Batu Sandungan bagi Orang Yahudi, Kebodohan bagi Orang Bukan Yahudi, Kekuatan Allah bagi Orang Percaya112

Pembahasan

ayat 1-4. Belum lama berselang Paulus dan Silas dicambuk sampai hampir mati (16:22), tetapi mereka segera melanjutkan perjalanan dari Filipi lewat Amfipolis dan Apolonia, dua tempat singgah yang mungkin dimanfaatkan juga untuk bermalam menuju ke Tesalonika. Tiga tempat yang masing-masing jaraknya kira-kira 50 km (lih peta pada hlm 250).

Tesalonika adalah kota pelabuhan dan perdagangan yang pen ting. Karena itu di sana dapat ditemui orang Yahudi. Seper-ti biasa (bnd 13:14; 14:1) Paulus pergi ke rumah ibadah. Itu dila-kukannya pada tiga hari Sabat berturut-turut. Berarti ia berada di sana selama tiga minggu. Ia membicarakan dengan mereka bagian-bagian dari Kitab-kitab Suci karena bagi orang Yahudi Kitab-kitab itu mempunyai otoritas. Dalam pengajarannya Paulus mungkin memakai metode tanya jawab. Karena ada sebuah kata bahasa

background image

Simon Jenkins, Peta Alkitab, halaman 114–115, YKBK Jakarta.

Yunani yang baru pertama kali dipakai dalam Kisah Para Rasul (selanjutnya bnd 17:17; 18:4,19; 19:8-9; 20:7, 9; 24:12, 25), yang berkaitan dengan ”dialog”.

Paulus menunjukkan kebenaran pemberitaannya dari Perjan-jian Lama. De ngan Kitab Suci terbuka ia menjelaskan bahwa

Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati (bnd Luk 24:26, 46). Banyak nubuat telah menyebutkan hal itu (bnd Kis 2:25; 8:32; 13:33). Semuanya terjadi menurut rencana Allah (bnd 2:23). Keterangan Paulus ini sangat ”menying kapkan” bagi orang Yahudi (2Kor 3:14-16) yang sama sekali tidak mau tahu tentang Mesias yang menderita dan yang menghadapi kematian (bnd 1Kor 1:23). Mesias itu ialah Yesus yang Paulus beritakan.

Tuhan mengaruniakan tuaian yang beraneka rupa. Sayang di antara hasil tuaian itu hanya terdapat beberapa orang Yahudi. Sebaliknya, banyak orang yang takut akan Allah (bnd Kis 10:1; 16:14) menjadi yakin dan tidak sedikit perempuan-perempu-an yang terkemuka (bnd 16:13; 17:12). Sungguh itu merupa-kan warisan yang berharga yang diterima oleh pemberita Injil Kristus.

ayat 5-7. Orang Yahudi sangat iri ketika melihat beberapa orang dari antara mereka bersama kebanyakan kaum yang takut akan Allah meninggalkan mereka dan memilih berpihak kepada Paulus dan Silas. Dengan hati yang membara karena rasa cemburu mereka memusuhi kedua pemberita Injil itu. Mereka berhasil membujuk beberapa pemalas yang luntang-lantung di pasar agar mengadakan keributan yang melibatkan seluruh penduduk kota. Beramai-ramai massa pengacau itu menyerbu rumah Yason, tempat Paulus dan Silas menginap. Mereka hendak menghadapkan kedua orang itu ke depan sidang rakyat.

Tetapi pada saat itu, Paulus dan Silas tidak ada di rumah. Namun huru-hara yang begitu besar baru akan reda sesudah ada korban jatuh. Oleh karena itu, Yason si pemilik rumah menjadi korban.113 Di samping tuan rumah kedua pemberita Injil itu, ada juga beberapa orang Kristen lain yang ditangkap. Mereka diperlakukan dengan kasar dan diseret ke hadapan pembesar-pembesar kota. Massa pengacau itu ribut sekali dan meneriakkan berbagai tuduhan. Sebetulnya yang menjadi sasaran adalah Paulus dan Silas. Mereka itu pembuat keributan yang mengacau pendu duk di mana-mana dan sekarang juga di Tesalonika. Padahal kebenaran diputar balikkan. Paulus dan Silas adalah pemberita yang melakukan tugasnya dengan tenang dan sopan, sedangkan para pendur haka justru ada di tengah-tengah massa, yakni orang-orang Yahudi.

