ayat 1. Festus adalah gubernur baru yang memerintah bangsa Yahudi sesudah Feliks. Ia datang ke wilayah kekuasaannya yang baru dan menyediakan waktu tiga hari untuk mengatur kehidupannya di rumah dinas di Kaisarea.
Kota pertama yang mendapat kunjungan kehormatannya ialah Yerusalem, kota yang terpenting bagi kebanyakan hambanya. Ia hendak berkenalan dengan para pemimpin Yahudi di sana dan ingin mengetahui keadaan di wilayah pemerintahannya.
ayat 2-3. Dalam pertemuan perkenalan itu, para pemimpin Yahudi langsung mengajukan gugatan atas diri Paulus. Mereka itu adalah imam-imam kepala, yang dua tahun lalu terlibat dalam komplotan melawan Paulus (bnd 23:14), dan beberapa tokoh terkemuka lainnya, mungkin tuatua (bnd 25:15) yang juga anggota Mahkamah Agama.
Mereka berusaha memanfaatkan gubernur baru ini, yang pasti belum mempelajari kasus Paulus. Seandainya Festus mau memenuhi keinginan para tokoh Yahudi itu, tentu mereka akan sangat berutang budi kepadanya. Sebetulnya keinginan mereka tidak begitu sulit dilaksanakan. Mereka hanya meminta agar seorang tahanan dari Kaisarea didatangkan ke Yerusa lem, supaya ia dapat diadili di depan Mahkamah Agama di situ. Permintaan tersebut memang punya alasan karena kasus itu menyangkut masalah agama orang Yahudi.
Kenyataannya, permintaan itu hanya merupakan kedok bagi tujuan mereka, yaitu membunuh Paulus dalam perjalanan menuju Yerusalem. Rencana itu sama dengan yang mereka susun dua tahun lalu (23:12). Sungguh besar rasa benci orang Yahudi kepada Paulus. Walaupun sudah cukup lama berselang, mereka terus berusaha melakukan apa saja untuk menyingkirkan Paulus.
ayat 4-5. Sebetulnya gubernur mempunyai kesempatan bagus untuk mengambil hati para pemimpin bangsa Yahudi, dengan cara memenuhi permintaan sepele itu. Te tapi Festus menolak. Pada saat ini ia memperlihatkan diri sebagai hakim yang benar, yang tidak mau dibujuk dengan cerita bagus dan permohonan ramah.
Ia memberi jawaban yang sepantasnya kepada orang-orang Yahudi, yaitu tahanan yang bersangkutan tidak dipenjarakan di Ye rusalem, tetapi tetap ditahan di Kaisarea. Di sanalah kasus Paulus akan diadili. Dan menurut Festus perkara itu dapat segera diperiksa.
Kalau kasus itu begitu penting bagi orang-orang Yahudi, sebaiknya beberapa wakil Mahkamah Agama bersiap-siap untuk bepergian ke Kaisarea. Gubernur bermaksud untuk segera kembali ke istana dan setiba di sana akan secepatnya menangani kasus itu bagi orang-orang Yahudi. ” Ajukan saja dakwaanmu,” tutur Festus, ”maka akan tampak apakah terdakwa telah melakukan kesalahan.”
Reaksi Festus ini sungguh tepat. Ia tidak mau bertindak berdasarkan keterangan salah satu pihak sebelum mendengarkan keterangan pihak lain juga.
ayat 6-7. Perkenalan pertama Festus dengan para pemimpin Yahudi, dengan rakyat, dan yang tidak kalah penting dengan para prajurit Romawi, hanya makan waktu sekitar delapan sampai sepuluh hari. Festus tidak tinggal di Yerusalem lebih lama dari yang diperlukan.
Setelah ia tiba di Kaisarea, gubernur menempatkan kasus Paulus pada urutan pertama agendanya. Satu hari setelah kembali dari perjalanannya, Festus telah berada di ruang pengadilan (bnd Yoh 19:13), berhadap-hadapan dengan terdakwa dan para pendakwanya.
