ayat 8-10. Stefanus, yang penuh dengan anugerah dan kuasa (Roh Kudus memang mencurahkan karunia yg berlimpah-limpah), mengadakan mukjizat-mukjizat dan tanda-tanda besar47 (seperti juga para rasul, Kis 5:12-14). Muncullah perlawanan terhadap perkem-bangan kuasa Tuhan ini dari jemaat Yahudi. Stefanus, yang mungkin dipanggil untuk pelayanan diakonia justru di tengah-tengah bagi-an jemaat yang berbahasa Yunani, ditentang oleh beberapa orang Yahudi yang berbahasa Yunani.
Pada zaman itu di Yerusalem terdapat banyak rumah ibadah bagi orang Yahudi dari luar negeri, yakni untuk Orang-orang Merdeka (yg mungkin dibebaskan dari deportasi ke Roma sesudah Ptolemeus merebut Yerusalem, 63 SM), untuk orang-orang Afrika (dari Kirene dan Aleksandria), dan untuk orang-orang Asia Kecil (dari Kilikia dan Asia). Orang Yahudi dari beberapa rumah ibadah tersebut yang membantah kesaksian Stefanus dan berusaha mematahkan kata-katanya. Tetapi manusia tidak akan sanggup melawan hikmat dan kuasa Roh Kudus.
ayat 11-14. Orang yang tidak menyerah kepada Firman Roh Kudus akan semakin terjerat dalam perangkap Iblis. Dengan tipu daya sejumlah orang disuruh tampil ke depan dan dengan rencana jahat mereka diperintahkan untuk berbuat onar. Orang-orang ini melakukan pekerjaan Iblis dengan menghujat dan memfitnah seorang saksi Kristus (yg adalah sama dng memfitnah Kristus sendiri). Apa yang mereka lakukan, itulah yang dituduhkan kepada Stefanus. Mereka menuduhnya mengucapkan kata-kata hujat terhadap Musa dan Allah. Tuduhan yang sama itu diulangi dalam ayat-ayat berikutnya dengan kata-kata yang berbeda, misalnya dalam ayat 13: Orang ini tidak henti-hentinya mengucapkan perkataan yang menentang tempat kudus ini (yaitu kediaman Allah, Bait Allah, atau lebih luas lagi: kota Daud, Yerusalem) dan hukum Taurat (yaitu ”Musa”). Dan dalam ayat 14 (perhatikan nada yg menghina):
Dia mengatakan bahwa Yesus, orang Nazaret itu, akan meruntuhkan tempat ini (Bait Allah dan/atau kota) dan mengubah adat istiadat (hukum Taurat, yakni ”Musa”). Pasti Stefanus telah menunjukkan keberatannya terhadap cara orang Yahudi membaca Perjanjian Lama. Selain itu, ia tentu berkata-kata senada dengan kata-kata Gurunya, yang dikisahkan dalam Mat 23:37-38 dan 24:2 mengenai kota dan Bait Allah.48 Dalam hal ini Stefanus menilai Musa sesuai maksudnya, dan ia membela Allah dan Kristus-Nya, serta membantah segala sesuatu yang merupakan pikiran dan khayalan orang Yahudi sendiri.
Para saksi palsu itu berhasil menghasut orang banyak. Bisa saja hari ini mereka memilih: pro Yesus (bnd Mat 21:9, ”Hosana”), tetapi esok harinya mereka dapat berubah pikiran dan memilih: anti Yesus (bnd Mat 27:22-23, ”Ia harus disalibkan”). Dan bukan hanya orang banyak, tetapi juga para tuatua dan ahli-ahli Taurat (semua orang yang duduk dalam sidang Mahkamah Agama) ikut terhasut.
ayat 15. Di tengah-tengah gerakan orang banyak itu (ay 12), Stefanus diseret ke hadapan Mahkamah Agama. Setelah ia berdiri menghadap para hakim, mereka menatapnya dengan tajam. Dan apa yang mereka lihat sungguh mengesankan: muka Stefanus sama seperti muka seorang malaikat, seorang utusan surgawi yang mencerminkan cahaya kemuliaan Allah.
