ayat 36-38. Setelah mereka melakukan tugas pelayanan di Antiokhia selama beberapa waktu, Paulus mengajukan renca-na ke pada Barnabas untuk kembali mengunjungi jemaat-jemaat yang didirikan pada perjalanan pemberitaan Injil yang pertama. Ini rencana yang cukup berani, mengingat penganiayaan dan pelem paran batu yang mereka alami dalam perjalanan itu (13:50; 14:5, 19). Rencana itu perlu juga dilakukan, sekalipun telah terjadi kun jungan kedua pada perjalanan pulang (14:21). Paulus sangat memperhatikan domba-dombanya; si gembala ingin menguatkan hati mereka dalam segala kesulitan yang mereka alami (bnd 14:22, banyak sengsara). Mereka harus dinasihati supaya jangan jatuh kembali dalam kehidupan mereka yang lama. Mereka harus makin diteguhkan dalam melawan ajaran-ajaran sesat, seperti yang disebut dalam 15:24. Mengingat semua hal itu diusulkan kunjungan ketiga.
Barnabas setuju dengan usulan Paulus. Tentu saja pekerjaan pemberitaan Injil harus terus berjalan. Tetapi dalam penyusunan rombongan perjalanan timbullah konflik antara Paulus dan Barnabas. Bar nabas ingin membawa sepupunya Yohanes Markus, tetapi Paulus menolak pembantu yang pada perjalanan pertama meninggalkan pelayanannya. Cara Paulus berbicara tentang Yohanes mengingatkan kita kepada seseorang yang menolak wa jib militernya atau seseorang yang melakukan desersi, artinya sese-orang yang melalaikan kewajiban khususnya sebagai pembantu pemberita Injil. Jadi, yang penting bagi Paulus ialah pekerjaan yang harus dilan jutkan dengan sekuat tenaga dan tidak boleh terancam bahaya karena kekurangtekunan seorang pembantu.
ayat 39-40. Perselisihan antara Paulus dan Barnabas semakin sengit. Dua orang yang bersepakat dalam menyusun dan melaksanakan rencana kerja mereka, yang dapat saling menerima dengan sepe-nuhnya (bnd 9:17; 11:25). Apalagi mereka telah berjuang dan menderita bersama-sama. Tetapi, ketika mereka harus memilih seorang pembantu, mereka berselisih pendapat dan akhirnya berpisah.
Sungguh menyedihkan perselisihan itu. Hal itu merupakan lembaran hi tam dalam sejarah pelaksanaan pemberitaan Injil. Padahal penyebabnya ialah orang-orang yang diperkenan kan Tuhan untuk ikut serta dalam pekerjaan-Nya yang mulia. Maksud perselisihan ini dicatat dalam buku Allah adalah agar kita, manusia, merasa malu dan supaya Tuhan dikagumi dalam rahmat-Nya. Sebab Dia tetap mau memakai orang-orang yang sifatnya seperti itu untuk melakukan pekerjaan-Nya yang agung.
Meskipun terjadi perselisihan, rencana mereka tidak berantakan. Tuhan yang duduk di takhta dunia tetap memanggil dan menggerakkan mereka bagi pekerjaan-Nya. Perselisihan yang tajam antara dua anggota dari satu perseku tuan di pakai Tuhan untuk memberangkatkan dua kelompok. Pada po koknya yang penting ialah bahwa Kristus diberitakan (bnd Flp 1:18). Barnabas pergi dengan Markus ke tanah kelahirannya Siprus (bnd 4:36), yang merupakan awal dari perjalanan pemberitaan Injil pertama. Paulus bersama Silas per gi ke Siria dan ke tanah kelahirannya Kilikia, lalu ke Likaonia, yang merupakan akhir dari perjalanan pemberitaan Injil pertama.
Kedua kelompok melaksanakan sebagian dari rencana mereka (ay 36, yaitu: kembali kepada saudara-saudara kita di setiap kota). Mereka pergi berdua-dua; mereka selalu bertindak bersama selaku dua saksi (bnd Why 11:13).