Semua orang Yahudi yang disuruh oleh Mahkamah Agama mengikuti rombongan gubernur, bertemu lagi setelah lama berselang dengan orang yang mereka anggap sebagai musuh bebuyutan. Dari sikap mereka tampak api kebencian yang membara di hati mereka. Ketika diberi izin oleh Festus untuk mengajukan dakwaan, mereka langsung melontarkan berbagai tuduhan.
Dakwaan itu banyak dan berat. Mereka mengemukakan berbagai pelanggaran besar yang Paulus lakukan. Mereka ingin meyakinkan hakim bahwa yang diadili itu adalah orang yang teramat berbahaya. Dapat dibayangkan, semua tuduhan itu mereka lontarkan dengan penuh emosi dan sikap mereka ketika berbicara seperti binatang buas yang haus akan darah mangsanya. Mungkinkah itu usaha untuk menakut-nakuti Paulus?
Meskipun sikap mereka penuh dengan ancaman dan jumlah kata-kata yang mereka gunakan cukup banyak. tetapi ada satu hal yang tidak mungkin disembunyikan oleh berbagai upaya tersebut, yaitu kenyataan bahwa tidak ada bukti sama sekali. Penggunaan kata-kata yang keras dan tegas biasanya dipakai orang yang tidak dapat menunjukkan satu bukti pun, agar tampak mengesankan. Demikian pula halnya di sini, kata-kata itu ternyata hanya gertak sambal belaka.
ayat 8. Paulus tidak memerlukan banyak kata untuk membela diri. Dari semua dakwaan itu tidak satu pun yang dapat diper-tahankan. Ternyata ada tiga tuduhan yang didakwakan kepada Paulus. Ia digugat telah melakukan pelanggaran terhadap:
1. hukum Taurat orang Yahudi (bnd 21:28; 23:29); yang dapat dipikirkan di sini hususnya adalah penen tangan Paulus melawan penyunatan terhadap orang bukan Yahudi;ayat 9. Kedudukan Festus menjadi sulit sekali (bnd ay 20). Dari semua tuduhan jelas bahwa ini adalah perkara keagamaan, yakni menge nai hukum Taurat orang Yahudi dan Bait Allah mereka. Ia berusaha keluar dari kebuntuan ini dengan mengajukan usul kepada Paulus.
Saat itu rasul berdiri di depan hakim Romawi. Dan sekarang Festus bertanya apakah Paulus setuju bila untuk selanjutnya kasus-nya ditangani oleh hakim-hakim Yahudi. Dengan usul terse but Festus agak memihak ke arah orang Yahudi. Oleh karena itu, ia cepat-cepat menambahkan bahwa ia sendiri juga akan menghadiri pemeriksaan itu.
Usul yang teramat penting, jauh lebih dari sekadar perpindahan proses pengadilan dari Kaisarea ke Yerusalem, karena di Yerusalem nanti, bukan Festus yang bertindak sebagai hakim, melainkan Mahkamah Agama.
Agar usul itu dapat terwujud, Paulus yang adalah warga negara Roma, harus menyetujui nya dan memberi izin. Itu sebabnya, Festus mendekati Paulus dengan cara mengajukan usul. Festus sudah mengetahui pendapat orang Yahudi mengenai usul itu. Hal itu sudah jelas baginya sejak perkenalan pertama dengan mereka di Yerusalem (ay 3).
Ada dua catatan kritis pada usul tersebut:
– Pertama, boleh dipastikan Festus sudah mengkaji perka ra Paulus dari awal. Dengan demikian ia tahu benar tentang komplotan orang Yahudi dua tahun yang lalu, yang Lisias cantumkan dalam suratnya kepada Feliks (bnd 23:21, 30). Kalau begitu, usul ini merupakan noda pada citra Festus yang pada mulanya begitu bersih (bnd ay 4).
– Kedua, dengan cara itu ia menempuh jalan licin, yang dapat membawa akibat yang menyulitkannya. Andaikan Paulus tiba di Yerusalem dengan selamat, lalu dijatuhi hukum an mati oleh Mahkamah Agama, bagaimana sikapnya nanti?
