Apa itu gereja? Memang, tidak mudah menjawab pertanyaan itu. Tentu saja, yang dimaksud bukanlah gedungnya, melainkan kelompok orang yang membentuk gereja. Jawaban yang biasanya diberikan ialah kelompok orang yang saling bertemu dalam iman. Mereka mengadakan organisasi bersama-sama dengan memilih badan peng urus, yaitu majelis gereja. Mereka membayar iuran, sumbangan sukarela yang tetap .... Ya, jika demikian interpretasinya, gereja tidak jauh berbeda dari sebuah klub di mana kita menjadi anggotanya. Ketika tidak berminat lagi, kita bisa keluar dan mendaftar pada klub yang lain. Semua bergantung pada betah tidaknya kita di klub itu!
Akan tetapi, gereja bukanlah perkumpulan yang kita dirikan. Gereja juga bukan kepunyaan seseorang. Pertama-tama, yang perlu kita pahami bahwa gereja adalah kepunyaan Anak Allah! Arti harfiah kata gereja ialah ”yang adalah milik Tuhan” (kata sifat dl bh Yunani kuriakè, kuriakos1). Kadang, memang seolah-olah manusialah yang mengurus segala sesuatu dalam gereja, seolah-olah yang menentukan arah gereja adalah ide-ide manusia. Namun, tidaklah demikian! Bukankah pada setiap hari Minggu kita bersama-sama mengungkapkannya, ”Aku percaya kepada gereja yang kudus dan am!” Sebagai konsekuensinya, kita tidak bisa mengartikan gereja kalau bukan berdasarkan Alkitab. Jika tidak demikian, maka kita akan cepat memberi definisi 1 Bahasa Inggris church, bahasa Jerman Kirche, bahasa Belanda kerk, bahasa Portugis igreja.
gereja sebagai sekelompok orang yang bersama-sama mempunyai minat tertentu, di mana semua orang bisa mengutarakan pendapatnya sendiri. Karena tiap-tiap orang memiliki pengalaman dan peng hayatannya sendiri tentang gereja.
Alkitab menampilkan dengan jelas bahwa Anak Allah yang mengumpulkan manusia (lih Yoh 10; KH p/j 54). Dia yang memanggil tiap-tiap pri badi, kemudian mempersatukannya dengan yang lain. Dia yang meng hubungkan mereka, satu dengan yang lain. Tidak, seharusnya tidak seorang pun dari kita yang memilih dengan siapa kita dipersatukan. Tetapi, kita digabungkan-Nya satu dengan yang lain, setelah Kristus menemukan kita. Biarlah saya menggambarkannya sebagai ”per simpangan persekutuan”. Persimpangan itu dibentuk oleh garis yang vertikal dan garis yang horizontal. Garis yang vertikal itu selalu mengawalinya: Kristus yang memanggil kita dan memasuki kehidupan kita. Kemudian menyusul garis yang horizontal: kita bertemu dengan orang-orang lain yang juga dipanggil-Nya. Jadi, bukan kita yang mengadakan perkumpulan, tetapi Kristus yang mempersatukan kita. Dan bukan hanya sesuatu, melainkan Seseorang yang menjadi milik persekutuan kita. Dialah Kristus, yang bekerja untuk mempersatukan. Dia tidak bergaul dengan orang-orang tertentu secara perorangan, seakan-akan mereka sama sekali tidak berhubungan (bagaikan pasir). Dia bukanlah seorang idola, yang para penggemar-Nya bisa ber fungsi sendiri-sendiri. Tetapi, Dialah Gembala yang membentuk sebuah kawanan dan yang mengumpulkannya bersama. Apakah itu terjadi secara besar-besaran atau kecil-kecilan, sama saja. Seperti yang telah dikatakan-Nya, ”Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka” (Mat 18:20).
Jadi, apakah gereja itu penting? Kesan yang saya tangkap, dewasa ini semakin banyak orang Kristen yang menganggap gereja itu kurang penting. Mereka semakin kurang mempermasalahkan keanggotaan gereja yang mana, atau termasuk jemaat yang mana. Mereka berpikir, asal saja kita percaya kepada Tuhan Yesus, maka selebihnya pasti akan baik. Dengan begitu, semua orang bisa menentukan sendiri tempat mana yang paling pas untuk dia. Bukankah semua kita mengalami iman dengan cara kita sendiri? Tidak apa-apa kita menggabungkan diri dengan orang-orang yang paling cocok dengan kita, yang dengannya kita bisa bergaul dengan baik. Hubungan kita dengan Tuhan Yesus lebih penting daripada soal keanggotaan kita pada gereja tertentu. Mengikatkan diri dengan gereja tertentu tidak begitu penting lagi. Biar saja kita ”mampir” di gereja yang saat ini paling pas bagi kita.
