Oleh Perlawanan Iblis Pekerjaan Pemberitaan Injil Macet, Tetapi oleh Kuasa Allah Muncul Kemungkinan Baru

Pembahasan

ayat 16. Dalam ayat 12-15 Lukas telah menggambarkan awal pekerjaan Paulus di Filipi. Dengan ceritanya mengenai sipir penjara, Lukas langsung meloncat ke akhir masa kerja Paulus di sana. Kita tidak tahu persis berapa lama waktu antara awal dan akhir masa kerja itu. Dari ayat 40 jelas bahwa selama itu telah terbentuk jemaat di rumah Lidia.

Setiap kali Paulus dan para pembantunya pergi ke tempat sem bahyang di luar kota itu (bnd 16:13). Pada suatu hari mereka bertemu dengan seorang perempuan muda. Ternyata ia adalah perempuan yang luar biasa dan sangat penting karena ia mempunyai roh tenung dan bisa meramalkan nasib orang. Menurut bahasa Yunani ia mempunyai roh python. Kata keterangan itu menunjuk ke agama kafir. Yang dimaksud dengan Python adalah naga yang dahulu menjaga orakel106 di kota Delfi, tetapi kemudian binatang itu dibunuh dewa Apol o. Melalui orakel itu orang dapat mendengar ra malan dari sang dewa mengenai kehidupan mereka. Demikian juga lewat perempuan muda itu. Ia seorang budak perempuan; jadi, ia mengabdi kepada tuan-tuannya. Ternyata ia mempunyai ba nyak majikan. Rupanya ini menyangkut perusahaan cukup besar yang menghasilkan banyak uang.

Tentunya para penduduk Filipi dicengkeram oleh kekafiran itu. Tidak mungkin tidak terjadi konfrontasi antara agama satu-satunya yang benar dengan ilmu sihir yang kafir itu. Mengenai perte nungan, bandingkan Ul 18:9-22.

ayat 17-18. Perempuan muda itu mulai membuntuti Paulus dan para pembantunya sambil berteriak-teriak kepada mereka. Si pene-nung mengucapkan kata-kata yang benar: ”Orang-orang ini hamba Allah Yang Mahatinggi.” Pernyataan itu sering keluar dari mulut orang-orang yang dirasuki roh jahat (bnd Mrk 5:7; Luk 8:28). Selain itu, nama ”Allah Yang Maha tinggi” juga dipakai oleh anak-anak Tuhan (bnd Luk 1:32, 35, 76; Kis 7:48). Sejauh ini penunjukan tersebut sungguh jitu. Begitu juga dengan tam bahannya, ”Mereka memberitakan kepadamu jalan kesela matan.” Artinya, satu-satunya jalan untuk dapat keluar dari ke dudukan yang sama sekali tidak ada harapannya. Ucapan itu tidak hanya terdengar satu kali, tetapi berkali-kali.

Adakah cara lain yang lebih baik untuk menjadi pusat perhati-an? Padahal dengan penyebutan fakta-fakta yang tepat: mereka itu membawa pesan berisi berita penyelamatan bagi manusia yang tidak punya pengharapan lagi. Paulus merasa sedih ditampilkan sedemikian rupa. Itu iklan (pariwara) dari pihak yang sangat disangsikan. Per caya atas dasar kata-kata tukang tenung yang berpengaruh itu bertentangan dengan Injil. Sungguh, ada jalan menuju kesela matan, tetapi hal itu hendak dipercayai atas wibawa Injil sendiri. Hanya boleh ada ruang bagi satu pesan, yakni pemberitaan Injil. Pertenungan, yang olehnya masa depan orang dicengkeram, harus disingkirkan untuk firman yang benar, yang memberi pengharapan bagi masa depan.

Paulus berbicara kepada roh jahat yang menguasai perempu-an muda itu hingga menjadi penyambung lidah nya. Sang rasul memerintahkan roh itu supaya melepaskan mangsanya. Ia membe-ri perintah dalam nama Yesus Kristus; arti nama itu, rohroh jahat mengetahuinya (bnd Mrk 16:17). Perintah utusan Kristus sangat manjur dan langsung membawa hasil. Keluarlah roh jahat dari perempuan itu.

ayat 19-21. Para majikan perempuan muda itu sama sekali tidak menghargai perbuatan baik ini (bnd juga 4:9). Mereka buta karena ketamakan mereka terhadap uang, sehingga tidak melihat cahaya Injil yang membebaskan itu telah menerobos kegelapan. Mere ka menangkap Paulus dan Silas (Timotius dan Lukas tidak disebut di sini; mungkin keempat pemberita Injil itu bekerja dl dua kelom-pok), dan menyeret mereka ke lapangan di pasar untuk diadili.

