Di Roma Rasul yang Dibelenggu Memberitakan Firman yang Tidak Terbelenggu

Pembahasan

ayat 1-2. Kis 27 berakhir dengan berita bahwa semuanya selamat dan tiba di pantai. Pasal 28 mulai dengan pemberitahuan yang sama. Dengan demikian diberikan perhatian ekstra kepada mukjizat yang diadakan oleh Allah Paulus, sesuai firman yang diberitakan oleh utusan-Nya (bnd 27:23-24).

Baru setelah semuanya sampai dengan selamat di darat, mereka mendengar dari para penduduk pulau itu bahwa tempat di mana mereka terdampar itu adalah pulau Malta. Penduduknya sangat ramah dan dengan sukarela membantu para penumpang dan awak kapal itu. Biasanya, kalau ada kapal karam, banyak isi kapal akan terhempas ombak ke pantai, dan itu merupakan kesempatan yang sangat baik bagi kaum perampok. Tetapi di sini penduduk pulau membantu mereka dan memahami penderi taan yang dialami ke-276 orang itu. Mereka menyalakan api unggun yang besar, supaya orang-orang yang terdampar itu dapat menghangatkan diri dan mengeringkan pakaiannya pada hari yang dingin dan banyak hujan itu.

ayat 3-4. Paulus tidak hanya menunggu ditolong orang, tetapi ikut bekerja dengan mengum pulkan dahan-dahan kering. Ketika ia hendak meletakkan seberkas ranting itu di atas api, tiba-tiba muncul dari tengahnya seekor ular. Karena terdesak oleh panasnya api, ular itu mencari jalan keluar, lalu memagut tangan Paulus. Ternyata ular itu berbisa, yakni ular beludak (begitu TB; bnd Mat 3:7; 12:34; 23:33; Luk 3:7). Pagutan ular sejenis itu sudah pasti mematikan.

Penduduk pulau melihat ular itu memagut tangan Paulus dan langsung mengambil kesimpulan bahwa ”Rupanya orang itu harus mati, karena tak henti-hentinya ia dirundung malang dan yang terakhir itu mematikan. Sudah pasti tahanan ini seorang pen jahat besar karena hanya beberapa saat sesudah ia berhasil selamat dari musibah kapal kandas itu, ia dipagut ular yang sangat berbisa. Dewi Keadilan menegakkan keadilan. Biar pun penjahat dapat luput satu kali, ia pasti akan terkejar oleh hu kumannya dan mendapatkan apa yang patut diterimanya.”

Menurut takhayul penduduk pulau, Dewi Keadilan itu ialah ”Putri Yustisia”, putri dewa tertinggi Zeus. Tanpa firman Allah, manusia mendapat gambaran yang sama sekali keliru, sebab bukan tangan salah satu Dewi Keadilan yang melawan Paulus, melainkan tangan Bapa di surga yang memeliharanya dalam suka dan duka.

ayat 5-6. Pemeliharaan itu tampak dengan cara yang ajaib dalam beberapa menit berikutnya. Paulus mengibaskan ular itu, sehingga lepas dari tangannya dan jatuh ke dalam api, sedang ia sendiri sama sekali tidak menderita akibat pagutan ular tadi. Serangan ”ular, si musuh lama” terhadap nyawa utusan Kristus dan terhadap misinya telah digagalkan.

Penduduk asli pulau itu menyangka bahwa beberapa saat lagi Paulus akan rebah dan mati (perhatikan, para rekan sepelayaran Paulus yg terdampar bersama-sama dengannya tidak disebut;

mungkin saja mereka menantikan terjadinya kembali keajaiban karena sudah belajar mengenal Paulus selama pelayaran itu, bnd 27:21-26, 33-36). Tetapi dugaan para penduduk pulau sama sekali meleset. Paulus terus bekerja seakan-akan tidak terjadi apa-apa. Ia tidak luka atau menderita sama sekali, seperti lengan yang bengkak atau yang lainnya. Berkat kuasa yang memberi hidup yang berasal dari Tuhannya, bisa ular yang mematikan itu sama sekali tidak berpengaruh kepadanya. Kehidupan berjaya (bnd Mrk 16:18; Luk 10:19).