Tuduhan dilanjutkan, Yason dianggap telah memberi tumpangan ke pada kedua pengacau tersebut, jadi semua pengikut kedua pengacau itu juga tidak beres. Mereka melanggar ketetapan-ke tetapan Kaisar. Mereka menghina Kaisar karena berbakti kepada seorang raja bernama Yesus dan bukan kepada Kaisar. Dan orang yang menghina keagungan Kaisar patut diganjar hukuman mati.

Sungguh mencolok, orang Yahudi acap kali berpura-pura sebagai pengikut setia Kaisar (bnd Luk 23:2; Yoh 19:12), pada hal mereka sendiri selalu menolak untuk taat. Tuduhan mereka tidak benar. Para utusan Tuhan yang menguasai dunia memang tidak menghasut rakyat supaya tidak menaati Kaisar (bnd Mrk 12:17). Apalagi, Mesias bukan raja dunia ini seperti yang disangka orang Yahudi (bnd Yoh 18:36, dst).

ayat 8-10. Berbagai tuduhan yang dilontarkan oleh orang-orang Yahudi itu membuat semua orang gempar, karena yang diper soal-kan ialah ketaatan kepada Kaisar. Tetapi Yason dan teman-teman-nya memuaskan mereka dengan memberi uang sebagai jamin an. Jika mereka nanti menyulut huru-hara, uang jaminan itu tidak dikem-balikan. Yason dan kawan-kawan nya dibebaskan atas jaminan itu.

Situasi di kota itu membuat kedua pemberita Injil itu tidak dapat tinggal di sana lagi. Dalam kegelapan malam orang-orang Kristen membawa Paulus dan Silas ke luar kota, meskipun Paulus kecewa (bnd 1Tes 2:17; 3:10). Dari Tesalonika mereka pergi ke Berea. Kota itu juga kota besar di mana banyak orang Yahudi tinggal. Di sini pun (bnd Kis 17:2) Paulus lebih dahulu mengunjungi orang-orang Yahudi di rumah ibadah mereka (bnd Rm 1:16).

ayat 11-12. Sikap orang Yahudi di Berea sama sekali berbeda dengan sikap orang Yahudi di Tesalonika. Mereka ramah dan terbuka hatinya. Mereka juga rela mendengarkan kabar yang Paulus beritakan. Mereka mempelajari kesesuaian pemberitaan itu dengan norma yang diberikan Allah kepa da mereka berabad-abad lalu. Hanya Kitab Suci yang menentukan segalanya. Oleh karena itu, mereka mempelajarinya, khususnya nubuat-nubuat mengenai penderitaan, kematian, dan kebangkitan Yesus (bnd Kis 17:3; Yoh 5:39). Dengan demikian mereka tidak bersikap acuh tak acuh atau bertindak seenaknya, tetapi menunjukkan perhatian yang sungguh terhadap berita itu, setiap hari.

Juga di Berea Allah menganugerahkan tuaian berlimpah. Banyak orang Yahudi menjadi percaya dan juga banyak orang Yunani yang takut akan Allah, laki-laki dan perempuan, termasuk warga kota yang terkemuka.

ayat 13-15. Tetapi ketika orang-orang Yahudi dari Tesalonika mendengar bahwa firman Allah semakin meluas, mereka se ge-ra mengganggu Paulus lagi. Rasa benci mereka terhadap berita yang dibawa para utusan itu (bnd 14:19) membuat mereka begi tu penasaran, se hingga mereka juga berhasil menghasut penduduk Berea. Sekali lagi, orang-orang Kristen turun tangan dan secepatnya membawa Paulus ke pantai dan dari sana mengantar nya ke Atena lewat jalan laut.

Mengenai para pembantu Paulus, sebaiknya diberi ikhtisar sebagai berikut:

Silas yang bersama-sama Paulus berangkat dari Filipi ke Tesalonika dan Berea, kini tinggal di Berea;

Timotius mula-mula tinggal di Filipi, kemudian da tang ke Berea; dan kini tinggal di situ bersama Silas;

– Di mana Lukas sementara itu, sulit diusut; mungkinmula-mula ia tinggal di Filipi bersama Timotius, tetapi se sudah itu kita hanya dapat menerka.