Di Filipi, koloni Romawi itu, ada dua pembesar kota (bh Latin:

praetor) yang bertugas sebagai hakim. Tuduhan yang dijatuh kan benar-benar menggemparkan, yaitu pengacauan. Paulus dan Silas dianggap dua pemberontak keturunan bangsa Yahudi yang selalu membuat onar, yang kini bahkan memberanikan diri beraksi di koloni Romawi. Melalui gagasan mereka yang revolusioner itu, mereka hendak menyusup ke tengah masyarakat Romawi itu.

Pada mulanya mungkin tidak ada perbedaan yang tajam antara orang Yahudi dan orang Kristen. Semua kelompok Yahudi di samaratakan (termasuk orang Kristen). Kedua pemberita Injil itu dituduh menjungkirbalikkan ketertiban negara, satu hal yang sangat peka bagi para penguasa dan pejabat pengadilan Romawi.

Kedua orang itu memberitakan cara hidup yang lain.

ayat 22-24. Sungguh tidak sulit untuk mengumpulkan massa yang sifatnya ingin tahu dan cukup mudah juga untuk menghasut mereka sehingga kemarahannya berkobar. Seperti yang dahulu dialami Yesus (bnd Luk 23:18, 23), demikian juga yang kini terjadi di Filipi. Mungkin sekali massa itu berteriak-teriak dengan nyaring hingga suara Paulus dan Silas sama sekali tidak terdengar. Menghadapi massa demikian, yang dapat memaksakan kemauannya, biasanya para pejabat peng adil an segera mengalah.

Seperti Pilatus dahulu, demikian juga para pejabat pengadilan ini. Atas keputusan mereka sendiri, tanpa mengadakan pemeriksaan atau penyelidikan, mereka menjatuhkan hukuman dengan merenggut pakaian Paulus dan Silas dari tubuh mereka, kemudian mendera punggung mereka yang telanjang dengan cemeti berkali-kali (bnd 1Tes 2:2; 2Kor 11:25). Biasanya pada penghukuman semacam itu, orang Yahudi membatasi jumlah pukulan sampai 40 kali kurang satu (bnd 2Kor 11:24), tetapi dalam kisah ini tidak disebut pembatasan itu.

Setelah Paulus dan Silas mengalami hukuman yang sangat menyakitkan, mereka dikurung dalam pen jara dengan kawalan ketat, layaknya dua penjahat ulung berbaha ya. Perintah untuk menjaga mereka dengan ketat, ditaati benar oleh sang sipir. Mereka dikurung di bagian tengah penjara (yang paling jauh letaknya dari pintu luar). Kaki mereka dipasung, hingga tidak mungkin dapat melarikan diri.

ayat 25. Paulus dan Silas tentu sangat bingung ketika menyadari bahwa mereka dibelenggu dengan cara demikian. Mereka dipang-gil untuk menyeberang dan memberi pertolongan (16:9), tetapi di kota yang pertama di Eropa, mereka langsung dilempar kan ke dalam penjara. Namun terdengar suatu keajaiban yang tidak terbayangkan. Paulus dan Silas berdoa dan bernyanyi kepada Allah107 sekitar tengah malam (bnd Ayb 35:10; Mzm 42:9; 119:55).

Meskipun mereka terkurung dalam sel, namun tidak seorang pun yang dapat mengunci jalan menuju Allah (bnd Rm 8:38, dst).

Walaupun punggung mereka terasa sangat nyeri, hati Paulus dan Silas penuh sukacita, karena mereka boleh mengambil bagian dalam penderitaan Kristus (bnd Luk 6:22; Kis 5:41). Mereka menyanyikan puji-pujian kepada Allah. Meskipun mereka lemah, dengan berdoa dan menyanyi mereka kuat (bnd 2Kor 2:10). Tidak hanya Allah yang mendengarkan mereka, tetapi juga semua hukuman lainnya. Di dalam penjara pun berkumandang bahwa pesan yang dibawa Paulus dan Silas adalah Injil yang memberi sukacita. Para tahanan mendengar kan nyanyian pujian di tempat yang biasanya hanya terdengar kutukan dan sumpah serapah.

ayat 26-27. Allah menanggapi keajaiban berupa doa dan nya nyian itu dalam bentuk campur tangan yang hebat. Ketika Paulus dan Silas menyanyi dan tahanan lainnya mendengarkan, Allah mengulurkan tangan-Nya (bnd 4:31) dan mengguncangkan bumi di bawah penjara itu, seakan-akan seluruh fondasinya diterjang gelombang.

