2. ”Roh Elia telah Hinggap pada Elisa”

2 Raja-raja 2:1-18

Persiapan

1. Sudah sejak beberapa tahun Elisa menjadi pelayan Elia. Apakah dari ayat 2, 4, dan 6 kita dapat menarik kesimpulan bahwa Elisa tampaknya tidak selalu mengikuti tuannya pada perjalanannya? dalam 1 Raja-raja 21 dan 2 Raja-raja 1, Elisa semata-mata tidak disebut. Apa pandangan Anda tentang hal itu?
2. Perintah Elia kepada Elisa untuk tinggal dan penolakan perintah ini oleh Elisa berdasarkan alasan yang sama, alasan apa? Apa sebabnya Elisa bersumpah?
3. Apa yang dimaksud dengan sebutan rombongan nabi (TL: segala murid nabi) dalam kedua Kitab Raja-raja, khususnya dalam 2 Raja-raja 2–13? Perhatikan semua ayat yang menyebutkan kata rombongan nabi itu (mis. 1Raj. 18:4, 13; 20:13, 22, 35-43; juga dalam Kitab-kitab Samuel, mis. 1Sam. 10:10; 19:18-24). Perhatikan: ada juga rombongan-rombongan nabi palsu! Lihat misalnya 1Raj. 22:5-28.
4. Elia dan Elisa berjalan melalui tempat-tempat historis yang terkenal, yaitu Gilgal, Betel, Yerikho, dan Sungai Yordan. Apakah kenyataan ini mempunyai arti istimewa? Perhatikan rute perjalanan mereka!
5. Apakah ada alasan untuk Elia diangkat ke surga di seberang Sungai Yordan, kira-kira pada tempat Musa meninggal dunia dan bangsa Israel menunggu untuk menyeberangi Sungai Yordan, di bawah pimpinan Yosua? Mengapa Elia tidak terangkat umpamanya dari atas Gunung Karmel (1Raj. 18:20-46)? Apakah ada hubungan di antara pengangkatan Elia dan kematian Musa dan masuknya Israel ke Kanaan? Bandingkan Ulangan 32:44-52, Yosua 1–8, dan juga Matius 17:1-13.
6. Apa sebenarnya arti permintaan Elisa kepada Elia, yaitu untuk boleh mendapat dua bagian dari roh Elia (ay. 9)? Lihat Ulangan 21:15-17; 34:9 (bdk. Bil. 11:24-30).
7. Apa yang dimaksud dengan kereta berapi dengan kuda berapi yang datang mengambil Elia (ay. 11)? Bandingkan 6:17. Cara pengangkutan semacam ini mengisahkan apa tentang posisi nabi Elia? dapatkah kita menyimpulkan bahwa TUHAN menganggap Elia sebagai jenderal yang terhormat?
8. Apa yang dimaksud dengan seruan Elisa: ”Kereta Israel dan orang-orangnya yang berkuda” (ay. 12)? Bandingkan 13:14; juga Mazmur 20:8.
9. Sebutkan tiga bukti bahwa Elisa benar-benar menggantikan Elia sebagai nabi TUHAN (ay. 13-15).
10. Usulan 50 orang nabi dari Yerikho untuk mencari mayat Elia dapat kita mengerti. Sudah pasti mereka ingin menghormati guru mereka. Namun, usulan ini tidak masuk akal. Mengapa? Sebutkan dua pendapat tentang ini! (lih. Ay. 5 dan 15).
11. Apakah judul yang TB berikan pada perikop ini, yaitu Elia naik ke sorga, adalah tepat? Bukankah ”penahbisan” Elisa sebagai pengganti Elia lebih mencolok ketimbang terangkatnya Elia? Apa sebenarnya pokok ayat 1-18? Ayat mana merupakan klimaks perikop ini? Rumuskan judul baru!
12. Apakah ada hubungan antara Yesus yang naik ke surga dan Elia yang terangkat ke surga? Atau lebih baik kita mencari hubungan dengan Kristus melalui peristiwa lain, yaitu penerusan tugas kenabian oleh Elisa yang sekarang menjadi ”abdi Allah”?

Beberapa catatan teknis

a. Pembandingan terjemahan TB dengan TL, BIMK, dan FAH
background image
b. Konteks terkecil (kesatuan untuk penafsiran)
Kesimpulan: Perikop 2 Raja-raja 2:1-18 merupakan kesatuan atau konteks terkecil. Ada beberapa kesamaan dengan ayat-ayat berikutnya, di bidang tempat (Yerikho), waktu (hari-hari kenaikan Elia), dan oknum (Elisa), tetapi di semua bidang ada beda-beda yang menentukan (mis. Pokoknya sangat berbeda).
c. Pembagian Ada beberapa kemungkinan. Jika kita memandang perikop ini dari perspektif 50 orang rombongan nabi di Yerikho, ayat-ayat ini dapat dibagi sebagai berikut:

  • Ayat 1-7: Elia (nabi) dan Elisa (pelayan) pergi ke seberang Sungai Yordan;
  • Ayat 8-15: Elia (nabi) terangkat ke surga: TUHAN membebaskannya dari pelayanan;
  • Ayat 16-18: Elisa (nabi) kembali: TUHAN menyanggupkannya untuk pelayanan.

Tafsiran

1. Elisa sebagai pelayan Elia

Akhirnya tugas Elia selesai. Saat bagi Elisa untuk menggantikannya sebagai nabi TUHAN telah tiba. Sudah sekitar enam tahun lalu Elia memanggil Elisa untuk mengikutinya (1Raj. 19:16-21). Panggilan itu terjadi atas perintah yang TUHAN sampaikan kepada Elia, ketika ia berada di Gunung Horeb. Dari tanggapan Elisa pada pengurapannya oleh Elia dapat kita simpulkan, bahwa ia meninggalkan rumah dan pekerjaannya sebagai petani dengan definitif. Dia tidak akan memakai bajak dan lembu lagi. Elisa bukan lagi petani di Abel-Mehola, melainkan calon-nabi untuk seluruh umat Israel. Dengan demikian Elisa menjadi pelayan atau murid Elia. Pada saat itu, TUHAN telah menunjukkan kepada Elia bahwa pemberitaan firman-nya tidak mungkin akan berhenti. Sudah tentu, TUHAN melanjutkan rencana keselamatan-nya, biarpun ada hanya sisa Israel yang tidak sujud menyembah dewa Baal.

