ayat 1-2. Dari Antiokhia, Paulus dan Barnabas tiba di Ikonium. Kedua kota itu disebut hampir bersamaan, tetapi perlu kita perhatikan bahwa untuk sampai di Ikonium, mereka harus menempuh perjalanan sejauh kira-kira 130 km. Perjalanan dengan jalan kaki tersebut pasti memerlukan waktu beberapa hari (ikuti perjalanan itu pada peta perjalanan Pekabaran Injil ke-1. Lih Peta hlm 176).
Ikonium adalah kota perdagangan yang letaknya dekat bebe-rapa rute perdagangan yang penting. Oleh karena itu, di abad-abad yang lampau banyak orang Yahudi yang menetap di situ. Paulus dan Barnabas mulai bekerja seperti biasa. Mula-mula mereka mengunjungi rumah ibadah (bnd Rm 1:16 dan Kis 13:5, 14; 17:2; 18:4; 19:8). Mereka tetap mengunjungi kaum Yahudi lebih dahulu, walaupun akibat ulah orang Yahudi mereka telah diusir dari Antiokhia. Pesan yang keluar dari mulut Paulus begitu kuat dan meresap di hati hingga banyak orang menjadi percaya, baik orang
Yahudi maupun orang Yunani.87 Tetapi itu di satu pihak, di pihak lain ada orang-orang Yahudi yang menolak menuruti perintah untuk percaya. Mereka menentang (bnd Yes 55:11) dan menghasut para penduduk Yunani lain dengan memfitnah kedua pemberita Injil beserta para murid mereka. Kalau tujuannya adalah melawan orang Kristen, orang Yahudi bersedia bergaul dengan bangsa-bangsa yang tidak mengenal Tuhan dan melakukan persekongkolan (bnd juga 4:27).
ayat 3-5. Meskipun bekerja dalam suasana yang disertai tuduh an yang gencar, Paulus dan Barnabas meneruskan pekerjaan mereka agak lama. Mereka tidak mundur, tetapi terus berbicara dengan berani. Yang mereka andalkan hanya Tuhan semata (sang Kurios). Kemudian Dia yang memiliki mereka dan memberi tugas kepada mereka, menguatkan berita tentang anugerah-Nya dengan bukti-bukti nyata, yakni dengan memperlihatkan tanda-tanda (yg menunjukkan sesuatu; bnd 2:19, 22; 5:12) dan mukjizat-mukjizat melalui tangan Paulus dan Barnabas. Tanda-tanda itu menunjukkan bahwa isi berita mereka adalah kasih karunia. Anugerah Allah adalah sumber kehidupan yang sama sekali baru di segala bidang, melalui Yesus Kristus. Mungkin yang dimak sudkan di sini ialahpenyembuhan-penyembuhan (bnd 4:30; 5:15; 8:6).
Pemberitaan yang dilakukan dengan berani selama beberapa waktu itu ternyata tidak mematahkan perlawanan. Sebaliknya perlawanan itu semakin memuncak dan nyaris meledak. Orang-Orang Yahudi yang tidak mau taat berhasil mengajak seluruh kota untuk memilih: pro atau anti utusan-utusan Kristus. Mereka mengumpulkan begitu banyak orang hingga menimbulkan huru-hara. Kali ini orang Yahudi dan orang bukan Yahudi berdiri berdampingan bagaikan saudara. Melalui para pemimpin mereka, orang-orang Yahudi jelas memainkan peran utama, karena berusaha supaya kedua rasul itu dilempari batu. Bagi orang Yahudi ini adalah hukuman mati.
