ayat 13-15. Di Troas Paulus dan teman-temannya merayakan hari Minggu dalam perkum pulan jemaat, di mana mereka bertemu dengan Allah kehidupan. Kenyataan bahwa Tuhan memberi kehi-dup an diteguhkan oleh peristiwa jatuhnya seorang pemuda dari jendela yang diangkat dalam keadaan mati, tetapi kembali ke kehi-dupan di bumi dan ke tengah-tengah jemaat.
Sesudah hari Minggu itu, Lukas dan ketujuh teman seperjalanan Paulus (bnd 20:4) berangkat lebih dahulu ke Asos menggu-nakan kapal, sedang Paulus sendiri mengambil jalan darat. Jarak ke Asos kira-kira 40 km jauhnya. Apa alasan Paulus berjalan kaki melalui darat tidak disebutkan Lukas. Jadi, kita harus menduga-duga saja, apakah ia melakukannya karena hendak mere nung kan pekerjaannya seorang diri atau karena alasan lain.
Setiba di Asos, Paulus kembali menggabungkan diri dengan teman-teman seperjalanannya. Hari itu juga mereka melanjutkan pelayaran ke Metilene, kota terpenting di pulau Lesbos. Sehari kemudian mereka sampai di pulau Khios dan besoknya mereka tiba di pulau Samos.
Sungguh mengherankan Paulus tidak mau singgah di kota pe labuhan Efesus. Ia telah bekerja di situ tiga tahun lama nya, pada awal perjalanan pemberitaan Injil. Bukankah hal yang wajar jika ia minta supaya kapal itu singgah di pelabuhan barang sehari untuk memberi nya kesempatan bertemu dengan saudara-saudara di sana?
ayat 16-17. Tetapi Paulus terburu-buru. Ia begitu tergesa-gesa sehingga Efesus ia lewati. Ia begitu ingin segera sampai di Yerusalem pada hari Pentakosta (pada hari Paskah ia berada di Filipi, 20:6). Apakah Lukas hendak mengatakan bahwa Paulus ingin meraya-kan hari Pentakosta di Yerusa lem karena pada hari raya itu ribuan orang Yahudi dari seluruh pelosok dunia berkumpul di sana (bnd 2:9-11)? Apa kah Paulus ingin satu kali lagi berbicara kepadaorang-orang sebangsa nya karena ia tahu bahwa tak lama lagi ia akan dipenjara (bnd ay 23)? Atau apakah Paulus punya motif-motif lain? Kita hanya dapat meraba-raba mengenai berbagai kemung-kinan ini.
Meskipun Paulus begitu tergesa-gesa, tidak boleh tidak ia akan berbicara dengan para penatua jemaat Efesus dan menya-lami mereka sekali lagi. Dari Miletus, tempat kapalnya merapat, Paulus mengirim utusan ke Efesus (kira-kira 45 km jauhnya) untuk mengundang para penatua supaya mereka datang. Sebelum itu ti dak pernah disebut pengangkatan pejabat-pejabat gereja di Efesus, tetapi ternyata mereka sudah ada. Yang telah Paulus lakukan di semua jemaat, ketika ia pulang dari perjalanan pemberitaan Injil pertama (14:23), rupanya telah ia lakukan juga dalam perjalanan nya yang lain, tanpa hal itu setiap kali disebut. Mengenai adanya penatua di Yerusalem, lihat 11:30, 15:21, dan seterusnya, 21:18; perhatikan juga 1Tim 4:14; Tit 1:5-9; 1Ptr 5:1-4.
ayat 18-19. Dalam pidatonya kepada para penatua di Efesus, Paulus mula-mula menengok ke belakang, ke pekerjaan yang dilakukannya di tengah-tengah mereka. Dengan itu ia ingin mengatakan bahwa, ”Kalianlah yang tahu betul bahwa segala sesuatu yang akan saya katakan ini, sungguh benar. Kalian telah melihatnya. Kalian telah menyaksikan semuanya sejak hari pertama. Selama itu kalian melihat saya bekerja. Dan bagaimana saya bekerja? Saya bekerja sebagai seorang hamba yang melayani tuannya. Begitulah saya selalu bekerja” (bnd Rm 1:1; Gal 1:10; Flp 1:1). Dan seorang hamba harus bersikap rendah hati. Ia harus patuh dan menganggap dirinya tidak berarti (bnd Mat 20:25, dst; Ef 4:2; Flp 2:3; Kol 2:18, 23; 3:12).