Ketika penduduk pulau melihat ada sesuatu dalam diri Paulus yang lebih kuat daripada maut, pendapat mereka langsung berbalik. Mula-mula mereka mengira Paulus adalah pen jahat besar (ay 4), sekarang mereka menganggapnya sebagai seorang dewa (bnd 14:11, dst). Lukas tidak melapor kan apakah Paulus menyanggah anggapan itu dengan membuat cahaya firman Allah bersinar (bnd 14:15-17).

ayat 7-8. Tidak jauh dari tempat mereka terdampar, ada tanah milik pejabat pulau itu dengan rumah yang cukup besar. Pejabat itu adalah orang yang paling berkuasa di pulau itu (ia bertanggung jawab kepada pretor di Sisilia, jadi, sebetulnya Malta tergolong pulau Sisilia).159 Pejabat utama itu bernama Publius. Ia bersikap sangat ramah dengan menyediakan ma kanan dan tempat penginapan bagi para penumpang serta awak kapal yang terdampar itu selama tiga hari.

Lukas menulis kami. Boleh jadi yang dimaksudkannya hanya Paulus, Aristarkhus, dan dia sendiri, tetapi lebih wajar bila ia mengikutsertakan semua rekan sepelayarannya. Sesudah tiga hari itu, agaknya mereka ditampung oleh banyak penduduk pulau.

Pada waktu yang sama ayah Publius terbaring karena sakit. Ia didera oleh penyakit disentri dan serangan demam yang menye-sakkan dadanya. Paulus mendengar hal itu dan mengun jungi si sakit. Di rumah Publius, tempat ia bersama rekan-rekannya disam but dengan ramah, sebagai utusan Kristus Paulus boleh memperlihatkan kuasa Tuhannya yang hidup. Mula-mula Paulus berdoa dan berpaling kepada Allah untuk mohon pertolongan (Paulus hanyalah seorang manusia) dan selanjutnya ia menumpangkan tangannya kepada (kepala) si sakit (bnd 9:40; Mrk 5:23; 16:18; Luk 4:40).

Mengenai penumpangan tangan itu, bandingkan juga pasal 5:12. Yang diperlihatkan di sini bukan tangan yang melakukan sihir, melainkan tangan yang diulurkan dengan penuh kasih sayang. Si sakit pun mendapat kesembuhan dari Allah.

ayat 9-10. Kabar mengenai mukjizat Allah itu tersebar di seluruh pulau. Akibatnya, orang sakit di rumah-rumah lain juga diantar kepada Paulus. Dan harapan tinggi mereka sama sekali tidak dikecewakan (kita benar-benar boleh penuh harapan terhadap Juruselamat kehidupan). Mereka semua disem buhkan. Mungkin Paulus yang diperkenankan membagi-bagi kan kesem buhan kepada semua orang itu (mengingat hubung an dng ay 8), tetapi boleh jadi dokter Lukas ikut membantu.

Penduduk pulau itu menunjukkan rasa kagum dan syukurnya dengan menghormati mereka dan membawa berbagai pemberian kepada mereka. Tentunya, penghormatan itu terutama diberikan kepada Paulus dan kawan-kawannya, tetapi rekan-rekan sepelayaran lain agaknya boleh ikut menikmatinya. Ketika kemudian ke-276 penumpang dan awak kapal itu bertolak lagi, segala bekal dan keperluan mereka telah disediakan oleh penduduk pulau.

ayat 11-13. Tiga bulan kemudian pelayaran dilanjutkan dengan kapal lain, karena kapal mereka yang lama telah pecah menjadi dua dan karam (27:41, 44). Kapal yang baru juga kapal gandum dari Aleksandria, yang selama musim dingin berlabuh di Malta. Kapal itu memakai lambang di bagian haluan, yakni lambang Dioskuri. Menurut takhayul di zaman itu, Dioskuri ia lah dua putra dewa tertinggi Zeus, yakni Kastor dan Poluks, dewa pelindung para pelaut.