ayat 6-7. Tepat pada waktunya Paulus dan Barnabas menyadari maksud keributan banyak orang itu, maka demi kelanjutan pekerjaan mereka keduanya mengambil keputusan untuk meninggalkan Ikonium. Mereka bukannya lari karena takut, sebab dalam peralanan pemberitaan Injil yang sama mereka berani menghadapi maut (ay 19), bahkan mereka berani untuk kembali lagi ke kota Ikonium (ay 21). Aksi-aksi perlawanan itu tidak membuat kedua pemberita Injil mengurungkan rencana kerja mereka, tetapi dengan kuat kuasa Tuhan mereka mencari daerah baru di mana terletak Kota Listra dan Derbe (sekitar 30 km jauhnya). Di kedua kota itu secara teratur mereka memberitakan kabar baik kepada para penduduknya.
ayat 8-9. Letak Listra agak terpencil dan terasing. Itu sebabnya orang-orang Yahudi tidak menetap di situ. Tidak ada catatan mengenai adanya rumah ibadah. Di tempat yang ramai, mungkin di pasar, Paulus selalu memberitakan Injil. Dan setiap kali di antara para pendengar nya, ia melihat seorang laki-laki yang lumpuh kedua kakinya sejak lahir. Setiap hari ia didudukkan di situ untuk minta sedekah dari orang yang lalu lalang (bnd 3:2, meskipun di situ yg dibicarakan adalah warga bangsa Israel yg sangat diistimewakan karena memperoleh hukum-hukum Allah yg indah itu).
Pria yang begitu menderita itu tanpa jemu mendengarkan apa yang Paulus beritakan. Karena itu, perhatian Paulus tertarik kepadanya. Ia menatapnya dengan tajam dan dari seluruh sikap orang itu, ia menyimpulkan bahwa orang lumpuh itu beriman, yaitu iman bahwa ia dapat diselamatkan. Dan keselamatan itu dalam arti yang luas, artinya lebih dari kesembuhan, meskipun itu juga termasuk di dalamnya.
ayat 10-12. ”Berdirilah tegak!” Paulus berbicara dengan suara nyaring, supaya semua orang dapat mendengar dengan baik bahwa hanya dengan kata-kata mukjizat itu terjadi. Menurut akal manusia, perintah yang diberikan kepada orang itu mustahil untuk dilaksanakan. Ia belum pernah mampu menggunakan kakinya. Ia tidak mempunyai kekuatan untuk berdiri. Tetapi sekarang, ia harus membuktikan dengan perbuatan bahwa ia sungguh-sungguh percaya bahwa Allah memberi kekuatan untuk melaksanakan perintah-Nya, yakni perintah yang tak mungkin dilaksanakan manusia dengan kekuatannya sendiri. Untuk itu, diperlukan iman yang melampaui ketidak mampuannya sendiri dan yang berpegang erat pada kedaulatan Allah (bnd 3:6-7).
Lalu perintah Paulus, firman Allah itu, melaksanakan tugas-nya dan membuat orang itu menurut. Ia langsung melonjak berdi-ri dan mencoba menggunakan kakinya dengan berjalan kian kemari (bnd 3:8). Orang-orang yang melihatnya menjadi bingung. Belum pernah mereka melihat peristiwa seperti itu. Manusia tidak mungkin melakukannya, hanya dewa yang dapat melakukan. Jadi kedua pemberita Injil itu pasti dewa. Dan itu pula yang mereka katakan seorang kepada yang lain dalam bahasa daerah mereka, yakni bahasa Likaonia, yang pasti tidak dimengerti oleh Paulus dan Barnabas, karena mereka berbicara dalam bahasa Yunani.
Dewa-dewa telah turun ke tengah-tengah kita dalam rupa manusia (bnd 28:6). Begitulah kepercayaan rakyat di zaman itu. Menurut dongeng yang hidup di daerah itu, kedua dewa itu sudah pernah singgah di bumi, yakni di daerah itu juga. Waktu itu kedatangan mereka tidak disambut dengan ramah oleh para penduduk kecuali oleh dua orang tua, Filemon dan Baucis. Sehingga hanya kedua orang itu yang menerima kebahagiaan dari para dewa, sedang yang lainnya diganjar dengan kesengsaraan. Demikianlah dongeng itu. Barnabas dianggap sebagai dewa Zeus (atau Jupiter), dewa tertinggi, dan Paulus sebagai Hermes (atau Mercurius), utusan para dewa.
