a. Pembandingan terjemahan TB dengan TL, BIMK, dan FAH
b. Konteks terkecil (kesatuan untuk penafsiran)
Kesimpulan: dibandingkan dengan apa yang diceritakan dalam 2 Raja-raja 13:10-13 (ikhtisar umum tentang Yoas, raja Israel) dan 2 Raja-raja 14 (riwayat Amazia, raja Yehuda), bagian 2 Raja-raja 13:14-25 merupakan konteks terkecil. Meskipun bagian 2 Raja-raja 13:14-25 terdiri dari tiga sub-bagian yang berbeda di bidang tempat dan waktu, ada kesamaan besar di bidang oknum (Elisa, Yoas), pokok, dan tujuan (nubuat dan penggenapannya). Demikian:
Ketiga sub-bagian ini dapat dibahas satu demi satu, tetapi alangkah bagusnya kalau kesatuannya dipertahankan. Jadi, kita tetap menentukan ayat 14-25 sebagai konteks terkecil.
c. Pembagian Kalau sebagai pokok kita tentukan ”Melalui Elisa TUHAN memberi janji kelepasan”, bagian 2 Raja-raja 13:14-25 dapat dibagi sbb.:
Sudah lama kita tidak mendengar lagi kabar tentang abdi Allah, Elisa. Sejak pengurapan Yehu menjadi raja atas Israel, Elisa seakan-akan hilang dari muka bumi. Bolehlah kita percaya bahwa selanjutnya, pada masa pemerintahan Yehu dan anaknya, Yoahas, Elisa masih tetap melayani sebagai nabi TUHAN. Akan tetapi, Kitab Suci tidak menceritakan satu kata pun tentang perbuatan Elisa di zaman itu. Baru setelah kira-kira 45 tahun lewat, kita mendapat laporan lagi tentang beberapa perbuatan Elisa. Namun, pada waktu itu Elisa sudah lanjut usianya, atau bahkan sudah mati.
Kenyataan tidak adanya berita tentang nabi Elisa selama pemerintahan dinasti Yehu menimbulkan banyak pertanyaan. Akan tetapi, bukankah itu berkaitan dengan jangkauan perintah TUHAN kepada nabi Elia di Gunung Horeb? Elia disuruh-nya untuk mengurapi Hazael, Yehu, dan Elisa (1Raj. 19:15-17). Ketiga pengurapan itu khususnya terarah pada hukuman yang akan dilangsungkan TUHAN atas dinasti Ahab. Dengan pengurapan Yehu dan tindakannya terhadap keluarga Ahab, pelaksanaan perintah itu sebenarnya selesai. Setelah Hazael dan Yehu diangkat menjadi raja, yang satu di Aram dan yang lain di Israel, mereka melakukan apa yang telah dinubuatkan oleh Elia, Elisa, dan nabi muda yang mewakilinya. Mereka memberitakan firman TUHAN tentang hukuman yang akan datang, dengan maksud agar Israel bertobat dari keburukannya. Oleh karena pertobatan itu tidak terjadi, hukuman TUHAN benar-benar dilaksanakan-nya. Elisa, dan selanjutnya Yehu dan Hazael melakukan apa yang dikehendaki TUHAN (mengenai Elisa, baca 2Raj. 2–9; mengenai Hazael dan Yehu, baca 2Raj. 9:16–10:36; 13:1-13; bdk. 13:22). Lalu, dalam 13:14-25 kita mendengar bahwa tugas setiap mereka selesai. Itulah sebabnya, sekarang ada berita lagi tentang perbuatan Elisa, yakni sebagai penutup masa hukuman itu. Dan ada berita akhir yang indah: TUHAN berpaling kepada Israel meskipun mereka belum sungguh-sungguh bertobat. Alangkah besarnya anugerah TUHAN!
Jadi, mengenai pemberitaan tentang Elia maupun Elisa, kedua Kitab Raja-raja khususnya berfokus pada pelayanan mereka selama masa dinasti Ahab, yang terkait dengan hukuman TUHAN atas keburukan mereka. Orang-orang yang tetap percaya kepada TUHAN diberi pertolongan, tetapi raja dan kaum Israel yang tidak peduli akan TUHAN, dihukum-nya sampai akhirnya seluruh keluarga Ahab dimusnahkan sampai habis. Tentang pelayanan Elisa yang dilakukannya pada masa dinasti Yehu, tidak kita baca. Hanya bagian 2 Raja-raja 13:14-25 mengisahkan bagaimana Elisa menyelesaikan jabatannya sebagai abdi Allah dan meninggal dunia. Satu kali lagi ia memberitakan firman TUHAN kepada raja dan umat TUHAN. Dengan demikian Elisa berpisah dari mereka. Sebenarnya perbuatan Elisa yang terakhir ini menjadi puncak pelayanannya karena ia memberikan pengharapan besar kepada seluruh umat Israel. TUHAN terus berpaling kepada Israel karena perjanjian-nya dengan Abraham, ishak, dan Yakub. TUHAN menolong mereka dengan berlimpah-limpah biarpun umat-nya belum bertobat (bdk. Hak.).
