23. FIRMAN-FIRMAN yang Berharga

1. Direkomendasi!

Hukum-hukum, perintah-perintah, aturan-aturan. Banyak kewajiban yang harus kita lakukan! Bukankah itu semua memberatkan hidup kita: jadi, sebaiknya diabaikan saja? Siapakah gerang an yang berbicara positif tentang hukum-hukum itu? Tentu, penyair Mazmur 119! Mazmur yang paling panjang ini, penuh pujian-pujian dan anjuran-anjuran terhadap hukum-hukum Allah. Aturan-aturan hidup dari TUHAN dibicarakannya dengan sangat positif (meyakinkan). Penyair menyebutkannya Taurat, yang berarti penunjuk jalan, pan duan, patokan. Kalau mengikutinya, kita akan maju. Allah memberikan aturan-aturan hidup yang indah, yang pas. Dengan itu, Tuhan ingin menunjukkan jalan kepada kita sehingga kita tidak akan tersesat atau menghadapi jalan buntu. Sehubungan dengan itu, penyair Mazmur 19 (Daud!) membuat perban dingan yang bagus, yaitu dengan menunjuk ke matahari, bulan, dan bintang-bintang. Lihatlah, betapa indahnya semuanya berjalan, menurut irama yang teratur! Jika pada pagi hari matahari terbit, orang sering mengatakan, ”Matahari lagi bersemangat!” Benar, karena sebagai pelayan-pelayan Allah benda-benda langit mengikuti pedoman-pedoman-Nya yang tepat dan efektif.

Paulus pun memuji-muji hukum Allah, katanya hukum

Taurat adalah kudus, benar, dan baik (lih Rm 7:12). Allah Pencipta yang tahu persis apa dan bagaimana itu hidup, menetapkan undang-undang dasar, yaitu Kesepuluh Firman. Pernahkah kita renung kan alangkah bijaksana Dia mengungkapkan segalagalanya hanya dalam sepuluh aturan dasar yang di dalamnya seluruh hidup memperoleh kompasnya? Pembuatan semua hukum, di mana pun dan kapan pun, bisa kita turun kan dari undang-undang dasar itu. Allah yang membuat hukum-Nya seperti sepotong pakaian yang pas untuk seluruh dunia (K. Schilder). Tidak ada yang kurang pada hukum Allah ini. Taurat TUHAN itu sempurna (Mzm 19:8), tepat untuk semua manusia di dunia. Sekaligus hukum-hukum itu memperlihatkan bahwa betapa jauhnya kita menyim pang darinya, betapa banyak yang telah kita bengkok kan di dalamnya (lih bab 8.4-5).

2. Menyadarkan

Hukum-hukum Allah itu bagaikan sebuah cermin yang ada di hadapan kita. Khususnya, bilamana kita me renungkan bagaimana Kristus menunjukkan kedalaman hukum-hukum itu dalam Khotbah di Bukit (lih Mat 5-7). Hukum-hukum itu tidak berbentuk pasal-pasal undang-undang yang biasa, tetapi meminta hati kita karena kita mempunyai relasi kasih yang bersifat pribadi dengan Allah. Pelang garan dimulai di mana kasih berhenti. Kita tidak boleh membunuh. Tetapi, kata Yesus, siapa yang mencaci maki seseorang, sudah mulai melanggar hukum itu. Kita tidak boleh berzina. Tetapi, kata Yesus, siapa yang menginginkan seseorang dalam hatinya, dia telah ber zina (lih Mat 5:22, 28). Apakah itu tidak membuat kita putus asa? Apa gunanya hukum-hukum itu dibuat begitu ketat, sehingga kita tidak bisa mematuhinya? Paulus pun mengeluhkannya, katanya ”Aku, manusia celaka!” (Rm 7:24; lih KH p/j 113-114). Sungguh, tak terbayangkan betapa sengsaranya kita!