Mereka menyeberang ke ibu kota pulau Sisilia, Sirakusa. Di situ kapal singgah selama tiga hari, mungkin untuk membongkar sebagian muatannya. Kemudian, dengan menyusuri pantai pulau itu mereka berlayar ke Regium, di ujung Selatan Italia.160 Letak kota Regium di Selat Mesina.161

Di situ mereka hanya tinggal sehari. Berkat angin yang baik (yg meniup dari Selatan), pelayaran mereka berlangsung lancar dan nyaman. Pada hari kedua setelah berangkat, mereka sudah sampai di Putioli (sekitar 300 km dari Regium), kota pelabuhan di Teluk Napoli.

ayat 14-15. Di pelabuhan itu Paulus dan rombongan turun ke darat, mencari saudara-saudara seiman. Dan betul, di tem pat itu mereka menemui orang-orang Kristen. Mereka mengundang Paulus untuk tinggal selama seminggu. Dalam minggu itu termasuk juga hari istirahat, Paulus diperkenankan melayani pendamai an (bnd 2Kor 5:18-20).

Sulit dikatakan, apakah sebagai tahanan Paulus dengan mudah mendapat izin dari perwira Yulius untuk tinggal di daratan selama satu minggu. Mungkin saja kapal itu selama seminggu singgah di pelabuhan Putioli karena alasan tertentu. Bagaimanapun, trayek terakhir akan ditempuh dengan jalan kaki oleh Paulus bersama teman-teman nya. Apakah penumpang-penum pang lain juga melakukannya, tidak dijelaskan.

Sementara itu Roma, tujuan perjalanan mereka, sudah dekat (bnd Kis 19:21; 23:11; 27:24). Sambil Paulus menginap di Putioli selama satu minggu itu, saudara-saudara seiman yang berada di Roma mendengar kabar bahwa rasul Kristus sedang menuju Roma

untuk menghadap Kaisar. Untuk menyambut dia dan menguatkan hatinya, sekelompok orang Kristen dari Roma itu datang menjumpai Paulus. Mereka sudah mengenal rasul dari suratnya atau dari pertemuan-pertemuan di tahun-tahun yang lampau (bnd Rm 16:1-15) dan keinginannya untuk pergi ke Roma sudah mereka ketahui (bnd Rm 1:8-15). Mereka berjalan melalui Via Apia ke arah Putioli (jarak dari Roma ke Putioli seluruhnya kira-kira 200 km). Sebagian rombongan itu berhasil sampai di Forum Apius (kira-kira 65 km dari Roma). Ini tempat persinggahan orang yang bepergian, yang (menurut namanya ”Forum”) berkembang menjadi pasar. Orang-Orang yang lain, yang tidak begitu cepat jalannya, ketinggalan di

Tres Taberne (tiga kedai minum atau pasanggrahan, kira-kira 50 km jauhnya dari Roma).

Di kedua tempat itu terjadilah pertemuan yang mengharukan. Keinginan yang sejak lama ada di hati rasul Kristus, akhirnya terpenuhi. Dengan semangat dan kepercayaan yang baru ia meng-hadapi segala kesulitan yang akan datang. Tuhan memberikan kepadanya dukungan dari para saudara yang menemaninya dalam perjalanan ke Roma. Itulah sebabnya, Paulus sangat bersyukur kepada Tuhan atas begitu banyaknya anugerah.

ayat 16. Paulus, Lukas, dan Aristarkhus (untuk terakhir kali Lukas memakai bentuk kami dl kitabnya) sampai di kota Kai sar. Di situ perwira Yulius agaknya menyerahkan para tahanan kepada kepala pengawal Kaisar. Tentu saja ia juga memberikan keterangan leng-kap mengenai Paulus. Hal itu dapat kita simpulkan dari kenyataan rasul mendapat izin untuk menyewa rumah di dekat tangsi (bnd ay 30), sementara menantikan kedatangan para pendakwa bagi proses pengadilan nya.162 Se orang prajurit terus-menerus berada di dekatnya, bukan hanya untuk menjaga tetapi juga untuk melin-dunginya. Tentunya ada pergantian penjaga secara teratur.