Pada waktu berpisah (ay. 14), nabi Elisa sudah sangat tua.
Pada hari pengurapan Raja Yehu, Elisa telah bertugas selama kira-kira 10 tahun, yaitu selama masa pemerintahan Raja Yoram. Selanjutnya Yehu memerintah selama 28 tahun, dan anaknya Yoahas selama 17 tahun. Artinya, Elisa bertugas selama sekurang-kurangnya 55 tahun (ia bertugas sampai hari kematiannya!), sehingga umurnya sekarang kurang lebih 85 tahun.
Pada masa pemerintahan Yoas, cucu Yehu, bagaimana keadaan politik Israel? Jelas dari 2 Raja-raja 9–13 bahwa Israel sedang dikuasai oleh Hazael, raja Aram, sesuai kata-kata Elisa dalam 8:12
(bdk. 1Raj. 19:15-17). TUHAN menghukum Israel karena tidak mau bertobat kepada-nya dari penyembahan berhala mereka. Oleh sebab keluarga Ahab memimpin Israel dalam berbuat kejahatan, TUHAN telah menghabiskan seluruh keluarga Ahab dari muka bumi. Hukuman TUHAN itu dilangsung kan oleh Raja Yehu. Selain itu, Yehu menghapuskan penyembahan Baal dari Israel. Namun, Yehu tidak melarang penyembahan patung-patung lembu, cara ibadat Raja Yerobeam. Awal pemerintahan Yehu memang baik, tetapi kemudian ia tidak setia menaati kehendak TUHAN lagi (10:30-31). Sama halnya dengan anaknya, Yoahas (13:2), dan cucunya, Yoas (13:11). Tentang mereka penulis mengambil kesimpulan bahwa mereka ”melakukan apa yang jahat di mata TUHAN”, karena tetap mengikuti dosa Yerobeam. Yoas bahkan mengagumi Raja Yerobeam sedemikian rupa, sehingga memberikan nama raja itu kepada anaknya sendiri.
Sama seperti raja-raja Israel Utara lainnya, Raja Yoas bercabang dua. Ia percaya kepada TUHAN selama diberi-nya kebahagiaan, tetapi pada waktu terjadi kesulitan ia berharap kepada berbagai dewa-dewi Kanaan dan lainnya. Dan dalam cara beribadah kepada TUHAN, Yoas pun mengikuti kesukaan nya sendiri. Karena itu, Israel tetap dikuasai oleh Hazael, raja Aram. Langsung sesudah Hazael menjadi raja, majulah ia untuk memerangi Yoram, raja Israel. Pada saat Yehu diurapi menjadi raja Israel, Yoram sedang berusaha menghalau serangan-serangan Hazael di wilayah Ramot-Gilead (8:29; 9:14-15). Karena Yoram terluka, ia pulang ke istananya di Yizreel, tetapi peperangan melawan Aram diteruskan di bawah pimpinan para panglima tentara Israel. Pada awal pemerintahan Yehu, ketika ia sibuk menghapus keluarga Ahab maupun penyembahan Baal dari Israel, kita tidak mendengar lagi tentang ancaman dari pihak Hazael. Namun hanya sementara waktu, karena ketika Yehu tidak menjauh dari dosa Yerobeam, TUHAN menggenapkan nubuat Elisa tentang hukuman atas Israel oleh Hazael (8:12). TUHAN mulai menggunting wilayah Israel. Dalam 10:32-33 kita baca, bahwa Hazael mengalahkan Israel di sebelah timur Sungai Yordan. Pada waktu pemerintahan Yoahas, Raja Hazael mengalahkan seluruh Israel Utara. Hazael bahkan maju memerangi Yehuda dan Filistin (12:17-18).
Jadi, seluruh Israel berada dalam kuasa Hazael dan anaknya, Benhadad, ”selama zaman itu” (13:3), oleh karena murka Allah terhadap Israel. Tidak ada tentara-tentara lagi melindungi Israel, selain hanya 50 orang berkuda dan 10 kereta, dan 10.000 orang berjalan kaki. Raja Aram telah membinasakan mereka dan ”meniupkan mereka seperti abu pengirikan” (13:7). Israel sangat ditindas oleh Aram sehingga tidak mempunyai harapan lagi. Israel hampir habis lenyap. Meskipun demikian, Israel tidak bertobat sama sekali. TUHAN telah sering melepaskan mereka dari kuasa Aram, tetapi mereka tidak menghargai anugerah TUHAN. Mereka tidak mau mengikuti TUHAN, sehingga Aram memerangi lagi. Israel berkeras hati. Sebaliknya, TUHAN tetap setia dan bersedia untuk melepaskan mereka sekali lagi. Tentang itu sudah ada berita dalam 13:4-5: Yoahas memohon belas kasihan TUHAN. Lalu TUHAN mendengarkan dia, dan memberi seorang penolong.