Hal ini persis seperti yang terjadi pada Musa dahulu (bnd Kel 34:29-35). Para anggota Majelis Agama pasti mengetahui hal itu. Seperti pada Musa, padahal tuduhan atas Stefanus justru mengenai penghujatan terha dap Musa. Mengenai wajah yang mencerminkan kemuliaan Tuhan, bandingkan juga 2Kor 3:18. Stefanus, yang kini diper kenankan menunjukkan kemuliaan Allah kepada orang lain, nanti akan diperkenankan untuk menyaksikan sendiri kemuliaan itu (Kis 7:55).
Kis 7, ayat 1-3. Hai Saudara-saudara dan Bapak-bapak: cara Stefanus menyapa para anggota Mahkamah Agama itu menunjukkan rasa hormat. Stefanus mulai berbicara tentang Allah yang Maha mulia. Kemuliaan adalah cahaya yang bersinar dari Allah, cahaya yang agung dan cemerlang (bnd Kel 24:16; 33:18, 22; 40:34 dan Luk 2:9).
Stefanus mengatakan bahwa Allah menampakkan diri di Meso potamia, di UrKasdim. Padahal Kej 11:31 dan 12:1-6 memberi kesan bahwa penampakan itu terjadi di Haran. Apakah terdapat dua penampakan Allah kepada Abram, seperti yang diyakini tradisi Yahudi? Bandingkan juga Kej 15:7 dan Neh 9:7. Bagaimanapun Allah yang Mahamulia telah memulai di tempat yang jauh dari Kanaan dan Yerusalem, jauh di negeri asing.
ayat 4-5. Allah yang sama itu mengantar Abram dari Haran ke Kanaan, setelah Terah, ayahnya, meninggal. Kej 12 mengisahkan perjalanan ke Kanaan setelah Kej 11:32 menyebutkan bahwa,
”Terah meninggal di Haran”. Sebenarnya Terah hidup 60 tahun lagi setelah keberangkatan Abram.49 Allah memberi janji-janji kepada Abram yang dijadikan pegangan hidupnya. Abram sendiri belum menerima satu petak pun dari tanah perjanjian itu. Danjanji-janji tersebut diberikan Allah kepada orang yang tidak bersunat, yang berasal dari negeri kafir (Yos 24:2-3). Begitulah, Allah mulai melaksanakan rencana-Nya.
ayat 6-7. Sebelum janji-janji itu genap, Allah berbicara kepada Abram (Kej 15:13-14) tentang masa berabad-abad yang akan penuh dengan kesulitan dan penderitaan.50 Di masa itu anak-anaknya tidak akan melihat sesuatu pun dari negeri perjanjian itu. Sejak awal musuh-musuh bahkan akan berusaha mengingkari janji atas keturunan yang besar.51 Tetapi pada saat Israel benar-benar putus asa karena penderitaan selama berabad-abad itu, Allah bertindak dengan menghancurkan Mesir dan membawa Israel ke gunung-Nya dan menjadikannya pengantin perempuan-Nya (Kel 24).
Setelah itu mengantarkan mereka ke negeri perhentian.
Di tempat ini. Dalam Kel 3:12, kata-kata itu berarti Gunung Horeb. Dalam khotbah Stefanus, kata-kata itu menunjuk pada tanah Kanaan.
ayat 8-10. Allah sendiri yang meletakkan dasar untuk kehidupan bersama antara Dia dan anak-anak-Nya dengan mengikat perjan-jian yang bertanda sunat (Kej 17:10-14). Dengan jalan itu, Abraham memperanakkan Ishak dan Ishak memperanak kan Yakub. Yakub memperanakkan kedua belas bapak-bapak leluhur. Oleh para bapak leluhur ini Yusuf dijual, karena mereka iri hati. Ia dijual oleh saudara-saudaranya sendiri, tetapi kemudian Yusuf yang sama ini pula yang ditinggikan oleh raja asing di Mesir. Hal itu terjadi karena Allah tetap menyertai Yusuf di Mesir. Hal itu terbukti dari perlindungan Allah atas diri Yusuf dalam hikmat yang dikaruniakan-Nya kepada Yusuf dan rasa senang Firaun terhadap Yusuf. Mengenai hal itu lihat Kej 37–41.
