Harta yang Paling Berharga Ditolak oleh Orang Yahudi, Tetapi Diterima oleh Orang Bukan Yahudi

Pembahasan ayat 14-15. Perga adalah ibu kota Pamfilia. Yang cukup mencolok ialah kita tidak membaca apa-apa tentang pemberitaan Injil di Perga pada perjalanan pergi, tetapi kita dapatkan informasi pada perjalanan pulang (14:25). Apakah setelah Paulus dan Barnabas tiba di Perga dan mengalami kesulitan dengan Yohanes Markus, mereka ce patcepat meneruskan perjalanan? Dari Perga mereka menempuh perjalanan sejauh kira-kira 160 km menuju Antiokhia di Pisidia (nama daerah ditambahkan untuk membeda kan kota ini dng Antiokhia di Siria). Kedua pemberita Injil itu lebih dahulu mencari orang Yahudi (bnd Rm 1:16, dll). Untuk itu pada hari Sabat mereka pergi ke tempat yang biasanya dikun jungi semua orang Yahudi, yakni rumah ibadah.

Memperhatikan undangan dari para pejabat rumah ibadah untuk berbicara, dapat dipastikan bahwa Paulus dan Barnabas telah memperkenalkan diri sebagai pengajar, misalnya dengan memilih tempat duduk. Seperti biasa pertama-tama dibacakan dua bagian dari Kitab-kitab Suci: satu dari hukum Taurat, kelima kitab Musa, dan satu lagi dari Kitab-kitab para nabi, yaitu Kitab-Kitab Perjanjian Lama yang lain. Mungkin kedua bagian itu telah ditetapkan sebelumnya, sesuai jadwal pembacaan tertentu. Bagaimanapun, kali ini bahan bacaan ialah Ul. (dikutip dl Kis 13:18) dan Yes 1.

Atas nama dewan pimpinan rumah ibadah, Paulus dan Barnabas diminta supaya tampil ke depan dan menyampaikan pesan untuk menguatkan umat ini (dapat juga untuk menegur atau mendo rong semangat; semua unsur ini terkandung dl kata bh Yunani paraklesis yg dipakai di naskah asli). Tepat sekali undangan itu ditujukan kepada dua orang ini. Bukankah nama Barnabas berarti ”anak peng hiburan” (kata paraklesis dipakai juga di situ, 4:36).

ayat 16-17. Paulus bangkit untuk berbicara. Dengan mengguna-kan isyarat tangan (bnd 12:17) ia menarik perhatian para hadirin agar mendengarkan pesan yang akan ia sampaikan. Hai orang-orang Israel. Orang-orang Yahudi itu disapa dengan nama yang terhormat yang diberi kan kepada leluhur Yakub. Juga orang-orang yang takut akan Allah disapanya. Mereka orang bukan Yahudi yang percaya kepada Tuhan, tetapi karena tidak (atau belum) disunat, mereka tidak (atau belum) tergabung dalam umat Allah. Orang bukan Yahudi yang sudah disunat, disebut ”proselit”, atau penganut agama Yahudi (bnd 2:11). Orang-orang yang ”takut akan Allah”, disebut ”sebomenoi”, sebetulnya masih ada di luar lingkungan umat, di ambang pintu. Oleh karena itu, ada tempat tersendiri bagi mereka di rumah ibadah.

Khotbah Paulus jelas terarah kepada para pendengar yang selalu datang ke rumah ibadah. Hal itu tampak dari segala-galanya. Kalau Paulus berkhotbah kepada orang bukan Yahudi, susunannya sangat berbeda (bnd 14:15, dst; 17:22, dst). Kini Paulus mengajak para pendengar nya untuk menyimak awal mula sejarah Israel, yakni lahirnya bangsa itu. Bagai mana asal mulanya?

Allah umat Israel ini telah memilih nenek moyang kita. Mula-mula Abram, orang yang bersama keluar ganya tergelincir jatuh ke jurang penyembahan berhala (bnd Yos 24:2). Allah sendiri yang mengambil prakarsa dan yang justru memilih serta memisahkan orang ini dari lingkungan penyembah berhala itu. Abram inilah yang dengan istrinya, Sarai, tidak mempunyai anak akan hilang dalam sejarah tanpa penerus nama. Justru ia yang dipilih Allah (bnd 1Kor 1:27).