Juga dicucurkan air mata dalam pekerjaan itu. Paulus bukan orang yang tidak berperasaan (bnd 2Kor 2:4; Flp 3:18). Ia juga mengalami ketakutan, ketegangan, kesakitan, dan kekecewa an. Ia tidak menyembunyikan emosinya. Upaya-upaya jahat untuk membunuh Paulus (bnd Kis 13:50; 19:9; 21:27) selalu merupakan pencobaan baginya, khususnya karena dilancarkan olehsaudara-saudara sebangsanya (bnd Rm 9:3).
ayat 20-21. ”Kalian tahu benar bagaimana sikap saya dalam situasi seperti itu”, tutur Paulus. ”Setiap kesempatan yang baik telah saya pergunakan untuk memberitakan Injil dan memberi pengajaran kepada kalian. Hal itu saya lakukan di dalam rumah maupun di luar (di depan umum). Saya tidak bersembunyi di sudut sebagai pengecut. Sebaliknya, dengan tegas dan dengan do rongan yang kuat saya berbicara kepada orang Yahudi dan semua orang lain, tanpa pandang bulu.”
Tanpa membedakan siapa pun, Paulus menasihati semua orang supaya bertobat kepada Allah dan percaya kepada Tuhan Yesus. Percaya dan bertobat, itulah dua tugas yang terpen ting (bnd Mrk 1:15). Yang diperlukan ialah perubahan total dalam cara mereka berpikir. Mereka harus berpegang pa da Tuhan dan Juruselamat.
ayat 22-24. Kemudian Paulus memandang ke jalan yang ada di depannya dan ia minta perhatian khusus untuk itu.132 Ia menem-puh jalan itu sebagai tawanan Roh. Dari kota ke kota, Roh Kudus menguasai Paulus. Itu dilakukan-Nya dengan menyata kan secara tegas bahwa penjara dan sengsara menunggu Paulus. Bagaimana dan kapan semua itu terjadi, tidak diketahui Paulus. Tetapi, semakin ia mendekati Yerusa lem, semakin tegaslah pemberi-tahuan itu (bnd Kis 21:4, 11). Bahkan sebelum Paulus mulai bekerja, ia telah diberitahu bahwa penderitaan dan sengsara akan ia alami (9:16).
Paulus tidak mau menghindari penderitaan itu. Sebagai hamba (bnd ay 18-19) ia tidak menghiraukan nyawanya. Ini tidak berarti ia menghina hidupnya, tetapi Tuhan yang mempe kerjakan banyak hamba, tidak bergantung pada seorang di antaranya. Pada akhirnya yang penting bukan para pekerja, melainkan karya Tuhan. Jika seorang rasul diperkenankan merampungkan pekerjaan yang dipercayakan kepadanya, ia sudah merasa puas.
Paulus menjelaskan hal itu dengan perumpamaan yang bebe-rapa kali dipakainya, yakni mengenai perlombaan lari (bnd 1Kor 9:24-27; Gal 2:2; Flp 2:16; 3:13-14; 2Tim 4:7). Dalam gambaran itu ditekankan kerajinan dan ketekunan yang ditun tut oleh pekerjaan yang Paulus lakukan dengan membaktikan dirinya sepenuhnya. Pekerjaan itu (kata bh Yunani diakonia) bersifat pelayanan. Paulus melayani orang seperti di meja makan dan memberi mereka hidangan berupa bersaksi tentang Injil anugerah Allah.
ayat 25-27. Sekali lagi, Paulus minta perhatian khusus (seperti dl ay 22). Paulus menegaskan kepada para pendengarnya bahwa mereka kini bertemu dengannya di bumi untuk terakhir kalinya. Ini pemberitahuan yang benar-benar mengharukan bagi hadirin.