Dari mulut Paulus, orang yang mereka kawal, para prajurit itu mendengar Injil yang menyelamatkan dan bukan hanya mereka, melainkan juga seluruh istana Kaisar (bnd Flp 1:12, dst).

ayat 17-18. Pada hari-hari pertama di Roma Paulus agaknya cukup sibuk dengan penyerahannya sebagai tahanan kepada pengawal, dengan berbagai urusan untuk tinggal di rumah sewaan, dan dengan sambutan yang diberikan kepadanya oleh orang-orang Kristen di Roma. Tetapi tiga hari kemudian Paulus sudah dapat memusatkan perhatiannya kepada proses pengadilan atas dirinya dan membicarakannya dengan orang-orang Yahudi di Roma (rupanya bangsa Yahudi sudah kembali diizinkan menetap di Roma, setelah mereka diusir; lih 18:2).

Paulus mulai dengan mengutarakan dan membela perkaranya secara singkat, sambil memperhitungkan kemungkinan orang-orang Yahudi di Roma telah diberitahu mengenai hal itu oleh para pemimpin Yahudi di Yerusalem. ”Saudara-saudara”, demikian awal pidato yang diucapkannya dengan ramah (bnd 22:1; 23:1), selaku rekan sebangsa mereka. Tuduhan-tuduhan bahwa ia berkelakuan buruk terhadap bangsa Yahudi dan adat istiadat nenek moyang (bnd 21:28) dengan tegas dibantahnya. Gara-gara orang-orang Yahudi di Yerusalem, ia diserah kan ke tangan orang-orang Roma (bnd 21:11).

Mengenai cara semua itu berlangsung, Paulus diam dengan rasa kasih (bnd 21:30-33). Para hakim Romawi telah memeriksa perkaranya dan menyatakan ia tidak bersalah, tidak patut dihukum mati atau penjara (bnd 26:31-32). Itu adalah penilaian orang-orang yang berwenang.

ayat 19-20. Kenyataan Paulus naik banding kepada Kaisar, dan tiba di Roma sebagai tahanan, semata-mata disebabkan oleh orang-orang Yahudi yang tetap menentang pem bebasan Paulus (bnd 25:2-8).

Rasul tidak memerinci per lawanan itu, tetapi semuanya terpusat pada rencana mereka agar Paulus dipindahkan dari Kaisarea ke Yerusalem, sehing ga mereka dapat membunuhnya di tengah perjalanan (25:9). Tanpa perlawanan orang Yahudi itu, Paulus tidak akan naik banding kepada Kaisar.

Dari pihaknya, Paulus sama sekali tidak berkeinginan membuat bangsa Yahudi dicurigai atau dihadapkan ke pengadilan. Hendaklah para pemimpin orang-orang Yahudi di Roma mempunyai gam baran yang baik dan jujur mengenai perkara Paulus. Itulah sebabnya ia ingin berbicara dengan mereka. Perkara itu bukan mengenai kesalahan yang Paulus lakukan terhadap bangsa dan hukum Yahudi (bnd ay 17), melainkan mengenai pengharapan Israel (bnd 23:6; 26:6-7), pengharapan akan kedatangan Mesias yang dijanjikan. Dan Dia telah datang, ya itu Yesus orang Nazaret, yang telah mengalahkan maut.

ayat 21-22. Para pemimpin orang-orang Yahudi di Roma tidak menerima berita dari Yerusalem mengenai Paulus. Mereka memberi jawaban singkat yang hanya menyebut fakta-fakta. Ada yang menilai jawaban itu sebagai pengelakan yang hati-hati, seperti yang diberikan oleh seorang diplomat untuk menghindari keharusan membuat pilihan mengenai posisinya.

Kenyataan Mahkamah Agama tidak mengirimkan pesan ke Roma, menunjukkan bahwa bagi majelis hakim-hakim Yahudi perkara itu selesai dan dianggap gagal (sesudah 26:31-32). Mereka melihat tidak ada lagi manfaatnya memulai proses baru di Roma.

Jadi, bagi para pemimpin Yahudi di Roma, Paulus adalah orang yang tidak mereka kenal. Tidak ada seorang pun dari tanah air yang datang kepada mereka untuk memberitakan apa-apa yang jahat mengenai Paulus. Namun, mereka ingin terus berbicara dengan Paulus mengenai gagasan-gagasannya. Barangkali di Roma belum ada konfrontasi yang menentukan antara orang Yahudi dan orang Kristen. Memang, mereka telah mendengar satu dua kabar mengenai para pengikut Yesus orang Nazaret itu. Mereka juga mengerti bahwa pemberitaan tentang Yesus itu tidak disam but dengan rasa syukur di dunia. Tetapi mereka belum mempu nyai gam baran yang jelas.