Sekarang Elisa menyampaikan nubuat kepada Raja Yoas tentang kelepasan yang akan TUHAN berikan. Janji ini akan digenapkan-nya pada waktu pemerintahan Yoas dan Yerobeam ii. Kelepasan dari kuasa Aram ini akan terjadi karena perjanjian TUHAN dengan Abraham, ishak, dan Yakub. TUHAN tidak mau memusnahkan umat-nya. Dan dia belum membuang mereka pada waktu itu dari hadapan-nya (13:23). TUHAN masih sabar dengan umat perjanjian-nya.
Singkatnya, pada waktu kematian Elisa, Israel masih ditindas oleh Aram, tetapi saat mereka dilepaskan sudah dekat. Sebelumnya Elisa telah mengungkapkan nubuat tentang hukuman Israel yang akan dilangsungkan oleh Hazael, raja Aram. Akan tetapi, nanti kebalikannya akan terjadi: Hazael dan anaknya, Benhadad, akan dihukum sendiri. Israel akan mengalahkan Aram. Tentu saja, hal ini akan terjadi hanya karena anugerah TUHAN.
Ayat 14-19: Nubuat janji kelepasan diberikan
Elisa sedang sakit dan ternyata tidak akan sembuh kembali (”sakit yang menyebabkan kematiannya”). Tidak lama lagi ia akan mati karena sudah lansia. Dalam waktu dekat TUHAN akan melepaskan abdi-nya dari tugas pelayanannya yang teramat lama. Mengenai tempat Elisa menderita sakit, kita tidak tahu. Boleh jadi ia dirawat di rumahnya di Samaria, tetapi tempat lain juga bisa, atau bahkan lebih masuk akal. Beberapa tempat yang paling wajar ialah Abel Mehola, kampung halamannya, atau Kota Yerikho, sebuah lokasi rombongan nabi (bdk. 6:1-7; 2:19-22), karena keduanya dekat Sungai Yordan, sehingga tidak jauh dari Moab (lih. Pada ay. 20). Perkiraan seorang penafsir bahwa Elisa tinggal di Kota damsyik pada waktu ia sakit dan meninggal, tidak meyakinkan.
Raja Yoas mendengar kabar tentang sakitnya Elisa dan datang kepadanya untuk meratapinya (ay. 14). Yoas ”turun” (TL) dari istananya di atas bukit Samaria ke rumah Elisa yang terletak lebih rendah pada lereng bukit. Atau, kalau Elisa berada di Abel Mehola atau Yerikho, Yoas ”turun” dari Kota Samaria ke tepi Sungai Yordan. Walaupun Yoas tidak melayani TUHAN semestinya (13:11), tetapi tampaknya ia sangat berdukacita dan merasa sedih, sehingga berseru, ”Bapaku, bapaku! Kereta Israel dan orang-orangnya yang berkuda!” Artinya, sebagai nabi TUHAN Elisa merupakan pelindung dan pembela Israel yang kukuh. Nabi adalah lambang kehadiran dan kuasa TUHAN. Jika nanti Elisa tidak ada lagi, apa yang akan terjadi dengan Israel?
Pada saat Elia terangkat ke surga, Elisa juga mengungkapkan perkataan yang sama tentang Elia (2:12; lih. Tafsirannya). Sekarang Raja Yoas memakainya. Dengan demikian ia mengakui bahwa nabi Elisa adalah sama kuat, bahkan lebih kuat dari semua pasukan tentara Israel. Padahal, laskar Israel sudah tidak ada lagi (ay. 7), sehingga sebenarnya Elisa masih satu-satunya pengharapan bagi Israel. Jika sekarang abdi Allah pun pergi, tidak ada harapan lagi. Maka Israel akan binasa, habis lenyap, dihapus dari muka bumi. Kematian Elisa akan membuat Israel habis total. Itu sebabnya Yoas menangis. Tidak ada penolong lagi bagi Israel.
Akan tetapi, Elisa masih ada. Dari atas tempat tidurnya ia memberitakan firman TUHAN kepada Raja Yoas dan umat Israel. Yoas akan melihat bahwa TUHAN tidak pergi, tetapi tinggal untuk menunjukkan kuasa-nya. TUHAN bahkan sudah siap untuk menolong umat-nya yang tertindas.