Awal mula itu menampakkan kasih dan pilihan Allah. Dan sejarah berjalan terus, yang merupakan rangkaian panjang perbuatan-perbuatan Allah. Allah telah membuat umat itu menjadi besar, ketika mereka tinggal di Mesir. Di negeri itu mereka hanya pendatang atau orang asing yang tidak punya hak apa pun, dalam posisi yang mudah diserang. Di negeri itu mereka terus-mene-rus diganggu dan diperlakukan dengan kejam oleh seorang tiran yang haus darah seperti Firaun. Walaupun demikian, justru di sana Allah menentang segala penganiayaan membuat umat-Nya menjadi besar. Dan Dia menganugerahkan kepada mereka pemim pin agung, Musa, yang telah dididik di sarang singa, istana Firaun. Dengan tangan-Nya yang teracung atau dengan lengan yang terangkat tinggi, yang berarti dengan kekuatan yang dahsyat (bnd Ul 4:37), Allah memimpin umat-Nya keluar dari Mesir. Tangan Allah itu mematahkan segala perlawanan dengan sepuluh pukulan dan pada akhirnya Dia melancarkan pukulan yang membinasakan di Laut Merah.

ayat 18-20. Terjemahan, Ia bersabar terhadap tingkah laku mereka, pada satu pihak menunjuk pada sifat Israel yang som bong, pada segala gerutu mereka mengenai makanan dan minuman, dan pada pihak lain menunjuk ke kesabaran Allah (bnd Mzm 95:10). Tetapi terjemahan, Dia mendukung tingkah laku mereka, agaknya lebih tepat karena sesuai Ul 1:31. Di sini tekanan nya jatuh pada kasih (seperti dl ay 17) dan pemeliharaan Allah. Dia selalu menyediakan makanan dan minuman, alas kaki yang tidak pernah rusak, dan kaki yang tidak pernah lelah. Kemudian, demi umat-Nya yang satu ini, Allah membasmi sampai habis tak kurang dari tujuh bangsa (perhatikan angka bulat tujuh itu), yang jauh lebih besar dan lebih kuat daripada Israel (bnd Ul 7:1). Setelah itu, dengan undi (bnd Ams 16:33), Dia sendiri yang memberikan kepada semua anak-Nya sebagian dari tanah-Nya (bnd Yos 14:1-2).

Masa 450 tahun itu sulit dijelaskan. Apakah masa itu harus digolongkan ke dalam ayat 19 atau dalam ayat berikut nya? Selain itu, kita tidak tahu pada titik mana perhitungan harus dimulai:

pada pemanggilan Abram, pada masa Israel tinggal di Mesir, pada saat Israel memasuki Kanaan, atau mungkin pada titik yang lain lagi, pilihannya sungguh sulit.

Dalam rahmat-Nya yang besar, Allah juga memberi hakim-hakim yang menyelamatkan mereka dari keadaan yang sulit dan berbahaya, sampai kepada Samuel, nabi yang memberita kan firman yang menyelamatkan.

ayat 21-22. Kemudian, atas permintaan mereka Allah memberi seorang raja, yakni seseorang yang tubuhnya jauh lebih tinggi dari siapa pun di antara bangsanya, seseorang yang patut dihormati. Ketika Saul tidak hanya ingin memerintah sebagai raja, tetapi juga mau mengemban tugas imam (dng mempersembahkan kurban), ia ditolak Allah. Allah mengganti orang yang tinggi besar ini dengan seorang pemuda, Daud, anak bungsu Isai. Allah mengambilnya dari anta ra semua kakaknya dan dari kawanan domba nya, kemu-dian dibawa ke takhta kerajaan. Dalam Mzm 89:21 dan 1Sam 13:14

Allah sendiri yang memberi kesaksian yang indah mengenai Daud: ”orang yang berkenan di hati-Ku!” ayat 23-25. Dari Daud, Paulus melompat ke Juruselamat Yesus. Allah sendiri yang membawa Juruselamat ke dunia dari keturunan Daud seperti yang dijanjikan-Nya (2Sam 7:12). Dan keda tangan

Juruselamat ini dipersiapkan dengan baik. Sebelum nya Allah mengirim seorang bentara, Yohanes Pembaptis, untuk meluruskan jalan bagi Raja, anak Daud, dengan jalan mempersiapkan banyak orang untuk menjumpai Dia (bnd Luk 1:16-17, 76-77). Ia melakukan hal itu dengan cara memanggil umat dari dosa mereka untuk datang kepada Juruselamat.

