Apakah yang kita doakan dengan kata-kata ”Ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami”?
Maukah Engkau tidak memperhitungkan dosa-dosa kami karena Yesus; juga tidak memperhitungkan watak kami yang berdosa, yang dari dalamnya semua dosa-dosa kami muncul.
Dan berikanlah kepada kami anugerah-Mu untuk mengampuni sesama kami.
Sesama
Secara harfiah berarti sama-sama, yaitu orang-orang yang lebih banyak berada di dekat kita (dekat, mendekat, terdekat). Dengan demikian doa ini semakin terasa.
Saya sangat akrab dengan Yesus, Dialah pemilik diri saya. Malangnya, itu tidak berarti bahwa saya tidak berdosa lagi. Berkali-kali saya jatuh dan berdosa kembali. Jika Yesus mengajar saya untuk mohon pengampunan, maka inilah artinya, bahwa Ia tahu bahwa saya harus hidup terus-menerus dari pengampunan-Nya. Saya tidak pernah boleh kehilangan kesadaran akan status saya yang berdosa ini. Saya telah menulis dalam buku ini mengenai pengampuan dan artinya (Minggu 21 mengenai Roh Kudus).24 Jika saya belajar hidup dari pengampunan Allah, maka dikembangkan suatu sumber kasih yang baru dalam diri saya yang darinya saya dapat menimba untuk mengampuni orang lain. Tidak bisa tidak. Jika saya sendiri mengalami ketenteraman akibat pengampunan itu, maka saya akan memiliki kerinduan untuk mengampuni orang lain. Lebih tegas lagi, Yesus telah mengatakan (segera setelah mengajarkan doa Bapa Kami): ”Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di surga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu” (Mat. 6:14-15).
Pernah ada orang tua dan anak-anak mereka yang hidup dalam perselisihan. Pada suatu Hari Minggu dikhotbahkan doa yang kelima ini di dalam gereja: ”Ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami.” Anak-anak menghadiri kebaktian saat itu, sedangkan orang tua mereka ikut mendengarkan khotbah itu di rumah melalui internet. Setelah kebaktian, anak-anak itu berkata, ”Sekarang kita bertemu dengan orang tua kita untuk memperbaiki hubungan kita.” Mereka langsung melakukannya. Di tengah perjalanan, anak-anak itu berjumpa dengan orang tua mereka. Baik orang tua maupun anak-anak mereka terkejut. Mereka berkata kepada orang tua mereka, ”Kami sedang dalam perjalanan ke rumah untuk memperbaiki hubungan kita.” Orang tua mereka berkata, ”Kami juga sedang dalam perjalanan untuk melakukan hal yang sama!”
”Jika Engkau, ya Tuhan, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan? Tetapi pada-Mu ada pengampunan, supaya Engkau ditakuti orang” (Mzm. 130:3-4)
Berbagia yang diampuni Hua, yang dosanya ditudungi semua, yang kejahatannya serta cela tak ditanggungkan Allah atasnya. Lepaslah ia dari kecemaran dan rohnya diterangi kebenaran. Tak pura-pura ia bermegah. Tak ada tipu daya padanya.
Bapa di surga, ampunkanlah kesalahan kami seperti kami ampunkan segala salah seteru. Kiranya Engkau karena Yesus Kristus tidak menghitung-hitung dosa-dosa saya; ampunilah tabiat saya yang berdosa, sumber segala dosa saya. Anugerahkan kepada saya karunia untuk dapat mengampuni sesamaku, mengikuti teladan orang tua dan anak-anak dalam cerita tadi. Amin.
1. ”Saya tidak pernah boleh kehilangan kesadaran akan status saya yang berdosa ini.” Dapatkah Anda kehilangan hal ini?
2. Apa artinya ”kesediaan untuk mengampuni”? Apakah Anda memiliki kesediaan itu?
3. Apa tanggapan Anda terhadap cerita orang tua dan anak-anak mereka tadi?