Bandingkan saja sikap Pilatus sesudah Yesus dihukum mati oleh Mahkamah Agama.
ayat 10. Paulus tidak perlu berpikir lama. Ia tahu betul tabiat orang Yahudi, khususnya para tokoh Mahkamah Agama. Dari seluruh sikap mereka (ay 7) dengan jelas ia melihat bahwa yang mereka inginkan hanyalah kematiannya. Sejak dua tahun lalu, mereka sama sekali belum berubah (bnd 23:13, dst).
Oleh sebab itu, Paulus tidak mau dimanfaatkan untuk kepen-tingan politik persahabatan Festus. Kebenaran harus ditegakkan. Setelah perkaranya diperiksa di depan pengadilan Romawi, keadaan itu tidak boleh diubah. Keputusan tidak boleh diletakkan di tangan para anggota Mahkamah Agama.
ayat 11-12. Jawaban Paulus jangan diterjemahkan sebagai reaksi yang dapat diharapkan dari seseorang yang berusaha menyela-matkan nyawanya. Tingkat berpikir dan berbicara Paulus berbeda dengan cara berdiplomasi Festus, hakimnya.
Kalau Paulus memang patut mendapat hukuman mati, ia bersedia menjalaninya. Mengenai hal ini, janganlah hakim dan para saksi salah mengerti. Tetapi rasul tahu bahwa ia memperjuangkan perkara yang baik dan benar, dan bahwa para penuduhnya hanya melontarkan dusta dan tipuan. Oleh sebab itu, ia memperjuangkan keadilan. Seorang hakim Romawi juga tidak diper bolehkan melampaui wewenangnya dan menyerahkan seorang tahanan kepada tindakan semena-mena musuhnya dengan maksud menyenangkan hati banyak orang Yahudi. Jika seorang hakim mengajukan usul yang begitu mengandung kecu rangan, maka di tangannya keadilan menjadi terancam.
Oleh sebab itu, Paulus sendiri yang mengakhiri pemeriksaan perkaranya yang dilakukan penguasa wilayah sebagai wakil sang Kaisar. Ia naik banding kepada Kaisar sendiri. Dengan demi kian, ia memanfaatkan hak yang dimiliki setiap warga negara Roma. Menurut hukum, semua warga negara Roma berhak mendapat proses yang adil (bnd 16:37; 22:25).
Di tahun-tahun terakhir, Paulus selalu punya keinginan mengadakan perjalanan ke Roma. Tentu saja sebagai orang bebas, tetapi kini ia terpaksa memutuskan untuk pergi sebagai tahanan.
Festus kemudian berunding dengan dewan penasihatnya untuk mempertimbangkan permintaan Paulus, naik banding kepada Kaisar. Ada kalanya permintaan semacam itu dapat ditolak, misalnya kalau perkaranya tidak bisa ditangguhkan atau kalau si terdakwa telah mengakui kesalahannya.
Sesudah berunding sebentar, Festus mengumumkan bahwa permintaan Paulus disetujui. Jawabannya kepada Paulus singkat dan hampir membentak, ”Engkau telah naik banding kepada Kaisar, jadi engkau harus pergi menghadap Kaisar.” Mungkin hakim Festus merasa harga dirinya disinggung.
ayat 13-14a. Beberapa hari sesudah perubahan pada proses Paulus itu, datanglah dua orang kerabat raja ke istana Festus. Mereka hendak mengadakan kunjungan kehormatan dan menjalin tali persahabatan dengan gubernur yang baru itu. Kedua orang itu ialah Raja Agripa dan Bernike.
Agripa ini nama lengkapnya Herodes Agripa II adalah putra Agripa I, yang disebut dalam pasal 12. Ia tahu cukup banyak tentang agama Yahudi (bnd 26:3), tetapi dalam hatinya (seperti juga ayahnya) ia tidak begitu menyukainya. Sebagai raja ia memerintah di daerah sebelah Utara Galilea dan ia juga diserahi pengawasan atas Bait Allah di Yerusalem dan atas pengangkatan imam besar.
