-gapan. Pada saat itu kedua rasul belum selesai berbicara, tetapi masalah ini tidak dapat ditunda. Harus ada tindakan meski dila-kukan pada siang hari di depan mata banyak orang yang datang beribadah di Bait Suci.

Yang bertindak adalah para imam yang bertugas sebagai penjaga Bait Allah. Mereka dipimpin kepala pengawal Bait Allah yang bertanggung jawab atas semua urusan dalam kompleks Bait Allah. Mereka bertugas mencegah timbulnya gangguan ke amanan dari gerombolan banyak orang. Yang secara khusus disebut ialah orang-orang Saduki. Mereka sangat marah karena dua hal. Pertama, karena kedua rasul itu tidak mempunyai wewenang mengajar. Mereka melakukan sesuatu yang khusus ditentukan bagi para rabi (guru agama Yahudi) dan ahli Taurat. Kedua, karena kedua orang itu memberitakan kebangkitan dari antara orang mati, apalagi dalam Yesus (orang Saduki tidak percaya adanya kebangkitan; bnd 23:6-10). Jadi, keberatan mereka menyangkut dua hal, yaitu fakta bahwa Petrus dan Yohanes mengajar dan isi pengajaran mereka. Kemudian kedua rasul itu dimasukkan ke dalam tahanan karena hari sudah petang. Sudah terlambat untuk mengajukan perkara itu ke pengadilan.

Reaksi kedua sama sekali bertentangan dengan sikap permusuhan para pembesar. Banyak dari antara orang banyak itu menjadi percaya. Mereka telah mendengar Firman (yakni kesaksian dl 3:12-26) dan mereka mempercayainya. Dari sekitar 3.000 anggota jemaat (menurut 2:41) jumlah orang laki-laki saja bertambah menjadikira-kira 5.000 orang.

Kesimpulannya jelas: pemberitaan Injil menghasilkan buah yang berlimpah-limpah, padahal kegiatan itu melawan tindakan pemerintah Yahudi. Ayat 1-3 di satu sisi dan ayat. di sisi lain menunjukkan adanya pertentangan tajam. Mengingat sikap para pemimpin itu dan kenyataan begitu banyak orang menjadi percaya, ini benar-benar suatu mukjizat besar.

ayat 5-8. Esok harinya Mahkamah Agama mengadakan sidang resmi. Ketiga kelompok yang membentuk Dewan Tertinggi bangsa Yahudi menghadirinya, yaitu para Imam Besar, para tuatua, dan para ahli Taurat. Dari keturunan Imam Besar disebut empat nama. Pertama-tama Hanas, karena mungkin selama bertahun-tahun dia yang paling berpengaruh.

Petrus dan Yohanes harus menghadap para pemimpin untuk mempertanggungjawabkan tindakan mereka. Mereka harus memperlihatkan ”surat kepercayaan”27 mereka, yakni bukti bahwa mereka mempunyai wewenang untuk bertindak dan berbuat seperti itu. Mereka harus memberikan bukti yang benar-benar meyakinkan. Dengan kuasa manakah atau dalam nama siapa mereka melakukan semua itu?

Melalui mulut Petrus terdengar jawaban kedua orang seder-hana yang berasal dari pedalaman Galilea. Petrus yang beberapa bulan lalu tidak berani mengakui nama Yesus, bahkan di hadapan seorang hamba perempuan (ketika ia menyangkal bahwa ia mengenal Yesus yg saat itu berdiri di depan hakim-hakim yg sama seperti Petrus kini; Luk 22:56-57). Petrus sekarang mempunyai keberanian penuh untuk bersaksi di depan para tokoh terkemuka dalam masyarakat Yahudi. Sudah tentu, ia penuh dengan Roh Kudus (bnd Luk 12:11, dst).

ayat 9-12. Pemerintah berkewajiban menghukum kejahatan (bnd Rm 13:4). Tetapi, kini seseorang harus mempertanggung jawabkan suatu kebajikan! Bukankah hal itu benar-benar aneh?

Inti jawaban Petrus adalah penyebutan nama Yesus Kristus, orang Nazaret. Nama ini mempunyai kepentingan hayati bagi seluruh umat Israel (yg masih disapa sebagai umat Allah), bagi para penguasa maupun para bawahan.