Dengan memilih Silas menjadi teman seperjalanannya, Paulus melakukan pilihan yang baik. Silas adalah orang kepercayaan jemaat Yerusalem (ay 22). Ia mempunyai karunia nabi (ay 32). Dan ia adalah orang yang paling cocok untuk menyampaikan segala keputusan ”Yerusalem” (bnd 16:4).
Ternyata, di Siria dan Kilikia sudah ada jemaat-jemaat yang harus diberi tahu tentang semua keputusan itu. Sejak masa pertama sesudah pertobatannya, Paulus tidak duduk berdiam diri tanpa melakukan apa-apa (bnd 9:27). Kemungkinan besar ia telah memberitakan Injil dari Damsyik, lalu dari Tarsus (bnd 9:30) ke daerah sekitarnya.
Paulus dan Silas berangkat, setelah mereka diserahkan oleh saudara-saudara seiman itu kepada anugerah Tuhan (bnd 14:26). Anugerah itu merupakan sumber yang tiada habisnya, yang lebih dari cukup (bnd 2Kor 12:9) dan yang membuat orang menjadi kuat dan berharga. Selain kepada anugerah Tuhan, manusia lebih baik diserahkan kepada siapa lagi?
Sekali lagi jemaat di Antiokhia tampak terlibat sepenuhnya dalam pengutusan Paulus dan Silas (bnd Kis 13:3). Kenyataan tidak ada informasi seperti itu mengenai Barnabas dan Yohanes Markus bukan berarti penyerahan itu tidak dilakukan terhadap mereka, atau bahkan sama sekali ditolak seakan-akan jemaat memihak kepada Paulus mengenai perselisihan itu. Si penulis Lukas tidak mengisahkan tentang pekerjaan Barnabas dan Yohanes Markus selanjutnya, dan juga tentang keberangkatan mereka, karena ia ti dak mengikuti mereka dalam perjalanan mereka. Lukas memu-satkan diri pada perjalanan Paulus dan Silas, yang bertujuan memperkuat jemaat-jemaat. Tujuan itu tentu juga berhu bungan dengan penyampaian keputusan-keputusan ”Yerusalem”.
Mengenai hubungan antara Paulus dan Barnabas di tahun-tahun kemudian, setelah perselisihan mereka tentang Yoha nes Markus, lihatlah 1Kor 9:6; Kol 4:10; 2Tim 4:11; Flm ayat 24. Dari ayat-ayat itu dapat diambil kesimpulan bahwa mereka berbaik kembali. Di kemudian hari Paulus menerima kembali Markus dengan sepenuhnya, yang memberikan banyak pertolongan kepada Paulus.
Pasal 16 ayat 1-2. Perjalanan mereka melewati Siria dan Kilikia menuju Derbe dan Listra, kota-kota terakhir dalam perjalanan pemberitaan Injil pertama (14:6, dst). Di situ Paulus mengalami kejutan yang menyenangkan. Ia datang untuk memperkuat gereja-gereja muda, namun ia sendiri diperkuat bagi peker jaan pemberitaan Injil yang berat itu, yaitu dalam diri Timotius.98 Ia memiliki nama yang baik di kalangan saudara-saudara seiman di daerah sekeliling Listra. Itu berarti, selama ini Timotius ti dak duduk berpangku tangan, tetapi menyibukkan diri dalam pekerjaan Tuhan. Dan itu boleh disebut mukjizat dari Tuhan, mengingat kenyataan bahwa dia baru saja belajar mengenal Tuhan Yesus, yakni melalui pemberitaan Paulus pada perjalanan pemberitaan Injil pertama. Bukankah Timotius disebut Paulus sebagai ”anakku yang sah di dalam iman” (1Tim 1:2)?