Di tengah gempa bumi itu terjadi hal-hal yang sangat menghe-ran kan. Gedung penjara itu tidak runtuh dan porak poranda (seperti yg biasanya terjadi pada gempa yg dahsyat) dan para tahanan tidak terkubur di bawah puing-puingnya. Namun semua pintu terbuka lebar, artinya pintu setiap sel, begitu juga dengan semua borgol para tahanan. Semua orang yang dipenjara ikut menikmati campur tangan Allah yang membebas kan. Kini mereka sendiri mengalami kuasa Allah yang diberita kan oleh Paulus. Allah tidak meninggalkan manusia milik-Nya.

Menurut beberapa tafsiran Alkitab, peristiwa itu terlalu indah sehingga kebenarannya disangsikan. Tetapi Paulus, Silas, dan para tahanan lain di Filipi benar-benar mengalaminya.

Sang sipir juga merasakan guncangan dari tangan Allah itu. Ketika manusia mengalami kekuatan yang begitu dahsyat, ia dihadapkan pada kenyataan bahwa ia sama sekali tidak berarti dan tidak berdaya. Sang sipir gemetar ketakutan. Ia langsung pergi ke penjara untuk mengadakan pemeriksaan. Didapatinya semua pintu terbuka. Sudah pasti semua tahanan lari. Peninjauan secara cepat terhadap situasi itu menyebabkan ia kelabakan dan berkesim pulan ”nyawaku terancam bahaya, hidupku ganti hidup mereka” (bnd 12:19).

Untuk menghindari penghinaan eksekusi di depan umum, ia bersiap-siap bunuh diri. Dalam masyarakat Romawi bunuh diri merupakan perbuatan berani dan terhormat, yang harus dilaksanakan dengan sikap kepasrahan (menu rut filsafat Stoa).

ayat 28-30. Paulus melihat bahwa sipir itu berniat bunuh diri dan ia berhasil mencegahnya dengan campur tangan tegas. Ia mengucapkan kata-kata menentukan yang dapat menahan sipir itu melakukan niatnya, ”kami semuanya masih ada di sini.” Sang sipir segera meminta lentera atau obor dan ia sangat heran ketika melihat bahwa mereka semua masih di situ dalam keadaan bebas namun tetap di penjara. Dengan tubuh yang gemetar sipir itu tersungkur di depan kaki Paulus dan Silas. Ia sangat menyadari bahwa semua yang terjadi (gempa itu dan akibat yg ajaib) berkaitan dengan kedua orang yang sangat istimewa itu.

Karena takut dan rasa hormat ia berlutut di depan mereka. Kemudian ia mengantar mereka keluar penjara. Sampai hari itu sang sipir belum mau mendengarkan pesan Paulus dan Silas, tetapi pada malam harinya Allah menggoyahkan, bahkan menghilangkan bumi di bawah kakinya. Sekarang ia mencari pegangan dan bertanya, ”Apa yang harus aku perbuat, supaya aku diselamat kan?” (bnd 2:37, juga 4:12). Bukankah Paulus dan Silas diperkenalkan di Filipi sebagai pemberita jalan keselamatan (16:17)?

ayat 31-34. Untuk memperoleh keselamatan setiap orang perlu melakukan satu hal saja, yaitu percaya. Tidak perlu kita berprestasi, tetapi yang harus kita lakukan ialah berpegang erat kepada Tuhan

Yesus, karena Dia telah dan sedang melakukan segala-galanya untuk kita. Jadi, hanya satu hal yang diperlukan, yaitu tidak lagi percaya atas kekuatan diri sendiri, tetapi melepaskan segala sesuatu, memegang Tuhan Yesus dan hanya percaya kepada Dia. Kita mempercayakan diri kita kepada sang Kurios Yesus, dan tidak kepada siapa pun juga; bukan ilah kafir, bukan kaisar atau siapa saja.