ayat 13. Imam dewa Zeus-di-depan-kota88 menjadi sangat sibuk. Nama Zeus yang istimewa ini menunjukkan bahwa kuil nya ada di luar kota, dekat gerbang, dan karena itu diang gap sebagai dewa pelindung kota. Lembu-lembu jantan yang dikalungi karangan bunga digiring ke gerbang kota untuk dikurbankan kepada kedua dewa, Paulus dan Barnabas. Mukjizat yang terjadi melalui Paulus dianggap sebagai prestasi keduanya. Oleh sebab itu, mereka mempersembahkan kurban kepada dewa Zeus.89
ayat 14-15. Mendengar itu, Paulus dan Barnabas mulai menya dari bahwa kurban itu diper sembahkan kepada mereka. Tentu saja perarakan (prosesi) diiringi dengan ritus-ritus yang serasi. Tetapi, kedua pemberita Injil itu dengan tegas menolak penghormatan ilahi (bnd Herodes, 12:22). Yang mau dilakukan para penduduk (mempersembahkan kurban kepada manusia), sama saja dengan menghujat Allah. Oleh sebab itu, Paulus dan Barnabas merobek-robek pakaian mereka atas penghujat an tersebut (bnd Mat 26:65; tentu saja pokok perbandingan nya ha nyalah pada pengoyakan pakaian). Keduanya berusaha sekuat-kuatnya untuk mencegah orang banyak itu mempersembahkan kurban.
Dengan suara nyaring keduanya mencoba menertibkan mere-ka, sambil berseru, ”Hai kamu sekalian, apa yang kamu lakukan?
Kami ini hanya manusia, sama seperti kamu dengan kelemahan dan kekurangan yang sama pula (bnd Yak 5:17). Dan sekarang, kami datang dengan pesan yang sangat hebat untuk kamu. Kamu harus meninggalkan dewa-dewa yang tak berharga itu. Dewa-dewa itu sama sekali tidak berarti dan tidak dapat memberi apa-apa. Penyembahan kepada mereka adalah hampa dan tidak berguna. Sebaliknya kamu harus berpaling kepada Allah yang hidup. Allah menunjukkan bahwa Dia ada dan Dia adalah kehidupan, bahkan sumber kehidupan. Kamu dapat melihat itu pada langit dan bumi, laut dan segala isinya. Semua itu penuh dengan makhluk (bnd Kel 20:11). Di mana-mana ada kehidupan, berkat Allah yang hidup. Seluruh dunia sangat diperhatikan-Nya. Dia tidak menelantarkan dunia tetapi selalu turun tangan dan mengasihaninya. Allah yang hidup itu bahkan mengaruniakan Anak-Nya untuk hidup di dunia (Yoh 3:16).”
Bandingkan arti sebutan ”Allah yang hidup” tadi dengan kata-kata yang sama dalam 1Tes 1:9 (melalui buku konkordansi dapat diketahui bahwa sebutan itu sering muncul, mis dl 1Sam 17:26 dan Mat 16:16).
ayat 16-18. Di masa lalu, sepanjang segala abad, Allah membiar kan bangsa-bangsa menuruti jalan mereka masing-masing. Namun, pada zaman itu Allah menunjukkan bahwa Dia ada. Dia memperhatikan kehidupan manusia dan binatang (bnd Yun 4:11). Hal itu dapat dibuktikan dan fakta-fakta menunjukkannya.
Allah telah memberi banyak hal yang baik (berbagai-bagai perbuatan baik). Datangnya dari surga. Pemberian itu tidak begitu saja jatuh dari langit, tetapi Dia yang memberikannya, yakni hujan yang diperlukan untuk panen yang berlimpah. Tentunya hal itu menarik bagi kaum petani di daerah Likaonia. Tuhan yang memberi pangan untuk membawa rasa nyaman (ingat sengsara yg diakibatkan rasa lapar).