Dipakai lagi kata ”sekte” (TB: mazhab; bnd 24:14-15). Pada saat ini orang Yahudi agaknya tidak menghubungkan arti yang negatif pada kata itu. Kata yang sama juga diberi arti yang lebih netral, yakni ”aliran” (TB-2; bnd 5:17).

ayat 23-24. Pertemuan pertama itu dimaksudkan untuk saling berkenalan dan memberi penjelasan singkat mengenai per kara Paulus. Para pemimpin orang-orang Yahudi ingin datang sekali lagi untuk melanjutkan pembicaraan mengenai gagasan-gagasan Paulus, dan untuk menentukan pendapat mereka mengenai pribadi Yesus orang Nazaret.

Mereka menentukan waktu untuk mengadakan pertemuan kedua. Dan pada hari itu banyak pemimpin orang-orang Yahudi yang datang mengunjungi Paulus di rumahnya. Dengan semangat yang berkobar-kobar, rasul Kristus berbicara ke pada mereka tentang Kerajaan Allah (ay 31; bnd 1:3) dan ia senantiasa berusaha meyakinkan mereka dengan bukti-bukti, yakni dari Kitab-kitab Suci, dari kedua bagian Perjanjian Lama (hukum Musa dan kitab para nabi). Kerajaan Allah telah dekat oleh kedatangan Yesus orang Nazaret. Paulus tak segan-segan melakukan apa saja untuk menunjukkan hal itu kepada orang-orang Yahudi dengan kata-kata Allah yang jelas dan terpercaya. Ia tidak berhenti berbicara dari pagi sampai datangnya saat makan ma lam.

Kata-kata utusan Kristus tidak (pernah) berlalu begitu saja tanpa meninggalkan pengaruh (bnd Yes 55:11). Ada yang dapat diyakinkan (dan yg kemudian bergabung dng jemaat Kris tus), tetapi yang lain menolak untuk taat dan mereka menentang firman Allah.

ayat 25. Akhirnya pecahlah pertengkaran hebat antara mereka yang kini menyadari kebenaran kata-kata Paulus dan mereka yang tetap menutup mata dan telinga terhadapnya (bnd 2Kor 3:14-15). Sebelum pertemuan itu bubar, Paulus mengakhirinya dengan mengutip sebagian dari kitab Nabi Yesaya, yakni cuplikan yang tidak mungkin dihindari oleh satu orang Yahudi pun karena Roh Kudus sendiri yang telah menyampaikannya (bnd 2Tim 3:16; 2Ptr 1:21).

Melalui cuplikan dari Yesaya itu, Paulus ingin agar akhirnya mereka tersentak. Ia hendak merangsang mereka supaya cemburu (bnd Rm 11:11, 14), tetapi bagi orang Yahudi yang tetap menolak melihat kesungguhan kutipan itu, hal itu justru menentukan.

Kata-kata itu dicuplik Paulus dari Yes 6:9 dan dicupliknya dari Perjanjian Lama terjemahan Yunani (Septuaginta). Sama seperti orang-orang Israel pada abad-abad lalu telah menolak pesan Yesaya, begitulah yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi pada masa kini. Sewaktu Nabi Yesaya hidup, sudah tampak dalam sikap orang-orang sebangsanya, bagaimana kemudian bangsa Israel akan memilih posisi melawan Nabi dan Guru yang Mahatinggi. Di dalam Dia, sebagai yang terakhir, Allah menyampaikan firman-Nya (bnd Ibr 1:1-2). Bukan tanpa alasan, bila Yesus sendiri juga mengutip kata-kata Yesaya itu di depan orang-orang Yahudi di Yerusalem (bnd Mat 13:14; Yoh 12:40). Pada waktu itu perkataan Yesaya mendapat kepenuhan di Yerusalem dan kini juga di Roma.

ayat 26-27. Perkataan Yesaya yang menginsyafkan itu dengan tepat menunjukkan apa yang salah pada orang Yahudi yang menolak percaya. Telinga mereka berfungsi dengan baik dan mendengar firman Allah, tetapi mereka sama sekali tidak memahaminya dan memperhatikan nya. Mata mereka juga berfungsi dengan baik dan melihat segala sesuatu, tetapi mereka sama sekali tidak menjadi sadar atau insyaf.

