Dalam pendahuluan ini saya ingin menjelaskan beberapa hal: pertama, penulis Kitab Kisah Para Rasul; kedua, zaman kitab ini ditulis; dan ketiga, judul dan tujuannya.
”Karena perhatian-Nya yang khusus kepada kita dan keselamatan kita” (Pengakuan Iman Gereja Belanda, ps 3),2 Allah berkenan memakai Lukas untuk menulis dua kitab dalam Alkitab, yaitu: pertama, Injil Lukas yang membahas tentang segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus, sampai pada hari Ia diangkat ke surga (Kis 1:1); kedua, kitab yang dikenal sebagai Kisah Para Rasul. Baik dalam Injil maupun Kisah Para Rasul, Lukas tidak memperkenalkan diri sebagai penulisnya, tetapi pada umumnya orang menganggap kedua kitab itu merupakan hasil kerjanya. Selama berabad-abad Gereja menghubungkan nama Lukas dengan kedua kitab itu, dan tidak ada alasan untuk menyangsikan kebe naran pemahaman turun-temurun tentang hal ini.
Mengenai cara kerja Lukas, kita dapat membaca dalam pengantar yang ia tulis dalam kitab pertamanya. Tidak dapat disang-sikan bahwa pengantar itu berlaku juga bagi kitabnya yang kedua.
Artinya, ia telah melakukan penelitian yang saksama sebelum mulai menulis. Selain itu, kita dapat menyimpulkan bahwa mulai Kis 16, Lukas melihat dan mendengar sendiri perbuatan-perbuatan yang dilakukan Rasul Paulus. Dalam Kis 16:10, Lukas beralih ke pemakaian bentuk jamak ”kami”: Setelah Paulus melihat penglihatan itu, segeralah kami mencari kesempatan untuk berangkat ke Makedonia.
Kata ”kami” menunjukkan bahwa penulis menemani Rasul Paulus dalam perjalanan itu.
Tidak diketahui dengan pasti kapan Lukas menulis kitab keduanya. Kitab itu berakhir dengan keterangan bahwa Paulus tinggal dua tahun penuh (Kis 28:30) di rumah yang disewanya sendiri di Roma.
Dari keterangan itu dapat disimpulkan bahwa Lukas menulis kitabnya setelah jangka waktu dua tahun itu berakhir. Apakah segera atau lama sesudah itu, tidak perlu kita persoalkan. Untuk penjelasan Kitab Kisah Para Rasul, tidak diperlukan tanggal yang tepat. Apa yang terjadi dengan Paulus sesudah jangka waktu dua tahun itu tidak disebutkan Lukas. Hal itu rupanya tidak penting untuk tujuan yang ingin dicapai Lukas dengan penulisan kitabnya.
Ada keragu-raguan apakah judul ”Kisah Para Rasul” memang gagasan Lukas sendiri atau gagasan orang lain. Terlepas dari itu, sifat khas kitab ini tidak tampak pada judulnya.
Judul itu memberikan kesan bahwa pekerjaan semua rasul akan diceritakan dengan panjang lebar. Tetapi orang yang mempelajari Kisah Para Rasul pada awalnya akan membaca banyak hal tentang Rasul Petrus, dan di bagian kedua sebetulnya hanya mengenai Rasul Paulus. Sebaiknya dalam hal ini kita berpaling dari para utusan kepada Pengutus mereka, yaitu Tuhan Yesus Kristus sendiri. Untuk itu kitab ini menyajikan alasan yang cukup. Dalam kitabnya yang pertama, Lukas membahas semua hal yang mulai dilakukan dan diajarkan Yesus. Kemudian dalam Kitab Kisah Para Rasul dibahas lanjutannya. Dalam Injil Lukas yang kedua, Tuhan Yesus Kristus menjadi pusat perhatian. Para utusan-Nya tidak memusatkan perhatian pada diri mereka sendiri (mis 3:12), tetapi pada Yesus orang Nazaret, hamba Allah, yang sekarang sudah dimuliakan.
Pokok Kitab Kisah Para Rasul adalah kesaksian tentang Dia yang dahulu mati dan sekarang hidup (1:22; 2:23-24; 3:15-16, dan masih banyak ay lainnya). Pemberitaan Kerajaan Allah dan pengajaran tentang Tuhan Yesus Kristus berkembang sampai ke Roma, demikian bunyi penutup kitab itu (28:31). Jadi, dengan penyebaran Injil Yesus Kristus dan kesaksian tentang kebangkitan-Nya, kita mendapatkan benang merah kitab ini. Dalam penyebaran itu, Tuhan sendiri sebagai Saksi yang setia melanjutkan pekerjaan-Nya melalui Firman yang hidup. Dan itu dilakukan-Nya dari atas takhta dunia (bnd 1:9), di mana Juru-selamat, Yesus orang Nazaret, menerima pemerintahan se luruh dunia dan memperdengar kannya melalui kesaksian Firman yang menyelamatkan.
Kesaksian Firman itu tidak berjalan secara acak, tetapi senantiasa menunjukkan ketertiban ilahi rencana ilahi (1:7-8). Dan di mana saja Firman terdengar, penentangan terhadap Firman itu menjadi nyata; misalnya di ruang sidang Mahkamah Agama tempat para rasul dan Stefanus bersaksi dan juga di atas Areopagus di Atena, tempat Paulus bersaksi tentang kebang-kitan dari antara orang mati. Rencana Tuhan terlaksana dan berkembang menuju pemenuhan. Ketika di Roma, Paulus memberitakan Injil tanpa mendapat rintangan. Meng ingat bahwa Injil mulai dikabarkan dari Yerusalem, dengan rasa syukur kita dapat menyimpulkan bahwa kesaksian itu berkumandang sampai ke ujung-ujung bumi. Yesus Kristus menggerakkan hati manusia sehingga mereka percaya, dan Dia membawa mereka kepada-Nya di dalam rumah-Nya, yakni semua orang yang telah diberikan Allah kepada-Nya menurut perkenan-Nya yang berdaulat (13:48; 16:4, dll).