Sesampai di Atena, para pengantar Paulus kembali ke Berea. Mereka dititipi pesan supaya mengirim Silas dan Timotius ke Atena. Memang ada kemungkinan Silas dan Timotius bergabung dengan Paulus di Atena, tetapi segera setelah itu Paulus tampaknya menyuruh mereka pergi lagi, yaitu Timotius ke Tesalonika (bnd 1Tes 3:1-2) dan Silas mungkin ke tempat lain. Bagaimanapun, para pembantu itu baru disebut lagi dalam Kis 18:5, sedang Paulus pada waktu itu ada di Korintus.

ayat 16-17. Di Atena, Paulus berada di pusat kebudayaan Yunani. Meskipun masa kemak muran Atena su dah lewat ku rang lebih lima abad, di sana Paulus masih dapat mengagumi banyak sekali monumen agung. Tetapi, Alkitab tidak memberi kita pe mandangan wisata mengenai kota Atena. Yang penting ialah bagaimana pendapat Allah tentang kota itu: Dan itu juga yang menguasai pikiran Paulus, utusan Kristus itu.

Sambil menunggu kedatangan Silas dan Timotius, Paulus semakin sedih hatinya karena melihat banyaknya patung berhala di Atena. Ia sangat membencinya, terutama karena Atena begitu penuh dengan patung-patung itu, sehingga boleh dikatakan dia tersandung kakinya karena begitu banyaknya patung itu.

Sementara menunggu kedua pembantunya, Paulus tidak duduk berdiam diri. Mula-mula ia mengunjungi orang-orang Yahudi

dan orang-orang yang takut akan Allah di rumah ibadah. Di samping itu ia berbicara di pasar dengan orang-orang yang di jumpainya.

ayat 18. Paulus juga berdebat dengan beberapa filsuf dari berbagai aliran. Pertama dengan pengikut golongan Epikuros. Tokoh ini hidup sekitar 300 SM dan sama sekali tidak percaya akan kehidupan sesudah mati. Karena, menurut dia, segala sesuatu berak-hir setelah manusia mati, yang penting sebelum mati manusia mencari keuntungan sebanyak-banyaknya. Tujuan hidup ialah kebahagiaan dan kesenangan. Boleh saja orang berbeda pendapat mengenai cara yang paling baik untuk menca pai tujuan itu, tetapi yang pasti hidup manusia tidak mempunyai tujuan lain.

Kemudian ada juga yang dari golongan Stoa, yang didirikan Zeno yang juga hidup sekitar 300 SM. Aliran itu mengajarkan bahwa sesudah mati, jiwa manusia kembali kepada dewa dan menyatu dengan jiwa dunia yang agung. Tubuh binasa dan justru karena itu kurang penting. Yang menentukan dalam hidup ini ialah hidup bijaksana, mengendalikan diri, menjauhi segala yang berlebih-lebihan, dan melakukan kebaikan. Bagaimanapun semua-nya ditentukan oleh nasib. Hendaklah orang menerima hidup sebagaimana adanya.

Paulus dianggap rendah oleh beberapa penganut aliran-aliran itu dan mereka menyebutnya pembual dan pandai jual bicara. Menurut mereka Paulus sama sekali tidak berarti sehingga tidak layak mendapat perhatian serius. Ada orang lain yang menginterpretasi pendapat Paulus lebih gawat dan mengatakan: ”Ia memperkenalkan dewa-dewa asing.” Di Atena perbuatan itu diganjar dengan hukuman mati, karena membahayakan posisi agama Negara.114

Paulus membawa berita yang baru dan aneh tentang Yesus dan kebangkitan-Nya dari antara orang mati. Yang terakhir itu merupakan puncak Injil Paulus (bnd 1:22; 4:2, 33; 17:31; 23:6, 8;

24:15; 26:23), tetapi sekaligus omong kosong paling besar bagi para filsuf di Atena.

ayat 19-21. Paulus dibawa (dl bh Yunani dipakai kata yg sama yg dl 16:19 diterjemahkan dng ”menangkap”) dan dihadapkan ke pengadilan. Ia diperiksa di depan sidang Areo pagus. Di sini nama itu tidak menunjuk ke sebuah bukit di Atena, tetapi ke dewan hakim-hakim yang diberi nama bukit itu. Para hakim menanyakan ajaran baru yang Paulus per dengarkan. Demikianlah si utusan harus mempertanggungjawab kan pemberitaannya. Yang harus diputuskan ialah apakah mereka dapat mengizinkan pem beritaan hal-hal yang aneh itu. Atau apakah orang itu barangkali berbahaya bagi masyarakat? Apa yang telah mereka dengar tentangnya membuat mereka sangat heran. Jadi yang sangat mereka inginkan ialah keje lasan.