Menjelang akhir tugas sang bentara, dengan tegas ia menolak perhatian yang tertuju kepada dirinya (bnd Yoh 1:19, dst) dan berkata, ”Aku bukan Dia” (yakni Sang Kristus). Semua orang yang telah menganggap bentara itu hebat, mendengar dari mulutnya sendiri bagaimana persisnya hubungan antara ben tara dan Raja. Bahkan bentara itu tidak layak untuk berlutut seperti hamba di kaki Raja dan menyentuh alas kaki Raja dengan ujung jarinya. Padahal, kata-kata yang diucapkan ben tara ini adalah kesaksian Allah sendiri yang tidak mungkin di abaikan oleh siapa pun (bnd Luk 3:2).

Tinjauan ulang ayat 16-25. Dari Abram melalui Daud sampai kedatangan Yesus. Dalam khotbahnya, Paulus memberi tinjauan terhadap sejarah yang menunjukkan hal yang berbeda dengan apa yang selalu diyakini oleh orang Yahudi. Sebab kaum Yahudi telah membuat nenek moyang dan bangsa mereka menjadi berhala dan mereka menegaskan bahwa orang harus lebih dahulu menjadi Yahudi melalui penyunatan untuk dapat bergabung dengan umat Allah (bnd 13:45, dst).

Penggambaran sejarah yang kini diberikan Paulus memper-lihatkan kasih dan kesetiaan Allah. Dia telah mengasi hani kaum yang terhina dan sederhana, yakni orang Yahudi. Itu sepo tong sejarah yang di dalamnya Allah dimuliakan. Tergerak oleh kasih-Nya sendiri, Allah kini berkehendak menunjuk kan belas ka sihan yang sama itu juga kepada orang bukan Yahudi.

ayat 26-29. Paulus sampai pada pokok kedua dalam khotbah-nya. Sekali lagi ia menyapa para pendengarnya (bnd ay 16).

Sudah tentu orang Yahudi bertanya-tanya dalam hati mengapa mereka tidak mendengar kabar baik ini dari Yerusa lem, dari para pemimpin yang berkuasa atas semua orang Yahudi di mana pun mereka berada? Mengapa mereka mendengarnya dari beberapa utusan yang datang dari Antiokhia (di Siria)? Jawabannya tegas:

kabar keselamatan itu sudah disampaikan kepada kami.86 Dengan tekanan pada kata kami (bnd ay 32, ”Kami sekarang memberitakan kabar kesukaan kepada kamu”). Apa sebabnya? Sebab penduduk Yerusalem dan pe mimpin-pemimpinnya tidak mengakui Yesus. Mereka telah menyingkirkan Dia, tanpa dapat mengemukakan satu alasan pun untuk hukuman mati itu. Mereka telah menyerahkan Dia ke dalam tangan Pilatus, seorang asing yang tidak mengenal Allah. Pilatus dibiarkan melakukan pekerjaan kotor, sementara mereka sendiri dengan tangan bersih dapat makan domba Paskah (bnd Yoh 18:28). Demikianlah Dia digantung dan dipertonton kan di kayu salib hingga akhirnya Dia disimpan dengan aman di dalam kubur an yang disegel dengan rapat dan dijaga ketat.

Meskipun di Yerusalem mereka telah melakukanperbuatan-perbuatan yang paling jahat, tetapi betapa ajaibnya dengan segala tingkah laku itu mereka menggenapi sepenuhnya segala ucapan para nabi. Mau tidak mau, mereka harus menunjukkan kebenaran firman Allah dalam segala perbuatan mereka itu (mis Yes 53). Dengan semua perlawanan mereka itu, mereka justru persis berjalan di jalur-jalur firman Allah yang telah ada sejak dahulu. Padahal, setiap hari Sabat mereka mendengarkan firman Allah itu dibacakan di semua rumah ibadah. Jadi, apa yang setiap kali mereka dengar dengan telinga mereka sendiri, telah mereka wujudkan dengan mulut dan tangan mereka sendiri.