Bukan kah selama tiga tahun Paulus berada di tengah-tengah mereka sambil memberitakan Kerajaan Allah (satu-satunya kerajaan yg langgeng) seperti seorang bentara (penyebar maklumat di depan umum)?
Paulus menyadari bahwa kepergiannya ke Yerusalem akan membawa bencana yang paling mengerikan baginya (bnd Rm 15: 30). Sekarang mereka harus tetap berpisah. Itulah sebabnya Paulus memberi pernyataan, seperti yang diucap kan di depan hakim. Allah sendiri yang mendengar dan menjadi saksi Paulus. Paulus hendak berkata, ”Saya tidak bertanggung jawab sama sekali, jika ada anggota jemaat Efesus yang binasa atau jika jemaat itu sendiri yang sesat (bnd Yeh 3:16-21). Kalau jemaat yang sesat, itu berarti kebinasaan dan kematian abadi (sebab itu dipakai kata darah). Saya telah berusaha dengan keras (ti dak lalai) memberitakan seluruh maksud Allah kepadamu.” Arti nya, rencana keselamatan Allah yang lengkap dengan pem bebasan bagi siapa yang percaya dan penghakiman bagi siapa yang tidak mau percaya. Jadi, orang yang sesudah Paulus memberitakan ajaran baru adalah pengkhayal dan pe nyesat. Mereka sudah tahu semuanya. Jangan sampai mereka disesatkan.
Paulus menginginkan perpisahan yang tidak meninggalkan ganjalan dan mengakibatkan setiap orang tahu dan meng akui tanggung jawab masing-masing.
ayat 28. Para penatua Efesus harus tetap dan betul-betul menyadari tugasnya. Per tama, mereka harus menjaga dirinya sendiri (bnd 1Kor 4:2; 9:27; 1Tim 4:16). Kemudian mereka harus menjaga dengan baik seluruh kawanan, tanpa mengecualikan satu domba atau satu anak domba pun. Gambaran kawanan domba dengan gembalanya juga kita jum pai dalam Mat 9:36; Yoh 10; 21:15, dan seterusnya; 1Ptr 5:2. Gambaran itu melukiskan keadaan jemaat dalam kelemahan dan ketergan tungannya.
Perintah agar menjadi gembala, tidak kurang dan tidak lebih para penatua terima dari Roh Kudus sendiri. Dialah yang menempatkan mereka di posisi itu dan menjadikan mereka pengawas (bnd Flp 1:1; 1Tim 3:2; 1Ptr 2:25). Dalam bahasa Yunani dipakai kata episkopos yang juga menjadi dasar kata ”uskup”. Tugas para pengawas adalah untuk menilik dan memperhatikan kawanan domba, serta mempedulikan domba-domba itu. Kawanan domba itu sangat berharga, sehingga layak mendapat segala pemeliha-raan. Kawanan itu telah diperoleh Allah dengan harga yang sangat mahal, tidak kurang dari darah Anak-Nya yang terkasih (bnd Mat 20:28; 26:28; 1Ptr 1:19). Di samping itu, ada bacaan lain yang sama artinya, yakni bahwa Tuhan (Yesus Kristus) memperoleh kawanan itu dengan darah-Nya sendiri.
ayat 29-31. Pemeliharaan kawanan domba itu mempunyai arti vital. Karena akan datang serigala-serigala yang mengincar dom badomba (bnd Mat 7:15; Luk 10:3; Yoh 10:12). Ketika serigala-serigala itu bahkan disebut ganas, kehati-hatian para penatua harus dilipat-gandakan karena serigala-serigala itu tidak mempunyai rasa ka sihan kepada satu domba atau satu anak domba pun. Bahwa peringatan itu bukan nasihat kosong, terbukti dengan serangan bertubi-tubi yang dilakukan orang Yahudi terhadap Paulus sendiri.