Sesudah panggilan dan keberangkatannya dari Abel-Mehola, Elisa tidak disebut lagi selama ia bertugas sebagai murid Elia (1Raj. 20–2Raj. 1). Baru pada hari-hari terakhir kehidupan Elia, Elisa muncul kembali. Pada saat itu ia bukan pelayan Elia lagi, melainkan siap menjadi penggantinya, rupanya hal ini di luar sepengetahuan Elia! tidak dapat selalu dilihat apakah Elisa selalu menyertai Elia. Boleh jadi Elia kadang meninggalkannya di rumah atau di tempat rombongan nabi. Akan tetapi, ada juga kemungkinan, Elisa selalu mengikutinya, tetapi sebagai seorang pelayan ia berdiri di belakang tuannya, sehingga namanya tidak disebut. Kenyataan Elisa tidak disebut dalam 1 Raja-raja 21 (pembunuhan nabot) dan 2 Raja-raja 1 (pemberitahuan tentang kematian Ahazia), dan juga apa yang dikatakan dalam 2 Raja-raja 2:2, 4, 6 tidak membenarkan kesimpulan bahwa Elisa tampaknya tidak selalu mengikuti Elia. Bandingkan 4:12 di mana secara tiba-tiba Gehazi muncul sebagai pelayan Elisa.

Bagaimanapun, ayat-ayat pertama dalam 2 Raja-raja 2 menunjukkan bahwa seluruh Israel Utara telah mengenal Elisa sebagai pelayan Elia. Rombongan-rombongan nabi di berbagai kota berbicara tentang Elia sebagai ”tuanmu”. Artinya, kedua orang itu berpasang. Elisa terkenal sebagai ”pelayan Elia”, sedangkan Elia disebut ”tuan Elisa” (bdk. 3:11). Sudah jelas, Elisa bukan lagi ”orang baru” pada saat TUHAN mengangkat Elia ke surga. Seluruh umat perjanjian TUHAN telah mengenal Elisa dan akan langsung menerimanya sebagai pengganti tuannya.

2. ”Elia dan Elisa sedang berjalan”

Elia berkata kepada Elisa, ”Baiklah tinggal di sini.” Rupanya Elia tidak mau Elisa mengikutinya dalam perjalanan terakhir ini. Mungkin ia menganggap perjalanan ini sebagai perintah khusus dari TUHAN untuk dirinya sendiri saja. Atau ia ingin mencegah Elisa nanti terlalu berdukacita. Akan tetapi, kali ini Elisa tidak menaati perintah tuannya. Sebabnya adalah bahwa ia dan juga semua rombongan nabi sudah tahu tentunya dari Roh TUHAN bahwa TUHAN akan mengangkat Elia ke surga dalam angin badai, dan bahwa Elisa sendiri akan menjadi nabi pengganti Elia. Ternyata, TUHAN telah menyiapkan Elisa dan semua rombongan nabi akan keberangkatan Elia dan penggantiannya oleh Elisa.

Mungkin Elisa belum tahu apa yang akan terjadi, namun ia mengerti bahwa sekarang Elia akan berangkat ke surga dan bahwa dia sendiri akan menjadi penggantinya. Itu sebabnya, Elisa menjawab sampai tiga kali, ”demi TUHAN yang hidup dan demi hidupmu sendiri, sesungguhnya aku tidak akan meninggalkan engkau.” Kata-kata ini sangat kuat artinya. Elisa bersumpah, ia akan mengikuti Elia dari Gilgal ke Betel, lalu ke Yerikho, dan ke Sungai Yordan, sekalipun Elia mau pergi sendirian saja. Justru sekaranglah pelayan tidak dapat tidak mengikuti tuannya, supaya dapat menjadi penggantinya! dengan sumpah, Elisa melewati tuannya Elia dan berseru kepada TUHAN, atasan Elia. Sekarang ia mematuhi bukan perintah Elia, melainkan perintah TUHAN. Elia ingin merahasiakan kenaikannya ke surga, tetapi Elisa dan semua nabi tampaknya sudah tahu. Keberangkatan Elia bukanlah rahasia, karena TUHAN telah membuka rencana-nya sebelumnya. Ternyata ia mau supaya Elisa hadir.

Apa yang diceritakan dalam ayat 1-7 merupakan persiapan untuk kenaikan Elia ke surga. Ayat-ayat ini menekankan kebersamaan Elia dan Elisa: mereka berjalan bersama-sama, membentuk tim sekerja. Mereka merupakan kesatuan yang tak terputus. Secara bersama-sama mereka pergi (= turun) dari Gilgal ke Betel, kemudian ke Yerikho, dan ke Sungai Yordan.

Elia dan Elisa sedang tinggal di Kota Gilgal yang letaknya dekat Kota Sikhem (bdk. 4:38). Gilgal sangat terkenal di Israel. Di situ Yosua menyelenggarakan pembaruan perjanjian TUHAN dengan umat-nya Israel (Ul. 11:29-32, 27:1-8; Yos 8:30-35, 24:1). Perhatikan, Gilgal ini bukanlah Gilgal yang terletak pada tepi Barat Sungai Yordan, yang dekat Yerikho (Yos. 4-5). Ini jelas dari kata ”turun” yang dipakai oleh sang penulis. Untuk pergi ke Betel dari Gilgal yang dekat Yerikho, orang harus ”naik” (mendaki gunung; bdk. 2:23 dan Luk. 10:25-37). Kota-kota Betel dan Yerikho, dan Sungai Yordan pula adalah tempat-tempat yang teramat terkenal dari sejarah umat perjanjian Israel. Semua tempat itu mengingatkan Israel akan kesetiaan TUHAN yang selalu memelihara perjanjian-nya. Bukan sebuah kebetulan bahwa justru di kota-kota itu terdapat rombongan-rombongan nabi.

3. ”Keluarlah rombongan nabi”

Di Gilgal (4:38), Betel, Yerikho, dan agaknya juga di Gunung Karmel (4:25) dan tempat-tempat lain ada yang disebut rombongan nabi. Bahasa ibrani memakai kata ”anak”, yaitu ”anak-anak nabi”. Arti kata ini bukan ”keturunan”, melainkan ”warga”, yakni anggota salah satu kelompok atau persekutuan. Umpamanya, perkataan ”anak-anak Israel” searti dengan ”Israel” atau ”umat Israel”. Demikian sebutan ”anak-anak nabi” sinonim dengan ”para nabi” (4:1) atau ”rombongan nabi”. Kata ”anak” sering searti dengan kata ”murid” (bdk. Murid-murid Yesus) atau ”pengikut” (yang dalam arti luas sinonim dengan ”orang percaya”). Jadi, rombongan nabi ialah kelompok murid-murid Elia dan Elisa atau lebih luas kumpulan semua orang percaya yang masih setia (4:38; juga 1Sam. 10:10; 19:18-24).24

background image

Pada zaman Elia dan Elisa, rombongan-rombongan nabi itu merupakan pusat pekabaran firman TUHAN di tengah-tengah umat Israel. Israel tidak setia, karena mereka menganut allah-allah lain. Sebaliknya, para nabi tetap hidup setia sesuai dengan kehendak TUHAN. Dengan demikian mereka menjadi teladan bagi Israel. Kata ”nabi” tidak selalu berarti bahwa ia pejabat resmi yang diangkat oleh TUHAN untuk memberitakan firman-nya, seperti Elia dan Elisa. Rombongan nabi bisa berarti ”jemaat TUHAN” pada zaman ”buruk” itu. Mereka hidup bersama (atau sering berkumpul, misalnya pada hari Sabat, 4:23) di beberapa tempat terkenal. Mereka tetap takut akan TUHAN dan beribadah kepada-nya. Demikian mereka menjadi ”pusat pekabaran injil” di Israel. Izebel, istri Raja Ahab, berusaha untuk membinasakan semua rombongan nabi itu. Akan tetapi, TUHAN melindungi mereka. Ada yang menjadi korban kejahatan izebel, ada yang selamat dan hidup tersembunyi (bdk. 1Raj. 18:3-4; 19:18). Perhatikan, di samping rombongan-rombongan nabi ini ada juga rombongan-rombongan nabi palsu (1Raj. 22:1-28)!