ayat 30-31. Tetapi Paulus melangkah lebih jauh. Sekarang ia mengatakan hal yang paling mengejutkan. Sebab ketika di Yerusa-lem orang mengira bahwa semuanya telah selesai dan riwayat Yesus sudah habis, Allah menciptakan awal baru dan melakukan mukjizat yang tidak pernah dapat dilakukan orang, yakni memberi kehidup an. Padahal, itu adalah kehidupan dari tengah-tengah kematian. Ini keajaiban yang tidak dapat dibayangkan. Tidak seorang pun akan percaya ini, kalau tidak Yesus sendiri membuat orang memeriksa bahwa Dia benar-benar telah mengebaskan maut dari diri-Nya, seperti musuh yang telah dikalahkan-Nya. Untuk itu Yesus memilih orang-orang yang sama sekali tidak masuk hitungan, sekelompok orang terpilih. Orang-orang yang berasal dari Galilea, daerah pedalaman. Mereka yang memperoleh segala fakta di tangan (dng cara meraba) dan juga di mulut, karena mereka dijadikan saksi. Sekarang semua orang harus mende-ngarkan mereka.

Oleh sebab itu, kabar baik ini datang dari arah yang lain sekali daripada yang diperkirakan orang Yahudi di Antiokhia (di Pisidia). Bukan dari Yerusalem melalui utusan para pemimpin, melainkan dari sudut yang sama sekali tidak terduga, melalui utusan yang dipilih Allah: beberapa nelayan dari Galilea dan Paulus yang telah Yesus ambil dari tengah-tengah kubu musuh (Kis 9).

ayat 32-34. Orang Yahudi di rumah ibadah juga tidak mendapat kesempatan untuk berpikir bahwa mereka berhadapan dengan dua penganut (pemikiran/bidat) baru, sebab Paulus dan Barnabas mengikuti tradisi dari zaman mula-mula, jalan sama yang juga telah ditempuh oleh para nenek moyang. Paulus berbicara tentang janji-janji zaman mula-mula yang ia ambil dari sumber-sumber yang terpercaya. Banyak generasi telah menantikan terwujudnya janji-janji itu, tetapi baru sekarang Allah memenuhi janji-janji itu kepada generasi kini (sungguh suatu kehormatan besar), yakni dengan membangkitkan Yesus dan meninggikan-Nya, serta memahkotai seluruh pekerjaan-Nya. Dalam Yesus, Allah telah membawa kehidupan baru dan abadi dalam jangkau an tangan manusia (mereka telah meraba Yesus dng tangan mereka).

Yang mengatakan demikian adalah Kitab-kitab Suci, dan hanya Kitab-kitab Suci itu yang dapat membuka mata orang Yahudi. Mula-mula Mzm 2, nyanyian Daud (bnd Kis 4:25). Dalam nya nyian itu, Daud memuji hubungan yang akrab antara Tuhan dengan orang yang diurapi-Nya, Raja Sion. Hubungan itu seperti hubungan antara seorang ayah dengan anaknya (bnd 2Sam 7:14). Begitu erat hubungan mereka, sehingga tidak ada yang dapat memisahkannya. Hubungan itu setiap kali dijalin kembali, yaitu pada saat seorang raja baru dari keluarga Daud naik takhta. Dalam kesempatan itu, raja yang baru itu dinyatakan sebagai anak Tuhan. Tetapi sekarang, demikian maksud kata-kata Paulus, Allah mengambil arti yang lebih dalam dari nyanyian itu dibandingkan dengan arti pada masa lalu, yakni dengan membangkitkan Yesus dan langsung menyuruh Dia menaiki takhta-Nya (bnd Yoh 20:17; juga Rm 1:4). Dengan Yesus ini seorang anak keluarga Daud naik takhta, yang tidak pernah akan turun dari situ karena Dia tidak pernah akan mengalami maut lagi dan melihat kebinasaan.