Pendekatan tersebut di atas menarik untuk dibahas, dan ternyata, telah meme ngaruhi ribuan orang. Tetapi, kalau demikian yang terjadi, maka pemahaman orang tentang gereja hanya berdasarkan pengalaman pribadi mereka dibanding berdasarkan firman Allah! Padahal, cara Kristus berbicara tentang gereja-Nya, sangat berbeda. Dia malah berbicara tentang satu gereja, satu tubuh, satu kawanan. Dia justru ingin mempersatukan orang-orang yang berbeda-beda. Dan Kristus tidak menginginkan masing-masing orang membentuk kelom poknya sendiri! Bagaimanapun, tidak tepat kalau orang melepaskan hubungan dengan Tuhan Yesus dari hubungan dengan orang-orang Kristen lainnya, seolaholah hubungan yang satu lebih penting daripada yang lain. Sesungguhnya, siapa saja yang memiliki hubungan dengan Dia, sepatutnya memiliki hubungan dengan sesamanya juga. Kita sadar, bahwa dalam praktik hal itu sering cukup rumit. Tetapi, itu tidak berarti kita harus menerima saja dan menyesuaikan diri dengan praktik yang salah yang mungkin sekarang ada di sekitar kita.
Dalam Pengakuan Iman Rasuli disebutkan beberapa sifat gereja. Berhubung dengan ciri khas gereja, sangatlah penting melihat titik tolak yang dipilih. Titik tolak yang kita pilih bukanlah praktik yang nyata itu, tetapi firman Allah. Kita percaya adanya satu gereja yang kudus, am (katolik/umum), rasuli. Karena Kristus berbicara dengan begitu menjanjikan tentang gereja-Nya.
Jika kita memakai praktik yang nyata sebagai titik tolak kita, gereja akan tercerai-berai dan tak ada harapan untuk kesatuannya! Sama halnya dengan di Indonesia. Hendaknya kita tidak bertitik tolak dari apa yang kita lihat, melainkan dari apa yang kita percaya. Salah satu sifat gereja ialah kesatuannya (lih Yoh 17; Ef 4:1-6). Jadi, yang pertama bukanlah keharusan gereja menjadi satu, tetapi fakta gereja adalah satu. Gereja adalah tubuh Kristus. Dialah Kepala jemaat-Nya. Bersama Dia kesatuan telah diberikan. Kemudian tugas kitalah untuk mempertahan kan kesatuan itu. Ini memang sangat berbeda daripada kita beralih ke dalam sebuah ”kesatuan rohani” yang tidak kelihatan, sambil mengata kan bahwa kita ter pisah, namun sebenarnya kita bersatu. Bukan itu yang dimaksud. Yang dimaksud adalah kesatuan yang sungguh-sungguh. Kesatuan berten tangan dengan perpecahan, dengan keadaan yang tercerai-berai. Perpecahan adalah akibat dosa, tetapi keanekaragaman tidak (bnd 1Kor 1:12-13; 3:3-5). Kesatuan tidak mengecualikan perbedaan-perbedaan di antara yang satu dan yang lain, tetapi keanekaragaman justru termasuk di dalamnya. Tidak perlu kita sependapat tentang semua nya untuk bisa mencapai kesatuan. Aku percaya (bukan: aku melihat!) gereja adalah satu! Tuhan Yesus juga mengatakan bahwa ”mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala” (Yoh 10:16). Dia bekerja menuju kesa tuan yang sempurna, yang akan bisa dilihat semua orang.
Kekudusan gereja juga adalah pokok iman! Sifat ini tidak berarti di dalam gereja harus terdiri dari orang-orang yang selalu patuh dan saleh. Dan juga belum tentu semua dalam gereja otomatis berlangsung dengan kudus. Hendaknya kita tidak berpikiran bahwa di gereja itu akan selalu berlangsung dengan penuh mesra. Dan jangan pula kita mempertahankan idealisme pribadi kita tentang gereja. Inti dari gereja adalah tempat Kristus ingin tinggal bersama-sama dengan orang-orang yang berdosa. Secara fakta gereja adalah per kumpulan orang-orang yang berdosakarena gereja adalah sumber curahan pengampunan, yaitu tempat orang-orang dengan kesalahan dan kecemarannya yang dinyatakan kudus oleh pengampunan dosa. Dengan demikian, gereja adalah perkumpulan orang-orang yang hidup dari pengampunan, atau dengan kata lain, perkumpulan orang-orang yang menantikan keselamatannya dari Kristus (PIGB, ps 27). Keselamatan itu lebih dari sekadar pengampunan, di dalamnya juga ada pembaruan (lih bab 16.1). Tetapi, di bumi ini hal itu tetap menjadi pekerjaan yang kita perbuat sebagai pemula.