Rombongan-rombongan nabi yang disebut dalam 2 Raja-raja 2, ternyata sudah tahu tentang Elia akan terangkat ke surga. Mereka bertanya kepada Elisa tentang itu. Dan Elisa menjawab, ”Aku juga tahu, diamlah!” Jelaslah, Elia tahu, Elisa tahu, semua rombongan nabi tahu, tetapi yang satu tidak sadar bahwa yang lain juga sudah tahu. Elia berusaha menyembunyikan perintah TUHAN bagi Elisa. Sebaliknya, rombongan-rombongan nabi mau membuka rahasia kepada Elisa. Padahal, Elisa sendiri juga sudah tahu apa yang akan terjadi nanti. Mereka semua tahu, tetapi mereka masing-masing menutupinya dan tidak berbicara tentang itu.

Apakah mereka, yaitu Elia dan rombongan-rombongan nabi itu, saling berpamitan? Mungkin demikian. Akan tetapi, kita tidak membaca satu kata pun mengenai acara perpisahan. Dengan demikian, kesatuan di antara Elia dan Elisa ditekankan. Keberangkatan Elia tidak akan menyebabkan perubahan besar. Pekabaran firman TUHAN akan terus berlangsung, meskipun pelayannya telah berbeda.

4. ”Menyeberanglah keduanya”

Dari Yerikho, Elia dan Elisa berangkat menuju Sungai Yordan. Ketika mereka berdiri di tepi sungai, Elia mengambil jubahnya (dari tangan Elisa yang memikulnya untuk Elia?). Ia menggulung jubah, lalu memukulkannya ke atas air. Dan terbagilah air itu ke sebelah sini dan ke sebelah sana, sehingga mereka dapat menyeberang di tanah yang kering. Lima puluh orang rombongan nabi Yerikho sedang menyaksikan mukjizat ini terjadi. Mereka mengikuti Elia dan Elisa, bukan untuk melepas Elia, melainkan untuk melihat apa yang akan terjadi. Mereka berdiri menonton dari jauh.

Air Sungai Yordan terbagi, sehingga ada jalan di tengah. Elia dan Elisa berjalan ke seberang. Sudah tentu mukjizat TUHAN ini langsung mengingatkan baik Elia dan Elisa sendiri maupun para penonton (50 orang itu) dan juga para pembaca (termasuk kita) akan mukjizat-mukjizat TUHAN yang dilakukan-nya untuk Israel pada zaman Musa dan Yosua, yakni penyeberangan Laut teberau setelah Israel keluar dari Mesir (Kel. 14) dan penyeberangan Sungai Yordan ketika Israel masuk ke tanah Kanaan (Yos. 3). Khususnya kejadian kedua itu penting, karena penyeberangan Israel pada zaman Yosua terjadi pada tempat yang sama, di mana sekarang Elia dan Elisa menyeberang. Apakah hal ini mempunyai arti istimewa? Jika demikian, apa artinya?

Menurut SKA, alasan kenaikan Elia ke surga terjadi di seberang Sungai Yordan ialah bahwa TUHAN tidak mau orang lain menyaksikannya. TUHAN memang memperbolehkan rombongan-rombongan nabi mengetahui apa yang akan terjadi pada Elia (2Raj. 2:3, 5), tetapi mereka tidak boleh melihat kejadian itu. Lima puluh orang rombongan nabi yang ikut berjalan ke Sungai Yordan, terpaksa berhenti di tepi sungai (ay. 7). Setelah Elia dan Elisa tiba di seberang, air sungai langsung mengalir kembali seperti biasa. Akibatnya, 50 orang itu tidak dapat cepat menyeberang juga.25 dengan demikian, ujar SKA, TUHAN menghalangi mereka menghadiri keberangkatan Elia.

Sudah tentu, tidak seorang pun menyaksikan kenaikan Elia, kecuali Elisa yang akan menggantikannya sebagai abdi Allah. Akan tetapi, perihal tidak ada saksi-saksi bukanlah alasan keberangkatan Elia terjadi di seberang Sungai Yordan, di daerah yang jauh dan sepi. Alasan TUHAN mengangkat Elia di daerah itu ialah begitu keyakinan saya kenyataan bahwa umat perjanjian Israel telah melupakan sejarahnya yang teramat istimewa. Bukankah mereka umat perjanjian TUHAN? dengan memakai cara dan lokasi ini untuk keberangkatan nabi Elia, TUHAN bermaksud untuk membuka mata Israel akan kedudukannya sebagai umat TUHAN. Maksud itu telah ditunjukkan-nya pula dalam rute yang diambil oleh nabi Elia pada perjalanan terakhirnya, yaitu melalui tempat-tempat historis yang sangat bermakna, tetapi dalam urutan terbalik: Gilgal, Betel, dan Yerikho (justru di sana pula terdapat rombongan-rombongan nabi). Maka dalam mukjizat air Sungai Yordan yang terbagi, TUHAN sekali lagi menegaskan maksud-nya. Dengan demikian TUHAN mengingatkan Israel akan latar belakangnya, supaya akhirnya bertobat dari Baal kepada TUHAN.

Perhatikan, Elia dan Elisa menyeberangi Sungai Yordan pada tempat sama di mana lebih dahulu umat Israel memasuki tanah Kanaan dari seberang sungai. Dan untuk keberangkatannya ke surga, Elia menuju daerah yang sama di mana lebih dahulu Musa memberitakan firman TUHAN untuk terakhir kalinya, khususnya tentang hidup Israel nanti di tanah Kanaan (Ul. 27-29),26 lalu meninggal dunia (di Gunung nebo)! dengan sengaja TUHAN menghubungkan Elia dengan Musa (bdk. Mat. 17:1-13 di mana mereka tampak bersama-sama), dan Elisa dengan Yosua. Seluruh peristiwa perjalanan dan keberangkatan nabi Elia serta perbuatan-perbuatan pertama nabi Elisa menunjukkan TUHAN mengaitkan zaman Elia & Elisa dengan zaman Musa & Yosua. Hendaklah Israel melihat hubungan itu!