ayat 11-14. Berkat perlindungan Tuhan terhadap Yusuf di Mesir, semua orang diselamatkan. Dengan pimpinan Tuhan rencana jahat saudara-saudara Yusuf untuk membunuhnya pada akhirnya dibalikkan menjadi program penyelamatan yang justru diperuntukkan bagi mereka melalui orang yang sudah dianggap mati itu. Jumlah yang disebut adalah 75 orang. Kej 46:27 dan Kel 1:5 menyebutkan jumlah 70 orang. Mengenai ayat-ayat ini lihat Kej 42–46.
ayat 15-16. Dari Kej 50:13, dan seterusnya juga Yos 24:32 tampak bahwa tulang-tulang Yakub dan Yusuf dikuburkan di negeri Kanaan. Kitab Perjanjian Lama tidak menjelaskan mengenai kubur-an para bapak leluhur yang lain. Dalam ayat 16, dua kisah begitu erat terjalin sehingga menciptakan simpul yang sangat sukar diuraikan. Menurut Kej 23:3, dan seterusnya, Abraham membeli sebidang tanah untuk dijadikan kuburan dari Efron, orang Het di Hebron. Menurut Kej 33:19, Yakub membeli sebidang tanah dari anak-anak Hemor di Sikhem yang digunakan untuk memasang kemahnya.
Penjelasan Stefanus agaknya berbeda. Apakah ia keliru?
Mungkin saja. Tetapi jikalau demikian, bagaimana halnya dengan pengilhaman Alkitab? Bagaimanapun, Lukas tentu mendapat ilham pada waktu menulis Kitab Kisah Para Rasul. Demikian juga pada waktu ia mengisahkan khotbah Stefanus. Tetapi itu belum berarti bahwa Stefanus sendiri juga mendapat inspirasi dari Roh Kudus ketika ia berkhotbah. Mengenai upaya-upaya untuk mencari jawaban mengenai masalah ini, lihatlah buku-buku tafsiran.
ayat 17-22. Ketika saat penggenapan janji makin mendekat. Janji yang mana? Apakah yang dimaksud adalah janji mengenai bangsa dan keturunan yang besar (Kej 17:6)? Atau janji mengenai pembebasan dari Mesir dan ibadah kepada Tuhan (Kis 7:6-7; Kej 15:13-14)?
Menurut saya, yang paling wajar adalah janji yang pertama dise-but, melihat kelanjutan ayat 17. Setelah Yusuf meninggal, Firaun lain yang memerintah, raja yang bertindak jahat dengan maksud menghapus janji (mengenai bangsa besar) itu. Menurut Kel 1:22, Firaun bertitah semua bayi laki-laki harus dibuang ke Sungai Nil. Akibatnya, para orang tua yang putus asa berusaha menyelamatkan anak-anak mereka dari maut, dengan meletakkan si anak di tempat-tempat di mana mereka dapat dike temu kan orang lain. Tetapi, tindakan Firaun yang memati kan itu dipakai Tuhan untuk menyelamatkan seluruh bangsa melalui Musa. Karena pada saat perintah Firaun itu berlangsung, lahirlah Musa. Hanya Allah yang dapat membuat per mulaan yang begitu ajaib. Bayi laki-laki yang seharusnya mati, di kemudian hari mempermaklumkan kematian atas Mesir dan memimpin umat Israel keluar dari negeri itu (Kel 1:22–2:10).
Musa elok di mata Allah (bnd Ibr 11:23; Kel 2:2). Karena iman orang tua Musa menyembunyikan anaknya, yang adalah karunia Allah yang sangat indah itu, selama tiga bulan. Dalam peti (mayat) kecil ia diletakkan di Sungai Nil. Berkat pimpinan Tuhan yang mengarahkan hati manusia, putri Firaun mene mukannya, kemudian mengangkat nya menjadi putranya. Ia dididik dalam segala ilmu yang ada pada zaman itu dan (berkat karunia Allah) ia berkuasa dalam perkataan dan perbuatan nya. Oleh karena itu, apa yang kita lihat dalam Kel 4:10 hanya merupakan kekurangberanian Musa.
ayat 23-29. Mengenai ayat-ayat ini lihat Kel 2:11-22. Musa berkunjung ke saudara-saudara sebangsanya. Itu juga mukjizat dari Allah, yaitu bahwa kasih terhadap umatnya membuat Musa selaku pangeran di istana Mesir mau merendahkan diri di depan budak-budak yang terhina. Musa mulai tampil sebagai penyelamat bangsanya dan sebagai pembawa damai di tengah mereka. Namun ia tidak dianggap sebagai penyelamat dan pembawa damai setelah ia mengambil langkah yang begitu besar menuju bangsanya. Si penyelamat dan pembawa damai ditolak saudara-saudaranya sendiri.