Kamu telah menyalibkan Yesus, kata Petrus. Sebaliknya, Allah telah membangkitkan-Nya. Pertentangan yang sudah sangat dike-nal (bnd 2:23-24 dan 3:14-15). Orang Yahudi mengira bahwa ”kasus Yesus Kristus” sudah selesai, tetapi Allah mencantum kannya kem bali pada agenda sidang dan mengatakan bahwa sekarang pendirian mereka harus diubah secara radikal dan bahwa mereka harus bertobat. Oleh karena jawaban Petrus itu, peran-peran dalam pro ses ini sebenarnya terbalik. Para hakim sekarang didakwa oleh kedua utusan Yesus Kristus yang duduk di takhta.

resmi yang mengatasnamakan pengutusnya (instansi) dengan hak penuh.

Petrus mengutip Kitab-kitab Suci yang merupakan lembaga penentu dalam setiap perkara pengadilan juga menurut para ahli Taurat sebagai bukti melawan para hakim, yakni Mzm 118:22. Dalam waktu singkat nas tersebut sudah dua kali disebut di hadapan para anggota Mahkamah Agama. Oleh karena Yesus sendiri telah merujuk nas ini beberapa waktu sebelumnya (bnd Mat 21:42), kata-kata ini pasti tidak asing bagi telinga mereka.

Tukang-tukang bangunan. Itulah para pemimpin yang harus membangun umat Allah. Batu penjuru. Batu itu menopang bangunan (umat) itu dan menjaga keutuhannya. Batu itu adalah Yesus Kristus (bnd 1Ptr 2:7; kata-kata dari rasul sama). Dibuang, dicampakkan seperti batu yang tak berharga dan tak berguna.

Kata ini menyatakan vonis mati terhadap Yesus.

Keselamatan bagi tubuh dan jiwa hanya diberikan dalam nama Yesus. Nama Yesus adalah satu-satunya nama di bawah kolong langit yang mempunyai kepentingan hayati bagi seluruh dunia. Kecuali nama Yesus, tidak ada yang penting. Bukan Budha atau pendiri agama dunia lainnya. Allah hanya memberikan Yesus. Dia merupakan hadiah terbesar karena kasih Allah (bnd Yoh 3:16).

ayat 13-18. Kesaksian seperti itu memaksa Mahkamah Agama kembali menentukan pendirian. Mereka memang menentu kan setelah mempertimbangkan dengan ma tang. Tetapi hasilnya tetap tidak setuju.

Reaksi pertama dalam pemeriksaan ialah keheranan. Bukan hanya karena isi kesaksian itu, melainkan karena para saksi itu sendiri. Ternyata mereka sebenarnya ”pelayan yang tidak berpendidikan”. Artinya, mereka tidak dididik oleh para rabi. Mereka adalah orang biasa yang tidak terpelajar. Rupanya untuk dapat memberi kesaksian, seseorang tidak perlu harus cerdik cendekia dan menjadi anggota golongan elite.

Setelah merasa heran, mereka mulai mengenali kedua orang itu sebagai murid Yesus. Mereka berasal dari sekolah rabi yang terkutuk itu (yg divonis mati di kayu salib). Tetapi sungguh mustahil membantah kebenaran kesaksian kedua rasul itu. Kebenaran ada di pihak Petrus dan Yohanes. Kenyataan ada di hadapan mereka, kenyataan yang dapat dilihat dan diraba, yaitu orang lumpuh yang baru disembuhkan yang juga hadir dalam pemeriksaan itu. Jawaban yang dapat dan harus mereka berikan dengan segera, yakni satu-satunya jawaban yang pantas ialah kepercayaan.

Tetapi para pemimpin itu butuh waktu untuk mempertimbangkannya. Mereka merasa tersudut dan mereka tidak dapat menyangkal karena fakta-fakta tidak berada di pihak mereka. Tetapi turun dari kursi mereka yang tinggi dan kemudian berlutut merupakan pengorbanan yang terlalu besar. Jadi, hasilnya bukan penyangkalan diri, melainkan pertahanan diri. Nama Yesus (bnd 3:6) mereka anggap sebagai penyakit berbahaya, sebagai suatu keja hat an yang harus dibungkus rapat-rapat (agar jangan lagi disiarkan di tengah umat), dan direnggut kekuatannya dengan cara menekan serta menakut-nakuti para saksi. Apa yang diingin-kan para pemimpin ini ialah masyarakat yang di antaranya nama Yesus tidak lagi disebut. Tetapi masyarakat seperti itu selalu digariskan untuk binasa. Dengan demikian para pemimpin itu menggali kubur bagi diri mereka sendiri dan juga bagi rakyat banyak.

ayat 19-22. Kedua rasul itu sangat tabah. Jawaban mereka sungguh jelas. Sekarang mereka harus memilih antara taat kepada Allah atau manusia. Bagi mereka perintah Tuhan Yesus ada di atas segala-galanya. Perintah itu berbunyi: bersaksilah mengenai apa yang telah mereka lihat dan dengar (1:8). Fakta yang harus dikemukakan para saksi sebagai bukti kebenaran mutlak dibutuh-kan dalam proses yang dilancarkan Tuhan melawan para pemimpin Mahkamah Agama dan para bawahannya.