Menyangkut hal itu, kita bisa membandingkan gereja dengan rumah sakit. Gereja adalah rumah sakit untuk orang-orang yang berdosa. Tabib (Juruselamat) menjanjikan kesembuhan kepada semua orang yang dirawat-Nya. Perawatan ini memang berpengaruh. Namun, kita tetap dirawat sepanjang hidup kita. Baru pada bumi yang baru kita akan sungguh-sungguh sembuh dengan sempurna.
Kata kudus juga mengandung arti sesuatu yang istimewa. Kenyataan bahwa kita berhubungan dengan Allah juga berarti kita diasingkan dari mereka yang tidak mengenal Allah dan yang telah menjauhkan diri dari Dia. Gereja ber ada di dunia demi pengudusan Nama Allah. Allah mem punyai maksud dengan orang-orang yang diasingkan-Nya ini, yaitu memuliakan diri-Nya sendiri de ngan membawa mereka ke masa depanNya! Para anggota gereja-Nya ”dikudus kan dalam Kristus Yesus dan dipanggil menjadi orang-orang kudus” (1Kor 1:2). Mereka kudus bukan atas usaha mereka sendiri. Kudus selalu menunjuk ke masa depan, ke arah kemuliaan Allah di bumi yang baru. Bangsa-bangsa akan berjalan di dalam terang cahaya-Nya yang mulia (Why 21).
Am berarti umum, dengan arti yang paling luas. Pertama, kata am berarti gereja tidak terikat pada waktu atau zaman tertentu. Gereja adalah gereja segala zaman, yang juga menurut waktu. Kristus yang mengumpulkan jemaat-Nya ”sejak awal dunia ini sampai akhir zaman” (KH p/j 54).
Am juga berarti gereja tidak terikat pada tempat atau kebudayaan tertentu. Gereja mencakup semua bangsa dan berbagai kebudayaan. Caracara yang berlangsung dalam suatu jemaat bisa sangat berbeda-beda untuk masing-masing negara dan bangsa. Selain itu, am berarti gereja tidak terikat pada orang-orang tertentu, misalnya, para paus, pendeta, atau pemimpin yang mana pun, yang ingin mengikat gereja pada diri mereka sendiri. Gereja bukanlah milik orang ini atau orang itu, tetapi hanya milik Kristus.
Gereja hanya terikat pada Allah Tritunggal. Justru karena itu gereja mencakup segala zaman dan tempat. Gereja melampaui semua batas waktu dan ruang. Artinya, gereja berada lebih lama daripada segalagalanya dan semuanya. Seperti yang telah Yesus katakan sendiri, yaitu bahwa ”alam maut tidak akan menguasainya” (Mat 16:18). Kebenaran yang adalah dasar hidupnya, melampaui semua filsafat dan pemikiran. Gereja menembus semua batas yang agaknya terdapat dalam kebudayaan, ras, kebangsaan, kedudukan, atau mentalitas. Kenyataan gereja adalah universal berarti gereja menuruti keanekaragaman pen ciptaan Allah secara menyeluruh. Gereja berlawanan dengan semua kepicikan. Ketika gereja benar-benar am, gereja penuh variasi sama seperti Allah sendiri.
Sifat rasuli atau Kristen, kita temui dalam kedua pengakuan iman, Pengakuan Iman Nicea dan Pengakuan Iman Rasuli. Kedua kata itu kuat kait annya. Maksudnya, berdirinya suatu gereja terletak pada dasar Kristennya (lih 1Kor 3:10-11). Kita hanya disebut gereja kalau memba ngun di atas dasar Kristus. Dan itu terhubung seluruhnya dengan para rasul. Karena bagaimana kita tahu bahwa Kristus telah menyelesaikan pekerjaan-Nya pada kayu salib? Dan bagaimana kita tahu bahwa Kristus telah mengalahkan kematian? Kita men dengarnya dari para saksi telinga dan saksi mata gereja, yaitu para rasul. Oleh karena itu, mereka juga tepat disebut batu-batu fondasi, yang terkait pada batu penjuru, Kristus (lih Ef 2:20-22). Kalau kita tidak menerima kesaksian mereka dengan sungguhsungguh, kita menjauhkan diri dari fondasi. Jika kita mendengar tradisitradisi lain mengenai Tuhan Yesus, boleh saja kita menyimaknya, tetapi tidak mungkin kita membangun atasnya!
Bagaimana kita tahu bahwa kita berada dalam gereja yang benar? Bagaimana kita tahu bahwa kita termasuk anggota gereja yang kudus dan am, yang Kristen atau rasuli? Tuhan Yesus menginginkan kita melakukan hal yang sederhana saja-kita mendengarkan suara-Nya. Bukankah domba-domba mengenal suara gem balanya (lih Yoh 10:3-4). Mengenai hal mendengarkan suara Kristus itu, sudah sejak dahulu kita membuat pem bagiannya, yaitu sebagai berikut,a. firman yang terdengar (pendidikan, pemberitaan, dll),b. firman yang terlihat (pelayanan sakramen-sakramen),c. firman yang terasa (pastorat, pelaksanaan disiplin).