Sebelum ini perjalanan Elia ke Gunung Horeb dan pertemuannya dengan TUHAN di sana, justru pada tempat dia lebih dahulu berbicara dengan Musa (1Raj. 19), juga telah menimbulkan peringatan akan apa yang terjadi di gunung itu di zaman dahulu: di tempat itu TUHAN memperbarui perjanjian-nya dengan umat Israel (Kel. 19-20). Elia pergi ke Gunung Horeb atas perintah TUHAN dalam keadaan putus asa; ia melapor kepada TUHAN bahwa ia sendiri saja yang masih setia. Menurut Elia, perjanjian TUHAN sudah putus, karena pihak Israel hilang. Pekerjaannya sebagai nabi, artinya pekerjaan TUHAN sendiri, percuma semata-mata. Akan tetapi, TUHAN tidak menerima keluhan Elia itu. Elia melupakan bahwa yang berkuasa ialah TUHAN. Dia tetap melaksanakan rencana keselamatan-nya, sekalipun banyak orang Israel tidak setia menaati hukum-nya. Lalu TUHAN membuka mata Elia dan memberi kekuatan baru kepadanya untuk menyelesaikan tugasnya, atas dasar perjanjian TUHAN yang tak terputus. Jangan Elia putus asa, oleh karena masih ada 7.000 orang yang setia yang tidak sujud menyembah Baal. Oleh mukjizat di Gunung Karmel, TUHAN justru memberitakan kesetiaan dan kesediaan-nya untuk tetap memelihara dan memberkati umat-nya. Kejadian di Gunung Karmel adalah penegasan peristiwa di Gunung Horeb.

background image

Peta perjalanan Israel memasuki Kanaan

background image

Peta perjalanan Elia dan Elisa keluar dari Kanaan

Maka, pada saat TUHAN mengakhiri pelayanan nabi Elia (2Raj. 2), dia sekali lagi mengingatkan Israel akan perjanjian-nya dengan mereka dan akan penggenapan janji-nya pada masa lalu. Setelah Israel menyeberangi Sungai Yordan, mereka mengadakan penyunatan dan merayakan Pesta Paskah di Gilgal (yang di tepi Sungai Yordan). Lalu TUHAN menyerahkan Kota Yerikho kepada mereka. Itu bukti TUHAN berperang untuk umat-nya. Selanjutnya mereka memperbarui perjanjian dengan TUHAN di Gunung Ebal dan Gunung Gerizim (Gilgal yang dekat Sikhem, Yos. 8) sesuai dengan perintah Musa (Ul. 27). Akhirnya, pada waktu Yosua sudah tua, mereka memberi janji untuk selalu mengikuti TUHAN (Yos. 24). Sudah terbukti: betapa bahagianya Israel di bawah perlindungan TUHAN!

Akan tetapi, bagaimana keadaan Israel sejak mereka menyeberangi Sungai Yordan itu sampai sekarang, pada akhir hidup Elia? Israel sudah lama tidak mengikuti TUHAN lagi! Mana mungkin hal itu terjadi! dan apa akibat ketidaktaatan itu? TUHAN menghukum Israel dengan kutuk-nya ketimbang memberkati mereka dengan berkat-nya (bdk. Ul. 28). Israel mundur daripada maju. Perjalanan Elia dari Gilgal (yang dekat Gunung Ebal, Kota Sikhem) ke Betel, lalu ke Yerikho dan kemudian ke seberang Sungai Yordan adalah semacam perjalanan balik arah yang melambangkan kemunduran Israel. Perjalanan terakhir nabi Elia adalah kebalikan dari perjalanan Israel di bawah pimpinan Yosua. Israel memasuki Kanaan, Elia mengundurkan diri dari Kanaan. Perjalanan Elia melambangkan keadaan Israel: sejak mereka menyeberangi Sungai Yordan dan memperbarui perjanjian di Gunung Ebal semata-mata tidak ada perkembangan! Akan tetapi sebaliknya, hanya ada kemunduran. Belum lama ada bukti jelas: Kota Yerikho dibangun kembali (1Raj. 16:34). Dan Kota Betel telah menjadi pusat pelanggaran Hukum TUHAN (1Raj. 13). Israel tidak memperbarui perjanjian dengan TUHAN, tetapi sebaliknya merusakkannya sesuai dengan kesukaan mereka sendiri, di bawah pimpinan Raja Yerobeam (penyembahan dua patung lembu di dan dan Betel) dan Raja Ahab (penyembahan dewa Baal).

TUHAN menghubungkan Elia dengan Musa untuk menyadarkan Israel akan situasinya yang sebenarnya: pada saat Elia terangkat ke surga, Israel seolah-olah masih tetap berdiri di depan Sungai Yordan. Sejak kematian Musa di Gunung nebo rupanya tidak ada satu perkembangan pun. Israel telah melupakan kedudukannya dan misinya sebagai umat TUHAN di tanah Kanaan. Sekarang ini, pada saat Elia pergi dan Elisa menggantikannya, hendaklah Israel kembali hidup dalam perjanjian TUHAN, sama seperti pada waktu Musa meninggal dunia dan Yosua menggantikannya. Demikian TUHAN mengundurkan Elia ke seberang Sungai Yordan (bdk. Yeh. 10; Why. 2:5), supaya Israel bertobat kepada TUHAN dan mengingat akan semua janji yang telah digenapkan-nya pada waktu mereka memasuki tanah Kanaan dan sesudahnya. TUHAN bersedia untuk sekali lagi memberikan hidup baru untuk Israel, demi pertobatan dan hidup mereka dalam perjanjian-nya. Dia menunjukkan anugerah-nya dengan menggabungkan Elia dan Musa pada akhir hidup mereka masing-masing (Musa tidak diangkat ke surga seperti Elia; ia meninggal dunia, tetapi mayatnya pun tidak pernah ditemukan). Dan dia menghubungkan Elisa dengan Yosua yang masing-masing memimpin Israel pada jalan TUHAN di tanah perjanjian-nya.

Cerita-cerita riwayat Elisa nanti juga akan menunjukkan adanya hubungan erat antara zaman Elia & Elisa dan zaman Musa & Yosua. Elisa akan menegaskan kepada Israel kepentingan Kitab Ulangan, khususnya bagian akhir, pasal 27–34 (termasuk khotbah perpisahan Musa). Elisa akan mengingatkan Israel akan semua ketetapan yang dahulu diberikan oleh TUHAN melalui Musa (ump. 2Raj. 3: hukum perang dalam Ul. 20; 2Raj. 4: penghapusan hutang dalam Ul. 15 dan 27).