Dari 2Tim 3:15 tampak bahwa Timotius sejak kecil sudah mengenal janji tentang Mesias dari Kitab-kitab Perjanjian Lama, yakni melalui ibunya Eunike dan mungkin juga melalui neneknya Lois (2Tim 1:5). Ayah Timotius orang Yunani dan Timotius juga tidak digabung kan pada umat Allah melalui sunat.
ayat 3. Mengingat pemberitaan Injil yang dilakukan di kalangan orang Yahudi, Paulus menganggap lebih baik Timotius disunat. Orang Yahudi di daerah itu tahu bahwa perkawinan orang tua
Timotius sebenarnya ha rus dianggap tidak sah. Seorang Yahudi, laki-laki atau perempuan, tidak boleh menikah dengan orang dari kalangan bukan Yahudi. Te tapi jika dari perkawinan semacam itu lahir anak-anak, mereka termasuk umat Allah. Oleh karena itu, anak laki-laki mereka harus disunat. Hal itu tidak dilakukan pada Timotius sewaktu ia masih kecil. Bagi bangsa Yahudi, orang ”setengah-Yahudi” lebih menjijikkan daripada orang yang sama sekali kafir.
Dalam hal ini, Paulus menyunat Timotius dengan alasan praktis. Di sini yang menjadi pokok bukan alasan prinsip. Pendapat bahwa sunat tetap diharuskan untuk bisa memperoleh keselamatan dengan sangat jelas ditolak Paulus (bnd Gal 2:3; 5:2, dst).
ayat 4-5. Kota-kota di Galatia Selatan, yakni Derbe, Listra, dan Ikonium (juga Antiokhia di Pisidia) diberitahu tentang semua keputusan ”Yerusalem” untuk menguatkan dan menggembira kan mereka (bnd Kis 15:28-29). Meskipun kota-kota itu tidak disebut dalam 15:23, tetapi isi keputusan-keputusan itu juga berlaku bagi mereka.
Hasil pekerjaan Paulus, Silas, dan Timotius diringkas dalam dua pokok, yaitu pertum buhan dalam iman (kata diteguhkan) dan pertumbuhan dalam jumlah orang percaya (kata bertambah).
Firman bekerja secara melebar dan mendalam.
ayat 6-8. Rencana semula (15:36) telah dilaksanakan. Selanjutnya, Paulus, Silas, dan Timotius melintasi Frigia dan Ga latia, yakni daerah Utara Galatia yang belum mendapat kun jungan. Tentu saja, di daerah-daerah itu mereka menyampai kan kabar baik. Pada perjalanan pemberitaan Injil yang ketiga ternyata ada sejumlah orang Kristen tinggal di situ (bnd 18:23; 19:1).
Ketika mereka hendak berjalan ke arah Asia, ke daerah pantai dengan kota-kota seperti Efesus, Smirna, dan Miletus, Roh Kudus sen diri yang campur tangan. Dia mencegah mereka pergi ke sana.
Cara yang dipakai Roh Kudus untuk melarang mereka per gi tidak be gitu penting. Yang jelas Dia yang melarang mereka. Setibanya di dekat wilayah Misia, mereka mencoba pergi ke pantai Laut Hitam, ke daerah Bitinia, dengan kota-kota seperti Nicea dan Khalcedon.99
Tetapi Tuhan yang hidup, Yesus orang Nazaret, mempunyai rencana lain untuk perjalanan ini. Roh Kudus-Nya membimbing mereka melintasi Misia menuju ke kota pelabuhan Troas.
ayat 9-10. Untuk ketiga kalinya terjadi perbaikan arah karena campur tangan Tuhan. Pemberita Injil yang sama sekali tidak mempunyai rencana menyeberang ke Eropa mendapat penglihatan (dl mimpi) pada malam hari (bnd 10:3). Yang di lihat Paulus adalah seorang Makedonia yang memanggil-manggil dia dan mengirim berita SOS (Save Our Souls! Selamatkanlah kami!). Paulus agaknya mengenali orang Makedonia itu dari pakaian adatnya.