Bernike adalah saudara perempuan Agripa dan juga saudara perempuan Drusila, istri Feliks (24:24). Ia keturunan Yahudi, yang kurang menaati firman ketujuh hukum Tuhan, atau bahkan sama sekali melecehkannya. Ia pernah menjalin hu bungan cinta dengan Kaisar Vespasianus dan Kaisar Titus.152 Kini ia hidup bersama dengan abangnya. Ada kemungkinan mereka melakukan hubungan terlarang.
Festus merasa bersyukur atas kedatangan mereka di Kai sarea dan hendak memanfaatkan sebaik-baiknya penge tahuan mereka mengenai urusan Yahudi. Untuk itu, tersedia cukup peluang, sebab Agripa dan Bernike merasa betah sekali berada di kota tempat tinggal mereka dahulu dan di bekas istana kakek dan ayah mereka (bnd 23:35; 12:19).
ayat 14b-16. Pada saat yang tepat Festus mengemukakan ka sus Paulus kepada Agripa dan mengatakan, ”Pendahuluku, Feliks, menyerahkan suatu perkara kepadaku yang tidak diselesaikannya sen diri. Kasus itu menyangkut seorang laki-laki yang dituduh oleh para pemimpin Yahudi di Yerusalem (bnd ay 2), melakukan pelang garan-pelanggaran yang begitu besar, sampai-sampai mere-ka hendak menjatuhkan dan melaksanakan hukuman mati kepadanya. Untuk itu mereka meminta tahanan itu dipindahkan ke Yerusalem.”
”Aku tidak memenuhi permintaan mereka,” lanjutan Festus, ”soal nya, dengan melakukan nya, akan kuinjak hukum keadilan Romawi. Sebelum dapat mengambil keputusan harus dilakukan pemeriksaan yang cermat lebih dahulu. Untuk itu, sungguh adil bila terdakwa boleh mendengar gugatan terhadapnya dan sesudah itu dapat membela diri. Sesudah itu, baru vonis dapat dibacakan dan dilaksanakan, tetapi tidak sebelumnya. Demikian lah jalannya proses pengadilan pada setiap kasus, menurut orang-orang Roma.
Itulah jawabanku kepada para pemimpin Yahudi dalam kunjunganku ke Yerusalem.”
ayat 17-19. ”Ketika aku kembali ke Kaisarea, beberapa orang dari para pemim pin itu turut bersama denganku. Segera setelah aku sampai, pada hari pertama kasus Paulus itu kudahulu kan dan ku periksa. Pemeriksaan itu memunculkan beberapa hal yang tak kuduga,” tutur Festus. ”Sebelumnya aku mengira terdakwa melakukan berbagai pe langgaran berat. Tetapi yang terjadi ialah tanya jawab sengit mengenai soal-soal kepercayaan mereka sendiri” (bnd 23:29).
Bagi Festus, perkara itu terlalu remeh untuk dipikirkan secara mendalam, apalagi untuk diputuskan (bnd 18:15). Menurut hukum Romawi, perselisih an semacam itu sama sekali tidak patut mendapat sanksi hukum. Pada akhirnya pokok perselisihannya ialah seorang bernama Yesus, yang menurut orang Yahudi sudah mati, tetapi menurut si terdakwa masih hidup.
Dengan kata lain, kebangkitan Yesus dari antara orang mati itulah pokok persoalannya (bnd 23:6; 24:5, 21). Dan sebenarnya hal itu omong kosong dan tidak ada artinya bagi Festus. Ia sama sekali tidak peduli apakah Yesus itu mati atau tidak dan apakah pandangan Paulus itu benar atau tidak (bnd 17:32).
ayat 20. ”Dalam perkembangan situasi itu, aku tidak tahu lagi bagaimana menyelesaikan prosesnya,” kata Festus. ”Apa yang kuketahui tentang agama mereka, dan apa pula yang dapat kukatakan mengenai agama itu? Sebab itu aku bertanya kepada terdakwa apakah ia bersedia diadili oleh hakim-hakim yangbetul-betul mengetahui tentang hal itu, yakni Mahkamah Agama di Yerusalem?”