Akan datang serangan, bukan hanya dari luar (ay 29, serigala), melainkan dari dalam juga (ay 30, dari an tara kamu sendiri akan muncul beberapa orang). Mereka yang disebut terakhir ini akan memutarbalikkan pesan yang telah Paulus sampaikan. Mereka akan menarik anggota-anggota jemaat yang masih harus banyak belajar, supaya murtad dan tidak lagi mengikut gem bala-gembala yang benar. Dalam 1Tim 1:20; 2Tim 1:15; 2:17 kita membaca bahwa orang-orang seperti itu memang tampil sesudah keberangkatan Paulus.
Nasihat-nasihat seperti itu sering kita jumpai dalam Alkitab (mis Rm 16:17; 2Kor 11:13, dst; Gal 1:9; 5:12; Ef 5:6; Kol 2:4-8). Harus ada yang berjaga-jaga bila kawanan domba diincar bahaya. Para penatua Efesus telah melihat penatua sejawat mereka (bnd
1Ptr 5:1) bekerja selama tiga tahun. Siang malam, ia terus sibuk dan selalu siap. Ia bekerja dengan tiada hentinya. Setiap domba diperhati kannya. Dan kalau salah satu di antara mereka tersesat, ia merasa sedih sampai menangis. Ia mencarinya dan menunjukkan jalan yang benar kepadanya (bnd Mat 18:12).
ayat 32. Paulus mengakhiri pidatonya. Ia menyerahkan para penatua itu sebagai harta yang berharga kepada Tuhan dan ke pada firman anugerah-Nya. Itu yang harus melindungi mereka. Musuh seganas serigala tidak pernah dapat dihadapi para pelayan jemaat dengan kekuatan sendiri. Tetapi Allah pasti dapat. Dia mempunyai kekuatan yang begitu besar sehingga Gereja tidak akan dirombak, tetapi justru di bangun. Kini Paulus membandingkan Gereja dengan rumah yang se dang dibangun (bnd juga Rm 15:20; 1Kor 3:9, dst; 8:1, 10; 10:23; 14:3-4; 2Kor 10:8; 12:19; 13:10; Ef 2:11; 4:12, 16; 1Tes 5:11).
Allah yang Mahakuasa mempunyai kekuatan untuk melawan segala musuh dan peram pok dan menganugerah kan warisan yang ditentukan, yaitu keselamatan (bnd Ef 1:14, 18; 5:5; Kol 1:12), bagi semua orang yang telah dikuduskanNya (bnd Kis 26:18). Warisan itu begitu berlimpah sehingga kita dapat menik matinya bersama dengan semua orang yang ditarik dari dunia oleh Roh Kudus dan dibawa kepada Allah.
ayat 33-35. Tidak ada satu orang pun yang dapat menuduh Paulus telah memeras jemaat. Mengenai pernyataan seperti ini, bandingkan juga pernyataan Samuel dalam 1Sam 12:3. Bahkan untuk keper luan hidupnya, Paulus belum pernah diurus oleh orang lain. Sambil memperlihatkan kedua tangannya (tangan yg dipakai untuk bekerja), Paulus mengingatkan para penatua bahwa ia telah mengurus sendiri seluruh kebutuhan hidupnya yang menyangkut makanan, minuman, pakaian, dan lain-lain. Di samping itu, ia juga memenuhi kebutuhan hidup para pembantunya. Itu dilakukannya selama tiga tahun. Mengenai pekerjaan yang Paulus lakukan dengan tangannya lihat Kis 18:3; 1Kor 4:12; 2Tes 3:8.
Dalam segala sesuatu para penatua telah mendapat contoh nyata, yaitu cara kerja Paulus. Ia telah bekerja dengan keras dan susah payah. Sekaligus ia juga menolong dan menyantuni orangorang yang lemah sesuai kehendak Allah. Dengan kata lain, Paulus telah memelihara dirinya, para pembantunya, dan juga orang-orang miskin. Itu bukan hasil gagasan Paulus, melainkan hasil perkataan Tuhan Yesus sendiri. Bagi Paulus, kata-kata itu merupakan sumber kehidupan dan norma kehidupan.