Elisa langsung merespons tangisan dan seruan Yoas dengan memberi perintah kepadanya (ay. 15-17). Daripada menunjukkan rasa kasihan atas kesedihan Yoas, ia menyuruhnya untuk mengambil busur dan anak-anak panah (atau minta seorang pelayan untuk mengambilnya, bdk. BIMK dan FAH). Boleh jadi, Yoas merasa heran akan reaksi ini dan bingung apa maksud Elisa dengan perintahnya. Padahal, kalau ia sendiri menyamakan abdi Allah dengan sepasukan tentara, dapatlah ia menunggu jawaban yang sejajar dengan itu, bukan? Selain itu, kalau Elisa mau Yoas mengambil senjata perang, bukankah ia akan memberikan petunjuk yang ada kaitannya dengan peperangan yang sudah lama berlangsung di antara Israel dan Aram? Bagaimanapun, Yoas menaati perintah Elisa dan mengambil (TL: mengenakan) busur dan memasang talinya. Artinya, dengan satu tangan ia memegang busur dan tangan lain menarik tali busur itu, sehingga ia siap untuk melepaskan anak panah. Agaknya ia sudah memasang anak panah pada busur. Maka Elisa menaruh kedua tangannya di atas kedua tangan raja yang sedang memegang busur, dan berkata: ”Bukalah jendela yang di sebelah timur!”, dan: ”Panahlah!” Raja Yoas membuka jendela, menarik busur, dan melepaskan anak panah ke arah timur.
Apa sebenarnya arti dan maksud tanda ini? Elisa menjelaskannya kepada Yoas. Setelah anak panah lepas, ia berkata, ”itulah anak panah kemenangan dari pada TUHAN, anak panah kemenangan terhadap Aram. Engkau akan mengalahkan Aram di Afek sampai habis lenyap.” Artinya, TUHAN sendiri akan membuat Aram kalah, sehingga tidak akan dapat menindas Israel lagi. Yoas akan maju memerangi Aram di Afek, kota yang terletak di sebelah timur, di seberang Yordan (bdk. 1Raj. 20:23-34), sampai habis lenyap. Kalau sekarang Yoas belum mengerti bahwa TUHAN sendiri akan membantu umat Israel, sudah tentu ia orang buta. Perhatikan, tadi nabi Elisa menaruh kedua tangannya di atas tangan raja yang memegang busur itu. TL memakai kata ”menumpangkan tangan” (bdk. Mis. Kis. 13:3). Isyarat itu penuh arti: dengan berbuat demikian Elisa menunjukkan bahwa ia bertindak dalam nama TUHAN (yang juga jelas dari kata-katanya). Melalui Elisa TUHAN sendiri memegang busur dan melepaskan anak panah itu ke arah timur (timur-Utara), tempat letaknya kota Afek. Jadi, TUHAN sendiri berdiri di belakang Raja Yoas, dan mendukung dia dalam mengadakan pertempuran melawan Aram. Yang maju mengalahkan Aram adalah TUHAN, Allah Israel. Jadi, TUHAN semata-mata tidak hilang, tetapi justru bertindak untuk menolong umat-nya melawan musuhnya. Musuh Israel adalah musuh TUHAN. TUHAN sendiri berperang dan memberi kemenangan.
Dengan tanda ini Elisa memberikan hadiah perpisahannya kepada raja dan umat Israel: kemenangan atas Aram. Hendaklah akhirnya mereka percaya kepada TUHAN dengan segenap hati mereka. Dalam nama TUHAN, Elisa memberitakan kelepasan dari sengsara. Sekalipun tentara sudah tidak ada lagi, dan nantinya nabi Elisa pun tidak akan ada lagi, tetapi TUHAN akan tetap ada, sesuai dengan nama-nya, ”Aku adalah Aku” atau ”Aku ada” (Kel. 3:14). Tidak perlu Yoas menangis karena kehilangan harapan. Sudah pasti ada masa depan untuk Israel, asal saja Israel percaya kepada TUHAN. Jadi, janganlah Yoas berpikir bahwa pelindung dan penolong tidak ada lagi. Karena TUHAN dan firman-nya tetap ada!
Nabi Elisa masih memberikan tanda kedua (ay. 18-19). Dengan tanda kedua ini yang dimaksudkannya bukan untuk menambahkan keterangan atau menyampaikan hal baru, tetapi untuk menguji kepercayaan Yoas. Dari tanda pertama Yoas sudah dapat menarik kesimpulan bahwa TUHAN sendiri akan turut berperang melawan Aram dan memberikan kemenangan kepada Israel. Mereka, TUHAN dan Israel, akan bersama-sama memukul Aram sampai habis lenyap. Tanda ini sungguh-sungguh mencukupi untuk dukacita dan ratapan Yoas (karena kematian Elisa berarti tidak ada harapan lagi) diubah menjadi sukacita (karena TUHAN tetap ada sebagai penolong Israel). Akan tetapi, apakah Raja Yoas benar-benar menerima tanda itu dengan yakin dan gembira? Cara ia melakukan perintah kedua yang Elisa sampaikan kepadanya, akan menunjukkan berapa besarnya kepercayaan Yoas kepada TUHAN.