Allah, Allah yang hidup, sudah memberi begitu banyak berkat sepanjang segala abad, walaupun semua bangsa terus-menerus menutup mata terhadap segala bukti nyata mengenai rahmat Allah itu, dan menuruti jalan-jalan yang mereka pilih sendiri. Sepanjang waktu itu, bangsa-bangsa itu tidak mau berbuat apa-apa selain membelakangi sang Pemberi dan mening galkan Dia.
Mengenai zaman yang lampau, bandingkan 17:30. Bahwa selama itu Allah melakukan begitu banyak kebajikan, bukanlah berkat manusia melainkan berkat perjanjian-Nya (bnd Kej 8:22). Sementara itu Allah tidak hanya memperlihatkan hal-hal yang baik dari surga, tetapi Dia juga membuat murka-Nya dirasakan orang (bnd Rm 1:18, dst).90
Para penduduk Listra dapat mengetahui bahwa tidak seorang pun, dari zaman apa pun, dapat berdalih (Rm 1:19-20), teta pi sebaliknya bahwa Allah patut dipuji, khususnya oleh mereka yang sedang mendengarkan Paulus dan mendengarkan Injil Yesus Kristus. Meskipun dalam ayat 15-17 nama ”Yesus”
tidak disebut, tetapi tidak diragukan Yesus merupakan isi berita Injil (bnd ay 7).
Dengan susah payah Paulus dan Barnabas akhirnya berhasil menghentikan segala persiapan bagi upacara pengurbanan itu.
ayat 19-20. Tentunya ada perbedaan waktu yang cukup lama antara kedatangan kedua pemberita Injil itu di Listra dan kedatangan orang-orang Yahudi dari Antiokhia dan Ikonium. Tidak dikatakan bahwa orang-orang Yahudi tersebut datang ke Listra secara khusus karena Paulus dan Barnabas. Mungkin mereka sedang dalam perjalanan untuk urusan perdagangan. Seandainya mereka hanya datang untuk kedua pemberita Injil itu dapat dikatakan mereka ditimpa oleh fanatisme yang luar biasa (jarak antara Antiokhia dan Listra adalah 160 km). Bagaimanapun mereka bertemu lagi dengan Paulus dan Barnabas yang sama dan mereka berhasil membujuk para penduduk sedemikian rupa hingga orang-orang yang tadinya begitu memuja Paulus kini sikapnya berubah sama sekali dan menginginkan kematian keduanya. Melihat peristiwa pelemparan batu itu dapat disimpulkan bahwa yang memegang pimpinan ialah orang-orang Yahudi itu (bnd ay 5). Kadang-kadang dapat terjadi bahwa massa secara tiba-tiba berubah pendirian. Begitu juga terjadi terhadap Yesus. Waktu itu massa yang tadinya bersorak-sorak ”Hosana”, kemudian berte-riak-teriak ”Salibkan Dia!”
Barangkali dalam suasana hiruk pikuk itu segala sesuatu berlangsung begitu cepat (berbeda dng ay 5-6), sehingga Paulus dilem-pari dengan batu di dalam gerbang kota, bukan di luarnya. Kemudian mereka menyeret tubuhnya ke luar kota dan membiarkannya menjadi mangsa burung nazar. Mereka menyangka Paulus sudah tewas. Tetapi ketika murid-murid yang telah diperoleh Paulus di Listra mencari mayatnya, mereka sangat heran melihat Paulus bangkit kembali. Kemudian dengan tubuh yang penuh luka Paulus masuk kembali ke kota dengan kekuatan sendiri dan yang sangat mengherankan berjalan kembali ke sarang singa. Keesokan harinya ia bahkan berangkat ke ladang pemberitaan Injil berikutnya, yaitu ke Derbe, bersama Barnabas. Mukjizat itu hanya mungkin terjadi karena kuat kuasa Tuhan. Itu bukan dongeng melainkan kisah nyata (bnd 2Kor 11:25; 2Tim 3:11).