Kemudian disebut Yes 55:3. Di situ tertulis kata-kata yang diucapkan kepada orang-orang buangan yang hanya melihat benang-benang yang terputus. Keluarga dan bangsa Daud, semua kandas dalam kematian. Tetapi dalam rahmat-Nya, Allah ingat akan perjanjian-Nya dan kembali memberi permulaan baru. Kini Yesus, Anak Daud, dibimbing Allah ke takhta dunia dan dikaruniai-Nya hidup yang tidak fana yang secara mutlak telah mengalahkan maut. Dalam Yesus, Allah memperlihatkan bahwa Dia setia pada janji-Nya. Perjanjian-Nya adalah perjanjian kekal yang tak pernah goyah.

ayat 35-37. Akhirnya Paulus mengutip Mzm 16, di mana Daud menaikkan pujian atas keselamatan yang diperolehnya. Allah telah menyelamatkannya di depan pintu gerbang maut. Tetapi sama seperti Daud pernah diselamatkan di depan kuburan, Yesus bahkan telah diselamatkan dari dalam kubur. Maut tidak mendapat kesempatan untuk menelan Dia, sebab maut telah kehilangan sengatnya karena Dia (bnd 1Kor 15:56). Bahkan maut harus melayani Dia dan berfungsi sebagai rahim ibu (bnd Kis 2:24) bagi Anak Sulung dari antara orang mati.

Boleh jadi bagi orang sezamannya, Daud mengalami kehi-dupan yang sarat dengan buah, tetapi pada akhirnya kehidupan itu berakhir. Dan meskipun satu kali atau beberapa kali ia diselamat-kan dari bahaya yang mematikan, akhirnya ia meninggal juga. Tetapi Yesus akan memberi kebahagiaan dan ketenangan ke pada semua generasi di muka bumi. Pemerintahan Raja Ke hidup an adalah pemerintahan kekal.

Demikianlah Paulus membiarkan Kitab-kitab Suci berbicara sendiri. Kitab-kitab Suci yang berwibawa atas orang-orang Yahudi yang duduk di depannya. Dan Kitab-kitab Suci itu berbicara tentang Yesus Kristus.

ayat 38-41. Paulus sampai pada pokok ketiga dan bagian akhir dari khotbahnya (sekali lagi ia mengatakan Hai Saudara-saudara, bnd ay 16 dan 26). Apa arti semua itu bagi para pendengarnya di rumah ibadah itu? Melalui pesan yang disampaikan para utusan-Nya, Tuhan yang hidup datang dengan pengampunan dosa kepada siapa saja yang mendengarkan nya. Mereka boleh meninggalkan hidup mereka yang penuh dosa. Allah tidak memperhati kannya lagi (bnd Mi 7:19). Apa yang tidak dapat dikerjakan oleh hukum Musa, diwujudkan dalam Yesus. Pengampunan dan pembebasan itu diberikan kepada semua orang yang percaya. Itulah jalansatu-satunya, yaitu percaya kepada Yesus Kristus. Pesan ini bukan hal yang mudah bagi orang Yahudi yang sombong, yang beranggapan bahwa mereka sendiri harus berusaha keras. Tetapi pesan itu sekaligus penuh peng hiburan bagi orang-orang yang rendah hati, yang mengakui bahwa usaha mereka yang paling keras pun akan membuat mereka tersandung dan tidak lagi punya kekuatan untuk bangkit. Itu pesan yang kaya bagi siapa pun yang percaya. Pesan itu pasti terdengar bagaikan musik yang indah di telinga orang-orang yang ”takut akan Allah”, yang duduk di deretan belakang rumah ibadah, yaitu bagi setiap orang yang percaya, baik orang Yahudi maupun bukan Yahudi.

Tetapi kemudian kepercayaan ini mempunyai sifat yang menentukan bagi setiap orang. Siapa saja yang tidak memperhatikan hal ini harus menyadari keada annya dan ia ditegur dengan keras.

Karena itu, waspadalah, supaya jangan berlaku atas kamu apa yang telah dika takan dalam kitab nabi-nabi. Paulus merujuk kepada Hab 1:5. Nabi ini hendak memperingatkan orang-orang sezamannya mengenai kedatangan bangsa Kasdim di bawah pimpinan Nebukadnezar.

Perhatikanlah, hai kamu....” Begitulah Habakuk hendak mengguncang pikiran orang-orang yang tidak pernah merasa susah dan yang yakin atas kehebatan diri mereka sendiri. Sebab sungguh mengerikan untuk melihat Tuhan sudah mulai memberipukulan-pukulan yang keras kepada umat-Nya melalui bangsa Kasdim itu. Menjelang mereka dibawa ke pembuangan, Habakuk masih ingin membuka mata banyak orang. Sesudah itu mereka benar-benar menyadari karena Tuhan memang menjatuhkan pukulan-Nya. Pukulan itu menghan curkan, lebih hebat daripada yang dapat diperkirakan orang.