Tujuan tanda kedua ialah untuk mengokohkan arti tanda pertama tadi. Yoas diminta untuk mengambil tabung anak panah (kecuali satu yang baru dilepaskannya ke arah timur). Lalu, Elisa berkata, ”Pukulkanlah itu ke tanah!” Yoas mengambil anak-anak panah dan memukulkannya ke tanah, tetapi hanya sampai tiga kali saja, kemudian ia berhenti. Tampaknya ia tidak melihat arti dan guna memukul kan tabung anak-anak panah ke tanah, sehingga cepat merasa puas. Gusarlah abdi Allah. Mengapa Yoas tidak memukul terus, sampai Elisa berkata, ”Cukup!”? Mengapa ia tidak memukul lima atau enam kali? Bukankah Elisa yang, atas nama TUHAN, memberi perintah ”Pukulkanlah!”, akan juga menyuruh dia berhenti? ternyata Yoas tidak menyerahkan diri kepada TUHAN, tetapi masih sombong. Karena itu dia akan memukul Aram hanya tiga kali saja. Karena ketidakpercayaannya, Yoas tidak akan dapat menghabisi Aram dengan definitif. Sekarang TUHAN siap untuk menolong umat-nya. Akan tetapi, dari pihak raja dan Israel tidak dapat diharapkan apa-apa. Demikian orang selalu melemahkan kuasa TUHAN dengan kesombongan dan pemberontakannya.
Sesudah melalui kedua tanda itu Elisa menjanjikan kelepasan Israel dari kuasa Aram, ia meninggal dan jenazahnya dikuburkan. Pelayanannya sebagai abdi Allah selesai. Akan tetapi, tidak perlu Israel putus asa, karena Elisa meninggalkan berita akhir yang paling indah, yakni bahwa TUHAN tetap mengingat akan perjanjian-nya, dan akan cepat menyelamatkan Israel dari kesulitannya. Dalam ayat 20 tidak diberi keterangan selain berita tentang kematian dan pemakaman Elisa. Itu saja. Kita tidak mendengar tentang kapan persisnya kematian Elisa terjadi. Apakah Elisa meninggal langsung sesudah kunjungan Raja Yoas atau beberapa waktu kemudian, tidak tahu.
Dari cara Elia dan Elisa masing-masing meninggal janganlah ditarik kesimpulan yang tidak benar, yaitu bahwa rupanya Elia adalah nabi yang lebih berjasa atau lebih disukai TUHAN ketimbang Elisa, sehingga Elia tidak meninggal, tetapi terangkat ke surga dan Elisa mati seperti orang biasa saja. Siapa saja pelayan firman yang setia, entah Elia, Elisa, atau siapa pun, sudah pasti setiap mereka akan mendapat upahnya (bdk. Luk. 19:11-27). Perbedaan antara cara ”keberangkatan” Elia dan Elisa adalah hak TUHAN sendiri (bdk. Musa dan Yosua), yang tidak perlu kita pahami.
Tentang tempat Elisa dikuburkan kita juga tidak menerima informasi. Dari apa yang selanjutnya terjadi dapat kita simpulkan bahwa Elisa dikuburkan menurut kebiasaan setempat, yaitu di dalam sebuah gua yang ditutup dengan batu guling, sehingga kalau perlu gua itu dapat dibuka lagi untuk misalnya menaruh mayat lain di situ (bdk. Kej. 23:19-20; Mat. 27:59-60; Yoh. 11:38-44). Lokasi gua itu tidak disebut. Akan tetapi, yang menonjol dalam ayat yang sama kita mendengar tentang gerombolan-gerombolan Moab sering memasuki daerah itu, khususnya pada pergantian tahun (musim panen). Dari datangnya gerombolan Moab dapat disimpulkan bahwa tempat kuburan Elisa pasti tidak terlalu jauh dari perbatasan Moab (lih. Peta). Kota Samaria tentunya jauh sekali dari Moab. Jadi, besar kemungkinannya Elisa dikuburkan di Yerikho, kota yang paling dekat Moab. Apalagi, di situ ada tempat tinggal rombongan nabi yang cukup besar (6:1-7). Selain itu, Kota Yerikho tidak jauh dari lokasi berangkatnya Elia. Akan tetapi, masih ada kemungkinan lain, yaitu kampung halaman Elisa, Abel Mehola. Letak dusun itu juga pada tepi Sungai Yordan, dan tidak terlalu jauh dari Moab. Tempat itu agaknya lebih masuk akal daripada Yerikho karena kota berkubu seperti Yerikho tidak mungkin dikalahkan oleh gerombolan saja. Gerombolan hanya datang merampas dan menjarah, dan tidak akan berani mengepung kota besar. Jadi, menurut perkiraan saya sendiri, Elisa dimakamkan di tempat kuburan kerabatnya di Abel Mehola.
Sesudah kematian Elisa keadaan Israel masih tetap sulit. Mereka masih ditindas oleh Hazael, raja Aram, khususnya di wilayah timur, yang di seberang Sungai Yordan. Oleh karena tentara Israel tidak ada lagi, seluruh negeri terbuka untuk siapa pun, sehingga musuh-musuh lain dan penyamun-penyamun dari mana pun dapat memasuki negeri untuk membunuh dan mencuri. Demikian ada lagi gerombolan-gerombolan Moab yang sering memasuki Israel dari Selatan. Biasanya mereka datang pada pergantian tahun, artinya pada awal musim panen untuk mencuri hasil kebun dan ladang (bdk. Hak. 6). Tampaknya Israel tidak mampu berbuat apa-apa melawan para pembunuh dan perampok itu! Karena sangat lemah, Israel gampang menjadi mangsa gerombolan Moab itu.