Yang menjadi penyebab ialah sikap keras kepala. Jiwa mereka di tumbuhi lapisan kulit tebal. Hati mereka, pusat kehidupan yang menghasilkan pemikiran dan perasaan, tidak tersentuh, karena dikelilingi oleh lapisan lemak yang begitu tebal sehingga pesan Paulus tidak dapat menembusnya. Mata dan telinga mereka, yang menurut ayat 26 berfungsi dengan baik, telah mereka tutuprapat-rapat. Itulah penyebabnya.

Melalui cuplikan dari Yesaya itu, hasil pembicaraan Paulus dengan orang-orang Yahudi di Roma itu ditunjukkan dengan jelas kepada mereka. Mereka tidak akan bisa membela diri dengan mengatakan mereka tidak mengetahuinya. Mereka tidak mempunyai alasan lagi. Kata-kata Tuhan telah diucapkan dan menembus telinga mereka, tetapi mereka menolaknya. Dan yang terakhir itu menolak dengan jelas dan terang dinyatakan oleh pesan Paulus.

Dengan kata lain, juga di sini firman Tuhan mempunyai pengaruhnya. Semua orang yang mendengarnya, didorong untuk memilih posisinya. Juga kepada mereka yang menolak percaya, terungkap apa yang ada dalam hatinya. Sekarang mereka bukan lagi orang yang tidak tahu-menahu, yang tersesat ka rena tidak ada orang yang menunjuk jalan kepada mereka, tetapi mereka adalah orang yang keras kepala yang sama sekali tidak mengindahkan penunjuk jalan dan mengambil jalan yang keliru.

Hal terakhir itu dengan nyata diungkapkan oleh firman Kristus melalui utusan-Nya, meskipun Paulus benar-benar ingin semua orang Yahudi menerima pesannya.

ayat 28-29. Dalam hal ini orang-orang Yahudi yang tidak mau percaya jangan mengira bahwa tanpa mereka, Tuhan tinggal dengan tangan kosong. Kalau pun anak-anak-Nya sen diri menolak untuk mendengarkan suara-Nya, Dia mampu membuat bangsa-bangsa lain menjadi anak-anak-Nya. Hendaklah orang-orang Yahudi yang menolak Kristus sadar akan hal itu. Arus keselamatan tidak terhenti, kalau mereka tidak mau diselamatkan (siapa gerangan yg tidak mau diselamatkan?) Allah mampu membuka jalan-jalan lain, yakni yang menuju orang-orang yang di mata orang Yahudi sangat kecil artinya, atau bahkan tidak berarti sama sekali. Dan mereka itulah yang akan digerakkan-Nya agar mengulurkan ke dua tangannya untuk menggapai keselamatan yang disediakan-Nya (bnd 13:46; 18:6; 19:9-10; dl PL mis Mzm 86:9). Dengan menunjukkan perbedaan tajam itu, Paulus hendak merangsang bangsanya supaya pada akhirnya mau kembali kepada Allah (bnd Rm 10:19; 11:11, 14).

Agaknya ayat 29 tidak termasuk naskah asli Kitab Kisah Para Rasul. Ayat ini merupakan ulangan sederhana permulaan ayat 25.

ayat 30-31. Selama dua tahun Paulus tetap dijaga oleh prajurit-prajurit Kaisar. Itulah masa yang ditetapkan berkaitan dengan persiapan baik untuk proses pengadilan Paulus, yakni untuk kedatangan para pendakwa dari Yerusalem maupun untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan (bnd 24:27). Kenyataan Paulus menunggu dalam tahanan selama seluruh periode itu (dua tahun penuh) menunjukkan bahwa para pendakwa tidak pernah muncul dan sesudah itu Paulus dibebaskan. Tidak ada satu keterangan pun yang menunjukkan bahwa masa tahanan itu berakhir dengan kematiannya.