Hal ini terjadi ketika Musa berusia 40 tahun. Setelah itu ia tinggal di Midian selama 40 tahun (ay 30), kemudian bersama bangsanya ia melintasi padang gurun selama 40 tahun. Akhirnya Musa meninggal pada usia 120 tahun (Ul 34:7).
ayat 30-34. Mengenai ayat-ayat ini bandingkan Kel 3. Di padang gurun dekat Gunung Sinai (jauh dari Bait Allah di Yerusalem)
Tuhan menampakkan diri kepada Musa. Dalam ayat 30 dan 35 tertulis bahwa yang datang kepada Musa dalam semak duri yang berapi itu adalah seorang malaikat. Tetapi dalam ayat 32, dan seterusnya ternyata bahwa yang datang itu adalah Tuhan sendiri, yakni Malaikat Tuhan, Putra Allah sebelum Dia menjadi manusia. Musa hendak memeriksa keajaiban semak duri yang berapi namun tidak habis terbakar itu. Tetapi, ketika ia mendengar siapa yang menampakkan diri begitu dekat kepadanya (Allah nenek moyang, Allah perjanjian yg turun-temurun), keinginan untuk mempelajari keajaiban tersebut hilang sama sekali. Musa hanya gemetar ketakutan (bnd Luk 2:9). Jauh dari tempat di mana Bait Allah akan dibangun nantinya tiba-tiba muncul tanah yang kudus. Kekudusan itu dibawa oleh Tuhan sendiri, di mana pun Dia menampakkan diri juga saat ini, dalam jemaat (bnd Ibr 12:18, dst). Musa harus menanggalkan sepatunya. Kasutnya itu kotor dan penuh debu (menjadi najis). Allah telah melihat dan mendengar (dng mata dan telinga) kesengsaraan umat-Nya. Dia benar-benar terlibat di dalamnya. Dan karena tergerak (hati) oleh karena kasih-Nya, Dia telah mulai bertindak untuk campur tangan. Untuk itu Musa dilibatkan-Nya.
ayat 35-37. Mulai ayat ini terbaca dengan jelas nada akhir khotbah (ay 51-53). Stefanus menunjuk ke perlawanan para leluhur terha-dap Musa, yang menerima pengangkatannya yang tak lain dan tak bukan dari Allah datangnya. Orang yang ditolak oleh bangsanya (ay 25) malah dipilih (Mzm 118:22) dan diangkat oleh Allah sebagai pembebas atau lebih tepatnya penebus.52 Penebus yang disertai tangan Malaikat Tuhan yang sebenarnya adalah Tuhan sendiri, yang terulur untuk menolong.53
Dalam khotbahnya Stefanus menghormati dan memuji Musa. Ia menunjuk pada segala mukjizat di Mesir (kesepuluh tulah, Kel 7–12), penyeberangan Laut Teberau (Kel 14), dan mukjizat-mukjizat di padang gurun (manna, burung puyuh, air dari gunung batu, dll). Tetapi justru bangsa Israel yang tidak mau menghormati Musa, sebab mereka menolak nabi yang diberitakan kedatang annya oleh Musa dalam Ul 18:15. Bandingkan Kis 3:22 yang menyatakan bahwa Yesus adalah nabi, sama seperti Musa.
ayat 38-41. Musa telah berbicara dengan Malaikat Tuhan dan juga dengan bangsa Israel. Jadi, Musa berperan sebagai peng antara di antara kedua pihak itu.
Stefanus menyebut hukum Taurat (ingat dakwaan terhadap Stefanus) dengan istilah yang indah, yakni firman-firman yang hidup (bnd Ul 32: 47; juga Yoh 6:68, ”perkataan hidup”). Sekali lagi terdengar bahwa Musa justru tidak diakui oleh umat Israel, tetapi sebaliknya, ditolak. Setelah mereka dibebaskan dari Mesir, dalam hati mereka belum keluar selangkah pun dari Mesir (dalam hati mereka ingin kembali ke tanah Mesir). Mengenai peristiwa anak lembu emas, bnd Kel 32. Mereka tidak mau mempunyai Allah yang datang kepada mereka melalui Firman, dan yang beserta mereka melalui tanda ajaib (tiang awan dan tiang api). Yang mereka inginkan adalah ilah-ilah yang ada dalam jangkauan tangan mereka dan yang dapat menjadi pegangan secara harfiah.