5. ”Dua bagian dari rohmu”

Setelah Elia dan Elisa sampai di seberang Sungai Yordan, Elia akhirnya setuju Elisa mengikutinya. Baru sekarang Elia mengerti bahwa TUHAN sendiri menyuruh Elisa mengantar dia, khususnya untuk serah terima jabatannya. Ini saatnya Elisa akan menggantikan Elia sebagai nabi TUHAN. Berhubung dengan itu, Elia berkata, ”Mintalah apa yang hendak kulakukan kepadamu, sebelum aku terangkat dari padamu.” Sekarang Elia berbicara secara terbuka, karena mengerti bahwa Elisa pun telah langsung menerima penglihatan dari TUHAN tentang kejadian yang dijadwalkan-nya untuk hari ini.27

Maka Elia mempersilakan Elisa supaya meminta tanda mata sebagai pelayan dan penggantinya. Elisa langsung menjawab, ”Biarlah kiranya aku mendapat dua bagian dari rohmu.” Sudah jelas, nabi Elia mempunyai kekuatan dan hikmat dari TUHAN, sehingga ia sanggup melaksanakan panggilannya menurut kehendak Allah. Beberapa saat lagi, Elisa akan menggantikannya sebagai nabi. Untuk tugas yang sama itu ia membutuhkan roh yang sama, yaitu hikmat dan kekuatan yang Elia miliki.

Bandingkan Bilangan 11:24-30 di mana TUHAN mengambil sebagian dari Roh yang hinggap pada Musa dan menaruh-nya atas ketujuh puluh orang tua-tua yang diangkat-nya, lalu ”ketika Roh itu hinggap pada mereka, kepenuhanlah mereka seperti nabi” (ay. 25). Apakah agaknya Elisa mengingat akan peristiwa itu, sehingga ia minta hal yang sama untuk dirinya sendiri? Sudah jelas bagi dia: Seorang nabi tidak mampu memberitakan firman TUHAN, kecuali kalau Roh TUHAN hinggap padanya. Itu syaratnya yang mutlak.

Atas dorongan Elia, Elisa minta tanda mata, yaitu dua bagian dari rohnya. Dengan berbuat demikian Elisa bertindak seandainya ia anak Elia yang berhak menerima warisan. Sama seperti semua nabi (rombongan nabi disebut ”anak-anak nabi”), demikian Elisa dapat disebut ”anak Elia”. Bahkan, oleh karena ia pelayan Elia, ia adalah anak sulungnya (bdk. 1tim. 1:2, tempat Paulus menyebut timotius ”anakku yang sah di dalam iman”; dan dalam 1Ptr. 5:13 Petrus menyebut Markus ”anakku”). Elisa mohon diperlakukan sebagai anak sulung Elia. Sekarang bapaknya akan pergi. Maka Elisa menekankan haknya sebagai anak sulung dan minta warisan yang sepadan dengan itu. Menurut undang-undang umat Israel, anak sulung berhak mendapat dua bagian dari warisan bapaknya (Ul. 21:17). Demikian Elisa meminta warisan dua bagian dari roh Elia.

Mengenai perkataan ”dua bagian dari rohmu”, BIMK dan FAH bersifat interpretasi ketimbang terjemahan. Padahal, interpretasi itu kurang tepat. BIMK mengatakan Elisa meminta seluruh ”kuasa Bapak” (bukan ”dua bagian” saja), sedangkan menurut FAH Elisa memohon ”kuasa bernubuat dua kali lipat dari pada yang kaumiliki”. TAMK mendukung pendapat lain lagi, yaitu bahwa Elisa menerima dua pertiga dari roh Elia; menurut TAMK, ini kesimpulan dari Ulangan 21. Jika demikian, siapa yang mendapat sepertiga bagian yang sisa itu? Pendapat ini hanya benar, jika ada dua anak, sehingga yang sulung mendapat dua pertiga dan yang bungsu sepertiga. Dari konteks ”rombongan nabi” sudah nyata bahwa ada banyak anak. Elisa tidak meminta lain dari hak ia diperlakukan sebagai anak sulung Elia yang menerima warisan dua kali lipat dari semua anak lain.

Boleh jadi Elia mempunyai harta jasmani, umpama uang, ladang, dan rumah. Akan tetapi, bukan harta jasmani, melainkan harta rohani nabi Elia yang penting di sini. Sudah tampak jelas, yang Elia miliki ialah Roh TUHAN, sehingga selama masa pelayanannya ia sungguh-sungguh sanggup bertugas sebagai abdi Allah yang setia. Di bidang harta rohani Elia adalah orang yang luar biasa kaya. TUHAN telah mengaruniakan kesanggupan, hikmat, dan kekuatan kepadanya (bdk. Raja Salomo).

Permintaan Elisa merupakan hal sukar untuk Elia. Bukan dia yang dapat memberikan hadiah atau warisan yang sebenarnya bukan milik dirinya sendiri, melainkan milik TUHAN. Elia sadar bahwa hanya TUHAN saja yang dapat memberi Roh-nya, yaitu warisan rohani yang Elisa minta. Elia hanya dapat memberikan tanda kepada Elisa: jikalau ia melihat Elia terangkat ke surga, permintaannya digenapkan oleh TUHAN.

6. ”Lalu naiklah Elia ke surga”

Elia dan Elisa sedang berjalan, sambil berbicara. Akan tetapi, dengan tiba-tiba percakapan mereka terpaksa berhenti, oleh sebab keduanya dipisahkan satu dari yang lain. Elia dijemput dan diangkut ke surga oleh pasukan surgawi. Datanglah kereta berapi dengan kuda berapi (baca juga 6:17!).28 Yang dimaksudkan ialah kendaraan tentara, seperti yang biasanya digunakan dalam perang bangsa-bangsa pada zaman Elia dan Elisa (bdk. 1Raj. 22:29-38). Akan tetapi, kendaraan bersama kuda-kudanya ini ”berapi”, artinya datang dari surga. Dalam angin badai (TL: guruh; BIMK: angin puyuh) Elia naik ke surga. Malaikat-malaikat (tentara-tentara surgawi) mengantar dia kepada TUHAN.

Bila terjadi TUHAN memerangi musuh-nya, dia mengirimkan pasukan malaikat-nya, bala tentara surga bersama alat-alat perangnya (bdk. 2Raj. 6:17). Sekarang, kereta berapi dengan kuda berapi dikirimkan-nya untuk misi khusus, yakni mengangkut pelayan-nya, Elia, ke surga. Elia, tentara TUHAN di Israel, dijemput oleh pasukan surgawi. Dengan demikian Raja Agung, TUHAN, menghormati nabi-nya sebagai panglima yang berhasil memenangi musuh. Jadi, Elia tidak diperlakukan seakan-akan ia orang tawanan yang dibawa menghadap Raja untuk mempertanggungjawabkan kelakuannya, tetapi ia dimuliakan dengan arak-arakan kemenangan sebagai pelayan setia Rajanya.29

Menurut TAMK, kereta dengan kuda berapi hanya memisahkan Elia dari Elisa, artinya kendaraan mengambil posisi di tengah-tengah mereka, untuk misalnya mencegah Elisa menghalangi Elia berangkat. Elia tidak boleh tinggal, Elisa tidak boleh ikut. Kereta dengan kuda berapi berjaga-jaga sampai Elia naik dalam angin badai, lalu menyusul Elia kembali ke surga. Jadi, kendaraan surgawi tidak mengangkut Elia, tetapi melindungi dan mendampinginya. Tafsiran TAMK ini kurang meyakinkan. Elia tentunya diantar ke surga di dalam kereta dengan kuda berapi itu. Hal itu terjadi dalam angin badai atau guruh. Guruh dan kereta dengan kuda berapi, hendak dipandang sebagai unsur-unsur dari hal yang sama (tentang api surgawi sebagai tanda kehadiran TUHAN, bdk. Kel. 19, 1Raj. 18).