Dalam masa dua tahun itu Paulus menerima kunjungan banyak orang. Dari surat-surat yang ia tulis dari dalam tahanan (surat-surat kepada jemaat di Efesus, Filipi, Kolose, dan kepada Filemon), kita dapat menyimpulkan siapa saja misalnya yang mengunjunginya, yakni Timotius, Epafras, Tikhikus, Onesimus, Aristarkhus, Markus, Yesus Yustus, dan Demas (bnd Kol 1:1; 4:7-14), serta Epafroditus (bnd Flp 2:25).

Tentu saja para sahabat Paulus menyokong dia dengan dana dari jemaat-jemaat, yakni untuk membayar sewa rumah dan makanannya. Di antara jemaat-jemaat itu, agaknya jemaat di Filipi boleh disebut secara khusus (bnd Flp 4:10, dst).

Selama dua tahun itu, rasul benar-benar tidak duduk berpangku tangan. Sebagai bentara Rajanya, ia senantiasa memberitakan kepada semua orang yang dijumpainya tentang Kerajaan Allah yang datang dari atas dan satu-satunya kerajaan yang abadi (pengajaran yg sama dng yg Yesus berikan kepada para rasul-Nya, bnd Kis 1:3). Tak henti-hentinya Paulus mengajar kepada para tamunya mengenai pribadi dan pekerjaan Tuhan, Sang Kurios (bnd 2:36).

Gelar itu juga dituntut Kaisar bagi dirinya sendiri, tetapi Yesus Kristus adalah Tuhan yang satu-satunya. Dialah Juruselamat yang Allah tunjukkan (Mesias).

Selama itu Paulus bekerja dengan berani.163 Hal itu boleh disebut mukjizat, mengingat keadaannya. Banyak orang pasti akan memakai keadaan yang Paulus alami sebagai alasan untuk duduk diam. Bukankah Paulus sangat terbatas gerak-geriknya selama dua tahun itu? Namun ia sama sekali tidak duduk berpangku tangan, tetapi rumah tempat ia dikurung, dijadikannya semacam ”pusat tenaga”. Ketabahan dan keberanian diterimanya dari Allah sehingga ia dapat melanjutkan tugasnya.

Tentang mukjizat keberanian Paulus itu, Lukas bercerita sejak awal sampai akhir (bnd 9:22, 28; 13:46; 14:3; 18:26; 19:8; 26:26). Paulus menerima begitu banyak keberanian dan pengharapan dari Allah, sehingga ia membuat rencana perjalanan baru untuk nanti setelah masa hukumannya habis (bnd Flp 1:26; Flm ay 22).

Tanpa rintangan apa-apa Paulus dapat melakukan pekerjaannya. Sang utusan diikat dengan belenggu (bnd ay 20), namun firman Tuhan tidak terbelenggu, tetapi sebaliknya mendapat ruang gerak yang bebas (bnd 2Tim 2:9). Dalam situasi sulit Tuhan menunjukkan kuasa-Nya. Kuasa-Nya dicurahkan mengatasi ke lemahan.

Kesaksian Injil terdengar di seluruh dunia (juga melaluisurat-surat). Roma dengan Kaisarnya mendengar fakta-fakta dan dikonfrontasikan dengan Raja yang Mahatinggi yang akan datang sebagai Hakim.

Lukas tidak lagi menyinggung apa yang Paulus lakukan sesudah masa tahanannya. Banyak orang menduga-duga tentang apa yang menjadi alasannya. Perkiraan yang paling wajar ialah bahwa penulis telah mencapai tujuannya. Rencana yang menjadi pegangan Lukas ketika menulis bukunya telah selesai dan sebab itu ia dapat berhenti menulis. Injil telah datang dari Yerusalem (bnd 1:8) ke ibu kota kerajaan dunia. Juga Kaisar mendengar firman Raja atas langit dan bumi.

Ringkasan

Ke-276 penumpang dan awak kapal yang kandas itu dengan aman sampai di pantai pulau Malta. Mereka ditolong dengan sangat ramah oleh penduduk pulau yang membuat api unggun besar untuk mengeringkan baju yang basah dan memberi kehangatan. Paulus juga ikut membantu, tetapi ketika ia meletakkan dahan-dahan kering di atas api, tiba-tiba muncul dari tengah dahan itu seekor ular berbisa yang memagut tangan Paulus. Ketika akibat yang mengerikan dari pagutan itu tidak kunjung tampak, penduduk pulau yakin bahwa mereka tidak berurusan dengan seorang tahanan jahat, melainkan dengan dewa. Tetapi yang benar ialah Tuhan menunjukkan dalam diri utusan-Nya bahwa Dia berkuasa atas kehidupan. Dan kemudian kuasa itu ditunjukkan-Nya melalui utusan-Nya itu kepada para orang sakit di pulau itu.