Bahwa Festus ingin mengambil hati orang Yahudi dan mau mengambil langkah mendekati mereka, kini tidak disebutnya (bnd ay 19). Juga komplotan yang berupaya melakukan pembunuhan di tengah jalan tidak disinggungnya. Apakah Festus tidak dapat memperkirakan sebelumnya bagaimana proses di Yerusalem itu akan berakhir nantinya?
Jadi, dengan memindahkan proses pengadilan Paulus dari Kaisarea ke Yerusalem, Festus tidak bermaksud mendapat ke jelasan mengenai dakwaan-dakwaan itu, padahal proses itu masih dilaksanakan di bawah pimpinannya dan di depan kursi hakim yang ia duduki. Yang menjadi tujuan utamanya ialah mengajukan per kara itu kepada dewan hakim lain agar mereka yang menye-lesaikannya.
Dalam seluruh Perjanjian Baru tidak pernah disangkal bahwa Mahkamah Agama di Yerusalem mempunyai wewenang untuk mengadakan proses-proses pengadilan dan, kalau perlu, menyelesaikannya dengan hukuman mati. Yoh 18:31 hanya menggarisbawahi hal itu. Karena ketika orang-orang Yahudi menjawab usul Pilatus dengan mengatakan, ”kami tidak diperbolehkan membunuh seseorang”, yang mereka pikirkan ialah kesucian mereka sendiri supaya dapat merayakan Paskah.153
ayat 21-22. Tetapi si terdakwa, Paulus, telah naik banding ke Kaisar untuk mencegah dilaksanakannya usul Festus, sekali pun ia tidak menyetujuinya. Maka Festus terus menahannya sampai terbuka kesempatan untuk mengirim dia kepada Kaisar Nero, yakni kepada Bagin da (TL), Yang Mulia, Yang Patut Dihormati (dl bh Latin Augustus; bnd 25:25; Luk 2:1). Gelar itu pada mulanya hanya dipakai bangsa Romawi bagi dewa-dewa mereka, tetapi kemudian juga bagi kaisar sebagai putra dewa.
Agripa menyatakan keinginannya untuk mendengar orang itu secara langsung. Dapat dimengerti bahwa raja yang berkaitan dengan tugasnya (lih pembahasan ay 13-14a) di atas berurusan dengan para pemimpin Yahudi dan dengan keadaan di Bait Allah, menaruh perhatian kepada orang ini. Dengan rasa terima kasih Festus memenuhi keinginan itu dan berjanji ke pada Agripa bahwa keesokan harinya ia dapat mendengarkannya. Ia berharap supaya melalui Agripa ia akan dapat lebih memahami kasus itu, sehingga ia dapat menulis surat yang berbobot kepada Kaisar (bnd ay 26).
ayat 23-27. Keesokan harinya ruang pengadilan disiapkan un tuk menyambut tamu-tamu kerajaan itu, Agripa dan Bernike. Mereka datang diiringi rombongan kaum ningrat, kemudian mengambil tempat. Karena pakaian mereka yang indah kemilau, mereka pasti langsung dikenali. Apalagi mereka dikelilingi oleh orang-orang terkemuka dari pimpinan pasukan dan orang-orang dari kota itu. Benar-benar merupakan rombongan yang sangat mengesankan.
Setelah semua orang duduk, Paulus dihadapkan.
Dengan mengarahkan pandangan ke seluruh hadirin (Agripa sudah tahu semuanya), Festus menceritakan secara singkat kasus Paulus kepada Agripa. Katanya, ”Orang yang berdiri di hadapan Anda ini, tidak layak hidup lebih lama menurut pendapatorang-orang Yahudi. Semua orang Yahudi menentang dia dan menuntut kematian nya. Ia harus mati sesuai kehendak Allah (bnd Yoh 16:2). Tetapi setelah diadakan pemeriksaan, tidak kudapati pa danya satu kesalahan yang setimpal dengan hukuman mati. Tetapi ternyata, ia naik banding kepada ”Yang Patut Dimuliakan” (arti nya, Kaisar).