Berita SOS tidak boleh diabaikan. Apalagi manusia tidak boleh menunda-nunda dalam menaati pesan Tuhan. Bagi mereka semua kesimpulannya jelas: Allah memberi tugas kepada mereka untuk bekerja di Makedonia dan bukan di Asia atau Bitinia. Mereka segera berusaha mencari nakhoda kapal yang berse dia mengantarkan mereka ke seberang. Dalam suara panggilan orang Makedonia itu mereka mendengar perintah dari Allah sendiri.
Tetapi bukan tiga orang yang menyeberang, melainkan empat. Selain Paulus, Silas, dan Timotius, juga Lukas, penulis Kisah Para Rasul (dan Injil), ikut pergi. Dalam ayat 10 cerita dilanjutkan dalam bentuk ”kami”. Itu diteruskan sampai ayat 17 dan setelah itu pin dah lagi ke bentuk ”mereka”. Mungkin Lukas bergabung dengan rombongan itu di Troas (karena ia juga tergerak oleh suara panggilan Allah) dan baru di Filipi ia tidak ikut. Dalam kisah itu, Lukas tidak perlu memperkenalkan diri seperti Silas (15:22) dan Timotius (16:2), sebab Teofilus, kepada siapa kitab ini dibaktikan, sudah mengenal si penulis. Mengenai bentuk ”kami”, selanjutnya lihat 20:5-15; 21:1-18; 27:1-28:16.
ayat 11-12. Dalam waktu satu hari mereka sampai di Pulau Samotrake (Samos di daerah Trakia), sehari kemudian mereka tiba di Neapolis, dan akhirnya di Filipi, yang letaknya sekitar 10 km ke arah pedalaman.
Filipi telah dijadikan ”koloni” oleh Kaisar di Roma.100 Banyak sekali veteran yang menetap di kota itu untuk menghabiskan masa tuanya di suatu wilayah pemukiman.101 Filipi adalah kota per tama dalam distrik itu yang bersama dengan tiga distrik lain menjadi bagian propinsi Makedonia.102
Setelah tiba di Filipi, mereka harus menunggu beberapa hari sampai hari Sabat.
ayat 13-15. Para pemberita Injil yang menerima berita SOS itu sama sekali tidak mendapatkan sambutan ramah di Filipi. Di kota itu bahkan tidak ada rumah ibadah Yahudi. Dan itu berarti bahwa hanya sedikit sekali atau sama sekali tidak ada orang Yahudi yang tinggal di Filipi.103 Pada hari Sabat, Paulus dan teman-teman nya keluar kota dan mencari tempat sembahyang di tepi su ngai kecil Gangitis, yang agaknya menjadi tempat orang Yahudi yang ada di Filipi melakukan upacara-upacara mencuci dan membasuh (bnd mis Im 15:5; 17:15).
Di sana mereka bertemu dengan beberapa perempuan.
Seorang di antaranya bernama Lidia. Namanya menunjukkan ia berasal dari daerah Lidia, tepatnya dari kota kecil Tiatira, tempat pertekstilan yang sangat makmur. Lidia menetap di Filipi dan memperdagangkan kain-kain ungu dari kampung halamannya. Melihat kenyataan ia memperdagangkan tekstil yang mahal dan adanya pembantu-pembantu rumah tangga dapat dipastikan bahwa Lidia bukan orang miskin.
Mata perempuan bukan Yahudi ini ternyata sudah terbuka bagi ke kayaan Perjanjian Lama. Sementara ia terus-menerus mendengarkan berita Paulus, Tuhan (Yesus) membuka hatinya (bnd Luk 24:45), sehingga ia berpegang erat kepada kata-kata yang Paulus ucapkan. Justru kepada wanita ini Tuhan mengarunia kan wawasan tentang Injil dan iman kepada Tuhan, sesuai rencana-Nya. Baginya berita Paulus yang merupakan benih kelahiran kembali (bnd Yak 1:18; 1Ptr 1:23), menyoroti segala sesuatu dengan sinar yang sama sekali baru dan memperbarui pikiran dan kehi-dupannya. Pesan Paulus itu menjadi pegangannya.