Pada suatu kali, kira-kira pada pergantian tahun menyusul kematian Elisa, gerombolan Moab datang lagi (”sering”) untuk mencari jarahan. Tujuan mereka ialah daerah subur Abel Mehola di sebelah Barat Sungai Yordan. Mereka merampas gandum dan ternak. Dan orang Israel yang mereka temui, pastinya mereka bunuh. Demikian kedatangan gerombolan itu selalu menjadi bahaya besar bagi para penduduk Abel Mehola, sehingga mereka tetap waspada. Pada waktu para perampok itu datang, orang setempat sedang menguburkan mayat di sana. Nama, kerabat, dan usia orang mati itu tidak disebut (TL: ”seorang anu”). Sambil berkabung dan berdukacita karena orang kekasih mereka telah meninggal, orang mengantarkan mayatnya ke tempat kubur. Tiba-tiba mereka melihat gerombolan Moab mendekat dengan cepat. Mereka langsung menyadari bahwa semuanya diancam bahaya maut, sehingga sangat panik. Karena tidak ada waktu untuk berjalan terus sampai ke tempat kubur yang mereka miliki sendiri, mereka terburu-buru membuka gua kubur yang paling dekat, yang kebetulan ialah kubur Elisa, dan mencampakkan mayat itu ke dalamnya, lalu lari. Mereka cepat pergi, agar jangan dibunuh habis oleh orang-orang Moab itu.
Maka terjadi mukjizat TUHAN yang hebat! tepat pada saat orang mati yang dicampakkan ke dalam kubur itu kena kepada tulang-tulang Elisa yang beristirahat di sana, mayat itu hidup kembali. Orang mati itu hidup kembali dan bangun berdiri. Ia membuka kain-kain yang dipakai untuk mengafani atau membungkus mayatnya dan pergi keluar (bdk. Yoh. 11:43-44; juga Luk. 7:11-17). Tidak tahu, apakah ia heran karena hidup kembali (atau mungkin ia berpikir: masih hidup), apakah ia kaget ketika melihat ia berada dalam kubur dan ada tulang-tulang orang mati di sampingnya. Mungkin ia tidak langsung keluar, tetapi menunggu karena mendengar keributan di luar, yang ternyata datang dari pihak gerombolan Moab itu. Akan tetapi, sesudah itu tentu saja ia langsung pulang ke rumahnya dan bertemu kembali dengan kerabat dan orang-orang sekampungnya. Sudah pasti mereka terkejut dan bingung melihat dia hidup kembali, sehingga di satu sisi mereka sangat kaget dan terharu, tetapi di sisi lain bersukaria. Boleh jadi, mereka tadi mengalami kesulitan karena datangnya gerombolan Moab itu (panennya dirampok, rumahnya dibakar, orangnya dilukai). Jika demikian halnya, kebangkitan orang mati ini merupakan salah satu penghiburan besar bagi mereka. Sebenarnya kebangkitan orang mati ini tidak mungkin terjadi, namun terjadi dengan sungguh-sungguh. Orang hidup bisa mati, tetapi orang mati tidak bisa hidup. Kecuali kalau TUHAN bertindak sendiri! Sebab bagi TUHAN tidak ada yang mustahil (Kej. 18:14; Yer. 32:17, 27; Mrk. 14:36; Luk. 1:37).
Kebangkitan mayat ini tidak lain merupakan mukjizat besar TUHAN yang memberikan pengharapan baru kepada kaum Israel yang sudah begitu lama ditindas oleh musuh, Aram, sampai musuh-musuh lain pula, seperti Moab, memanfaatkan kesempatan untuk meraih keuntungannya. Kaum Israel mengalami penderitaan akibat ketidakpercayaan mereka: dari berbagai sisi mereka diserang, sehingga kehidupan mereka semakin sulit. Akan tetapi, sekarang terjadi yang sebaliknya: berdasar kan kasih karunia-nya TUHAN memperhatikan mereka dan mengingat kepada perjanjian-nya (bdk. Kel. 2:23-25). TUHAN menggantikan kesulitan dengan kegembiraan, maut dengan kehidupan, yaitu melalui tulang-tulang Elisa! dengan demikian nabi Elisa masih memberitakan kemahakuasaan TUHAN sesudah kematiannya.