Banyak orang datang menghadiri sidang itu. Para penduduk Atena terkenal dengan sifat mereka yang ingin tahu segala sesuatu. Kalau ada hal-hal baru, mereka segera datang untuk mencari kejelasan apa artinya semua itu. Oleh sebab itu, mereka mempunyai banyak waktu untuk mendengarkan apa yang hen dak dikatakan Paulus.

ayat 22-23. Paulus berdiri ditengah-tengah sidang, dan mulai memberi pertanggung jawabannya. ”Hai orang-orang Atena”, awal katanya, ”aku lihat bahwa kamu, lebih dari orang lain, beribadah kepada dewa-dewa”.115

Berbeda dengan interpretasi yang diberikan dalam kebanyak-an buku tafsiran, saya tekankan bahwa ucapan Paulus ini bukan suatu pujian bagi orang-orang Atena dengan maksud mengambil hati mereka. Sama sekali bukan. Paulus hanya menyampaikan kesimpulannya tentang apa yang dilihatnya di semua jalan kota, yakni beribu-ribu patung berhala. Ia tidak menyetujuinya, bahkan ia sangat marah karenanya (17:16).

Paulus telah melihat-lihat semua benda yang sangat dipuja para penduduk Atena itu. Di antaranya ada satu mezbah yang amat berkesan baginya, yakni mezbah dengan tulis an: Kepada Allah yang tidak dikenal. Apa arti tulisan itu? Apa kah mezbah itu dibuat agar jangan sampai ada dewa yang terlupakan? Andaikan memang masih ada dewa lain, siapa pun dewa itu, maka dengan mezbah itu ia juga mendapat pemujaan yang wajar. Itukah maksudnya?

Jalan pikiran itu sama sekali tidak memuaskan. Paulus tidak dapat begitu saja mengaitkan pemberitaannya dengan mez bah semacam itu, dengan penjelasan ”Kebetulan, tanpa kamu ketahui, kamu telah menghormati Allah yang sekarang kuberi takan ini.”

Menurut saya, Paulus dapat menghubungkan ke terangannya dengan mezbah tersebut dengan penuh kesa daran, karena mezbah itu tidak diperuntukkan bagi siapa pun kecuali bagi Tuhan (Yahwe). Bukankah di Atena ada orang-orang Yahudi dengan rumah ibadah mereka? Orang-orang Yahudi itu memuja salah satu Allah yang nama-Nya hanya dikenal oleh para pemuja-Nya saja (Kel 3:13- 14), nama yang tidak mau mereka ucapkan karena takut akan menyebutkan dengan siasia (bnd firman ketiga, Kel 20:7). Itulah sebabnya Allah orang Yahudi tidak dikenal oleh penduduk Atena. Tak mungkin mereka memberi nama kepada-Nya. Jadi, tanpa kesulitan apa pun Paulus dapat mengaitkan keterangannya pada mezbah itu dan berbicara tentang Allah dari Perjanjian Lama.

ayat 24-26. Allah itu adalah Pencipta bumi dan segala isi bumi. Ada perbeda an yang tetap dan mutlak an tara Allah dan manusia yang kecil dan hina. Allah itu berdaulat dan jauh lebih mulia dibandingkan dengan semua makhluk. Oleh sebab itu, jangan ada satu orang pun yang mengira bahwa Tuhan atas langit dan bumi ini dapat ditangkap dan ditempatkan di dalam kuil (rumah dewa) buatan manusia.

Untuk hal semacam itu, Allah terlampau agung (bnd 1Raj 8:27).

Selain itu, Dia tidak bergantung pada pelayanan manusia (bnd 1Taw 29:10-19; Mzm 51:18-19). Para penganut dewa biasa-nya mengira bah wa di satu pihak manusia bergantung pada dewa, tetapi di pihak lain para dewa juga bergantung pada pemujaan dari manusia. Tetapi keadaan yang sebenarnya sama sekali berbeda. Tuhan tidak akan kekurangan apa-apa seandainya manusia tidak menghormati Dia dan tidak memberi persembahan korban kepada-Nya. Oleh karena itu sungguh ajaib bahwa Dia menghargai pemu jaan dan pelayanan kita kepada-Nya dan bahwa Dia memberi kan hidup kepada semua orang dan membiarkan mereka menikmatinya, hanya karena Dia berkenan (bnd Yes 42:5; Kis 14:17).