Dalam buku TAMK terdapat kalimat yang kurang jelas, ”tidak setiap orang dapat melihat kereta berapi itu. Yoas melihatnya pada waktu Elisa mati.” tampaknya TAMK mencampurkan dua hal yang berikut:

  • Hanya Elisa yang melihat kereta dan kuda berapi yang mengangkut Elia ke surga (lih. Di bawah). Orang lain tidak ada. Dalam peristiwa 2 Raja-raja 6:8-23 ia melihatnya lagi, dan juga bujang Elisa melihatnya, setelah matanya dibuka oleh TUHAN.
  • Sebaliknya, Raja Yoas tidak pernah melihat kereta dan kuda berapi. Pada waktu Elisa meninggal dunia, Yoas hanya mengucapkan peribahasa tentang Elisa, yang kini Elisa sendiri ucapkan tentang Elia, ”Kereta Israel dan orang-orangnya yang berkuda”. Peribahasa ini bukan mengenai kereta dengan kuda berapi atau pasukan surgawi, melainkan tentang nabi TUHAN yang dipandang sama dengan salah satu pasukan tentara Israel.

7. ”Ketika Elisa melihat itu”

Elisa benar-benar melihat Elia naik ke surga (ay. 10), lalu berseru, ”Bapaku, bapaku! Kereta Israel dan orang-orangnya yang berkuda!” Elia, bapaknya, sudah tidak ada lagi. Terangkatnya Elia ke surga berarti, Elisa dan seluruh Israel mengalami kehilangan besar. Bagaimana mungkin pekerjaan Elia diteruskan? Sebab Elia itu sama dengan salah satu pasukan tentara, suatu pasukan kereta dan kuda dari bala tentara Israel. Bahkan, ia jauh lebih kuat dari seluruh bala tentara Israel, oleh karena mustahil ia dikalahkan. Sama seperti TUHAN mempunyai bala tentara surgawi, demikian dia juga mempunyai tentara-tentara-nya di bumi, yaitu para nabi-nya. Dengan senjata firman TUHAN, Elia (dan nanti Elisa) melindungi umat TUHAN melawan kuasa-kuasa jahat, baik yang datang dari luar maupun yang bangkit di dalamnya. Tidak ada satu musuh pun di luar atau di dalam Israel yang dapat memenangi Elia, walaupun ia sendiri pernah takut dan putus asa (1Raj. 19). Tidak lain, Elia dan Elisa merupakan ABKt, Angkatan Bersenjata Kerajaan TUHAN. Dengan senjata firman TUHAN, mereka membela umat-nya (bdk. 13:14) dan menyerang musuh-nya. Sudah jelas, Israel sama sekali tidak membutuhkan tentara, kuda, kereta, kota berkubu (Yerikho!), dan sebagainya, asal saja mereka ”bermegah dalam nama TUHAN” (Mzm. 20:8)!

Elisa diperkenankan menyaksikan bagaimana Raja surga memulangkan tentara-nya (pasukan-nya) Elia, setelah ia selesai melaksanakan perintah-nya dengan baik. Hal ”memulangkan” itu terjadi melalui cara yang luar biasa dan unik. Musa juga bertugas sebagai ”abdi Allah”, bukan? Akan tetapi, ia meninggal dunia sama seperti tiap-tiap orang, sekalipun cara kematiannya tidak biasa juga (TUHAN sendiri menguburkan mayat Musa, sehingga tidak ditemukan, Ul. 34:5-6). Dan juga Elisa akan mati pada masa tuanya. Hanya ada satu orang lain yang tidak mengalami kematian, yakni Henokh (Kej. 5:24, ”diangkat oleh Allah”; bdk. Ibr. 11:5, ”Karena iman Henokh diangkat, supaya ia tidak mengalami kematian”). Untuk pengangkatan Henokh dan Elia ke surga ini tidak ada penjelasan yang akan dapat memuaskan akal budi manusia. Hanya ada satu kesimpulan saja, yaitu bahwa hal luar biasa itu terjadi sesuai dengan keputusan TUHAN. Dia mengangkat kedua-duanya secara hidup dari lingkungan yang buruk dan yang berbau kematian. Dengan kenaikan Henokh dan Elia, TUHAN memperlihatkan kepada umat-nya yang setia bahwa hidup menang atas kematian.

8. ”Roh Elia telah hinggap pada Elisa”

Dengan hati yang teramat sedih, Elisa mengoyakkan pakaiannya. Ia terharu, berteriak, berkabung, dan menangis sama seperti anak yang ayahnya tiba-tiba meninggal dunia. Sekarang ia merasa dirinya anak yatim. Elisa berdukacita. Perpisahannya dari Elia ini jauh lebih cepat ketimbang perpisahan dari orang tuanya (1Raj. 19:21).

Walaupun demikian, Elisa tidak sempat berkabung. Karena ternyata sekarang dialah nabi TUHAN menggantikan Elia. Sekarang terjadi apa yang telah TUHAN firmankan kepada Elia di Gunung Horeb, yaitu bahwa Elisa akan menggantikannya dan melanjutkan pekerjaannya sebagai nabi. Saat Elia terangkat ke surga sekaligus adalah saat Elisa diangkat menjadi nabi TUHAN. Lagipula TUHAN sendiri menyanggupkan Elisa untuk tugas berat itu, karena perhatikan, ia benar-benar melihat Elia naik ke surga. Elisa tadi menyaksikan tuannya terangkat ke surga. Itulah bukti pengurapannya dengan roh Elia, yang adalah Roh TUHAN. Artinya, Elisa sungguh-sungguh mendapat kekuatan dan hikmat dari TUHAN untuk memberitakan firman-nya kepada umat perjanjian Israel, untuk menghiburkan orang-orang setia dengan kata-kata manis, dan menegur orang-orang yang tidak taat dengan kata-kata keras. Roh TUHAN menyanggupkan Elisa menjadi ”kereta dan orang-orangnya yang berkuda” bagi Israel, sama seperti Elia. Dengan perkataan dan perbuatannya Elisa akan bertindak sebagai pasukan pelindung Israel. Ia akan menyampaikan firman TUHAN kepada bangsa Israel dan bangsa-bangsa lain. Sesudah Elia, Elisa melanjutkan pekerjaan TUHAN untuk umat-nya Israel.