Sesudah perintah untuk percaya, Paulus dan Silas juga memberikan janji yang pasti, yaitu dengan jalan itu engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu. Jadi, dengan cara yang sama seperti ketika Abraham diselamatkan (Kej 17:27). Sama seperti Allah bekerja dalam Perjanjian Lama, begitu juga yang dilakukan-Nya dalam Perjanjian Baru (bnd Kis 11:14; 16:15). Pada kata ”rumah”, kita harus berpikir tentang istri, anak-anak, dan para pembantu (bnd Yos 24:15).

Sementara hati semua orang masih sangat terkesan oleh tin dakan Allah, Paulus dan Silas langsung memberi pelajaran mengenai firman Tuhan tanpa mempedulikan bahwa saat itu hari sudah larut malam. Firman itu memberi buah-buah yang berlimpah pada jam itu juga. Setelah kedua orang itu dilemparkan ke dalam sel dengan punggung yang berlumuran darah dan dengan penjagaan ketat (ay 23), kini mereka dirawat dengan teliti. Sang sipir membasuh luka-luka mereka dan kemudian ia sendiri dibasuh dari dosanya. Dia dan seisi rumahnya. Artinya, yang besar dan yang kecil, orang-orang dewasa yang mempercayai sepenuh-nya janji pengampunan dan kehidupan baru dan anak-anak yang pasti terlibat dalam janji itu.108

Iman sang sipir menghasilkan buah, tidak hanya dalam tindakan merawat luka-luka kedua orang itu, tetapi juga dalam menghidangkan makanan (semuanya di malam buta itu). Dan makanan itu disediakan bukan saja untuk mengisi perut, melainkan juga untuk mengalami persekutuan baru.

Suasana menjadi penuh sukacita. Itu tambahan yang Allah berikan. Mereka sangat bahagia karena telah diselamatkan dan boleh percaya dalam Injil yang memberi sukacita itu (bnd 2:46; di situ juga ada sukacita dan makan bersama).

ayat 35-37. Segera setelah hari siang, para hakim (kedua praetor atau pembesar kota) mengirim pesan kepada sipir melalui pejabat-pejabat kota.109 Mung kin mereka sendiri juga tidak dapat tidur nyenyak gara-gara gempa bumi itu.110 Atau mungkin mereka mengira bahwa peristiwa dengan dua orang Yahudi itu dapat ditutup dengan hukuman cambuk dan hukuman penjara semalam. Suasana di ka langan rakyat sudah tenang kembali, setelah kedua pengacau itu ditangani dengan keras. Dengan demikian bagi para hakim masalah itu bisa dianggap sudah selesai. Oleh sebab itu pesan bagi sipir itu berbunyi, ”Lepaskanlah kedua orang itu!” Karena, setelah mendapat pelajaran keras, pasti sekarang mereka sudah jera. Sang sipir menyampaikan pesan itu. Ia agaknya mengira bahwa Paulus dan Silas akan segera pergi dari penjara itu, sehingga mengucapkan salam perpisahan: ”Pergilah dengan damai.” Tetapi Paulus dan Silas tidak mau meninggalkan penjara itu sebagai pemberontak. Mereka adalah warga negara Roma (bnd 22:28, yg berkaitan dng Paulus) dan hakhak mereka telah diinjak-injak. Hal itu perlu dipulihkan, khususnya di wilayah koloni Romawi. Proses pengadilan yang jujur merupa kan hak setiap warga negara Roma. Lagi pula warga negara Roma terbebas dari hukuman-hukuman yang memalukan.111 Hakhak itu kini tidak diterapkan kepada mereka. Dan itu dapat mengakibatkan dipecatnya para hakim itu.

Rehabilitasi bagi kedua utusan Tuhan Yesus. Mereka bukan penjahat geladak, melainkan warga negara Roma yang terhormat. Rehabilitasi itu berguna juga bagi pekerjaan kedua utusan di Filipi.

ayat 38-40. Mendengar Paulus dan Silas minta direhabilitasi karena mereka warga negara Roma, kedua pembesar kota takut pada akibat yang mungkin mengenai mereka sendiri (bnd 22:29). Akhirnya, para warga kota berdatang sembah di depan penjara untuk merehabili tasi kedua utusan Kristus di depan umum. Dari tindakan pada ujung yang satu (pemecutan di depan umum) mereka bergeser ke tindakan pada ujung yang lain (rehabilitasi di depan umum).

