Apa yang membuat seorang Kristen menjadi Kristen? Jawaban yang bisa kita berikan ialah: jika kita hidup dari pengampunan. Bukankah tiap-tiap hari kita meminta pengampunan yang telah Kristus kerjakan untuk kita? Kita adalah Kristen, ketika kita menyambut Kristus melalui iman. Rohlah yang membuat tiap-tiap kita mengatakan: Kristus untuk kita!
Akan tetapi, ini belum semuanya. Seorang Kristen lebih daripada orang yang hidup dari pengampunan. Kristen juga mencakup pembaruan. ”Jadi, siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: Yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. Semuanya ini dari Allah, yang de ngan perantaraan Kristus telah mendamai kan kita dengan diri-Nya” (2Kor 5:17-18). Masih banyak ayat lain dalam PB, yang membicarakan orang-orang Kristen sebagai manusia baru yang dilahirkan kembali (bnd Yoh 1:12-13). Saya akan mengemukakan satu ayat, yaitu ”Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku” (Gal 2:19-20). Roh Kudus yang membuat setiap kita mengatakan: Kristus di dalam kita!
Perlu sekali kita mengakui bahwa Kristus mengerjakan bukan hanya pengampunan kita, melainkan juga pembaruan kita! Dia tidak hanya datang ke bumi untuk menghapus dosa-dosa kita, tetapi juga untuk membuat kita menjadi manusia baru oleh Roh-Nya (1Kor 1:30; KH p/j 86?87). Pengampunan dan pembaruan tidak bisa kita peroleh secara terpisah. Kedua-duanya terkait dan tidak bisa dilepaskan satu dari yang lain. Seperti yang dikatakan Calvin: jika kita menyobek yang satu dari yang lain, kita mengoyakkan Kristus.
Untuk pengampunan dan pembaruan itu dipakai juga kata-kata lain yang serupa, yaitu pem benaran dan pengudusan. Kata-kata itu kita jumpai berulang-ulang, ketika Kitab Suci menggambarkan kehidupan seorang Kristen.
”Hati yang tertutup dibuka-Nya, apa yang keras dilunakkan-Nya, dalam kehendak dituang kan-Nya sifat-sifat baru: kehendak yang tadinya mati dihidupkan-Nya, yang jahat dijadi kan-Nya baik, yang tidak bersedia dijadikan-Nya bersedia, yang melawan dijadikan-Nya taat.” Kalimat ini berasal dari Pasal-pasal Ajaran Dordrecht (PAD III/IV.11), yang panjang lebar membicarakan tentang kelahiran kembali. Kelahiran kembali ini diuraikan secara mengesan kan sebagai pembaruan ”yang dikerjakan oleh Allah tanpa kita di dalam kita”. Dan hal itu jelas merupakan karya adikodrati, yang ajaib. ”Menurut kesaksian Alkitab, daya karya itu tidak kalah besar dibandingkan dengan penciptaan atau pembangkitan orang mati. Olehnya semua orang yang hatinya menjadi tempat Allah bekerja dengan cara yang menakjubkan ini, pasti dilahirkan kembali ... serta sungguh-sungguh menjadi percaya. Lalu kehendak yang telah diperbarui itu, tidak hanya digerakkan dan didorong Allah, tetapi setelah digerakkan Allah, maka kehendak itu sendiri juga bergerak. Oleh sebab itu, dikatakan juga dengan tepat bahwa, oleh karunia yang telah diterimanya, manusia sendiri percaya dan bertobat” (III/IV 12). Selanjutnya dijelaskan bahwa karya Allah yang mahakuasa itu ”tidak mencegah pema kaian sarana-sarana.” Untuk itu Roh mempergunakan ”sarana kehidupan”, yaitu pemberi taan Injil, yang juga disebut ”benih kelahiran kembali” (PAD III/IV.16-17; bnd 1Ptr 1:23-25). Kekuatan-kekuatan-Nya bekerja melalui firman. Melalui itu, Dia menembus hati manusia, sehingga kita tahu kita disapa oleh Allah yang hidup.