Secara khusus ia mengingatkan para penatua akan perkataan Yesus, ”Lebih berbahagia memberi daripada menerima.” Siapa yang memberi, menyadari inti Injil (bnd Yoh 3:16; Rm 8:32). Dalam Kitab-kitab Injil, kita tidak menemukan kata-kata Yesus itu. Rupa-nya perkataan itu disampaikan secara lisan kepada Paulus (ingat Yoh 21:25). Hal semacam itu kita jumpai juga pada kata-kata Yesus yang dikutip dalam 1Tes 4:15.
ayat 36-38. Sesudah pidato Paulus mengenai pekerjaan yang penuh tanggung jawab, serangan-serangan musuh, dan kuasa Allah, sepatutnya mereka semua menunjukkan diri sebagai orang kecil dan tidak berarti, yaitu dengan berlutut di hadapan Allah. Dialah yang harus dipuja dan di beri syukur. Dan hanya Dialah yang patut dimintai pertolongan.
Perpisahan definitif dengan Paulus membuat para penatua sangat terharu. Air mata dan ciuman mereka menunjukkan betapa besar kasih mereka kepada utusan Kristus ini, sau dara mereka. Setelah itu, mereka semua mengantar Paulus ke kapal sebagai ungkapan terima kasih dan rasa hormat.
Paulus dan teman-teman seperjalanannya melanjutkan perjalanan, dari Troas menuju Yerusalem. Paulus begitu tergesa-gesa, sehingga
Efesus ia lewati dan baru singgah di Miletus. Meskipun terburu-buru, ia tetap ingin bertemu, berbicara, dan bersalaman dengan para penatua Efesus satu kali lagi. Kata-kata perpisahannya sangat berkesan.
Ia mengawali pembicaraannya dengan mengajak saudara-saudara pen dengarnya menengok ke belakang, ke masa kerja tiga tahun di Efesus dan daerah sekitarnya. Sebagai hamba Tuhan ia telah bekerja keras sambil mengalami banyak kemalangan. Setiap orang yang dijumpainya, telah dipanggilnya supaya bertobat dan percaya.
Kemudian ia mengarahkan pandangan ke depan dan berbi cara tentang penderitaan yang menantinya, meskipun ia tidak tahu ba gai mana hal itu akan berlangsung. Bagi Paulus, penderitaan dan kematian demi Kristus berarti penyudahan tugasnya. Dalam perjalanannya ke Yerusalem, ia ditawan oleh kata-kata Roh Kudus.
Kini Paulus berpisah secara definitif. Ia menyatakan dengan sungguh-sungguh kepada semua orang bahwa ia telah tuntas memenuhi perintah Tuhan kepadanya. Tidak seorang pun yang dapat berkata, ”aku tidak tahu-menahu”.
Meskipun rasul meneruskan perjalanannya, tetapi kawanan domba memerlukan pemeli haraan yang baik dan tetap. Para pena-tua dan penilik yang harus membaktikan diri untuk itu. Tugas yang mereka lakukan datangnya dari Roh Kudus. Kawanan itu layak diurus (karena dibeli dng harga mahal) dan memerlukan pemeliharaan untuk dapat bertahan melawan serangan dari luar dan dari dalam. Tuhan dan firman-Nya adalah sumber kekuatan. Hanya kepa da Tuhan dan firman-Nya, Paulus menyerahkan para pe natua itu.
Akhirnya, Paulus menasihati para penatua supaya bersedia mempersembahkan diri dan memelihara jemaat tanpa mengharapkan keuntungan. Yang diperlukan ialah sikap murah hati dan tanpa pamrih bagi orang-orang miskin.
Sesudah pidatonya, Paulus bersama semua saudara berdoa kepada Allah. Kemudian mereka saling berpisah. Dalam perpisahan itu mereka mengungkapkan baik kehangatan maupun dukacita mereka.