Dosa terhadap Firman kedua (jangan membuat patung dan sujud menyembah kepadanya) menjadi dosa melanggar Firman pertama (jangan ada padamu ilah lain). Kebodohan pemujaan berhala digambarkan dengan sangat jelas: mereka bersukacita dan sujud menyembah kepada suatu benda yang telah mereka buat sendiri secara serampangan.54
ayat 42-43. Lalu berpalinglah Allah dari mereka. Begitulah Dia menanggapi pelacuran yang dilakukan anak-anak-Nya dan menyerahkan mereka (bnd Rm 1:24) kepada kebodohan mereka sendiri, yakni pemujaan bala tentara langit, matahari, bulan, dan bintang-bintang (yg dipandang sebagai barisan tentara, bnd Hak 5:20). Dalam Ul 4:19, Tuhan telah memberi peringatan mengenai pemujaan itu. Kini Stefanus menggaris bawahi khotbahnya dengan kutipan Am 5:25-27. Bagaimana kah sikap umat Israel terhadap Allah di padang gurun, terhadap hamba-Nya Musa, dan terhadap hukum-hukum-Nya? Mereka tidak menghormati dan mengasihi Tuhan, yaitu dengan mempersembahkan kepada-Nya apa yang patut diterima-Nya. Sebalik nya, mereka mengusung berbagai berhala dari satu perkemahan ke perkemahan yang lain, sampai ke negeri Allah dan menyerahkan hati mereka kepada Molokh, dewa bangsa Amon, dan kepada dewa bintang Refan.55 Setelah bersabar selama berabad-abad, akhirnya Tuhan bertindak, dengan menggiring umat-Nya ke pembuangan sampai ke seberang Babel.
ayat 44-50. Dari kemah Molokh ke Kemah Kesaksian. Yang terakhir ini dibuat menurut contoh yang diperlihatkan kepada Musa di gunung. Kesaksian adalah hukum Tuhan yang diletakkan di dalam peti perjanjian, di bawah penutup perdamaian. Kata kesaksian itu menunjuk bahwa bangsa itu hidup bersama Allah dalam suasana hukum. Sang Penebus juga merupakan Hakim di tengah-tengah umat-Nya. Siapa yang meninggalkan Allah berarti menjatuhkan vonis atas dirinya sendiri.
Kemah Kesaksian datang ke negeri Allah di bawah pimpinan Yosua dan tinggal di sana sampai zaman Daud. Daud ingin membangun kediaman bagi Allah Yakub. Seandainya Bait Allah tidak dapat tidak harus ada, tentunya sudah langsung dibangun oleh Daud bahkan jauh sebelum itu. Tetapi baru se sudah peperangan Daud, raja damai Salomo diperkenan kan membangun Bait Allah. Meskipun Bait Allah itu mempunyai arti penting, Salomo sendiri yang mengatakan dengan jelas pada upacara pentahbisan Bait Suci (1Raj 8:27), bahwa langit pun tak dapat memuat Allah, apa lagi kediaman yang dibangun di Yerusalem dengan tangan manusia. Tak seorang pun boleh berpikir bahwa Tuhan terkurung di situ. Nabi Yesaya (Yes 66:1-2) tidak berbuat lain kecuali menggaris-bawahi hal itu. Langit dan bumi tidak cukup untuk menunjukkan kebesaran Tuhan, apa lagi Bait Allah di Yerusalem, sama sekali tidak cukup.56
ayat 51-53. Sekarang Stefanus berbicara dengan blak-blakan, hai orang-orang yang keras kepala, yang tidak mau menunduk kan kepala, dan yang tidak bersunat (sama dng orang kafir) hati dan telinga57. Seluruh sejarah Israel berkisah tentang perlawanan mereka terha-dap Roh Kudus. Siapa dari para nabi Allah yang tidak dianiaya?