Demikian pula orang-orang di rumah ibadah itu harus menyadari apa yang sedang terjadi pada zaman mereka sendiri. Kini Allah telah memberikan segala sesuatu dalam diri Yesus, Sang Penebus. Siapa yang tidak mau percaya kepada-Nya, lebih baik mundur dan menying kir. Tetapi, hendaklah ia menyadari bahwa kegelapan tiba dan penghakiman Allah datang. Kegelapan itu bukan malam yang berlangsung selama 70 tahun (lamanya pembuangan ke Babel) melainkan malam abadi.

ayat 42-45. Pada akhir ibadah para kepala rumah ibadah mendekati Paulus dan Barnabas dan mengajukan permintaan, supaya hari Sabat berikutnya mereka datang lagi untuk membahas hal-hal tadi. Setelah keluar dari rumah ibadah, banyak orang Yahudi dan orang bukan Yahudi yang ”takut akan Allah” mengikuti kedua orang itu agar dapat mendengar lebih banyak lagi. Banyak pendengar yang tidak sabar menunggu seminggu lagi. Kedua pemberita Injil itu menggunakan kesempatan tersebut untuk terus berbicara dan mendorong mereka supaya tetap bertahan di dalam anugerah Allah (dan bukan dl prestasi manusia).

Kata-kata Paulus dan Barnabas telah mendapatkan hasil. Berita mengenai hal itu menjalar di seluruh kota seperti jilatan api, khu susnya melalui orang-orang yang ”takut akan Allah”. Lagi pula, kedua pemberita Injil itu pasti tidak hanya berdiam diri. Bagaimanapun, seminggu kemudian orang-orang datang berbon-dong-bondong dari segala pelosok kota ke rumah ibadah.Alasan-Alasan apa yang mendorong hampir seluruh kota itu berkumpul?

Bagaimanapun, yang menjadi tujuan mereka ialah untuk mendengar firman Tuhan. Suasa nanya riuh sekali ketika Paulus mulai berbicara.

Tetapi kemudian muncullah perlawanan. Orang-orang Yahudi (bu kan orang-orang yg ”takut akan Allah”) mulai menyela perkata-an Paulus dan membantah kata-katanya dengan kasar dan kurang sopan. Ketika orang-orang yang duduk di deretan depan itu melihat orang-orang lainnya, mereka dipenuhi rasa benci dan iri hati. Mereka tidak berkeberatan dengan adanya sekelompok orang yang ”takut akan Allah” di deretan belakang. Tetapi serombongan massa yang benar-benar kafir itu sudah keterlaluan. Mereka itu harus menjadi orang Yahudi dahulu dan membiarkan dirinya disunat. Padahal, sekarang kedua pemberita Injil itu mengatakan adanya pengam punan bagi semua orang yang percaya. Hatiorang-orang Yahudi itu tersayat karena orang-orang dari bangsa-bangsa lain dapat berdiri sejajar dengan mereka alih-alih di belakang mereka. Bahkan kemudian mereka menghujat pesan yang dibawa Paulus dan mengatakan bahwa itu bukan pesan Allah, melainkan pesan Iblis.

ayat 46-47. Orang-orang Yahudilah yang pertama-tama mendengar kabar baik itu (bnd Rm 1:16 ”pertama-tama orang Yahudi” betapa besarnya kasih Allah). Tetapi perhatikan, mereka sendiri yang telah membuang Firman yang menyelamatkan. Mereka mengira bahwa mereka layak mendapat hidup kekal. Padahal, mereka diberitahu bahwa mereka telah memasang tiang gantungan bagi mereka sendiri. Itulah rahasia ketidakpercayaan. Orang Yahudi telah menjatuhkan vonis atas dirinya sendiri. Mereka memberi hu kuman mati kepada diri sendiri dan menempatkan diri di golongan yang tidak layak untuk beroleh hidup yang kekal. Padahal, mereka baru saja mendengar peringatan yang begitu serius (ay 41).