ayat 21-22. Demikian juga di Derbe, kabar baik menghasilkan buah berlimpah. Jumlah murid semakin bertambah, di antaranya mungkin juga Timotius bersama ibu dan nenek nya (bnd 16:1-3; 2Tim 1:5). Anehnya, perjalanan itu tidak dilanjutkan ke arah Tarsus dan Antiokhia di Siria (lih peta pada hlm 209). Sebetulnya wajar jika kedua rasul mengambil arah itu. Tetapi mereka balik arah dan perhatikan kembali mengun jungi kota-kota yang sama. Mereka melawan ”arus batu” dan tidak mempedulikan segala kesulitan serta penganiayaan yang telah mereka alami. Inibenar-benar tidak masuk akal. Tidak mungkin tidak, maksud perjalanan balik ini pasti teramat penting.
Dan memang demikian halnya. Sekarang pekerjaan mereka bukan melebar, melainkan mendalam. Para murid baru itu memer-lukan pembinaan khusus. Kehidupan mereka bersama Tuhan harus mendapat akar yang kuat sehingga menjadi lebih kokoh.
Simon Jenkins, Peta Alkitab, halaman 113, YKBK Jakarta.
Mereka harus dinasihati supaya terus bertekun, karena manusia begitu cepat putus asa, terutama jika menghadapi perlawanan. Mereka harus tetap berpegang pada iman dan tidak boleh melepas-kan apa yang telah mereka terima dalam Injil. Mereka harus tahu bahwa kesusahan merupakan bagian dari kehidupan baru mereka. Kesusahan itu perlu dipandang dari berbagai segi (bnd 1Tes 3:3-4; 1Ptr 1:6). Kalau kita mengandalkan pertimbangan kita sendiri, tentu saja kita tidak memerlukan kesusahan itu. Kedua pemberita Injil tersebut balik kembali untuk mengatakan bahwa mereka benar-benar memerlukan kesusahan itu. Penderitaan justru merupa kan jalan menuju ke Kerajaan. Melalui penderitaan menuju ke kemu-liaan. Seperti Sang Guru, demikian pula murid-murid-Nya (bnd Luk 24:26; Mat 10:22; Yoh 15:18-21).
ayat 23. Masih ada tujuan lain yang hendak dicapai Paulus dan Barnabas dengan menempuh perjalanan yang sangat berba haya itu, yakni untuk menetapkan penatua-penatua di tiap-tiap jemaat (bnd 1Tim 3; Tit 1:5). Mungkin kedua pemberita Injil tersebut yang memimpin penetapan itu, sedang jemaat memberi perse tujuannya. Ayat ini tidak jelas mengatakan apakah jemaat berperan lebih jauh. Apakah Paulus dan Barnabas menunjuk (dng tangan mereka) beberapa orang, atau apakah jemaat memilih mereka dengan cara mengacungkan tangan. Kedua tafsiran itu kita jumpai.
Dengan berdoa mereka memohon pertolongan Allah bagi jemaat yang telah disahkan oleh pengangkatan para penatua. Mereka tidak makan dan minum, dan itu menunjukkan bahwa mereka memusatkan diri sepenuhnya pada doa itu (bnd 13:2). Pejabat-pejabat beserta jemaat mereka serahkan kepada Tuhan yang telah menebus mereka semua dengan darah-Nya yang mahal. Dia adalah batu karang bagi mereka.
ayat 24-28. Dalam perjalanan pulang mereka singgah di Perga, dan sekarang baru kita baca bahwa mereka menyam pai kan firman
Allah di situ (bukan dl perjalanan pergi). Pulau Siprus tidak mereka singgahi. Akhir nya mereka sampai di Antiokhia, jemaat yang menyerahkan kedua pemberita Injil itu kepada anugerah Allah untuk pekerjaan pekabaran Injil. Dan itu mereka lakukan dengan tidak siasia, sebab anugerah Allah telah memberikan hasil yang banyak. Anugerah adalah sumber yang kaya. Paulus dan Barnabas memanggil jemaat berkumpul. Pemberitaan Injil adalah urusan seluruh jemaat. Mereka menyampaikan laporan, bukan mengenai segala sesuatu yang telah mereka lakukan, melainkan mengenai apa yang Allah lakukan dengan perantaraan mereka. Dia telah membuka pintu untuk bangsa-bangsa lain, yang tak mungkin ditemukan mereka sendiri, apalagi membukanya.