Kepada Allah inilah seluruh umat manusia di dunia bergan-tung. Seluruh umat manusia itu sebetulnya membentuk satu bangsa, keturunan dari satu nenek moyang yang sama (tidak lebih dari yg satu itu). Leluhur itu diciptakan Allah. Dia telah mulai mengisi bumi dengan Adam dan selanjutnya dengan anak keturunannya. Itulah rencana-Nya semula (bnd Kej 1:27). Tetapi, setelah itu Allah juga memperlihatkan kepada semua manusia di bumi banyak sekali hal tentang Diri-Nya. Secara berdaulat Dia telah menentukan bagi setiap bangsa masa-masa kemakmuran dan kemunduran, juga batas-batas tempat tinggalnya, masing-masing di tempatnya sendiri (bnd Ayb 12:23).

ayat 27-28. Dengan menciptakan dan memerintah bumi ini, Allah bermaksud agar manusia mencari Dia. Dia begitu dekat se hingga sebenarnya mereka dapat meraba-Nya dengan tangan mereka. Padahal, selama berabad-abad manusia mencari-cari Allah, namun tidak menemu kanNya. Mengenai usaha pencarian itu, Paulus memberi beberapa contoh dengan mengutip ucapan sejumlah pujangga dan peramal di Atena.

Yang pertama Epimenides yang berkata, ”Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada.” Bait syair ini jangan diang gap sebagai suatu titik puncak dalam pemikiran manusia yang di dalamnya ciri-ciri kekristenan didekati. Bait itu benar-benar ucapan kafir yang di dalamnya manusia didewakan. Manusia ingin menjadi seperti Allah (bnd Kej 3:5). Itulah yang terungkap dalam bait syair itu. Tetapi kebenaran justru terbalik: Allah ada di dekat kita, dan Dia menopang hidup kita.

Kekafiran terdengar dalam bait syair pujangga atau peramal Aratus, yang berbunyi, ”Sebab kita ini keturunan-Nya juga.” Yang dimaksudkan dalam syair itu ialah dewa yang paling utama pada bangsa Yunani, yakni Zeus. Menurut Aratus manusia berasal dari dewa. Seolah-olah kita manusia berdiri di tingkat yang sama dengan Allah dan sejenis dengan Dia, ka rena mempunyai jiwa yang berasal dari dewa.

Demikianlah orang-orang kafir mencari-cari Allah, tetapi me-re ka benar-benar sesat karena memperdewakan manusia. Kedua contoh dari ayat 28 sangat jelas maksudnya. Paulus mengutip syair itu tidak untuk mengambil alih pemikiran kekafiran. Sama sekali tidak ada persamaan antara pesan Paulus dan gagasan orang-orang kafir itu. Mereka benar-benar keliru.

ayat 29-31. Paulus menarik kesimpulan: Kenyataan kita ma-nusia berasal dari keturunan Allah, menurut Alkitab berarti bahwa pada mulanya Allah menerima manusia sebagai anak-Nya karena Ia menjadikannya menurut gambar dan rupa-Nya (Kej 1:26). Kita yang diciptakan menurut gambar Allah, jangan mengira bahwa kita dapat menggambar Allah dan menambatkan-Nya dalam buatan manusia sendiri, dalam benda-benda mati, meskipun dibuat dari logam yang paling mulia pun (bnd Mzm 115:1-8; Yes 44:9-20). Tidak ada persamaan antara Allah dan emas (tidak peduli sebagus apa pun bentuk patung itu). Persamaan yang disebut dalam Kej 1:26 adalah mengenai Allah, Raja yang Maha Tinggi, dan manusia yang harus memerintah di bumi atas nama Allah. Persamaannya harus dicari dalam perintah-perintah yang Allah berikan kepada manusia. Kecam an Paulus terhadap semua patung dan mezbah di Atena itu jelas terasa (bnd ay 24-25), meskipun manusia telah menggunakan segala akal dan keterampilannya dalam pembuatan benda-benda itu.