Maksud hukum-hukum Allah ialah supaya kita menyadari situasi kita. Oleh hukum-hukum Allah itu kita didorong menuju Kristus. Di luar Dia, mustahil kita memperbaiki situasi kita itu. Selain itu, hukum-hukum Allah itu ingin membuat kita bercermin pada Kristus sebagai manusia baru, agar kita rindu dibarui oleh Roh Kudus. Sebab, dengan bantuan hukum-hukum yang lama itu Dia ingin membentuk ulang diri kita (lih bab 16.4). Oleh karena itu, Paulus pun bisa mengatakan dalam Roma 7 yang sama, ”Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah!” (Rm 7:22).

3. Hukum Taurat dan Injil

Hukum Taurat dan Injil sering dipertentangkan, seolah-olah keduanya merupakan dua besaran tersendiri. Kristus dianggap telah membebaskan kita dari hukum, sebagai akibatnya kini orang-orang merdeka bebas dari aturan mana pun. Tetapi, dari penjelasan tadi sudah jelas bahwa itu bukan maksud karya Kristus. Hukum-hukum Allah tidak perlu dicuri gai dan tidak salah. Karena manusia memberontak melawan Allah, hukumNya memang terkesan bersifat keras, tetapi dari asalnya tidaklah demikian. Hukum justru dimaksudkan sebagai Injil, terarah kepada hidup kita! Sebenarnya penderitaanlah yang berdiam dalam hati manusia, dan itu ditemukan oleh hukum Allah. Dengan demikian, hukum itu ”mem bawa kita kepada kematian”; karena hati manusialah yang menentang hukum Allah hingga berbuat dosa (bnd Rm 7:10-11).

Kita sebagai orang Kristen tidak ditebus dari hukum Taurat, tetapi dari kutuknya (lih Gal 3:13). Kutuk berarti bahwa kita digariskan untuk gagal semata-mata. Mustahil kita meme nuhi hukum Allah yang besar itu. Kita terus-menerus dituduhnya. Dalam Perjanjian Baru kita sering membaca kita tidak lagi berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah anugerah (Rm 6:14). Tetapi, ini tidak berarti hukum Taurat telah ditiadakan. Artinya ialah hukum Taurat tidak lagi menuduh kita. Hukum Taurat tidak lagi merupakan ancaman bagi kita karena Kristus telah memikul kutuknya untuk kita. Itulah sebabnya, Kristus disebut tujuan akhir hukum Taurat (Rm 10:4). Kristus datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat, tetapi untuk menggenapinya (lih Mat 5:17-18).

4. Merdeka

Yakobus bicara tentang ”hukum yang memerdekakan orang” (Yak 1:25). Bagaimana mungkin? Jika terikat pada aturan-aturan, apakah itu berarti kita merdeka? Namun, kata ini sangat tepat! Lihat saja awal Kesepuluh Firman, ”Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari ... tempat perbudakan” (Kel 20:1). Firman-firman itu tidak dimaksudkan untuk memperbudak kita, tetapi sebaliknya untuk melindungi kita dalam kemerdekaan kita. Semua firman itu adalah panduan-panduan yang baik dari Penebus kita. Hukum Allah bukanlah program hidup untuk seorang budak, melainkan aturan-aturan hidup untuk anak-anak Allah yang merdeka.

Bayangkan. Jika tidak ada kewibawaan, dan tidak ada lagi seorang pun yang ber wenang, sepintas kelihatannya kita merdeka. Tetapi, segera kita akan mengalami keadaan yang kacau, dan kita malah dibatasi oleh kemerdekaan kita! Apa sebenarnya kemerdekaan itu? Apakah bila kita menjaga harta benda kita dengan ekstra ketat untuk mencegah pencuri? Hal itu yang bisa kita terapkan pada semua hukum. Hukum Taurat bermaksud untuk menyedia kan keleluasaan dan membatasi wilayahwilayah yang berbahaya sehingga kita bisa menik mati kemerdekaan itu. Hukum Allah tidak bermaksud mempersempit hidup kita, tetapi membuat kita tetap hidup di dalam pagar kemerdekaan yang dikerjakan-Nya.