Itu bukan pintu sunat yang sulit ditinggalkan oleh bebe rapa orang Kristen Yahudi (bnd Kis 15), melainkan pintu iman kepada Yesus Kristus (bnd Rm 5:1-2; Yoh 10:9). Pintu itu sarana bagi bangsa-bangsa lain yang bukan Yahudi untuk masuk ke dalam rumah Allah (bnd Mzm 118:19) pada keluarga-Nya. Sehubungan dengan pintu iman itu, bandingkan juga 1Kor 16:9; 2Kor 2:12; Kol 4:3.
Sesudah perjalanan bertahun-tahun dan pekerjaan yang dila-kukan dengan susah payah, sungguh nyaman kembali pulang ke gereja asal.
Setelah diusir dari Antiokhia, Paulus dan Barnabas memberitakan Injil di Ikonium. Di satu pihak mereka memperoleh hasil tuaian yang melimpah, tetapi di pihak lain mereka mendapat perlawanan sengit. Padahal para pelawan itu adalah saudara-saudara sebangsa secara jasmani (bnd Rm 9:3). Ketika perlawanan itu nyaris meledak, kedua pemberita Injil itu menyingkir ke Listra, kota yang sama sekali belum mengenal Allah. Pesan bahwa ada keselamatan melalui Yesus dipercaya oleh seorang lumpuh dan ia menerima kesembuh an. Orang-orang di sekitarnya menyangka
Paulus dan Barnabas adalah dewa, dan ingin mempersembahkan kurban kepada mereka. Dengan susah payah kedua pemberita Injil berhasil mencegah hal itu. Mereka mengimbau orang-orang itu supaya meninggalkan dewa-dewa mereka yang tidak bermanfaat itu dan menyerahkan diri kepada Allah yang hidup. Alangkah besar kesabaran Allah. Meskipun banyak keturunan dibiarkan-Nya berjalan di jalan yang mereka pilih sendiri, tetapi dari diri-Nya Allah senantiasa menunjukkan niat yang baik dengan menurunkan hujan yang menyuburkan tanah dan memberikan makanan dan minuman.
Ketika orang Yahudi dari Antiokhia dan Ikonium melihat kedua pemberita Injil itu di Listra, mereka berhasil membujuk massa untuk berubah pendirian. Akhirnya Paulus dilempari dengan batu. Secara menakjubkan, Paulus yang disangka sudah mati, bangkit lagi untuk kembali bekerja, dan kali ini di Derbe.
Betapa pun sulitnya perjalanan itu, pada akhirnya Paulus dan Barnabas balik kembali, melawan ”arus batu” untuk menguat kan jemaat-jemaat dan menetapkan penatua-penatua bagi mereka (hal yg tampaknya sangat diperlukan).
Setiba di Antiokhia di Siria mereka mengumumkan pekerjaan Allah. Bangsa-bangsa lain yang selama ini terkurung oleh kegelapan yang pekat telah mendengar bagaimana Allah membuka pintu bagi mereka menuju ke terang (bnd 13:47).
yang kita lakukan di kalangan orang yang sama sekali terasing dari Tuhan dan firman-Nya?
4. Melihat Paulus dan Barnabas melakukan perjalanan pulang yang penuh bahaya justru untuk menetapkan penatua-pena tau, boleh disimpulkan bahwa hal itu rupanya sangat diperlu kan bagi jemaat. Mengapa penatua-penatua itu begitu penting?