Sebelum kedua rasul memenuhi permohonan untuk mening-galkan kota itu, mereka lebih dahulu mengunjungi Lidia dan jemaat di rumahnya untuk memberi pesan perpisahan yang mengharukan, yakni pesan yang menguatkan, menghibur, dan mendorong se mangat.

Perhatikan, bentuk ”kami” telah berubah menjadi bentuk ”mereka” (bnd 16:10). Apalagi kita baca bahwa berangkatlah kedua rasul itu. Dengan kata lain, Paulus dan Silas yang berangkat, tetapi Timotius dan Lukas rupanya masih tinggal di Filipi.

Ringkasan

Dalam ayat 16 Lukas membimbing kita ke akhir masa kerja Paulus di Filipi, pada perjalanan pemberitaan Injil kedua. Pekerjaannya kian mendekati klimaks, yakni konfrontrasi dengan agama kekafiran dalam pribadi perempuan penenung itu.

Tampaknya para utusan Kristus itu mengalami kekalahan dengan pemberitaan mereka. Tetapi, justru ketika manusia le mah, seperti Paulus dan Silas yang berada dalam posisi yang sama sekali tak ada harapan, Allah campur tangan sedemikian rupa, sehingga dalam satu malam saja keadaan berubah menjadi kemenangan bagi

Injil. Itu dimulai dengan pembebasan seorang perempuan muda yang dikuasai oleh roh jahat. Tetapi seperti biasanya, kegelapan tidak mau menerima terang (bnd Yoh 1:5).

Perbuatan baik itu tidak disambut dengan rasa terima kasih. Sebaliknya, perlawanan semakin bertambah. Baru setelah darah mengalir dan kedua pemberita yang mengabarkan cara hidup yang baru itu dilempar ke dalam sel, para penduduk Filipi tenang. Injil telah dilangsir ke rel buntu. Tetapi akhir yang menyedihkan itu dijadikan Allah permulaan baru, yakni melalui puji-pujian di tengah malam. Maka menyusullah berbagai peristiwa yang mengejutkan. Terjadi gempa bumi yang dahsyat, satu di antara serangkaian panjang tanda kedatangan Kristus. Gempa itu meng-akibatkan rusaknya semua grendel. Semua tahanan tidak cedera, tetapi tidak memanfaat kan ”ke bebasan” mereka. Injil kembali mulai berjalan dari dalam sel penjara, kemudian menang atas sipir beserta seisi rumahnya. Paulus memberi pengajaran kepada mereka pada dini hari dan hasilnya sungguh besar. Semua orang di rumah sipir digabungkan kepada Kristus. Kristus memanggil dan menarik mereka menjadi milik-Nya. Gereja-Nya dibangun, juga di Filipi.

Ketika akhirnya Paulus dan Silas meninggalkan kota itu, mereka pergi bukan sebagai penjahat, melainkan sebagai dua warga negara Roma terhormat. Kedua pemberita Injil lainnya, Timotius dan Lukas masih tinggal di Filipi.

Wacana

1. Apakah masih terjadi kejahatan berupa pertenungan? Dalam bentuk-bentuk apa? Mengapa Allah sangat membenci ke jahatan itu?
2. Mengenai gempa bumi di penjara Filipi, banyak orang meng-anggapnya mustahil diper caya. Menurut mereka semua uraian tentang gempa itu saling berlawanan: semua pintu dan borgol rusak, tetapi para tahanan tidak cedera, bahkan tidak melarikan diri. Bagaimana jawaban kita atas bantahan semacam itu ?
3. Hanya dalam satu malam sipir itu mengalami banyak sekali kejadian: pertobatan, pengajaran, dan baptisan. Apakah baptisan itu tidak terlalu cepat dilakukan? (Cepat, mengingat kebiasaan kita?)
4. Tampaknya, keempat pemberita Injil bekerja secara kelom-pok. Perhatikan pertemuan dengan si penenung dan juga fakta bahwa hanya Paulus dan Silas yang mening galkan kota Filipi, sedang kedua pemberita yang lain masih tinggal Apa arti mereka tidak pergi sen dirian, tetapi bersama-sama, secara kelompok? Apakah ada maksud tertentu?

Informasi Buku

  1. PDF
  2. Penulis:
    C. van den Berg
  3. ISBN:
    978-602-8009-41-6
  4. Copyright:
    © De Vuurbaak 1981
  5. Penerbit:
    Yayasan Komunikasi Bina Kasih