Sesudah tiga bulan seluruh rombongan yang terdampar itu meneruskan perjalanan. Mereka berlayar dengan kapal lain ke Sirakusa, lalu ke Regium, dan akhirnya tiba di Putioli. Di sana Paulus dan teman-temannya menginap selama seminggu di rumah orang-orang Kristen. Dalam perjalanan ke Roma mereka disambut oleh saudara-saudara seiman di Roma. Hal yang tak terduga itu sangat menghibur hati Paulus.

Setibanya di kota Kaisar, Paulus mendapat rumah tersendiri, di mana ia tinggal bersama prajurit yang menjaga tetapi juga melindunginya. Tak lama kemudian Paulus berkenalan dengan para pemimpin orang Yahudi di Roma. Ter nyata mereka tidak menerima berita dari Yerusalem mengenai perkara Paulus.

Sesudah perkenalan pertama itu menyusul pembicaraan kedua, tentang pesan Paulus. Dari kitab-kitab Perjanjian Lama rasul berusaha meyakinkan mereka bahwa Yesus orang Nazaret adalah Mesias dan bahwa dalam diri-Nya Kerajaan Allah telah datang. Ada di antara mereka yang yakin dan percaya, tetapi sayang sekali, yang lain tidak.

Peringatan terakhir yang Paulus berikan kepada orang-orang Yahudi yang menolak percaya ialah perkataan Yesaya (Yes 6:9). Keras kepala mereka jelas terungkap oleh kata-kata Kristus yang diucapkan oleh rasul-Nya. Tetapi arus kesela matan ti dak terhenti karena ulah mereka. Juga bangsa-bangsa lain akan mendengar tentang keselamatan yang Yesus Kristus berikan dan mereka akan percaya (Rumah Allah akan penuh).

Kitab Kisah Para Rasul berakhir dengan seorang tahanan yang terbatas dalam gerak-geriknya, tetapi yang giat melakukan tugas-nya. Sang pembawa pesan terbelenggu, tetapi pesannya berjalan terus tanpa halangan apa pun. Dan pesan yang paling penting adalah kesaksian tentang Kristus. Fakta-fakta terdengar di tempat singgasana Kaisar berdiri.

Pemberitaan Injil Yesus Kristus dimulai oleh kedua belas murid di kubu musuh, di Yerusalem, tempat Kristus disalibkan, dan kini berakhir di kaki singgasana Kaisar. Tetapi, demikianlah kuasa Allah terungkap, melalui manusia lemah dan dalam situasi sulit. Semuanya berjalan menurut rencana Allah.

Wacana

1. Seekor ular memagut rasul (ay 3). Apakah kita melangkah terlalu jauh, jika mengatakan di balik kejadian itu terdapat perlawanan ”ular yang lama”, yakni Iblis?
2. Bagaimana mungkin orang-orang Yahudi belum menentukan pendapat mereka terhadap orang-orang Kristen, padahal sudah ada jemaat Kristus di Roma (bnd ay 15, 22)?
3. Apakah akhir kitab ini tidak terlalu tiba-tiba?
4. Mengapa Paulus memberi tekanan pada kenyataan perkataan Yesaya adalah firman Roh Kudus (ay 25)? Bukankah seluruh Perjanjian Lama ditulis oleh Roh?
5. Hidup dan tugas Paulus rupanya belum selesai sesudah ia tinggal dua tahun penuh di kota Roma. Apa sebab nya Lukas tidak lagi menulis tentang itu?
6. Apa yang dapat kita pelajari dari ayat terakhir kitab ini (ay 31) mengenai pemberitaan Injil yang terus-menerus (termasuk kesaksian kita)?

Informasi Buku

  1. PDF
  2. Penulis:
    C. van den Berg
  3. ISBN:
    978-602-8009-41-6
  4. Copyright:
    © De Vuurbaak 1981
  5. Penerbit:
    YAYASAN KOMUNIKASI BINA KASIH