Sikap Mahkamah Agama Bertambah Keras

Pembahasan

ayat 17-18. Para rasul bertindak dengan Firman (bnd 4:33) dan perbuatan (bnd 5:12, 16). Mereka melakukannya di kompleks Bait Allah, di Serambi Salomo, tempat jantung Yerusalem berdenyut. Kini pengikut para rasul semakin banyak, tidak hanya dari Yerusalem, tetapi juga dari daerah sekitarnya (bnd 5:16). Para anggota Mahkamah Agama, yang sudah tidak mau tahu tentang Yesus orang Nazaret, jengkel melihat perkembangan itu. Maka Imam Besar mulai bertindak (bersama dng pengikut-pengikutnya ia bangun,35 bnd 4:6). Mereka dari (sekolah/mazhab) Saduki. Kelompok ini tidak percaya adanya kebangkitan (4:2) dan dengan mudah menyesuaikan diri dengan cara berpikir dan cara hidup orang-orang Yunani yang telah meresap ke dalam bangsa Yahudi. Hati mereka terbakar karena rasa iri dan cemburu melihat kedudukan yang diperoleh para rasul di tengah rakyat. Lalu mereka menangkap para utusan Kristus itu dan menyeret mereka ke penjara, tempat yang pantas bagi orang jahat dan kriminal.

Situasi bertambah gawat, perlawanan semakin sengit. Penang-kapan pertama (4:1-3) dilakukan terhadap dua rasul, yang disekap dalam salah satu ruang Bait Allah. Sekarang, pada penangkapan kedua, semua rasul terkena. Mereka semua dikurung dalam ruang yang dikunci dan digembok untuk menantikan pelaksanaan hukuman tertentu. Hukuman badan, misalnya dicambuk, atau bahkan hukuman mati.

ayat 19-20. Tetapi Tuhan Yesus mengirimkan utusan dari surga (salah seorang dari utusan-Nya yg tak terhitung banyaknya) untuk melayani para rasul (bnd Ibr 1:14). Tanpa diketahui para penjaga, utusan surgawi itu membuka pintu-pintu penjara yang digembok dan dijaga ketat. Dapat dibayangkan, melihat mukjizat itu para rasul begitu terkejut dan tercengang, sehingga tidak bergerak untuk keluar dari penjara melalui pintu-pintu yang telah terbuka itu. Maka mereka dibimbing keluar oleh utusan surgawi itu (dan tentu ia menutup kembali semua pintu; lih 5:23).

Mukjizat ini dengan sangat jelas memperlihatkan kuasa Tuhan hanya melalui satu orang utusan dari surga. Kuasa itu ti dak mungkin dilawan para pemimpin dengan segala sistem penjagaan-nya, apalagi memahaminya (bnd 5:23).

Setibanya di luar penjara, utusan surgawi itu menyampaikan pesan Tuhannya: ”Bekerjalah kembali, jangan bersembunyi, melain kan kembalilah ke kompleks Bait Allah, dan beritakan di sana, tepat di bawah mata musuh, seluruh firman hidup itu” (Firman yang paling penting dan paling indah; bnd Flp 2:16). Perintah ini bukan tugas yang mudah sesudah penangkapan itu, tetapi mereka pasti mampu melakukannya dengan kuasa Tuhan yang menyelamatkan.

ayat 21-24. Menjelang pagi mereka pergi (menaati pesan tidak boleh ditunda-tunda) dan melaksanakan sepenuhnya perintah yang mereka terima dari Allah. Sementara mereka melakukan nya, Imam

Besar dan para pengikutnya berhimpun dan menyuruh Mahkamah Agama berkumpul. untuk mengadakan sidang resmi para tuatua, para imam kepala, dan ahli-ahli Taurat. Mereka belum tahu apa yang sedang terjadi di kompleks Bait Allah (bahwa para rasul yg telah ditangkap itu sedang mengajar). Beberapa pesuruh dipe rintahkan untuk mengambil ”para pengacau itu” dari penjara. Tetapipesuruh-pesuruh itu kembali membawa kabar yang sangat mengejutkan dan mengherankan. Pintu-pintu penjara terkunci rapat, lengkap dengan para penjaga yang mengawal di depannya untuk menjaga jangan sampai ada yang membuka pintu apalagi melewatinya. Dari luar semuanya tampak beres. Utusan Tuhan itu tidak meninggalkan bekas sama sekali. Pekerjaan ini mustahil ditiru orang. Meskipun dari luar segala sesuatu tampak beres, di dalamnya tidak ada satu rasul pun. Mereka semua hilang tanpa bekas.

