Apakah yang kita doakan dengan kata-kata ”Jadilah kehendak-Mu di bumi sama seperti di surga”?
Berikanlah agar kami dan semua orang tidak melakukan apa yang kami sendiri kehendaki atau inginkan, tetapi apa yang Engkau kehendaki. Kiranya setiap orang dengan sukarela dan setia melakukan tugas yang Engkau berikan kepada kami seperti yang dilakukan para malaikat di surga.
Jadilah kehendak-Mu
Yang dibicarakan di sini adalah kehendak Allah yang telah dinyatakan, terpisah dari kehendak Allah yang tersembunyi. Kehendak Allah yang telah Ia nyatakan, kita temukan dalam hukum-hukum-Nya
Seperti para malaikat
Para malaikat melaksanakan perintah-perintah Allah dengan patuh dan setia. Mereka adalah pahlawan-pahlawan yang perkasa, yang melakukan Firman Allah (Mzm. 103: 20) dan roh-roh yang melayani (Ibr. 1:14). Mereka adalah contoh untuk kita.
Jika kita berbicara mengenai ”kehendak Allah”, hal itu dapat mengandung dua unsur: pertama, apakah Allah kehendaki dari saya (apa yang Ia kehendaki untuk saya lakukan) dan apa yang Ia kehendaki dengan saya (apa yang Ia hendak lakukan bersama saya). Apa yang Allah kehendaki dari saya, saya mengetahui dari perintah-perintah-Nya, Dasa Titah-Nya. Di dalamnya Allah meminta saya terutama dan teristimewa untuk mengasihi Dia di atas segala sesuatu, sambil mengasihi sesama saya seperti diri saya sendiri. Inilah dasar dan kerangka semua hal yang Allah minta dari saya. Ia mendorong saya dalam hal ini dengan meneladani malaikat-malaikat di surga, supaya saya dengan kerelaan dan kesetiaan yang sama belajar melakukan kehendak Bapa surgawi saya. Kiranya kehendak Allah terwujud di bumi seperti di surga.
Apa yang Allah kehendaki dengan saya, itulah hal yang kedua yang terkandung dalam doa yang ketiga. Kaitannya dengan pimpinan Allah dalam kehidupan saya. Apakah kehendak-Nya dengan saya? Di mana saya dipanggil? Kenapa saya mengalami ini atau itu? Kehendak-Nya tidak selalu jelas bagi kita, bahkan sering tersembunyi. Jika Yesus mengajari saya berdoa: Jadilah kehendak-Mu, maksud-Nya bukanlah bahwa saya menyerah kepada apa saja yang terjadi, seolah-olah kehidupan saya ditentukan oleh nasib baik atau buruk, malang. Saya bukan korban sesuatu yang disebut ”nasib”, baik dalam hal yang buruk, maupun dalam hal yang tidak buruk. Tetapi, doa ini membuat saya menyerah dan mengerti rencana Allah serta percaya bahwa Ia mengarahkan kehendak-Nya demi kebaikan saya, yaitu bahwa saya tidak pernah akan dipisahkan dari kasih Kristus. Doa ini juga berarti bahwa saya mengikuti Yesus dengan mata yang tertuju kepada-Nya, yang memimpin saya dalam iman, dan yang membawa iman saya kepada kesempurnaan. Kehendak-Mu jadi dengan saya, anak-Mu!
Ketika kehendak Allah dan kehendak saya bersesuaian, maka tidak sulit untuk berdoa: jadilah kehendak-Mu. Tetapi, jika terjadi sesuatu dalam kehidupan saya yang saya tidak kehendaki (seperti misalnya yang terjadi dalam kehidupan Ayub), maka sulit sekali untuk berdoa: jadilah kehendak-Mu. Tetapi, justru sikap itu menentukan apakah saya betul-betul bersedia menyerahkan kehidupan saya seluruhnya kepada kehendak Tuhan. Kita boleh berdoa: sembuhkanlah saya, atau anak saya, atau istri saya, atau kawan saya. Tetapi, selalu dalam pengakuan ”jadilah kehendak-Mu”, artinya bukan kehendak kita manusia yang menentukan yang baik dan yang harus terjadi. Hendaklah saya dalam hidupku menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang di tengah penderitaan-Nya menyerah kepada kehendak Bapa-Nya dengan berkata, ”Jangan kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang jadi” (Luk. 22:42). Dalam kaitan dengan ini adalah baik bagi saya untuk mengingat bahwa Yesus tidak hanya mengajari saya mengucapkan doa ini, tetapi juga bahwa Ia mengucapkan doa ini untuk saya.
”… aku ini rela bukan saja untuk diikat, tetapi juga untuk mati di Yerusalem demi nama Tuhan Yesus.” Karena ia tidak mau menerima nasihat kami, kami menyerah dan berkata, Jadilah kehendak Tuhan!” (Kis. 21:13-14).
Kehendak Tuhan jadilah, kehendak Tuhan saja. Setialah ditolong-Nya, yang sabar dan percaya. Meski dihukum Tuhanku ’kurasa kasihan-Nya. Yang harapnya tetap teguh tidak ditinggalkan-Nya.
Bapa di surga, berilah supaya saya dan semua orang tidak melakukan apa yang kami sendiri kehendaki, tetapi apa yang Engkau kehendaki. Berilah supaya saya melakukan tugas-tugas yang Engkau berikan kepadaku, melakukan dengan kerelaan dan kesetiaan, sama seperti malaikat-malaikat di surga. Amin.
1. Bahaslah perbedaan antara ”apa yang Allah kehendaki dari saya” dan ”apa yang Allah kehendaki dengan saya”.
2. Apa artinya bagi kita doa Tuhan Yesus di taman Getsemani: ”Jangan kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang jadi” (Luk. 22:42)?
3. Kesan apa yang diberikan Kisah Para Rasul 21:13, 14 kepada Anda? Apakah Anda mengenal atau telah mengalami situasi-situasi yang serupa?