Ada beberapa di antaranya yang bahkan dibunuh (baca 2Taw 24:20-22). Sekarang perlawanan semakin memuncak, karena para anggota
Mahkamah Agama yang disapa Stefanus dalam khotbahnya, telah mengenal Kristus dan menjatuhkan hukuman mati atas Dia yang adalah Orang yang sungguh-sungguh Benar. Mereka yang menuduh Stefanus menghina hukum Taurat, mereka sendiri yang telah melanggar hukum itu, bahkan menginjak-injaknya. Padahal hukum itu telah mereka terima melalui malaikat-malaikat, ketika Allah menampakkan diri di atas Sinai dengan dikelilingi oleh para malaikat-Nya yang kudus.58
ayat 54. Ketika anggota-anggota Mahkamah Agama itu mendengar semuanya itu, hati mereka sangat tertusuk. Apa yang dikatakan Stefanus itu jelas sekali, terutama ketiga ayat terakhir (Kis 7:51-53). Si terdakwa dituduh menghujat hukum Taurat, tetapi para hakim itu sendiri dituduh tidak menaati hukum itu. Kata-kata itu seakan-akan mengiris-iris hati para hakim. Maka meledaklah rasa benci mereka yang selama ini terpendam.
ayat 55-56. Sekarang Stefanus penuh dengan Roh Kudus dan matanya menatap ke langit. Di situ dilihatnya banyak hal (bukan Allah sendiri, bnd 1Tim 6:16). Dalam Kis 7:1, ia mulai berbicara tentang Allah yang Mahamulia dan sekarang ia boleh melihat kemuliaan yang terpancar dari Allah dalam kediaman-Nya yang suci di surga, serta Yesus ada di ten gahtengahnya. Yesus berada di tempat terhormat, di sebelah kanan Allah. Belum pernah seorang pun yang melihat itu sejak kenaikan-Nya ke surga.59
Dalam ayat 55 tidak tertulis bahwa Yesus duduk (sebagai raja yg memerintah), tetapi bahwa Dia berdiri. Artinya, Dia siap untuk menyer tai Stefanus dan memberi pelepasan (juga dng bertindak sebagai Saksi bagi Stefanus di hadapan Bapa). Tanpa ada yang disembunyikan, Stefanus menceritakan apa yang dilihatnya. Para hakim mendengar fakta-fakta yang tidak dapat mereka bantah dan yang memaksa mereka untuk sekali lagi memilih (ini untuk yg terakhir kali).
Stefanus berbicara tentang Anak Manusia dan dengan demikian ia mengingatkan kata-kata Yesus, yang pernah diucapkan-Nya di depan Mahkamah Agama yang sama. Bandingkan Mat 26:64 dengan mengacu pada Dan 7:13.
ayat 57. Pada ayat ini dengan cepat kita membayangkan huru-hara ketika orang-orang dihasut hingga mereka hampir tidak dapat lagi berpikir secara wajar. Padahal, mereka bertindak dengan penuh kesadaran.
Apa yang sekarang dikatakan Stefanus, bagi mereka tidak kurang dari hujatan terhadap Allah. Kemudian hal itu mereka tanggapi menurut peraturan mereka sendiri. Hujatan terhadap Allah tidak boleh kedengaran. Oleh sebab itu, orang-orang berteriak-teriak dengan nyaring sekali. Hujatan terhadap Allah itu tidak boleh menembus telinga mereka. Itu sebabnya, mereka menutup telinganya.
ayat 58-60. Vonis segera dijatuhkan. Setelah hujatan yang telah disebut dalam Kis 6:13 disusul oleh hujatan-hujatan baru terhadap Allah, mulut ini harus dibungkam untuk selama-lamanya. Mereka langsung pergi ke tempat pelaksanaan hukuman yang ada di luar kota (bnd Im 24: 14).
Menurut hukum Musa (Ul 17:7), saksi-saksi (Kis 6:13) memungut batu yang pertama. Sebelum melaksanakan hukum an mati itu, mereka melepaskan jubah mereka supaya tidak terganggu dalam pekerjaan mereka. Jubah itu diletakkan di depan kaki seorang muda yang bernama Saulus. Kata ”orang muda” mungkin menimbulkan kesan bahwa yang bersangkutan adalah seorang pemuda yang belum dewasa. Tetapi kata Yunani ini dipakai untuk menyebut seseorang sampai ia berusia 40 tahun. Kemungkinan besar Saulus adalah anggota Mahkamah Agama, yang selaku hakim mengawasi pelaksanaan hukuman mati itu.