Sebab itu, tak lama lagi aku harus mengirim dia ke Roma dengan membawa surat pengantar. Tidak berani aku menulis surat yang tidak ada artinya bagi Kaisar. Surat itu harus berisi keterangan yang jelas dan lengkap. Padahal, saat ini aku tidak sanggup menulisnya karena belum benar-benar mengetahui berbagai urusan yang menyangkut agama Yahudi.”
Kini Festus menyebut Kaisar sebagai Tuannya (kata bh Yunani
Kurios; bnd TL). Pada mulanya gelar ini ditolak oleh bebe rapa kaisar (Agustus dan Tiberius), tetapi kemudian mereka terima berhubung dengan pretensi bahwa mereka adalah ”putra dewa”.
Festus menutup pidato pendahuluannya dengan menyatakan harapannya bahwa Agripa dapat membantunya dengan memberi isi pada surat pengantar yang harus dikirimnya bersama Paulus. Selaku pakar mengenai urusan-urusan Yahudi, Agripa agaknya dapat menentukan apa persisnya tuduhan-tuduhan yang diajukan kepada Paulus dan kemudian membahasakannya.
Gubernur Feliks telah digantikan oleh Festus. Dia mulai melaksa-nakan tugasnya dengan serius dan segera mengunjungi kota Yerusalem. Di situ ia bertemu dengan para penentang Paulus. Ia bertindak benar dengan tidak mememuhi permintaan mereka untuk memindahkan Paulus ke Yerusalem. Kasus itu ditangani oleh hakim Romawi di Kaisarea. Kalau mau, mereka boleh datang ke sana.
Orang-orang Yahudi mengikuti saran itu dan segera setelah Festus kembali ke Kaisarea, ia memeriksa perkara Paulus. Setelah mendengar semua keterangan baik dari para penuduh maupun dari terdakwa, sebagai hakim ia agak kebingungan. Ia mengerti bahwa yang menjadi inti masalah ialah pokok-pokok khas agama Yahudi. Karena itu ia mengusulkan kepada Paulus supaya proses pengadilan dipindahkan ke Yerusalem dan diserahkan ke tangan Mahkamah Agama.
Usul itu ditolak mentah-mentah oleh Paulus. Ia tahu para penuduhnya itu sekaligus merupakan anggota komplotan yang menentangnya. Sebab itu, ia naik banding kepada Kaisar.
Festus menyetujui permintaan naik banding itu, tetapi kini harus menulis surat pengantar yang baik. Bagi Festus ada satu keuntungan karena justru dalam periode itu Raja Agripa bersama Bernike mengadakan kunjungan kehormatan kepada guber nur. Agripa tahu benar tentang soal-soal agama Yahudi. Jika ada satu orang yang dapat membantunya dalam menyusun surat pengantar itu, Agripalah orangnya.
Festus menjelaskan perkara Paulus kepada Agripa dan ia menjadi tertarik untuk mendengar secara langsung keterangan dari Paulus. Keinginannya dipenuhi dengan cepat. Keesokan harinya seluruh kaum ningrat Kaisarea berkumpul. di ruang pengadilan. Selain gubernur dan kedua tamu kerajaan hadir juga kepala-kepala pasukan dan warga sipil yang terkemuka.
Utusan Tuhan (Kurios) Yesus Kristus boleh berbicara di depan wakil-wakil ”tuan” (kurios) di Roma.
yakni bahwa ia berbuat salah terhadap Kaisar? Sebelumnya Kaisar tidak pernah disebut dalam proses ini (bnd ay 8).
3. Menurut orang-orang Yahudi, Yesus sudah mati (ay 19). Itulah buah pahit yang dihasilkan oleh dusta Mah kamah Agama (Mat 28:11, dst). Bukankah Allah membuktikan kesabaran-Nya yang besar dan kerelaan-Nya untuk mengampuni, ketika selain ke-12 rasul, telah dipilih-Nya satu orang dari kalangan mereka sendiri (ahli-ahli hukum Taurat) untuk dijadikan saksi kebangkitan itu, yakni Paulus sendiri?