MINGGU 43: Perintah yang Kesembilan: Jangan Berdusta

Pertanyaan 112

Apakah yang dikehendaki perintah yang kesembilan?

Jawaban

Bahwa kita tidak boleh berbohong di pengadilan atau di tempat mana pun atau mengancam orang lain karena tindakan-tindakan ini adalah perbuatan Iblis. Allah menghendaki agar kita jujur dan membicarakan hal-hal yang baik dari sesama kita.

Renungan

”Berbohong adalah suatu keahlian,”demikian kata orang. Memang benar, berbicara dusta merupakan keahlian Iblis. Yesus menyebut Iblis ”pendusta dan bapak pendusta” (Yoh. 8:44). Sebagai pendusta ia suka menghancurkan semua yang indah dan baik. Terbuktilah tujuannya ini dari cara yang dipakainya untuk mengendalikan manusia kepada dusta dan tipu muslihat. Tidak hanya dengan lidah (kata-kata), tetapi juga dengan banyak perbuatan, yang melawan perintah Allah yang kesembilan (memutarbalikkan perkataan orang, memfitnah dan menodai nama baik orang, mempersalahkan atau turut mempersalahkan orang secara gegabah, dsb).

Dosa pertama manusia dipicu kebohongan. Iblis berkata kepada Hawa: ”Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?” (Kej. 3:1). Allah sama sekali tidak pernah berkata seperti itu. Iblis memutarbalikkan perkataan Allah. Sejak kejatuhan manusia ke dalam dosa, kebohongan yang satu ini terus melahirkan semua kebohongan lain. Kebohongan biasanya merugikan sesama saya. Secara resmi pada saat pengadilan, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu ada banyak ”setengah kebenaran” (yang sama bahayanya dan kadar dustanya juga sama) dalam gosip-gosip, memfitnah, menjelekkan nama orang lain, dan sebagainya. Kebohongan mudah merusak kehidupan orang secara mendasar.

Apa yang Allah kehendaki adalah saya mencintai dan mengatakan kebenaran. Agar sedapat-dapatnya aku membela dan memajukan kehormatan dan nama baik sesamaku manusia. Bahwa dalam segala kata dan kelakuan, saya bertindak penuh respek, dipercaya, dan jujur.

Alkitab

”Dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, Saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi” (Yak. 3:10).

Mazmur 141:3

Agar tertegah kesalahan, ya Tuhan, suruh kawal-Mu jagai pintu bibirku, supaya sungguh perkataan.

Doa

Jagalah mulutku, ya Tuhan, tunggui pintu bibirku; jangan biarkan hamba-Mu menyimpang dari ketulusan. Sucikanlah aku dalam pikiranku, jagalah perkataan dan tindakanku. Buatlah aku seorang yang dapat dipercaya di dalam masyarakat. Buatlah aku seorang yang membenci kebohongan dan mencintai kebenaran. Sehingga terang kebenaran Yesus Kristus dapat bersinar melalui saya. Bebaskanlah bumi ini dari pekerjaan Iblis, Sang Bapa pendusta. Dalam nama Yesus! Amin.

Bahan percakapan

1. Apa dampaknya dalam praktik kehidupan ketika Anda mencintai kebenaran?
2. Apakah Anda sendiri pernah mengalami kesulitan berhubungan dengan membicarakan kebenaran? Sebab kadang kala ”setengah kebenaran” diizinkan untuk menjaga diri atau untuk menjaga orang lain. 3. Apakah hal-hal positif dan negatif yang disebutkan dalam pertanyaan dan jawaban 112 Katekismus Heidelberg?

Informasi Buku

  1. PDF
  2. Penulis:
    Wim Verboom
  3. ISBN:
    978-602-0904-24-5
  4. Copyright:
    © Wim Verboom
  5. Penerbit:
    Literatur Perkantas