Oleh baptisan, Lidia secara terbuka digabungkan ke dalam perjanjian dengan Allah. Dia adalah orang pertama di Eropa, apalagi ia seorang perempuan. Bersama Lidia seisi rumahnya juga dibaptis (bnd 10:44, dst; 16:33; 18:8; 1Kor 1:16) dengan cara yang sama seperti yang terjadi pada Abraham dan seisi rumahnya (Kej 17:23).
Oleh karena kasih, iman langsung bekerja pada diri Lidia (bnd Gal 5:6). Dengan ramah (bnd Rm 12:13; 1Ptr 4:9; dll) ia mengundang para pemberita Injil untuk menumpang di rumahnya. Paulus dan teman-temannya yakin bahwa Lidia setia kepada Tuhan. Itu harus mereka tunjukkan dengan tidak menolak per gaulan sehari-hari dengan perempuan bangsa bukan Yahudi itu. Paulus, yang biasanya tidak mau bergantung pada orang lain (bnd Kis 20:34; 1Kor 9:14-15), akhirnya menerima undangan setelah didesak dengan sangat oleh Lidia.
Halaman pertama sejarah perjalanan pemberitaan Injil kedua benar-benar buruk, yakni tentang pertengkaran antara Barnabas dan Paulus mengenai ikut tidaknya Yohanes Markus. Akibat yang menyedihkan ialah dua orang yang semula akan berang kat bersama-sama akhirnya berpisah. Barnabas berangkat ke Siprus bersama dengan Yohanes. Paulus dengan Silas pergi ke Siria, Kilikia, dan Galatia Selatan. Dengan demikian kedua kelompok itu masing-masing melaksana kan sebagian dari rencana yang mereka susun, yaitu menguatkan jemaat-jemaat yang telah terbentuk.
Selanjutnya Lukas menyoroti Paulus dan Silas. Di Listra Paulus menemukan murid yang menjadi alat yang berguna dalam pekerjaan pemberitaan Injil, yakni Timotius. Mengingat pem beritaan Injil di kalangan orang Yahudi di wilayah itu, Timotius disunat.
Kepada semua jemaat yang dikunjungi, Paulus dan Silas menyampaikan kepu tusan-keputusan sidang yang disebut dalam 15:28-29 dengan tujuan menggembirakan dan menasihati mereka. Setelah mereka selesai melaksanakan rencana semula (bnd 15:36), mereka melintasi Frigia dan Galatia sambil memberitakan Injil. Kemudian secara ajaib mereka digiring ke suatu arah yang sama sekali tidak mereka rencanakan.
Sampai tiga kali (16:6-9) Tuhan campur tangan dalam membawa mereka ke Eropa. Dalam kebaikan-Nya, ”Allah berkenan mengutus pewarta-pewarta kabar yang amat gembira itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan bilamana Dia menghendakinya”.104
Di Filipi, sebuah koloni Romawi, hampir tidak ada orang Yahudi, artinya orang-orang yang selalu Paulus kunjungi lebih dahulu dalam setiap pelak sanaan tugasnya. Dari sekelompok perem puan, Tuhan berkenan memilih Lidia sebagai orang yang pertama. Ia perempuan bangsa lain yang dipenuhi pesan Paulus, dan pesan itu ia jadikan pegangan, berkat kuasa Tuhan yang membuka apa yang tertutup.105
Lidia bersama seisi rumahnya secara terbuka diterima dalam perjanji an Allah. Lalu mereka mengalami persekutuan perjanjian itu, karena para pemberita Injil tinggal di rumah Lidia, setelah ia mendesak mereka.
Tuhan yang hidup, yang duduk di takhta dunia, terus meng-awasi ujung-ujung bumi.