Namun, melalui kejatuhan orang-orang Yahudi ini, kini Allah membawa keselamatan bagi orang-orang bukan Yahudi (bnd Rm 11:11). Paulus dan Barnabas (sebagai dua orang saksi, ay 46) mengucapkan kata-kata mereka yang terakhir kepada orang Yahudi: Karena itu (perhatikan hai orang Yahudi), kami berpaling kepada bangsa-bangsa lain, sesuai rencana Allah (mula-mula orang Yahudi dan juga orang Yunani; jadi bukan urutan menurut derajat, melainkan menurut waktu).

Rencana penyelamatan Allah adalah rencana yang menyang-kut seluruh dunia. Tidak ada bangsa yang tidak layak bagi Dia. Rencana keselamatan itu dapat dibaca dalam Kitab-kitab Suci Perjanjian Lama, Alkitab orang Yahudi. Yes 49:6 yang dikutip dalam Kis 13:47 berkata bahwa ”Aku telah menentu kan engkau (yakni Yesus) menjadi terang bagi bangsa-bangsa lain.” Dalam utusan-utusan-Nya, Yesus telah datang sendiri ke Antiokhia untuk mengusir kegelapan.

Berabad-abad sebelumnya penyelamatan orang-orang bukan Yahudi di Antiokhia ini telah dibicarakan. Sekarang hal itu terjadi.

ayat 48-49. Dapat dimengerti bila semua orang dari bangsa-bangsa lain itu bergembira dan memuji firman Tuhan yang tidak mung-kin salah (jelas, tidak ada pujian untuk para utusan-Nya). Kalau anak-anak Allah sendiri (kaum Yahudi) menolak memberi peng-hor matan kepada-Nya, Dia dapat membuka mulut orang-orang yang tidak mengenal Dia (orang bukan Yahudi) yang sebelumnya selalu berteriak-teriak kepada berhala mereka yang bisu (bnd 19:34).

Hal itu dapat disebut mukjizat. Sebab bila anak-anak Allah sendiri menolak-Nya, maukah anak-anak bastar mengakui-Nya?

Mau kah mereka memungut apa yang telah dibuang dengan penuh penghinaan oleh anak-anak sendiri? Tentu, itu adalah peker ja-an Allah sendiri. Dia yang menggerakkan hati mereka supaya melakukan itu dan Dia tidak menyisakan seorang pun dari semua orang yang ditentukan Allah untuk hidup yang kekal (karena sudah sejak semula mereka diperhatikan-Nya dan dipilih-Nya dng penuh kasih, bnd Ef 1:5, 9).

Lalu firman Tuhan disebarkan, yaitu terutama melalui kegiatan orang-orang percaya itu sendiri. Dalam Kitab Kisah Para Rasul kita juga bertemu dengan perumusan ”firman Allah” (mis dl ay 44) dengan arti kegiatan kedua pemberita Injil sebagai utusan resmi (bnd juga 6:7). Orang-orang per caya direbut oleh firman sang Kurios, lalu mereka membawa serta Firman itu. Terang diberikan untuk disebarluaskan.

Demikianlah Firman itu bekerja secara terus-menerus di selu-ruh daerah itu. Itulah buah-buah yang melimpah yang merupakan hasil dari pemberitaan Injil yang dilakukan Paulus dan Barnabas.

ayat 50-52. Sementara itu, orang-orang Yahudi yang tidak percaya juga tidak berdiam diri. Melalui cara-cara yang curang mereka mengadakan berbagai aksi perlawanan. Orang-orang Yahudi berhasil mempengaruhi para pemimpin kota, melalui perempuan-perempuan yang ”takut akan Allah” yang datang ke rumah ibadah, dan yang dalam kehidupan sehari-hari bergaul dalam kalangan-kalangan atas. Akibatnya adalah pengania yaan. Paulus dan Barnabas disingkirkan dari daerah itu (menu rut 2Tim 3:11, tindakan itu disertai kekerasan yaitu ”penganiayaan dan sengsara”).