Dalam praktiknya, pembaruan oleh Roh ini merupakan proses pertumbuhan yang ber langsung sepanjang hidup kita. Boleh jadi, proses itu sangat menyakitkan. Ada yang lambat laun mati di dalam diri kita. Alkitab menyebutnya sebagai manusia lama. Dengan kata lain, sifat kita yang buruk, tabiat kita yang jahat, keegoisan kita yang keliru semakin lenyap. Tetapi, sebaliknya bangkit manusia baru yang semakin hidup (KH, p/j 88-90).
Kekecewaan terlihat di raut wajahnya. Dengan kalut-malut seorang yang baru meninggalkan hidup lamanya (bertobat) datang kepada pendeta misionaris. Beberapa bulan yang lalu dia bertobat. Dia telah belajar mengenal Kristus. Dia telah dibaptis. Hari itu puncak hidupnya. Dia berpikir, ”mulai sekarang saya akan selalu melayani Tuhan dengan sepenuh hatiku”. Dia sudah teguh dengan rencananya itu. Tetapi, kemudian dia kecewa akan dirinya sendiri. Sesudah beberapa waktu, ternyata hidupnya yang lama masih kuat menariknya. Kelemahan-kelemahan sifatnya tidak hilang dalam sekejap mata. Pikiran-pikiran yang aneh masih terus timbul dalam dirinya. Sekarang dia berdiri di depan pendeta misionaris yang telah membaptisnya. Pendeta ber tanya, ”Ada apa?” Orang itu berkata, ”Pak, tampaknya hati saya mendua ...!” Pendeta Itu tidak kaget ketika mendengar hal itu. Tetapi, pendeta itu terguncang, sebab dia mengenali pengalaman itu. Dengan hati yang sedih pendeta itu berkata, ”Saudara, hati lama Anda pasti tidak akan terganggu, jika hati yang baru sudah Anda terima.” Ketika kita sungguh-sungguh menerima pengampunan di kaki salib Kristus, terjadilah sesuatu yang istimewa dengan hati kita. Bukan sesuatu yang biologis atau psikologis, melain kan yang rohani. Hati manusia yang patah menjadi rumah dua kamar. Allah Roh membuat hati kita menjadi tempat kediaman-Nya. Dan Dia memerangi yang lama yang ada di dalam diri kita yang terus-menerus berusaha timbul kembali (lih Rm 7:21-24). Ketika yang lama itu berkecamuk dengan kuat, kita tidak perlu putus asa. Rupanya, itu menandakan bahwa manusia lama akan segara binasa, atau-bisa juga-itu suatu kesakitan untuk melahirkan manusia baru. Yang perlu kita khawatirkan adalah jika kita tidak pernah mengalami gangguan dari manusia lama kita. Sebab, jika demikian, justru diragukan apakah manusia baru kita berproses (aktif) atau tidak.
Jika kita mengenal diri kita dengan baik, kita bisa membayangkan betapa banyaknya pekerjaan Roh Kudus terhadap kita. Tidak mengherankan, Ia sibuk sepanjang hidup kita. Roh tidak mengubahkan kita dengan tibatiba, seakan-akan kita disihir, hanya dalam satu hari. Kita sama sekali tidak disihir, tetapi dibentuk ulang. Hal itu tidak terjadi menurut cara yang sama pada tiap-tiap orang. Yang dilakukan Roh Kudus ialah pekerjaan yang pas, yang disesuaikan-Nya pada setiap orang masing-masing. Jika seseorang sudah menjadi anggota gereja sejak lahir, perubahannya bisa berjalan berangsur-angsur. Tetapi, tidak selalu begitu. Bisa juga perubahan itu terjadi naik turun. Jika petobat baru masuk dari luar, boleh jadi perubahannya sangat drastis. Pada tiap-tiap orang, Roh Kudus mengerjakan cara yang pas. Dalam hal ini Ia bebas melakukannya. Kristus mengumpamakan Roh-Nya dengan angin. Angin terasa hadir, tetapi kita tidak dapat melihat arahnya. Roh bertiup ke mana Ia mau, tetapi tidak dengan sembarangan (lih Yoh 3:8)!