Seandainya Stefanus yang terhukum mati itu pada saat terakhir mengakui kesalahan nya, mungkin ia diperkenankan mendapat bagian di ”dunia baru”. Sebaliknya, kata-kata Stefanus yang terakhir pasti berkumandang dalam telinga-telinga orang banyak yang mengelilinginya, kembali merupakan penghujatan terhadap Allah. Stefanus berdoa kepada Tuhan Yesus (jadi kepada Allah), ”terimalah rohku” (bnd Mzm 31:6). Baik doa ini maupun doa berikutnya mengingatkan kita akan kata-kata yang diucapkan Yesus menjelang ajal-Nya. Terdengar jelas oleh semua orang, Stefanus berseru (dengan suara nyaring), ”Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!” Kata-kata Stefanus yang terakhir adalah doa bagi para algojonya. Berkaitan dengan Saulus, doa itu betul dikabulkan. Saulus mengawasi pelaksaan hukuman itu dan menyetujuinya.
Dalam kuasa Roh Kudus, Stefanus membaktikan dirinya kepada karya keselamatan Tuhan dengan perkataan dan perbuatan. Timbul perlawanan terhadap pekerjaan Tuhan itu. Stefanus didakwa dan diseret ke depan hakim-hakim tertinggi di bumi. Orang yang sama seperti Musa mencerminkan kemuliaan Allah dari wajahnya, dituduh menghujat Musa dan Allah.
Stefanus dituduh menghujat, sehingga pantas dihukum mati. Pada satu pihak ia dituduh menghujat Musa atau Hukum Taurat, di pihak lain ia dituduh menghujat Allah atau tempat kudus (bnd Kis 6:11, 13-14). Dengan berbekal data-data ini hendaknya kita membaca khotbah Stefanus:
1. Sebagai pembelaan terhadap tuduhan menghujat Musa dan Hukum Taurat. Stefanus justru memuji Musa dalam ayat 20, 34-37. Begitu juga diucapkannya kata-kata yang baik mengenai Hukum Taurat dalam ayat 38 dan 53.Mula-mula tuduhan terarah kepada Stefanus. Ia dihadap-kan kepada para hakim dan didakwa. Tetapi melalui khotbah ini para hakim sendiri bersama orang banyak malah didakwa. Itu dilakukan Stefanus dengan memperlihatkan bagaimana Tuhan sendiri memulai pekerjaan-Nya dengan Abraham dan keturunannya (ay 1), dan tetap setia pada pekerjaan-Nya itu (mis dalam hal menyertai Yusuf dan dalam pembebasan dari Mesir). Tetapi hal itu selalu ditanggapi umat Israel dengan sikap tidak setia dan tidak berterima kasih. Mereka tidak menghendaki Yusuf (ay 9), dan tidak menghendaki Musa (ay 35, 39). Dengan demikian sampailah Stefanus pada akhir khotbahnya (ay 51-53). Kesimpulannya: Israel sendiri yang tidak menghendaki Allah (ay 42) dan tidak menghendaki firman-Nya (ay 40).
5 Pembagian khotbah Stefanus:
a) Ayat 2-16, mengenai para leluhur:
– Abraham, ayat 2-8;
– Yusuf, ayat 9-16.
b) Ayat 17-43, mengenai Musa:
– kelahiran dan pendidikannya, ayat 17-22;
– perkenalannya yang pertama dengan Israel, ayat 23-29;
– pertemuannya dengan Tuhan dan sesudah nya, ayat 30-43.
c) Ayat 44-50, dari Kemah ke Bait Allah.
d) Ayat 51-53, kata-kata yang terus terang.
Pembelaan Stefanus yang sekaligus merupakan dakwaan, berakibat jauh (Firman Roh Kudus tak pernah kehi langan akibat-nya). Sebetulnya para hakim sudah menentukan vonis, tetapi, sebelum Stefanus dihadapkan kepada maut, ia boleh melihat keadaan di dalam surga lebih dahulu dan di sana berdiri lah Yesus dengan kemuliaan dan kuasa. Hukuman mati dilaksana kan dengan disaksikan oleh Saulus yang sesudah itu mengamuk bagai binatang buas yang telah menikmati darah (9:1). Ia melancarkan razia be sarbesaran di Yerusalem.