Sebagai jawaban, para anggota Dewan Tertinggi menambah gertakan mereka. Artinya, pendirian mereka lebih keras dari sebelumnya. Pada konfrontasi pertama ini mereka tidak langsung menjatuhkan hukuman badani karena takut kepada rakyat yang sementara itu dengan jelas menunjuk pihak yang mereka pilih. Rakyat tidak meragukan bahwa ini adalah mukjizat dari Allah. Bukankah orang lumpuh tadi sudah berumur lebih dari 40 tahun?

Ia bukan anak kecil yang suka berkhayal, melainkan seorang dewasa yang dapat ditanyai (bnd Yoh 9:21). Selain itu, hal ini menyangkut penyembuhan atas cacat yang disandang orang itu sejak ia lahir (3:2) dan menurut akal manusia tidak mungkin disembuhkan sesudah lebih dari 40 tahun.

ayat 23-28. Ada kemungkinan, setelah dilepas Petrus dan Yohanes pergi ke rumah Maria (bnd 1:12) di mana para rekan rasul dan orang-orang lain berkumpul. Di sana kedua rasul itu melaporkan semua yang terjadi, termasuk mengenai larangan berbicara dari Dewan Tertinggi. Kemudian yang pertama-tama mereka lakukan bersama ialah berdoa. Mereka tidak mulai berunding dan memperhitungkan peluang yang ada atau lainnya. Sebaliknya, mereka tidak memperhati kan diri mereka tetapi berlindung kepada Allah, Pencipta langit dan bumi, yang Mahakuasa.

Dalam doa itu nyata bahwa mereka belajar menilai situasi di mana Tuhan menempatkan mereka. Hal itu mereka lakukan dalam terang Kitab Suci. Mereka mengutip awal Mzm. karangan Daud.28 Mzm ini dimulai dengan pertanyaan yang jawabannya jelas sekali. Mengapa bangsa-bangsa menjadi marah? Bukankah itu siasia belaka? Mereka berunding bersama untuk merencanakan pemberontakan. Revolusi mulai terwujud secara besar-besaran (raja-raja dunia). Yang mereka lawan ialah Tuhan dan Yang Diurapi-Nya, yaitu Kristus-Nya. Tuhan disebut dulu, kemudian Hamba-Nya yang Kudus (bnd Yes 53; Kis 3:13), Raja yang diurapi-Nya, yang tidak terpisahkan dari-Nya. Mungkin mazmur ini dikarang Daud ketika terjadi pemberontakan bangsa-bangsa yang sudah dikalahkannya, yang tidak lagi mau hidup di bawah kekuasaan raja yang diberikan Allah.

Dalam doa jemaat, musuh-musuh dituding dengan tepat. Yang mengejutkan adalah di samping bangsa-bangsa, suku-suku bangsa Israel juga disebut. Perlawanan mereka kepada Tuhan dan Yang diurapi-Nya, yakni Yesus, sama sengitnya dengan pertentangan bangsa-bangsa lainnya. Tetapi dengan segala permusuhan itu, mereka melakukan apa yang dari semula telah ditentukan Tuhan. Pada saat kedua saksi itu berada dalam kekuasaan musuhnya, para musuh itu menjadi alat di tangan Allah untuk melakukan kehendak-Nya dan keputusan-Nya. Dan mereka tak pernah lepas dari tangan Allah.

ayat 29-31. Baru sekarang mereka memohon supaya Tuhan memberi perhatian sepenuhnya kepada segala ancaman itu. Yang mereka minta bukan supaya Dia menyingkirkan ancaman itu.

Tidakkah harus terjadi penganiayaan? Mereka juga minta keberanian, supaya dapat melaksanakan tugas mereka dalam segala keadaan, yakni untuk dapat bersaksi. Keberanian itu mereka terima bila Tuhan mengulurkan tangan-Nya (bnd Kel 3:20; 7:5; Bil 4:34) dan bila Tuhan menunjukkan kekuatan-Nya dalam tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat yang menguat kan para rasul dan mengokohkan kewibawaan Yesus.