Tetapi Paulus tidak hanya menunjukkan kesalahan dalam pemikiran manusia, melainkan juga menegur mereka (artinya, ia menunjukkan jalan yg benar). Meskipun orang-orang Atena pada masa lalu tidak tahu siapa Allah dan bagaimana harus memuja-Nya, tetapi sekarang Allah tidak lagi memandang zaman kebodohan itu (walaupun masa lalu hanya memperlihatkan kesalahan dan dosa). Sekarang Dia memanggil siapa saja di sekitar Paulus agar mengubah jalan pikirannya secara radikal.

Allah menghendaki supaya mereka bertobat dan hidup, yakni dengan menerima Yesus Kristus. Pembalikan arah116 itu vital, karena tidak selamanya Allah akan melewatkan kebodohan yang penuh dosa itu. Mulai hari ini mereka mengetahuinya. Selain itu Allah telah menentukan hari akhir (bnd 2:20), ketika setiap orang yang pernah hidup di bumi akan dihadapkan-Nya kepada pengadilan-Nya, lalu dihakimi-Nya (bnd Mzm 96:13; 98:9). Tuhan akan melaksanakan pengadilan dan penghakiman itu melalui seorang yang telah ditentukan-Nya untuk bertindak dalam nama-Nya (bnd Kis 10:42). Sungguh jelas, hari pengadilan itu datang karena Dia yang akan menjadi hakim, telah dibangkitkan Allah di bumi ini dari antara orang mati dan diperkenalkan-Nya kepada dunia dalam keadaan yang dapat dilihat dan dapat diraba.

ayat 32-34. Kebangkitan dari antara orang mati itu, bagi orang-orang yang mendengarkan kata-kata Paulus kedengarannya sama sekali tidak masuk akal. Hal itu sungguh sangat berlawanan dengan pikiran mereka mengenai ke matian. Mati adalah mati. Sesudah mati semuanya benar-benar habis. Sesudah mati tidak ada apa-apa lagi (golongan Epikuros), atau jiwa manusia ditelan oleh jiwa dunia dan kemudian menghilang (golongan Stoa).

Tanpa mempedulikan apakah pembelaan Paulus sudah sele-sai atau belum, beberapa orang tidak dapat menahan diri dan mengejek pemberitaan Paulus. Menurut mereka, pikiran bahwa jiwa dapat kembali ke tubuh sesudah mati adalah omong kosong dan bualan yang sangat menggelikan. Ada kelompok lain yang hendak menyelesaikan perkara itu dengan usul mengadakan pemeriksaan yang kedua nanti. Mereka malas mempertim-bangkannya sekarang. Pokoknya, pesan Paulus itu dianggap tidak penting sama sekali.

Hasilnya adalah menurut pendapat para hakim Paulus tidak membahayakan masyarakat sedikit pun. Paulus dibiar kan pergi. Demikianlah Paulus berangkat dari tengah-tengah mereka. Mengenai reaksi negatif terhadap Injil, bandingkan 1Kor 1:20-25.

Meski pun demikian, di sini Allah juga menganugerahkan buah-buah, dalam diri beberapa laki-laki, di antaranya Dionisius, anggota majelis Areo pagus (mungkin di kemudian hari ia menjadi pemimpin dan uskup jemaat Atena), dan seorang perempuan bernama Damaris.

Demikianlah, di Atena terdapat dua jenis jawaban terhadap Injil (bnd 2Kor 2:16).

Ringkasan

Injil memilih jalannya dari Filipi ke Tesalonika. Hasil pemberi taan Injil di kota itu ialah banyak orang bukan Yahudi yang takut akan Allah menjadi percaya, tetapi sebaliknya kebanyakan orang Yahudi sangat menentang. Mereka bahkan berani bertindak kasar dan menuduh orang-orang Kristen sebagai pengganggu ketertiban.

Paulus dan Silas segera diselundupkan keluar kota, kemudian mereka pergi ke Berea. Sikap orang Yahudi di situ berbeda sekali. Pemberitaan tentang Yesus Kristus dipelajari kesesuaiannya dengan Kitab-kitab Suci Perjanjian Lama, dan ternyata hasilnya baik (bnd Yoh 5:39). Tetapi kebencian orang Yahudi dari Tesalonika menjang kau sampai ke tempat yang jauh, sampai ke Berea. Untuk menjaga segala kemung kinan, orang-orang Kristen membawa Paulus ke Atena.