Kemudian kita bertanya ”Batasnya di mana? Sampai sejauh mana kita bisa pergi? Apa yang masih boleh, dan apa yang hampir-hampir tidak boleh?” Namun, pertanyaan-perta nyaan semacam itu bisa juga mempersempit kemerdekaan kita. Kalau kita begitu sibuk mencari batasbatasnya, maka bisa saja kita menutup peluang untuk mempergunakan keleluasa annya. Salah satu contoh yang bisa saya sebutkan ialah Hari Minggu. Kalau kita hanya sibuk mencari jawaban atas pertanyaan, ”Di mana batas boleh dan tidak boleh terhadap apa yang kita lakukan pada Hari Minggu?” apakah kita tidak kehilangan tujuan hari itu sendiri? Akibatnya kita tidak menikmati kemerdekaan kita. Merdeka di depan Allah dan sesama kita!

5. Tiga fungsi

Sejak dahulu ada tiga fungsi hukum Taurat yang berbeda. Sebenarnya saya telah menguraikan nya pada bagian terdahulu, tetapi di sini saya mendaftarkannya satu per satu agar bisa kita mengenalinya:

1. Hukum Taurat sebagai cermin, yaitu untuk menyadarkan kita akan kesalahan kita, untuk membuka pandangan kita kepada Kristus yang telah menggenapi hukum Allah, dan untuk membuat kita bercermin pada Dia sebagai manusia yang baru.
2. Hukum Taurat sebagai pagar. Melalui hal itu, kita dilindungi terhadap diri kita sendiri se hingga kita tidak keluar batasnya menjadi budak, tetapi memperoleh keleluasaan untuk menikmati kemerdekaan kita. Kendati demikian, ada juga maksud yang lain, yaitu supaya kita dipagari dari kejahatan sehingga kita mempunyai keleluasaan untuk hidup bersama-sama. Berkat pemberian hukum, ketidakterkendalian manusia ditanggulangi.

3. Hukum Taurat sebagai patokan. Yang dimaksudkan ialah kita bisa mengukur tingkah laku kita menurut sebuah norma. Hal itu membuat kita mendapatkan kepastian. Hukum Allah berarti kita menerima pimpinan dan arahan. Lambat-laun ada efek struk tural, tidak hanya dalam hidup pribadi kita masing-masing, tetapi juga di luarnya, yaitu kita adalah garam dunia. Sangat membangun dan menggiatkan kerukunan, bila kita sungguh-sungguh ingin menaati Kristus. Ini ”tidak mungkin tersembunyi” (lih Mat 5:13-16).

6. Pedoman-pedoman Allah

Allah yang memberikan pedoman-pedoman. Tetapi, Allah tidak memerintahkan semuanya secara rinci. Itulah yang kadang kala kita temukan, terutama bila kita membaca Perjanjian Lama. Tetapi, sangat banyak dari semua yang diperintahkan-Nya, kemudian digenapi oleh Kristus dan kita tidak perlu lagi menaatinya, misalnya, aturan-aturan mengenai kurban-kurban, pentahiran, dll). Hal itu tidak berarti hukum-hukum itu tidak lagi bermakna bagi kita. Justru berkaitan dengan isinya, hukumhukum itu membawa kita dekat kepada Kristus. Paulus yang menyebut pemberian aturan-aturan yang luas dalam Perjanjian Lama itu sebagai ”penuntun bagi kita sampai Kristus datang” (Gal 3:24-25).