Laporan itu tentu saja membawa akibat, khususnya bagi kepala pengawal Bait Allah. Dialah yang terutama harus bertang-gung jawab atas kejadian ini. Dia dan para imam kepala betul-betul terpojok. Mereka sangat malu dan cemas. Tak ada yang dapat memberi keterangan yang masuk akal, terutama mengenai akibat apa yang akan muncul. Kejadian yang begitu mengherankan tidak mungkin berdiri sendiri, pasti ada lanjutannya, yaitu berupa perkembangan yang semakin tidak dapat mereka kendalikan.

ayat 25-26. Tetapi seseorang (namanya tidak penting) yang berpihak pada Mahkamah Agama telah melihat para rasul dan melaporkan bahwa, ”Lihat (siapa yg menyangka?), mereka bebas berjalan-jalan di dalam Bait Allah, padahal bapak-bapak telah mengurung mereka. Mereka sedang mengajar orang banyak, padahal bapak-bapak melarang mereka mengajar.” Laporan ini dengan jelas menunjukkan, bagaimana hubungan kekuasaan antara Mahkamah Agama dan Tuhan para utusan ini.

Mendengar laporan itu, pengawal Bait Allah bergerak, tetapi sekarang sikap mereka jauh berbeda dengan kemarin (5:17-18).

Kemarin mereka bertindak dengan paksa dan kasar. Hari ini mereka dengan sengaja tidak memakai kekerasan. Sikap seperti itu juga terlihat pada waktu Yesus ditangkap. Datanglah serombongan pasukan bersenjata untuk menumpas setiap perlawanan, tetapi pada saat mereka hendak menangkap-Nya, Yesus menyerahkan diri dengan sukarela. Dengan kemauan-Nya sendiri, Dia mengikuti para prajurit yang beberapa saat sebelumnya tersungkur ke tanah karena reaksi-Nya yang tidak terduga (Yoh 18:6). Mereka tidak memakai kekerasan karena mereka takut kepada rakyat. Suasana hati rakyat menentukan tindakan pemerintah.

ayat 27-28. Setelah para rasul36 dihadapkan kepada Mahkamah Agama, mereka diinterogasi. Tidak disinggung sama sekali tentang bagaimana mereka dapat keluar dari penjara. Perta nyaannya hanyalah dari mana para rasul mendapatkan kelancangan untuk melanggar larangan keras (bnd 4:18) dan mengajar dalam Nama itu (dng sengaja dan karena iri hati mereka tidak mau menyebutkan nama itu) tanpa henti melakukannya hingga seluruh Yerusalem penuh dengan ajaran mereka. Maksud larangan Mahkamah Agama itu adalah agar ajaran itu betul-betul tidak terdengar lagi di kota itu. Tetapi, kini Imam Besar harus menyimpulkan bahwa fakta-fakta menunjukkan hal sebaliknya. Apalagi para pemimpin dengan jelas merasa didakwa karena dalam pemberitaan para rasul itu mereka dianggap bertanggungjawab atas darah Orang itu (lagi-lagi mereka menolak menyebut nama Yesus; terasa sekali betapa besar penghinaan mereka). Darah Yesus tidak berhenti mengusik mereka. Mereka harus bertobat dengan radikal atau akan menanggung kejahatan yang dahsyat itu. Lagi pula orang-orang Yahudi sendiri telah berseru, ”biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan anak-anak kami” (Mat 27:24-26).

ayat 29-32. Petrus bertindak sebagai juru bicara bagi semua rasul. Dengan kata-katanya yang pertama ia langsung memberi pengertian selengkapnya kepada siapa saja. Sama seperti dalam 4:19, ia menegaskan bahwa mereka akan menaati Pemimpin Tertinggi di atas segala-galanya. Ketika perintah-perintah yang mereka terima dari para pemimpin Yahudi ternyata bertentangan dengan perintah Pemimpin yang di surga, mereka tidak akan lagi menaati pemerintah yang di bumi.37