Atena, pusat budaya kuno Yunani, padat sekali dengan berhala-berhala. Paulus sangat ngeri melihatnya, dan hal itu di kata-kannya dengan terus terang, ketika ia dipanggil untuk memberi pertanggungjawaban atas dirinya di hadapan majelis hakim.

Paulus mengaitkan penjelasannya dengan mezbah bagi Allah Perjanjian Lama, yang oleh para penduduk Atena dijuluki ”Allah yang tidak dikenal”, karena orang Yahudi tidak pernah menyebut nama-Nya, sebab mereka takut menyebutnya dengan siasia. Allah itu adalah Pencipta bumi dan Dia memerintah segala bangsa. Dibanding kan dengan Dia, semua makhluk, termasuk manusia, sama sekali tidak berarti. Allah tidak bergantung pada pelayanan manusia. Sebaliknya, manusia bergantung pada peme-lihara anNya. Berbad-abad lamanya bangsa-bangsa lain mencari-cari Dia, tetapi hasilnya mereka memperdewakan diri sendiri. Mereka selalu salah raba, padahal Allah yang agung itu begitu dekat dengan mereka. Kini, dengan kedatangan Paulus cahaya bersinar dan manusia diberitahu siapa sebenarnya Allah yang tiada bandingannya itu, yaitu dalam Yesus Kristus yang mengalahkan maut. Dia adalah Juruselamat seluruh dunia dan sekaligus hakim yang akan datang.

Segera setelah terdengar ucapan ”bangkit dari antara orang mati”, perkara itu sudah jelas bagi para hakim. Siapa pun yang berpikiran wajar, tidak akan menerima Paulus dengan serius. Si pembawa ajaran baru itu sama sekali tidak berbahaya. Biarkan ia pergi.

Meskipun demikian, lewat kuat kuasa Injil Allah menarik seorang di antara para hakim itu kepada-Nya bersama bebe rapa orang lain, juga bagi kaum perempuan ada ruang yang luas dalam jemaat Kristus (yakni bagi Damaris).

Wacana

1. Orang-orang Yahudi di Berea menjadi percaya karena mempelajari Kitab-kitab Suci (untuk menguji pemberitaan Paulus). Apakah jalan menuju iman itu hendak mengatakan sesuatu kepada kita?
2. Dalam kekafiran kita temui jalan pemikiran ini: manusia bergantung pada al ah dan al ah bergantung pada ma nusia. Apakah jalan pemikiran itu hanya ada pada orang-orang yang benar-benar kafir atau juga pada orang-orang Kristen modern?

Apakah Allah hanya Allah dalam hubungan dengan manusia, seperti pernah dikatakan oleh seorang teolog? Jika begitu, bukankah Allah bergantung pada manusia dan hanya ”berfungsi” sebagai Allah asal manusia membutuhkan-Nya?

3. Tentang mezbah dengan tulisan ”Kepada Allah yang tidak dikenal” ada perbedaan pendapat. Pendapat-pen dapat apa yang Anda temui dalam buku-buku tafsiran dan apa penilaian Anda, khususnya mengingat akhir ayat 23, ketika Paulus mengatakan bahwa para penduduk Atena, tanpa mengenal Tuhan, toh memuja Dia yang tidak dikenal itu. Karena sean-dainya itu sembarang allah (sebutkan saja allah ”X” atau ”Sang Anu”), mana mungkin Paulus dapat mengaitkan penjelasan-nya dengan allah itu?
4. Teliti juga pendapat-pendapat para penafsir mengenai kutipan syair kedua pujangga Yunani itu dan ujilah apakahtafsiran-tafsiran itu dapat dipertahankan.
5. Khotbah Paulus kepada orang-orang Atena dan khotbahnya dalam 14:15-17 menunjukkan ciri-ciri yang sama. Dapatkah Anda menunjukkan bagian-bagian yang sejajar?
6. Mengapa orang-orang Yunani menanggapi kebangkitan da ri antara orang mati sebagai kebodohan?

Informasi Buku

  1. PDF
  2. Penulis:
    C. van den Berg
  3. ISBN:
    978-602-8009-41-6
  4. Copyright:
    © De Vuurbaak 1981
  5. Penerbit:
    Yayasan Komunikasi Bina Kasih