Jadi, ada yang berubah dalam PB. Namun, undang-undang dasar tetap berlaku bahkan tanpa dikurangi. Undang-undang itu tetap berfungsi (dan bahkan diper tajam) dalam Perjanjian Baru yang diwujudkan oleh Kristus, jelas terlihat dalam berbagai ayat-ayat Alkitab (lih Mat 5-7; Rm 7:7; 13:9; Ef 6:2; Yak 2:11). Kesepuluh firman rupanya tidak menyaji kan rincian yang lengkap. Tuhan mencukupkan dengan memberikan garis besarnya. Semua firman hanya menyebut satu ”kasus”, biasanya dosa yang paling keras, tetapi di dalamnya tercakup bermacam-macam dosadosa yang lain. Hal itu nyata, jika kita merumuskan firman-firman itu dalam bentuk yang positif. Misalnya, ”Jangan mencuri!” diganti menjadi ”Memberilah!”, atau ”Jangan mengucapkan saksi dusta!” kita katakan ”Kasihilah kebe naran!” Tetapi, tidak semua diuraikan dengan rinci. Kita dilibatkan untuk membedakan apa yang menentukan. Kita diajak untuk menguji diri kita sendiri apakah kita berbuat apa saja karena kasih kepada Allah atau sesama kita, atau karena kasih kepada diri kita sendiri. Pada akhirnya, kasih adalah penggenapan hukum Taurat (lih Rm 13:810; Gal 5:14). Demikian Tuhan juga meringkaskan firman-firman-Nya, kata-Nya, ”Kasihilah Tuhan Allahmu ... dan sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Perintah yang terutama dan yang pertama. Dan perintah yang kedua, yang sama dengan itu (lih Mat 22:34-40). Segala-galanya yang berputar di sekitar dua jenis kasih ini, bagaikan dua engsel yang padanya tergantung pintu Kerajaan Surga.

7. Penjelasan ringkas

Di bawah ini saya menyebutkan Kesepuluh Firman, satu per satu (bnd Kel 20:1-17; Ul 5:6-21). Lalu, sebisa mungkin saya juga berusaha merumuskannya dalam bentuk yang jelas (positif), sambil mem berikan penjelasan yang ringkas.

1. Jangan ada allah lain________Allah selalu ada pada posisi pertama

Kita dilarang memuja allah-allah lain, artinya dewa-dewi agamaagama yang lain. Janganlah kita menjalani hidup kita di luar Allah, dengan memilih ilah-ilah dalam hidup sehari-hari, misalnya, hari libur (istirahat), olahraga, kesehatan, dan ekonomi.

2. Jangan membuat gambaran yang tidak benar____Kenali siapa Allah Dialah Allah yang cemburu. Dia tidak mau kita memberi gambaran tentang diri-Nya sehingga Dia tidak mengenali diri-Nya sendiri pada gambaran itu. Dengan membuat anak lembu emas, orang Israel berusaha menggambarkan Allah agar bisa melihat Dia dengan mata mereka sendiri dan-terutama-untuk bisa menguasai Dia (lih Kel 32). Ketika membuat

gambaran Allah yang tidak benar bagi diri kita, hal itu bahkan bisa berpengaruh sampai kepada generasi ketiga dan keempat.1

3. Jangan menyebut Nama Allah dengan

sembarangan__________________________Menghormati nama Allah

Ungkapan sembarangan berarti tanpa sadar, tanpa pikir, tanpa maksud. Nama Allah menyatakan siapa Dia. Allah ingin kita menyebut nama-Nya, dengan maksud kita meng hormati Dia. Yang tidak diinginkan Allah ialah penyalahgunaan nama-Nya, yaitu ketika kita mau membenarkan diri dengan menggunakan nama-Nya.

4. Hari Sabat2Allah_____________________________Jangan gila kerja3

Hari Minggu adalah hari istimewa yang khususnya dimaksudkan untuk kita berlibur ber sama Allah, sambil menikmati karunia-karunia-Nya yang baik. Hari ini ditandai dengan istirahat dan pembebasan (lih butir 4 tentang merdeka). Pada hari pertama tiap ming gu-hari kebangkitan Kristus!-umat Kristen perdana (awal atau pertama) berkumpul saat dini hari, dan pada sore hari, untuk beribadah. Istirahat dan pengabdian diri kepada Allah dalam ibadah selalu berkaitan yang satu dengan yang lain. Adalah maksud bijaksana Sang Pencipta untuk kita datang kepada-Nya, supaya kita bergaul bersama-sama sebagai jemaat, dan dengan demikian kita sendiri disegarkan, pada hari yang istimewa itu.