Sementara jemaat berdoa di bumi, di bawah, jawabannya sudah datang dari Allah melalui Yesus yang ada di surga, di atas. Jawaban yang hanya dapat diberikan oleh Pencipta yang Maha-kuasa. Bumi di bawah kaki mereka goyang (sebagai pendahulu dari gempa bumi yg akan melanda seluruh bumi: ”satu kali lagi Aku akan menggoyangkan bumi ini”). Dalam jemaat (tempat mereka berkumpul itu), Allah menjadikan kuasa-Nya dirasakan dan dilihat oleh semua yang melawan-Nya.

Sekali lagi, mereka dipenuhi dengan Roh Kudus untuk memberitakan Firman Allah sambil menentang segala penganiayaan.

Ringkasan

Terjadilah konfrontasi pertama antara Mahkamah Agama dan para rasul, antara para gembala umat Allah yang lama dan para gembala umat Allah yang baru. Yang pertama tidak mau nama Yesus disiarkan di tengah-tengah umat. Yang terakhir mengetahui bahwa rakyat hanya memerlukan satu hal, yaitu nama Yesus.

Kesaksian para rasul di pelataran Bait Allah tidak dapat tidak terjawab: jemaat bertumbuh menentang tindakan pemerintah Yahudi. Pemeriksaan para hakim berubah secara ajaib menjadi dakwaan dan anjuran untuk bertobat terhadap mereka sendiri. Para anggota Dewan Tertinggi agaknya mengalami kesulitan untuk menentukan sikapnya, tetapi perundingan mereka menghasilkan ketegaran hati, biar pun ada fakta-fakta yang tidak dapat disangkal, yakni orang yang telah disembuhkan itu. Kali ini mereka hanya memberi ancaman saja.

Reaksi para rasul dan para pengikut mereka sesudah konfrontasi itu ialah berdoa kepada Allah. Mereka menyerahkan semua hal kepada Tuhan mereka. Dan karena menjadi arif oleh Penulis Kitab-kitab Suci (Tuhan sendiri), mereka mampu mengenali dengan baik perjuangan yang menguasai sejarah dunia sampai kepada masa mereka sendiri hidup. Allah yang menciptakan bumi tidak bersikap acuh tak acuh mendengar doa ini. Dia menggoyangkan bumi. Kuasa-Nya ada di pihak jemaat-Nya. Dan Roh Kudus datang menolong mereka untuk melanjutkan perang yang harus dilancarkan dengan pedang, yakni Firman (Ef 6:17).

Wacana

1. Dalam sebuah khotbah tentang Kis 4:7-14 pernah diucapkan beberapa kalimat yang mungkin dapat menjadi bahan diskusi:

”Seharusnya kita prihatin, bila tidak ada seorang pun yang menuntut tanggung jawab dari gereja; bila tidak ada seorang pun yang peduli mempertanyakan dengan kekuatan apa dan atas nama siapa kita bertin-dak; hanya oleh sebab kekuatan itu hampir tidak tampak dalam kita, dan oleh sebab kita menyerukan secara nyaring nama kita sendiri.”

Secara ringkas: Apa sebenarnya kekuatan kesaksian kita tentang nama Yesus?

2. Mzm. beberapa kali muncul dalam Perjanjian Baru. Bandingkan Kis 13:33; Ibr 1:5 dan 5:5. Apakah tidak berlebihan menerapkan awal Mzm. pada situasi yang dikisahkan dalam Kis 4, khususnya mengingat kata-kata seperti ”raja-raja dunia”? Siapa bangsa-bangsa yang disebut sesudah Pilatus dalam ayat 27? Dan mengapa dipakai bentuk jamak, ketika ”suku bangsa-suku bangsa Israel” dise-but? Dalam ayat 10 dipakai bentuk tunggal ”umat Israel”.
3. Apakah doa dalam ayat 24-30 memberi pelajaran kepada kita sehubungan dengan doa kita? Periksalah berbagai unsurnya. Yang menjadi pusat ialah perkara Tuhan dan Yang diurapi-Nya karena pada perkara itu orang-orang yang berdoa itu membaktikan diri dengan menyerahkan seluruh hidup mereka.

Perhatikanlah sebutan:

a. Nama Yesus (ingat doa ”Dikuduskanlah Nama-Mu”);

b. Yang diurapi Tuhan, yakni Raja (ingat doa ”Datanglah Kerajaan-Mu”).

Informasi Buku

  1. PDF
  2. Penulis:
    C. van den Berg
  3. ISBN:
    978-602-8009-41-6
  4. Copyright:
    © De Vuurbaak 1981
  5. Penerbit:
    Yayasan Komunikasi Bina Kasih