Agar lebih jelas, perhatikan keterangan berikut ini. Roh Kudus menjadikan kita tempat kediaman-Nya, dan kita dibentuk ulang oleh-Nya. Coba bayangkan diri Anda sebagai sebuah ”rumah kehidupan”. Alkitab menyebutnya sebagai ”bait” (lih 1Kor 3:16). Banyak pekerjaan yang harus dilaku kan, supaya pada akhirnya rumah itu menjadi istana yang indah. Yang paling penting ialah di mana fondasinya harus dibangun, yaitu kasih Kristus (lih 1Kor 6:19-20; Ef 3:17). Kadang sebuah ”rumah kehidupan” tampak sangat bagus bagian luarnya, tetapi ketika kita masuk dan melihat semua kamarnya, kita pun terkejut. Sebaliknya, kadang rumah itu tampak jelek bagian luarnya, tetapi bagian dalamnya lebih bagus. Bagaimanapun, diperlukanlah renovasi atau bahkan pembangunan baru yang komplit. Dengan demikian, Roh Kudus terus membangun kita. Dan Roh Kudus melakukannya dengan acuan gambar bangunan yang asli, yaitu rancangan Sang Arsitek, Allah Pencipta.
Roh Kudus tidak dengan tiba-tiba menetapkan patokan-patokan yang lain daripada yang dahulu. Hukum Allah, yang sudah dibuat untuk mengatur bagaimana kita hidup, tetap diper gunakan-Nya. Perhatikanlah saat Roh Kudus mengkritik cara hidup kita, kritik itu selalu bersifat membangun! Selain itu, banyak peristiwa yang kita alami, membentuk hidup kita. Boleh jadi, sifat kita keras jika dihadapkan dengan persoalan, keberadaan kita diguncangkan pada fondasinya, dan apa yang harus kita jalani, meruntuhkan kita ... tetapi pikirkanlah bahwa renovasi ”rumah kehidupan” kita itu dibutuhkan supaya menjadi tempat kediaman yang baru.
Kristus memakai gambaran lain, yaitu dengan menggambarkan diri-Nya sebagi pokok anggur, dan orang-orang percaya sebagai ranting-rantingnya (lih Yoh 15). Kita baru bisa bertumbuh, jika berhubungan dengan Dia. Bahkan, begitu tegas Dia katakan bahwa ”di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa!” (Yoh 15:5). Dan pertumbuhan tidak akan terjadi kalau ranting-rantingnya tidak dipangkas (Yoh 15:2-3; ”dibersihkan”). Tujuannya membersihkan ranting-ranting itu, bukan hanya untuk menghindari pertumbuhan yang liar, tetapi juga untuk memperoleh buah yang lebih banyak. Dalam pandangan kita, apa pun yang dipangkas tidak akan tumbuh lagi. Tetapi, pikiran seperti itu picik. Siapa yang percaya, akan memandang lebih jauh. Apalagi kalau kita menyadari bagaimana proses itu terjadi. Pemangkasan itu terjadi dengan firman Allah, yang adalah pedang bermata dua yang tajam atau, sesuai gambaran tadi, pemangkas ranting. Seakan-akan daging kita sendiri dipotong. Karena memangkas ranting tidak berarti yang diambil hanya beberapa tangkai yang sudah kering (tanpa luka), melainkan kayu yang hidup juga ikut dipotong (dengan rasa sakit). Memang pekerjaan ini membutuhkan keahlian khusus untuk mengetahui cara memangkas dan di bagian mana pemangkasan yang perlu dilakukan. Allah sendirilah yang bisa melakukan pekerjaan itu dengan tepat. Dia tidak memangkas kita de ngan sembarangan, tetapi Dia melakukannya supaya kita menghasilkan buah yang banyak.
Mengenai hal bertumbuh, kita bisa membayangkan dua gerakan: satu gerakan ke bawah, yaitu berakar secara mendalam, satu lagi gerakan ke atas, ya itu bertumbuh makin tinggi. Yang penting mengenai gerakan ke bawah ialah kedalaman. Kita semakin memahami betapa kita bergantung kepada Kristus, dan betapa dalam kasih-Nya terhadap kita! Kita membuka akar-akar keberadaan kita di dalam Dia. Kita berakar di dalam Dia (Kol 2:7). Tetapi, gerakan yang lain menuju ke atas. Kita semakin bertumbuh dalam kasih ke arah Kristus. Hal itu kita lakukan dengan te guh
berpegang kepada kebenaran di dalam kasih (Ef 4:15) dan terus-menerus mengikuti Dia.