Perjalanan Elia ke seberang Sungai Yordan dan terangkatnya di situ melambangkan kemunduran Israel, seakan-akan tidak ada perkembangan sejak zaman Musa sampai ke zaman Elia. Cara hidup Israel menyatakan bahwa mereka tidak maju, setelah mereka memasuki Kanaan, tetapi sebaliknya semakin mundur. Israel berada dalam krisis: perlu ada reformasi, yakni kembali kepada TUHAN. Dan lihat, TUHAN sendiri mengurusnya. Elisa padanya ada firman TUHAN (2Raj. 3:12) kembali menyeberangi Sungai Yordan memasuki tanah Kanaan, seakan-akan mengulang penyeberangan Israel di bawah pimpinan Yosua. Demikian Elisa melambangkan permulaan baru bagi Israel. Ada masa depan untuk umat perjanjian. TUHAN yang beranugerah, memenuhi janji-nya.

Elisa mendapat tiga bukti bahwa TUHAN menerima dia sebagai nabi pengganti Elia:

1) ia menyaksikan Elia naik ke surga.

2) ia boleh mengambil jubah Elia yang terjatuh pada waktu Elia pergi. Mulai sekarang, Elisa tidak lagi memikul jubah itu sebagai pelayan Elia (1Raj. 19:19), tetapi ia akan memakainya sendiri, agar bangsa Israel melihat bahwa dialah pengganti Elia yang melanjutkan tugas Elia sebagai abdi Allah. Tidak ada perubahan. Elia atau Elisa, sama saja.

3) ia membuat mukjizat dengan air Sungai Yordan, sama seperti yang tadi Elia lakukan. Artinya, mulai sekarang ”Allah Elia” (ay. 14) adalah ”Allah Elisa”.

Rombongan nabi dari Yerikho masih terus menunggu di tepi Sungai Yordan. Mereka melihat Elisa kembali dan menyeberang dengan cara luar biasa yang sama seperti tadi. Reaksi mereka sangat tepat, ”Roh Elia telah hinggap pada Elisa”. Mungkin mereka mendengar Elisa berseru kepada TUHAN, ketika ia memukul air Sungai Yordan dengan jubah Elia, ”di manakah TUHAN, Allah Elia?” Maka Allah menyatakan dia ada, karena dia langsung mengabulkan permohonan Elisa: air ”terbagi ke sebelah sini dan ke sebelah sana”, supaya Elisa menyeberang. Demikian TUHAN menyatakan diri sebagai Allah Elia dan juga sebagai Allah Elisa. Ini kedua kalinya 50 orang itu menyaksikan mukjizat TUHAN. Mereka segera menarik kesimpulan yang pas: Elisa melanjutkan tugas Elia menurut kehendak TUHAN. Mereka langsung datang menemui dia, lalu sujud kepadanya sampai ke tanah. Dengan demikian mereka menghormati Elisa sebagai nabi TUHAN.

9. ”Orang-orang ini mencari tiga hari lamanya”

Meskipun 50 warga rombongan nabi dari Yerikho ialah orang-orang pertama yang menyaksikan tindakan Elisa sebagai nabi TUHAN, tetapi mereka rupanya belum menerima kewibawaannya. Mereka mengakui dan menghormati Elisa sebagai pengganti Elia, tetapi mereka belum berpisah dari tuannya. Mereka dikuasai oleh keinginan mencari mayat Elia di seberang Sungai Yordan, supaya ada kepastian yang tidak mungkin diragukan. Itu prioritas nomor satu bagi mereka, sehingga mereka langsung mendekati Elisa dengan usulan konkret.

Keinginan mereka dapat kita andaikan. Tadi mereka menyaksikan Elia dan Elisa bersama-sama menyeberangi Sungai Yordan. Sekarang mereka melihat hanya Elisa menyeberang kembali, sambil memikul jubah Elia. Elia tidak ada. Dia ternyata sudah terangkat ke surga, seperti mereka sudah tahu sebelumnya (ay. 5). Akan tetapi, mereka ingin tahu persisnya apa yang terjadi, sehingga mereka bertanya kepada Elisa, ”di mana Elia? Apa yang terjadi?” Mencari keterangan tentang cara Elia pergi itu baik, tetapi usulan mereka kepada Elisa untuk menyuruh 50 orang dari mereka (bdk. Ay. 7) ”pergi mencari tuanmu, jangan-jangan ia diangkat oleh Roh TUHAN dan dilemparkan-nya ke atas salah satu gunung atau ke dalam salah satu lembah”, adalah reaksi yang sangat berlebihan. Usulan mereka untuk mencari mayat Elia tidak tepat. Karena itu, tanggapan mereka pada kata-kata Elisa, ”Janganlah pergi!”, tidak dapat dibenarkan. Mereka mendesak dia sampai memalukan. Padahal, mereka sendiri dapat tahu bahwa mayat Elia pastinya tidak ada. Elia tidak meninggal sama seperti tiap-tiap orang, tetapi ia terangkat ke surga.

Mereka memaksa Elisa sampai akhirnya ia berkata, ”Suruhlah pergi!” Lalu 50 orang itu menyeberangi Sungai Yordan30 dan mencari Elia selama tiga hari. Akan tetapi, seperti sudah jelas sebelumnya, mereka tidak menemukannya. Pencarian mereka tidak berhasil, namun mempunyai dampak bahwa peristiwa di seberang Sungai Yordan semata-mata diteguhkan. Tidak seorang pun dapat menyangkal kenaikan Elia ke surga dan penggantiannya oleh Elisa. Elia sungguh-sungguh tidak ada lagi. Sekarang Roh TUHAN hinggap pada Elisa. Dialah nabi TUHAN. Kata-kata akhir Elisa yang menunggu di Kota Yerikho, menekankan itu: ”Bukankah telah kukatakan kepadamu: Jangan pergi?” Kata-kata Elisa adalah firman TUHAN.