5. Menghormati orang tua_______________Jangan menghina orang tua

Menghormati berarti menghargai orang tua dalam keadaan dan posisi mereka. Di sisi lainnya, orang tua pun semestinya menghormati anak-anak mereka, dengan bersikap layak dihormati (lih Ef 6:1-4). Perintah ini mengenai hormat, bukan memuja atau memalsukannya. Di sini, pemerintah-pemerintah pun tampil sebagai pelayan-pelayan Allah. Pemerintah yang berwibawa bertindak melawan kejahatan (lih Rm 13:1). Berkaitan dengan itu, pemerintah seharusnya sangat dihormati, tetapi dengan hormat yang semestinya sehingga kita tidak lebih taat kepada manusia daripada kepada Allah (lih Kis 5:29).

6. Jangan membunuh___________________Mengasihi sesama manusia

Firman ini bukan semata-mata melarang hukuman mati (karena tidak percuma pemerintah menyandang pedang), dan begitu juga dengan hal membunuh dalam peperangan. Tetapi, yang dilarang, yaitu main hakim sendiri dan menentukan sendiri hidup dan mati seseorang karena rasa benci dan dendam. Bukankah kita di panggil justru untuk mengasihi musuh kita (lih Mat 5:44)? Dalam hal ini, benar bahwa rasa benci dimulai manakala kasih itu berhenti. Tetapi, dalam dunia yang rusak ini, kadang kita mustahil hidup tanpa lepas dari kekerasan dalam rangka menghindari kejahatan yang lebih parah lagi atau mengendalikan kekacauan sebisa mungkin.

7. Jangan berzina_________________________Tetap setia sampai akhir

Berzina tidak sama dengan bercerai. Perzinaan berarti bahwa ada orang lain (pihak ketiga) yang berperan, yang olehnya kesatuan (calon) suami-istri diganggu.4 Sedangkan untuk perceraian tidak perlu ada pihak ketiga karena perceraian berarti relasi yang rusak di antara suami-istri, yang tidak mungkin dipulihkan, secara manusia. Secara positif, Allah meminta kesetiaan mengawali segala-galanya, yaitu kesetiaan dalam wujud cinta kasih. Dia yang menaruh ”cincin kesetiaan” mengelilingi cinta kasih yang intim, dengan maksud melindunginya.

8. Jangan mencuri_____________________________Berbagi secara jujur

Firman ini bukan hanya tentang perbuatan mencuri dan mencuri hak milik orang lain, melainkan juga dengan melanggar hukum. Bukan hanya yang orang lain miliki, melainkan juga yang saya miliki! Upayakanlah pembagian yang jujur. Siapa yang tidak tahu mem bagi dengan adil, dia mencuri.

9. Jangan bersaksi dusta______________________Mencintai kebenaran

Perintah ini mengingatkan kita akan pernyataan saksi di pengadilan. Boleh jadi pernya taan saksi menentukan hidup atau mati si terdakwa. Di Israel (dan di mana pun) ini hal yang dianggap teramat penting (bnd Ahab dan Nabot dalam 1Raj 21). Orang yang memberikan pernyataan-pernyataan palsu dapat membuat seluruh rakyat menjadi lumpuh. Firman ini juga mengenai segala tipu daya, umpat, gosip, dan fitnah.

10. Jangan mengingini____________________Merasa puas dan baik hati

Akar kejahatan ialah keserakahan, yaitu kerakusan akan hormat, kuasa, dan status. Tentu saja, kita boleh menginginkan sesuatu, tetapi janganlah kita menaruh keinginan-keinginan yang egoistis. Dosa mulai di dalam hati orang. Itulah sumber segala-galanya, termasuk keinginan sebelum berkembang menjadi pelanggaran.

8. Dalam Kristus

”Jadikan kami setia menaati hukum-Mu. Ingatlah kami dalam belas kasihan-Mu. Berikan kami kekuatan yang baru dalam Kristus, agar kami melakukannya dengan bersyukur.” Doa seperti ini sangat bagus (biasa diucapkan jemaat dalam bentuk nyanyian). Pertama, belas kasihan Allah itu, yang berarti bahwa Dia panjang sabar dengan kita, karena Dia tahu kita tidak akan pernah menguasai perintah-perintah itu. Bagaimanapun kita adalah pemula, dan tiap kali kita diperbolehkan-Nya untuk memulai lagi dari awal jika gagal. Kristus telah datang untuk mematuhi hukum Allah yang besar bagi kita! Kedua, karena itu kita juga meminta kekuatan yang baru dalam Kristus. Dalam hubungan dengan Dia, kita boleh memandang perintah-perintah Tuhan dengan kacamata yang berbeda. Siapa saja yang terikat pada Kristus akan terwujud hubungan yang baru dengan hukum Allah. Hukum itu bukanlah program hidup untuk para budak, tetapi aturan-aturan hidup bagi anak-anak Allah yang merdeka (lih butir 3).