Allah nenek moyang kita. Dengan kata-kata ini, Petrus menyata kan bahwa mereka berpegang teguh pada perjanjian yang diikat Allah dengan para nenek moyang, yakni Abraham, Ishak, dan Yakub. Mereka adalah para leluhur yang sangat dihormati orang Yahudi. Allah itulah yang telah membangkit kan Yesus dan memberi-Nya hidup yang tidak fana. Kemudian Petrus menguraikan fakta-fakta yang terjadi dengan cara yang jelas dan tajam. Kamu, tuturnya, kamulah yang memaku Dia dengan tanganmu di kayu salib, lalu ”meninggikan”38 Dia. Kamulah yang mempertontonkan Dia dan membunuh Dia (mengenai mempertontonkan itu bnd 1Sam 31:10; sedang mengenai arti hukuman mati, lih Ul 21:22-23; Gal 3:13). Tetapi Allah telah meninggikan Dia dengan tangan kanan-Nya (Mzm 118:16). Allah menarik Dia ke atas dari antara orang mati, ke tempat yang paling terhormat, yaitu takhta dunia (Mzm 110:1). Dengan peninggian-Nya ini, kini menjadi sangat jelas, bahwa Allah menunjuk-Nya sebagai Perintis dan Juruselamat (sama dng Penyelamat, Pembebas).

Mengenai Perintis, bandingkan 3:15. Dialah yang merupakan sumber kehidupan dan yang membawa kita kepada kehidupan dengan kuasa besar (bnd Ibr 2:10 dan 12:2, dan juga kata ”hakim”

dalam Kis 7:35). Dengan pengangkatan-Nya ke surga, karya Yesus yang dilakukan di bumi mendapat pengaruh yang gemilang. Sebagai Perintis dan Juruselamat yang duduk di atas takhta, Dia menganugerah kan pertobatan kepada Israel. Pertama-tama kepada

Israel, yakni bangsa yang mendapat perhatian sepenuhnya dalam tahap pertama program karya Tuhan yang mencakup seluruh dunia (1:8). Maka bangsa Israel harus bertobat, artinya belajar berpikir beda sama sekali karena gambaran mereka tentang Yesus harus berubah secara radikal. Hanya dengan jalan itu Juruselamat akan menganugerahkan pengampunan (Mzm 103:3). Pertobatan dan pengampunan itu akan menjadi kenyataan, jikalau mereka mempercayai pemberitaan para rasul dan menghormati kesaksian para utusan Tuhan Yesus. Dan kami (seluruh tekanan pada kata ”kami”) adalah saksi dari segala sesuatu itu, kami dan Roh Kudus. Kesaksian para rasul adalah kesaksian Roh Kudus. Para rasul sangat menyadari panggilan mereka dan mengetahui bahwa mereka bertindak di hari-hari terakhir. Untuk hal itu mereka digerakkan Roh Kudus.

ayat 33-35. Apabila para rasul memperkenalkan diri dengan begitu jelas dalam kata-kata mereka yang terakhir (kami dan Roh Kudus melawan kamu, para anggota Mahkamah Agama), tampaknya keputusan yang merugikan mereka akan diambil. Kata-kata Petrus menyakitkan hati para pemimpin rakyat, rasanya bagai ditusuk sembilu. Mereka bersidang untuk menjatuh kan dan melaksanakan hukuman mati. Sidang itu diadakan dengan kehadiran para rasul (mereka malah tidak disuruh meninggalkan ruang sidang; bnd 4:15). Tetapi kemudian Gamaliel bangun, berdiri. Dialah orang Farisi yang perkataannya dijunjung tinggi karena ia seorang pengajar hukum Taurat, seorang pakar yang terhormat dan disegani oleh seluruh bangsa (ia juga guru Paulus). Sebelum ia menyatakan pendapatnya tentang perkara itu, ia minta supaya orang-orang itu (sebutan ini agak merendahkan) disuruh keluar dahulu. Tidak ada seorang rasul pun yang boleh mendengar.39 Meski pun para pemimpin lain tidak mengingat aturan itu karena sangat marah, Gamaliel tetap mengingatnya. Sang ”diplomat” tetap memi kirkan kedudukan Mahkamah Agama, dan dengan demikian juga kedudukannya sendiri. Perhatian harus diarahkan kepada kedudukan itu. Kedudukan ini menentukan apa yang harus terjadi pada orangorang itu.