Kita telah melihat karunia Roh bukan langsung pada buah Roh (lih 15.11). Boleh jadi, kita diperleng kapi dengan berbagai karunia. Tetapi, kalau kita memakainya untuk memegahkan diri dan memusatkan perhatian pada diri kita sendiri, karunia-karunia itu tidak menghasilkan buah Roh, sehingga tidak berisi dan itu perbuatan daging semata (lih Gal 5:16-21). Tentu saja, ”daging” yang dimaksud bukan jaringan sel-sel kulit, melainkan keakuan kita (keegoisan yang tidak sehat). Istilah daging ber arti bahwa keegoisan yang sangat parah. Singkatnya: ego kita yang lama! Paulus memberikan daftar yang cukup panjang mengenai hal-hal yang mengeri kan yang dihasilkannya, yaitu percabulan dan hawa nafsu, perseteruan, perselisihan, iri hati, kemarahan, kepentingan diri sendiri, perpecahan, kedengkian, kemabukan, pesta pora, dan sebagainya.
Sering kali buah Roh justru bertumbuh ketika kita ditindas. Untuk memperoleh buah, kita perlu memangkas daging kita berkali-kali. Tentu saja, prosesnya menyakitkan dan menyusahkan. Jadi, kita tak perlu heran, jika kita harus menghadapi perlawanan. Mungkin saja perlawanan itu datangnya dari diri kita sendiri! Karena menurut kodrat manusia, manusia kecenderungan melakukan apa yang disukainya (bnd KH p/j 5). Naluri kita tidak ingin dibentuk ulang oleh Kristus. ”Keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh” (Gal 5:17). Namun, kita tidak bisa mengembangkan diri sesuai keinginan kita. Tetapi, coba perhatikan dengan baik: apakah justru karena itu akan muncul buah-buah yang lebih besar dan yang lebih baik di bagian lain kehidupan kita?
Bagaimana pertumbuhan kita terwujud? Sudah tentu, bukan seperti sebuah kurva yang terus naik. Sesekali mungkin kurva itu menurun. Pertumbuhan rohani kita akan berjalan dengan baik, jika kita memahami bahwa buah yang pertama dan yang terutama adalah kasih. Bisa saja kita mempunyai karunia bernubuat dan sangat teguh membela ajaran yang murni, namun tidak mempunyai kasih. Jika demikian, mungkin kita bertumbuh, tetapi kita tidak berakar! Mungkin kita mengorbankan segalanya, namun kalau tanpa kasih, semua akan sia-sia. Atau mungkin kita menerima karunia-karunia yang paling indah, namun tidak mempunyai kasih (bnd 1Kor 13)!
Hendaknya kita tidak menyibukkan diri untuk menghasilkan jumlah buah sebanyak-banyaknya. Mana bisa kita menguji diri kita sendiri mengenai pertumbuhan kita, padahal kita baru saja dipangkas! Tetapi, hendaklah kita memusatkan diri supaya tetap terikat kepada Kristus dan tetap tinggal di dalam Dia, sesuai dengan perkataan-Nya sendiri (lih Yoh 15:5-6). Dialah Pokok anggur, bukan kita. Kristus tidak menuntut kita harus tiap saat menghasilkan buah yang jumlahnya sebanyak yang bisa kita hasilkan. Seandainya demikian, apa alasannya Dia memangkas kita? Kristus juga tidak menjanjikan eksplosi pertumbuhan, meskipun sewaktu-waktu bisa saja terjadi pertumbuhan yang eksplosif (demikian A.F. Troost; artinya pertumbuhan yang cepat dan besar-besaran). Kita tidak perlu mengetahui segala-galanya.Tidak perlu harus berbakat di semua bidang. Tidak perlu harus bisa melakukan semuanya. Yang penting bukanlah maksimum (sebanyak mungkin), melainkan optimum (sebaik mungkin), bukanlah kuantitas, melainkan kualitas.
Kristosentris menjadi ciri khas tugas Roh Kudus, yaitu mengalihkan perhatian kita dari diri kita kepada Kristus. Dia menghubungkan kita dengan Kristus. Cara Roh Kudus mewujudkannya sangat berbeda dengan cara kerja listrik: tekan tombol, lalu hubungan terjadi. Sebalik nya, hubungan kita dengan Kristus adalah hubungan yang intim yang olehnya sesuatu bertumbuh di dalam kita dan dari kita. Tentu saja, hal itu membutuhkan waktu. Bukan tanpa alasan Paulus berbicara tentang menabur dalam Roh (Gal 6:8). Menunggu termasuk di dalamnya.