Berita tentang kebangkitan ini pastinya tersebar ke seluruh Israel. Semua orang berbicara tentang hal ajaib ini dan memberikan reaksinya. Mungkin ada orang yang semata-mata tidak percaya atas apa yang terjadi dan mulai bercakap-cakap tentang roh orang mati yang muncul kepada orang Abel Mehola. Akan tetapi, sudah pasti ada banyak orang yang langsung percaya bahwa orang yang kena kepada tulang-tulang Elisa itu, benar-benar hidup kembali. Mereka akan ingat, bahwa pada waktu hidupnya pula Elisa telah membangkitkan mayat, yaitu anak laki-laki dari perempuan Sunem itu. Selain itu, ia telah melakukan banyak mukjizat lain sebagai tanda pertolongan TUHAN kepada orang-orang yang takut akan dia. Mereka menarik kesimpulan yang tepat: Kebangkitan mayat di kubur Elisa ini adalah tanda dari TUHAN! Bukan Elisa, melainkan TUHAN yang menghidupkan kembali orang mati. Melalui mukjizat ini TUHAN memberikan tanda pertolongan-nya lagi. Biarpun Elisa mati, tetapi TUHAN tetap ada. Sekarang ia memakai tulang-tulang Elisa untuk mengingatkan Israel akan kuasa-nya yang tidak terbatas: dia yang memberi kehidupan menggantikan kematian, berkat menggantikan kutuk (2:19-22). Berkat nama TUHAN ada pengharapan untuk Israel. Sudah tentu, tanda ini memberikan penghiburan dan kepastian kepada bangsa Israel, khususnya kepada semua orang yang masih setia menaati firman TUHAN (rombongan-rombangan nabi). Sesudah kematiannya ada tanda hidup lagi dari Elisa. Tampak jelas, TUHAN memenuhi janji-nya untuk memberikan hidup baru kepada manusia, kelepasan kepada umat-nya. Umat perjanjian Israel sudah ”mati” karena pemberontakan mereka. Mereka tidak dapat ”hidup kembali” atas kuasa dirinya. Akan tetapi, oleh kuasa TUHAN mereka akan ”hidup kembali”. TUHAN siap sedia menolong mereka. Kebangkitan mayat yang kena kepada tulang-tulang nabi Elisa itu adalah tanda bahwa berkat kuasa TUHAN, umat-nya akan hidup! Orang mati yang sudah bangkit itu berjalan di tengah-tengah mereka sebagai bukti yang hidup.
Banyak penafsir yang menghubungkan kebangkitan orang mati ini dengan kebangkitan Kristus dari kubur. Sama seperti mayat itu hidup kembali, begitu juga TUHAN Yesus hidup kembali, ujar mereka. Akan tetapi, tidaklah tepat kedua kebangkitan itu dikaitkan satu dengan yang lain, atau kebangkitan yang satu disebutkan sebagai tipe dari kebangkitan yang lain. Karena yang mencolok sebenarnya bukanlah hubungan di antara kedua peristiwa kebangkitan, melainkan di antara kedua hal kematian! Artinya, yang hendak kita utamakan ialah hubungan di antara Kristus yang mati dan Elisa yang mati, dan selanjutnya hubungan di antara orang mati yang hidup kembali oleh karena ”bersatu” dengan tulang-tulang Elisa (yang sendiri tetap mati) dan manusia yang mati karena dosa, yang hidup kembali oleh karena bersatu dengan Kristus (yang sendiri sudah bangkit juga), yang semuanya terjadi oleh kuasa TUHAN.
Elisa yang mati → Kristus yang mati
↓ ↓
Orang mati hidup kembali → Manusia yang mati karena dosa hidup kembali
Jadi, ada hubungan di antara Kristus dan Elisa di satu sisi, dan umat TUHAN, termasuk kita, dan mayat itu di sisi lainnya. Dalam hal ini pula, perlu kita waspada, agar jangan kita begitu saja menyamakan kedua peristiwa itu (identifikasi). Ada hubungan, bukan kesamaan. Mengenai hubungan di antara nabi Elisa dan Juru Selamat Yesus Kristus, perhatikan perbedaan di bidang tugas mereka masing-masing. Dan mengenai hubungan di antara mayat tersebut dan kita, perhatikan perbedaan posisi dalam sejarah keselamatan TUHAN. Pada waktu kematian Elisa, TUHAN berjanji kepada Israel memberi kelepasan dari kuasa Aram. TUHAN sendiri berperang untuk Israel, supaya mereka dapat bernapas lagi. Mereka ”hidup kembali” dari tindasan musuh. Maksud TUHAN agar Israel bertobat dari penyembahan berhala. Karena justru keburukan mereka yang menyebabkan ”kematian” mereka. TUHAN menolong, supaya mereka percaya dan ”bangun berdiri” sebagai umat perjanjian TUHAN (bdk. Yeh. 37).