ayat 36-38a. Sang ”politikus” sudah hafal sejarah dan mengingatkan pelajaran yang diberikan sejarah itu. Ingatlah akan Teudas (nama itu berasal dari Teodosis, artinya pemberian Allah). Orang itu mengaku dirinya seorang penting karena ia memperkenalkan diri sebagai Mesias dan mempunyai pengikut sekitar 400 orang. Tetapi, ak hirnya ia dibunuh dan habislah riwayat beserta ajarannya.

Ingat akan Yudas, orang Galilea itu. Ia muncul pada waktu sensus penduduk. Mungkin yang dimaksud adalah pendaftaran yang disebut Lukas dalam buku pertamanya, Luk 2:1.40 Dapat dime-ngerti bahwa pendaftaran penduduk yang diadakan oleh seorang penguasa meninggal kan kesan yang dalam bagi suatu bangsa yang tertindas. Sensus itu tentunya menimbulkan banyak pikiran bagi rakyat, sehingga Yudas yang juga memperkenalkan diri sebagai Mesias mendapat banyak pengikut karenanya. Tetapi, akhirnya gerakan ini juga mati.

Kemudian Gamaliel menerapkan fakta-fakta sejarah itu dengan nasihat: jauhkanlah diri dari orang-orang ini (nada menghina belum berubah). Jangan melakukan tindakan apa pun terhadap mereka. Selanjutnya, tunggu saja perkembangannya.

ayat 38b-39. Alasan-alasan yang diberikan Gamaliel adalah seba-gai berikut, menurutnya ada dua kemungkinan: Kalau gerakan ini berasal dari manusia pasti akan lenyap juga. Sebaliknya, kalau berasal dari Allah, tak mungkin mereka dapat melenyapkannya. Kalau yang kedua benar, mereka akan melawan Allah bila mereka menjatuhkan vonis mati.41

Sukar ditelusuri apa motif yang lebih dalam dari nasihat Gamaliel ini. Pada umumnya orang berpen dapat bahwa Gamaliel tidak berani mengambil keputusan dari kedua kemungkinan yang disebutkannya itu.

Gamaliel, dan Mahkamah Agama yang mengikuti nasihat nya, menyerahkan jawaban atas pertanyaan, ”Mana yang benar dari kedua kemungkinan itu?” kepada waktu yaitu dengan menanti saja apa yang akan terjadi. Waktu yang akan menunjukkannya. Dengan demikian, Gamaliel menolak memakai Firman sebagai satu-satunya pedoman.

ayat 40-42. Mahkamah Agama mengikuti nasihat Gamaliel. Para rasul dihukum cambuk. Hukuman ini diberikan agar orang takut dan jera. Lagi-lagi mereka dilarang untuk mengajar dalam nama Yesus (bnd 4:17). Tetapi, reaksi para rasul persis kebalikannya dari tujuan Mahkamah Agama mengenai hukuman itu. Mereka bukannya pergi dengan sedih karena kesakitan melainkan pergi dengan gembira. Pertama, karena hukuman cambuk itu bukan hal yang tidak mereka duga (Mat 10:17). Kedua, hal itu merupakan bukti nyata bahwa mereka menuruti jalan yang benar (seperti Tuhan, demikian pula hamba-Nya). Mereka mendapat bagian dalam penderitaan Kristus.42

Dianggap layak. Bagi mereka penderitaan tersebut merupakan hak istimewa. Para rasul juga memperlihatkan dan menyatakan bahwa mereka tidak menaati larangan berbicara. Dengan penuh semangat mereka melanjutkan pemberitaan Injil tanpa jemu, yaitu di mana banyak orang berkumpul (di Bait Allah) dan di mana hanya ada beberapa orang (di rumah-rumah). Yang menjadi pokok berita: Sang Kristus, Mesias (yg sudah begitu lama dinantikan orang Yahudi) adalah Yesus!