Dengan kata lain, yang penting ialah suara yang bisa kita kenali [a]. Kita perlu mendengar apakah Kristus yang berbicara. Apakah yang kita dengar sungguh kabar baik-Nya? Apakah yang kita terima sungguhsungguh keselamatan-Nya? Apakah berita pengampunan dosa disampaikan dengan benar? Apakah kita diajak untuk memperbarui hidup kita?
Semua itu berhubungan dengan firman yang terlihat [b]. Kedua sakramen baptisan dan Perjamuan Kudus dimaksud untuk memberikan kepastian kepada kita bahwa kita menjadi umat Kristus melalui pengampunan, dan bahwa Kristus bekerja untuk memperbarui kita. Apakah sakramen-sakramen itu dilayani semestinya, yaitu sebagai gambar dan jaminan firman Allah?
Dan akhirnya [c], apakah kita dibimbing dan bahkan ditegur, jika kita ber salah? Atau kita dibiarkan saja, dan tidak dipedulikan apa pun yang kita perbuat? Hal ini yang saya sebutkan ”kasih yang pro aktif”. Apakah segala upaya dilakukan untuk membuat kita tetap tinggal dalam kawanan domba, terlebih saat kita menjauhkan diri? Apakah kita dipanggil kembali? Arti harfiah kata disiplin ialah menarik sese orang atau melibatkannya. Apakah gereja berupaya untuk melibatkan kita, ketika kita tidak ikut serta, tetapi hanya ikut-ikutan saja?
Hal-hal itu merupakan ciri-ciri gereja yang benar, yang tidak bisa dilepaskan. Di sini, kata ”benar” mempunyai arti tulus dan terpercaya. Kita tidak boleh mendiamkan suara Kristus ini, betapa pun rumitnya realitas gereja. Gereja bisa ditemukan. Gereja memiliki alamat. Dan tiaptiap orang wajib menggabungkan diri dengannya (PIGB, ps 28). Siapa saja yang membiar kan dirinya dipimpin oleh firman Allah, seharusnya bisa menentukan apakah dia berhu bungan dengan gereja yang benar atau tidak. Kristus sendiri yang telah mengata kannya, ”Domba-domba mengenal suara-Ku.” Jadi, suara-Nya dapat kita kenali.
1. Yohanes 17:20-22 (Doa memohon kesatuan).
2. Efesus 4:1-6 (Memelihara kesatuan).
3. 1 Korintus 1:1-9 (Dipanggil menjadi orang-orang kudus).
4. Efesus 2:11-20 (Universal: tembok pemisah sudah runtuh).
5. Efesus 5:25-32 (”Di atas satu alas yang kuat dan kekal, berdirilah Gereja ...”; NR 167).
6. 1 Petrus 2:1-8 (Dibangun atas batu yang hidup).
7. 1 Korintus 3:10-15 (Apa hal yang fundamental?).
1. Apa yang membedakan gereja dengan organisasi lain atau perkumpulan tertentu?
2. Mengenai pembicaraan tentang gereja, apa artinya kita bertitik tolak dari pengakuan ”aku percaya adanya satu gereja”? Apakah ada bedanya, jika berkata bahwa ”aku percaya kepada gereja”?
3. ”Jangan memandang orangnya”, kita sering mendengar kalimat itu diucapkan kepada orang yang kecewa dengan gereja. Menurut Anda, apakah itu tanggapan yang baik?
4. Mengapa ”shopping”-maksudnya kita beribadah di gereja yang berbeda-beda, sambil mencari apa yang kita butuhkan atau sukai (bnd kita belanja di toko yang berbeda-beda)-lama-kelamaan akan sangat merusak gereja? Apakah kita akan mencapai tujuan yang sesungguhnya, jika pada tiap-tiap hari Minggu kita beribadah di gereja yang berbeda-beda?
5. Bagaimana Anda tahu Anda berada dalam gereja yang benar? Apakah Anda masih bisa mengenali suara Tuhan Yesus di sana?
6. Menurut Anda, apakah tiga ciri gereja yang disebut di atas, cukup? Atau perlu ditambah lagi beberapa ciri? Misalkan, gereja mengandung banyak orang Kristen yang sungguh-sungguh terlibat, gereja aktif dalam misi kepada orang-orang luar, gereja mengalami pertumbuhan dari luar.
7. Baca 1 Korintus 3 dan carilah sifat-sifat gereja, yaitu ”satu”, ”kudus”, ”am”, dan ”rasuli”. Kalau Anda mencarinya dengan baik, pasti Anda menemukannya.