Mengapa Ia dikuburkan?
Dengan jalan itu jelaslah bahwa Ia benar-benar telah mati.
Jika Kristus telah mati untuk Anda, mengapa Anda harus mati lagi?
Jika saya meninggal, itu bukan lagi sebagai hukuman atas dosa-dosa saya. Kematianku adalah kematian dari dosa-dosaku dan jalan masuk bagi saya ke kehidupan yang kekal.
kematian dari dosa-dosa saya
Jika kita mati, mati juga dosa-dosa kita. Sejak saat itu, kita tidak berdosa lagi.
Apa lagi arti kematian Kristus di kayu salib bagi Anda?
Manusia lama saya yakni sifat dosa saya disalibkan oleh kuasa Yesus, sehingga untuk seterusnya saya hidup untuk Dia dalam ucapan syukur sebagai manusia baru.
Manusia lama saya disalibkan
Yang dimaksud dengan kalimat ini adalah perjuangan sehari-hari yang menyakitkan melawan keinginan-keinginan dosa kita.
Apa artinya bagi Anda bahwa Yesus turun ke dalam kerajaan maut?
Bahwa Ia telah mengalahkan kegentaran dan sakit dari kerajaan maut, terutama pada salib, untuk membebaskan saya dari sana untuk selama-lamanya. Di dalam semua pergumulan saya, hal ini merupakan penghiburan yang luar biasa.
kerajaan maut
Kerajaan maut adalah tempat di mana Anda ditinggalkan oleh Allah. Di salib Yesus benar-benar ditinggalkan oleh Allah (Mat. 27:46).
Pergumulan-pergumulan
Si Jahat terus berjuang melawan iman kita melalui keraguan dan godaan untuk melakukan berbagai macam dosa.
Di kayu salib, Yesus mati karena dosa saya. Dengan demikian Ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa Iblis. Ia mengalahkannya dan merayakan kemenangan-Nya (Kol. 2:15). Dari atas kayu salib, Ia berteriak, ”Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Pada saat itu, Ia turun ke dalam neraka.12 Penderitaan yang luar biasa ini merupakan penderitaan-Nya yang paling berat. Ia mengalami penderitaan itu bagi saya, bagi kita, untuk memberikan penghiburan kepada kita sehingga kita di tengah-tengah semua yang kita alami bahkan di tengah-tengah pertarungan hidup yang ganas tidak pernah ditinggalkan Allah.
Oleh karena itu, saya percaya bahwa saya milik Yesus, yang mengalami penghinaan dan kutukan karena saya, yang mengalahkan kuasa Iblis. Maut dan kubur dikalahkan, kuasa setan diinjak, tangan musuh telah lemah, sia-sia marahnya. Saya pun terpelihara dari maut dan dahsyatnya. Kematian bukan lagi hukuman bagiku, tetapi ”kita pandang dengan suka pintu surga yang terbuka! Haleluya!”. ”Hai maut di manakah kemenanganmu?
Hai maut, di manakah sengatmu?” (1Kor. 15:55). Sengat kematian sudah tidak ada lagi karena Yesus telah memakukan dosa dan hukum Taurat di atas kayu salib. Allah membawa semua anak-Nya ke Rumah Bapa melalui pintu kematian. Saya juga. Pada saat kematian saya, maka habislah semua dosa di dalam saya untuk selama-lamanya. Saya boleh masuk kemuliaan surga!
Yesus dikuburkan. Supaya terbuktilah bahwa Ia benar-benar mati. Jika saya mati sebagai orang yang percaya, maka kematianku bersifat ”meninggal” (1Tes. 4:13). Jika saya dikuburkan, maka saya percaya bahwa Ia menjaga kuburanku. Kuburanku adalah milik-Nya. Pada suatu saat nanti Kristus akan membangkitkan saya dari kematian, dari kuburan saya. Berbicara tentang kematian, saya ingat satu hal yang menentukan hidup saya di dunia ini. Saya sebagai manusia lama (kecenderungan akan segala hawa nafsu) sudah mati pada saat saya menerima Yesus sebagai Juru Selamatku. Di satu sisi, itu merupakan sebuah proses yang menyakitkan; di sisi lain proses itu memberikan banyak sekali kegembiraan. Sebab di dalamnya saya mengalami bahwa Kristus telah mengalahkan kuasa dosa dalam hidupku. Nyanyilah syukur dan hormat, tangan musuh t’lah lemah!
”Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib” (Flp. 2:8).
T’rima kasih, Jurus’lamat, atas pengorbanan-Mu:
atas sakit-Mu yang sangat, atas pahit mati-Mu. Atas luka, atas bilur, atas salib yang Kau-pikul Syukur hati tak henti kepadaMu kuberi.
Tinggal sertaku; hari t’lah senja. G’lap makin turun, Tuhan, tinggallah! Lain pertolongan tiada kutemu: Maha Penolong, tinggal sertaku!
Hidupku surut, ajal mendekat, nikmat duniawi hanyut melenyap. Tiada yang tahan, tiada yang teguh; Kau yang abadi, tinggal sertaku!
Aku perlukan Dikau tiap jam; dalam cobaan Kaulah kupegang. Siapa penuntun yang setaraMu? Siang dan malam tinggal sertaku!
Aku tak takut, kar’na Kau dekat; susah tak pahit, duka tak berat. Kubur dan maut, di mana jayamu? Tuhan yang bangkit tinggal sertaku!
B’rilah salibMu nyata di depan; tunjukkan jalan yang menuju t’rang. Fajar menghalau kabut dan mendung.
Tuhan, kekal Kau tinggal sertaku! Amin. (Kidung Jemaat 329)