Ringkasan

Mahkamah Agama kembali bertindak setelah penangkapan yang disebut dalam 4:1. Sekarang semua rasul ditangkap. Tetapi, seorang utusan surgawi dari Tuhan yang duduk di atas takhta, sudah cukup untuk membebaskan para rasul-Nya dengan cara yang tidak mungkin ditiru manusia. Kemudian mereka disuruh bekerja kembali. Mahkamah Agama tercengang-cengang karena mukjizat itu. Akhirnya pemeriksaan terhadap para rasul dapat dilaksanakan bukan berkat tangan perkasa para pemimpin, melainkan karena kesediaan (ay 26) para rasul Tuhan sendiri. Meskipun demikian, Mahkamah Agama tidak belajar apa pun dari pembebasan para rasul yang ajaib itu. Sebaliknya, mereka langsung mulai menanyai mereka. Pada waktu Petrus selaku juru bicara bagi keduabelas rasul itu bersaksi, sebenarnya peran-peran dalam proses itu diputar. Para hakim didakwa (ay 30) dan Allah sendiri menja tuhkan vonis yang jelas dengan meninggikan Yesus. Itulah yang diberitakan para rasul selaku saksi bersama Roh Kudus. Suasana di kalangan para hakim menjadi begitu panas, sehingga muncul ancaman bahwa proses itu akan berakhir dengan vonis mati. Tetapi karena campur tangan Gamaliel, vonis tidak jadi dilaksa nakan. Gamaliel menasihati supaya para hakim jangan memilih dari kedua kemungkinan berikut: gerakan itu datangnya dari manusia atau dari Allah. Namun, tindakan Gamaliel bersama rekan-rekannya untuk tidak memilih di antara kedua kemungkinan itu berarti juga penolakan untuk menyerah kepada Yesus Kristus. Hukuman cambuk dan larangan berbicara memperlihatkan pilihan Mahkamah Agama. Kedua tindakan keras itu justru membawa akibat yang sebaliknya pada para rasul. Bukan dengan sedih hati karena kesakitan, melainkan dengan gembira mereka mulai bekerja oleh kuasa Roh dan dengan mempersembahkan seluruh kekuatan mereka.

Wacana

1. Ayat 19. Mengapa pertolongan ajaib datang justru pada saat ini dan tidak, misalnya: pada saat penangkapan kedua rasul dalam 4:1-2? Dapatkah diberi sedikit penjelasan mengenai hal itu?
2. Bandingkan isi khotbah Petrus dalam 5:30, dan seterusnya dengan khotbah-khotbahnya yang lain dalam 2:14, dan seterusnya; 3:11, dan seterusnya; 4:8, dan seterusnya. Apakah ada unsur-unsur yang sama?
3. Ayat 32. Kamilah saksi dari peristiwa-peristiwa itu, kami dan Roh Kudus. Bagaimana hubungan antara kesaksian para rasul dan kesaksian Roh Kudus?
4. Mengingat penjelasan pada ayat 38-39 dalam ”Pembahasan”

di atas, dapat diajukan pertanyaan ini: Mengapa para rasul dihukum cambuk, meskipun Mahkamah Agama tidak mau memilih? Hukuman cambuk bukan hukuman ringan dan hukuman itu jelas mengandung pilihan pendapat. Pasti hal itu juga disadari oleh Mahkamah Agama. Bagai mana orang dapat memutuskan hukuman cambuk, bila dengan hukuman itu mereka juga dapat melawan Allah? Mengapa para rasul tidak dijatuhi hukuman mati, sedangkan tak lama kemudian Stefanus dihukum mati, bahkan oleh Mahkamah Agama yang sama? Apakah para rasul diperlakukan secara khusus (bnd 8:1)?

Informasi Buku

  1. PDF
  2. Penulis:
    C. van den Berg
  3. ISBN:
    978-602-8009-41-6
  4. Copyright:
    © De Vuurbaak 1981
  5. Penerbit:
    YAYASAN KOMUNIKASI BINA KASIH