Bertumbuh dalam iman tidak berarti keakuan kita semakin besar, tetapi yang semakin besar dalam hidup kita ialah Kristus (lih Yoh 3:30). Kita bertumbuh, makin lama makin mendekati sumber Terang. Dalam terang itu pun kita akan makin menyadari betapa masih begitu banyak kekurangan kita. Justru karena tempat yang lebih besar yang Tuhan terima dalam hidup kita, kita dibawa ke kesimpulan bahwa di bumi ini kita hanya pemula semata-mata. Namun, dalam hubungan dengan Kristus, sesuatu bertumbuh dari dan di dalam diri kita. Pada akhirnya, Kristus akan membuka pandangan mengenai siapakah kita. Dia yang sedang mewujudkan identitas kita yang baru. Kita akan dikaruniakan-Nya nama baru, yang tidak diketahui oleh siapa pun, selain oleh yang menerimanya (Why 2:17). Akan diperlihatkan-Nya kepada kita apa yang telah bertumbuh dari kita.
”... oleh imanmu Kristus tinggal di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih. Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan semua orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus” (Ef 3:17-18). Kita membutuhkan hidup yang kekal untuk menyadarinya dengan sungguh-sungguh dan mendalam, untuk menikmati dampaknya yang mulia dan mengenal Dia, seperti kita sendiri dikenal (bnd 1Kor 13:12).
Setiap hari mendalami firman Tuhan
1. Galatia 2:15-21 (Dia di dalam aku dan aku di dalam Dia).
2. Yohanes 15:1-8 (Dipangkas supaya berbuah).
3. Lukas 13:6-9 (Tanpa buah tidak berguna).
1. Galatia 2:15-21 (Dia di dalam aku dan aku di dalam Dia).
2. Yohanes 15:1-8 (Dipangkas supaya berbuah).
4. Efesus 4:11-16 (Bertumbuh ke arah Kristus).
5. Efesus 3:14-21 (Berakar serta berdasar).
6. Kolose 2:4-7 (Berakar dalam dan dibangun tinggi).
7. Kolose 3:12-17 (Tinggal bersama-sama dengan Dia).
1. Apa perbedaan antara pembenaran dan pe ngudusan? Apakah di sini tidak kurang unsur yang ketiga, yaitu pemenuhan oleh Roh?
2. Pada abad lalu, banyak orang berbicara tentang waktu terwujudnya lahir baru, yaitu sebelum, pada saat, atau sesudah pembaptisan. Apakah Anda bisa menunjukkan lahir baru dalam hidup Anda sendiri?
3. Apakah Anda pernah mengenali, seorang Kristen sebagai orang yang mendua hatinya (lih Rm 7:14-25)?
4. Dalam Yohanes 15 kehidupan Kristen digambarkan sebagai pokok anggur dan ranting-rantingnya. Untuk bertumbuh, ranting-ranting itu perlu dipangkas. Apakah Anda punya peng alaman berkaitan dengan hal itu? Coba periksa diri Anda, apakah ada hal-hal dalam hidup Anda yang dipangkas.
5. Buah apa saja yang dimaksudkan dalam Yohanes 15 (bnd Yoh 15:16)? Apakah Anda mengenali buah-buah itu pada diri Anda sendiri?
6. Apakah kita harus bertumbuh seperti yang dimaksud dalam Lukas 13:6-9? Apa yang dimaksud dengan perbedaan yang optimal itu?
7. Dapatkah kepribadian tumbuh bersamaan dengan iman?8. Mengenai pertumbuhan rohani Anda, apa artinya bukan ”aku” yang bertumbuh, tetapi Kristus yang bertumbuh di dalam aku? Apakah Anda sedang mengalaminya?
9. Masalah apa yang akan timbul jika salah satu jemaat Kristus tidak bertumbuh? Hal itu bisa kita pandang dengan angka, yaitu pertumbuhan di bidang jumlah anggota (lih Kis 2:41-47). Tetapi, kita juga bisa melihatnya dari segi pergaulan dengan Kristus (lih Ef 4:14-16).