Sebenarnya, mengapa kita melaksanakan perintah-perintah Allah itu? Mengapa kita ber usaha mematuhinya? Kita melakukannya tidak lain karena rasa syukur kita atas penebusan-Nya. Bukan untuk menyenangkan Allah (asal Bapa senang) atau berprestasi sebaik-baiknya supaya terlihat sukses di hadapan-Nya. Itulah yang disebut perbudakan! Kita hanya melaksanakannya karena kita begitu bersyukur kepada Allah akan penebusan-Nya. Paulus jelas menyatakan dia mengejar kesempurnaan. Yang menarik perhatian ialah pertama-tama dia katakan, ”Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejar nya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena aku pun telah ditangkap oleh Kristus Yesus.” Dan selanjutnya, ”Karena itu, marilah kita, yang sempurna (dalam Kristus!) ... baiklah tingkat pengertian yang telah kita capai kita lanjutkan menurut jalan yang telah kita tempuh” (Flp 3:12-16). Hanya jika kita menapaki jejak Kristus, hidup kita akan benar-benar hidup (bnd Mzm 119!)

Setiap hari mendalami firman Tuhan

1. Mazmur 119:89-96 (Kepuasanku).
2. Matius 5:17-20 (Digenapi, tidak ditiadakan).
3. Roma 7:7-12 (Sempurna!).
4. Filipi 3:8-17 (Bukan keadilan pribadi yang berdasarkan hukum Taurat).
5. 2 Korintus 3:1-6 (Hukum yang tertulis dalam hati).
6. Yakobus 1:19-27 (Hukum kemerdekaan).
7. Yakobus 2:5-13 (Hukum kerajaan).

Pertanyaan diskusi

1. Apakah Anda pernah, atau bahkan sering memuji perintah-perintah Allah? Apa yang menjiwai penyair Mazmur 19 dan penyair Mazmur 119?
2. Bisakah hukum Taurat dan Injil dihubungkan satu dengan yang lain? Apakah keduanya tidak saling bertentangan (bab 23.3)?
3. Orang sering berpikir Yesus keberatan terhadap kaum Farisi dan ahli-ahli Taurat karena mereka begitu mencintai hukum-hukum dan aturan-aturan. Apakah itu benar? Bacalah Matius 23:1-4.
4. Alkitab bukanlah buku resep. Allah memberikan pedoman-pedoman, tetapi Dia tidak merinci semua secara mendetail. Mengapa demikian?
5. Adakah pedoman-pedoman lain selain yang terdapat dalam kesepuluh Firman? Lihat Roma 14:13-23; 1 Korintus 8; Filipi 4:8.
6. Apa sebenarnya arti saat kita begitu ingin tahu batas-batas firman Tuhan?
7. Apakah tidak merendahkan kita, jika kita menyebutkan diri kita sendiri sebagai pemula?
8. Jika tidak seorang pun yang akan berhasil menaati hukum Allah, apa gunanya kita melakukannya dari awal lagi? Bisakah kita hidup semaunya saja (bnd Rm 6:1-3)?
9. Apa yang terjadi bila kita melepaskan hukum dari Kristus? Doa ”Berikan kami kekuatan baru dalam Kristus” apa maknanya bagi kita?

Informasi Buku

  1. PDF
  2. Penulis:
    Dr. Egbert Brink
  3. ISBN:
    978-602-1006-17-7
  4. Copyright:
    © 2000. Dr. Egbert Brink
  5. Penerbit:
    YAYASAN KOMUNIKASI BINA KASIH