10. Kelanjutan pemberitaan firman TUHAN

Kenyataan TB, BIMK, dan FAH memberikan judul Elia naik ke sorga kepada peristiwa yang dikisahkan dalam 2 Raja-raja 2:1-18, berarti bahwa semuanya memandang pada terangkatnya Elia ke surga sebagai pokok utama perikop ini. Padahal, yang terutama penting dalam kisah ini bukanlah kenaikan Elia ke surga, melainkan penggantiannya oleh nabi Elisa. Inti kejadian ini ialah bukti dan jaminan TUHAN melanjutkan pemberitaan firman-nya kepada Israel. Yang menonjol ialah kesinambungan dalam pekerjaan keselamatan TUHAN. Dengan perantaraan para nabi-nya yang tepat disebut ”mulut TUHAN” TUHAN memelihara umat-nya. Firman TUHAN tidak berangkat bersama-sama dengan Elia, tetapi tinggal di Israel, yaitu bersama-sama dengan penggantinya, Elisa.31

Elia terangkat ke surga. Kepergiannya sekaligus merupakan ”serah terima” jabatannya. Dan jubah yang terjatuh ialah tanda peralihan jabatannya. Pengganti Elia sudah siap, sesuai dengan perintah TUHAN kepadanya di Gunung Horeb. Pengabar pergi, tetapi kabarnya tidak pergi dan tidak berhenti. Elisa melanjutkan tugas Elia. Ia disanggupkan dengan warisan roh Elia, Roh TUHAN. Tidak akan terjadi apa yang telah terjadi beberapa tahun lalu, pada waktu mulai kekeringan dan kelaparan. Pada waktu itu, Elia pergi dan firman TUHAN turut pergi, selama tiga setengah tahun (1Raj. 17; bdk. Juga 1Sam. 3). Sekarang tidak lagi demikian. Jika kita mendalami perikop ini sesuai dengan maksudnya, kita melihat dengan jelas bahwa yang berdiri di pusat perhatian ialah Elisa, bukan Elia.

Berita 2 Raja-raja 2:1-18 adalah: TUHAN melanjutkan rencana keselamatan-nya, sekalipun jumlah orang Israel yang masih setia menaati firman TUHAN, sangat sedikit. Akan tetapi, ternyata tidak mungkin satu orang pun menghentikan rencana dan penyataan Allah. TUHAN sendiri menjamin kelanjutannya sampai tuntas. Demikian kita mendapat kepastian bahwa TUHAN memenuhi semua rencana dan pekerjaan-nya, melalui Elia, Elisa, dan akhirnya Anak-nya, Yesus Kristus. Khususnya nama itu menjamin pekerjaan TUHAN akan mencapai kesudahannya.

11. Terangkatnya Elia berhubungan dengan…

Banyak pembaca Alkitab langsung menghubungkan terangkatnya Elia ke surga dengan kenaikan Yesus Kristus, enam minggu setelah kematian dan kebangkitan-nya (Kis. 1:1-11). Selain itu, ada orang yang menganggap adanya kesamaan di antara kemuliaan Elia dan kemuliaan semua orang percaya (”tentara Kristus”) yang jiwanya terangkat ke surga pada saat kematian mereka (Why; bdk. KH, Minggu 18 dan 22). Akan tetapi, hendaklah kenyataan bahwa inti kisah ini bukan kenaikan Elia, melainkan kelanjutan pelayanannya oleh Elisa (TUHAN melanjutkan karya keselamatan-nya), membuat kita hati-hati untuk tidak memberikan arti yang berlebihan pada cara Elia terangkat ke surga. Janganlah kita melepaskan peristiwa kenaikan Elia dari konteks dan tempatnya dalam seluruh sejarah keselamatan Allah. Karena yang dibicarakan ialah pokok ”TUHAN sendiri mengatur kelanjutan pekerjaan-nya”, kita tidak dapat mengutamakan kesamaan yang mungkin ada di antara kenaikan Elia dan kenaikan Kristus atau juga kenaikan jiwa orang percaya.

Kenaikan Kristus Sebenarnya hanya ada dua pokok kesamaan di antara terangkatnya Elia dan kenaikan TUHAN Yesus ke surga, yaitu pertama kenyataannya. Elia dan Yesus sungguh-sungguh naik ke surga secara fisik. Ada saksi yang dapat membenarkannya. Selanjutnya ada kesamaan di bidang tujuan kenaikan keduanya, yakni supaya mereka dimuliakan oleh TUHAN, Elia sebagai ”panglima” dan Kristus sebagai Raja. Di semua bidang lain, misalnya di bidang arti dan cara, dua peristiwa kenaikan semata-mata berbeda. Elia dijemput oleh kendaraan ”kereta dan kuda berapi”, dalam guruh, lalu diangkut ke surga, sedangkan Yesus naik sendiri pada ”kendaraan” TUHAN, awan-nya (Kis. 1:9). Elia terangkat, setelah TUHAN mengistirahatkan dia dari tugasnya dan mengalihkan tugas itu kepada penggantinya. Ketika Kristus naik ke surga, dia diberi segala kuasa di langit dan di bumi. Artinya, dia tidak mendapat perhentian, tetapi melanjutkan tugas-nya (meskipun tugas-nya yang utama telah selesai, yakni kematian-nya di kayu salib untuk membayar utang dosa dunia). Lagipula, untuk Kristus tidak ada pengganti, tetapi dia bertugas sendiri (Roh Kudus dan juga para rasul bukan pengganti Kristus, melainkan sarana-nya untuk dia sendiri melanjutkan tugas-nya). Perbedaan-perbedaan di antara kenaikan Kristus dan terangkatnya Elia lebih besar ketimbang kesamaannya.

Jangan juga Elia disebut ”lambang” atau ”tipe” Kristus.

Sebenarnya, dalam PL kita menemukan dua lambang Kristus saja, yakni (1) kurban yang dipersembahkan oleh (2) Imam Besar (bdk. Kitab ibr.).32 Lebih baik kita mencari hubungan di antara Kristus dan Elia (serta Musa) melalui peristiwa Kristus dimuliakan di atas gunung, dalam Matius 17. Selain itu, perhatikan bahwa PB menghubungkan Elia bukan dengan Yesus, melainkan dengan Yohanes Pembaptis!

Terangkatnya jiwa orang percaya Mungkin lebih tepat, kita mengumpamakan kenaikan Elia dengan terangkatnya jiwa orang percaya pada saat meninggal dunia. Akan tetapi, di sini pula ada banyak perbedaan. Mengenai Elia, yang terangkat ke surga ialah orang seutuhnya, tubuh-dan-jiwa (bdk. Henokh). Bila orang percaya meninggal dunia, hanya jiwanya terangkat kepada Kristus, tetapi tubuhnya dimakamkan.

Sekali lagi saya menegaskan bahwa arti peristiwa yang diceritakan dalam 2 Raja-raja 2:1-18 untuk gereja Kristus masa kini ialah: kelanjutan pemberitaan firman TUHAN melalui nabi Elisa, pengganti Elia: ”Roh Elia telah hinggap pada Elisa!” TUHAN sendiri menyanggupkan Elisa dengan Roh-nya untuk berbicara ”demi nama TUHAN”. Boleh jadi pemberita firman TUHAN pergi, tetapi firman itu sendiri tetap tinggal.

Informasi Buku

  1. PDF
  2. Penulis:
    Henk Venema
  3. ISBN:
    978-602-0904-96-2
  4. Copyright:
    © Henk Venema (LITINDO)
  5. Penerbit:
    Literatur Perkantas