Namun, ternyata kata yang terakhir diberikan kepada Paulus dan Barnabas itu sesuai dengan perintah Kristus (Mat 10:14); mere-ka mengebaskan debu kaki mereka di hadapan orang-orang Yahudi, khususnya mereka yang tahu apa arti isyarat itu. Itulah tindakan yang dilakukan orang Yahudi kalau mereka baru saja bersentuhan dengan orang kafir. Kini kedua pemberita Injil menunjukkan bahwa orang Yahudi menjadi sama dengan orang kafir. Paulus dan Barnabas tidak mau bergaul lagi dengan mereka. Tindakan ini dilakukan oleh utusan-utusan Kristus. Jadi, itu merupakan tindakan Kristus sendiri. Orang Yahudi telah menolak Dia, kini mereka ditolak-Nya. Tetapi, walaupun kedua pelayan itu diperlakukan dengan kejam, yang mereka tinggalkan bukan murid-murid yang penakut, melainkan orang-orang percaya yang bersukacita (berkat Roh Kudus, bnd Gal 5:22). Mereka belajar untuk merasa gembira dalam penindasan dan memikul salib mereka dengan riang di bela kang Yesus. Dan kedua orang yang diusir (bnd 1Kor 4:13), yakni Paulus dan Barnabas, juga tidak putus asa tetapi terus memberitakan pesan Tuhan dengan penuh ketaatan pada tugas mereka. Firman yang menyelamatkan melanjutkan jalan yang dipilih-Nya sendiri.

Ringkasan

Paulus dan Barnabas berada di Antiokhia di Pisidia. Di rumah ibadah Paulus berkhotbah kepada kaum Yahudi dan orang-orang yang ”takut akan Allah”. Khotbah ini sangat berbeda dengan yang kemudian dibawakannya di depan orang-orang bukan Yahudi dalam Kis 14 dan 17. Khotbah ini dibagi dalam tiga bagian:

1. Ayat 16-25, pelaksanaan rencana Allah menuju ke kedatangan Yesus;
2. Ayat 26-37, kesetiaan Allah dalam diri Yesus;
3. Ayat 38-41, pesan Allah mengenai pengampunan dalam Yesus.

Tanggapan pertama atas khotbah ini baik. Tetapi segera setelah orang Yahudi melihat betapa banyaknya orang bukan Yahudi yang datang, mereka dengan sengit menentang dan menjatuh kan vonis atas diri sendiri. Setelah lebih dahulu menyapa kaum Yahudi, kedua pemberita Injil berpaling kepada orang bukan Yahudi. Rencana penyelamatan Allah menjadi terwujud oleh kedatangan orang-orang lain yang telah dipilih-Nya. Perlawanan orang Yahudi kian sengit, dan berakhir dengan penganiayaan terhadap kedua pem berita Injil tersebut. Tetapi kekuatan mereka tidak terpatahkan, sama dengan kekuatan para murid di Antiokhia. Firman Allah menang dan melaksanakan apa yang dikehendaki-Nya (bnd Yes 55:11) dalam iman maupun perlawanan. Firman tetap berjalan maju melalui kedua pemberita Injil dan melalui para murid di Antiokhia.

Wacana

1. Apa yang hendak dikatakan Paulus dalam khotbahnya pada ayat 16-41 kepada kita (bukankah khotbah itu juga dicatat dan disimpan bagi kita)? Apakah kita masih mengenali diri kita sendiri sebagai orang yang diambil oleh Allah dari deretan yang paling belakang, lalu dibawa-Nya ke depan? Apakah kita akan senang atau merasa tidak enak kalau banyak dari penduduk kota kita yang bukan anggota gereja ditempatkan oleh Allah di samping kita dalam jemaat?
2. Apakah khotbah ini juga memberi pedoman yang jelas untuk isi setiap khotbah?
3. Dalam khotbah dikutip beberapa ayat dari Perjanjian Lama. Apakah ada per bedaan antara perumusan dalam Perjanjian Lama dan peng gambarannya dalam khotbah Paulus, dan kalau ada, apa artinya?
4. Apakah kita juga disapa dalam ayat ”Aku telah menen tukan engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa lain”? Apakah dari ayat ini dapat di isyaratkan adanya perintah untuk menye-barkan Injil di sekitar kita dan di tempat yang jauh?

Informasi Buku

  1. PDF
  2. Penulis:
    C. van den Berg
  3. ISBN:
    978-602-8009-41-6
  4. Copyright:
    © De Vuurbaak 1981
  5. Penerbit:
    YAYASAN KOMUNIKASI BINA KASIH