Pertolongan yang TUHAN berikan kepada Israel pada zaman Raja Yoas dan Yerobeam ii menunjuk kepada janji-nya untuk memberikan ”penolong” lain yang akan melepaskan umat-nya dari dosa dan sengsara. Akan tetapi, penolong yang bertabiat manusia sungguh-sungguh tidak mampu melakukannya. Untuk itu yang dibutuhkan ialah ”penolong” yang bukan hanya manusia yang tidak berdosa, melainkan juga Allah yang sejati (Katekismus Heidelberg, Minggu 5&6). Penolong itu TUHAN berikan di kemudian hari, yaitu Anak-nya, Yesus Kristus, yang mati pada kayu salib dan yang bangkit pada hari ketiga. Dia mati menggantikan kita yang percaya, agar kita dihidupkan atau dilahirkan kembali untuk memperoleh hidup yang kekal. Oleh kematian-nya kita bersama-sama dengan semua orang percaya bangkit dan menerima hidup yang baru (bdk. Ef. 5:14).
Dalam ayat 22-25 kita membaca tentang TUHAN memenuhi janji yang telah disampaikan-nya dengan perantaraan Elisa, baik sebelum kematiannya maupun sesudahnya. Yoas mengalahkan Aram tiga kali dan mengambil kembali kota-kota Israel yang direbut raja Aram (mengenai zaman pemerintahan Hazael dan anaknya, Benhadad, lih. Di atas pada 8:7-15). Dengan tegas dikatakan bahwa kelepasan Israel dari kuasa Aram itu tidak terjadi karena kuasa Israel sendiri, tetapi karena kasih TUHAN: ”tetapi TUHAN mengasihani serta menyayangi mereka, dan ia berpaling kepada mereka oleh karena perjanjian-nya dengan Abraham, ishak, dan Yakub” (bdk. Situasi Israel yang sama di Mesir, Kel. 2:23-25). Sekalipun Israel layak dihukum dan bahkan dibinasakan karena ketidaksetiaan mereka (sama seperti dinasti Ahab), tetapi TUHAN tidak mau memusnahkan mereka karena kasih-nya.
Alasan untuk selalu menolong Israel diambil TUHAN dari diri-nya sendiri, dan bukan dari Israel yang tetap melakukan kejahatan dan tidak setia mematuhi hukum TUHAN. TUHAN memberikan kelepasan kepada Israel, hanya karena dia sendiri tetap setia akan perjanjian-nya. Itulah sebabnya dia tidak memusnahkan dan membuang mereka dari hadapan-nya. TUHAN berupaya lagi berdasarkan kasih-nya, sama seperti seorang suami berusaha hidup bersama dengan istri yang tidak setia. Istri itu terus main mata dengan laki-laki lain dan berzina dengan siapa pun. Akan tetapi, suami merasa sayang dan menerima istrinya kembali, pada waktu ia dipukul dan ditindas. Heran, bukan? Siapa dari kita bersedia untuk mempertahankan perkawinan dengan istri yang sundal (bdk. Yeh. 16)? Pada zaman pemerintahan Yerobeam ii, anak Yoas, ada seorang nabi TUHAN, yaitu Hosea, yang disuruh oleh TUHAN untuk menikahi istri sundal, supaya dengan demikian ia melambangkan hubungan di antara TUHAN dan Israel (Hos. 1–3).
Perhatikanlah kata ”belum” dalam ayat 23: TUHAN ”belum membuang mereka pada waktu itu dari hadapan-nya”. Sebaliknya, dia membujuk umat-nya dengan melepaskan mereka dari kuasa Aram. Bila di kemudian hari mereka tetap tidak bertobat, mereka benar-benar akan dibuang-nya ke Asyur. Akan tetapi, sudah tentu, ini bukan hal gampang bagi TUHAN. Dia telah berulang kali berusaha sekuat-kuatnya dengan janji, ancaman, dan hukuman untuk membuat umat-nya hidup menurut firman-nya. Pembuangan Israel Utara ke Asyur yang berarti kerajaan Israel Utara hilang dari muka bumi menjadi alat penyelamat yang terakhir. TUHAN tidak suka akan kematian orang berdosa, melainkan supaya ia bertobat dan hidup. TUHAN adalah Allah kehidupan dan karena itu, Allah keselamatan.
Sebenarnya ayat 22-25 menutupi bagian sejarah yang dimulai dengan perintah TUHAN kepada nabi Elia di Gunung Horeb (Sinai) untuk mengurapi tiga orang, yang masing-masing dilibatkan TUHAN dalam menghukum umat-nya Israel: Hazael, Yehu, dan Elisa (1Raj. 19:15-18). Sekarang (dalam 2Raj. 13:22-25) hukuman itu telah terwujud sampai tuntas. Sementara ini, Yehu sudah lama meninggal dan digantikan oleh anaknya, Yoahas, dan kemudian cucunya, Yoas. Belum lama Elisa juga telah meninggal, tetapi ia masih melayani sesudah ia mati. Dan sekarang, dalam ayat 24, kita baca bahwa orang ketiga pula, Hazael, mati dan digantikan oleh anaknya, Benhadad iV. Raja ini mau meneruskan perbuatan ayahnya, tetapi tidak jadi, karena dengan pertolongan TUHAN Raja Yoas memberontak melawan Aram (bdk. 3:5). Yoas mendapatkan kembali semua kota yang telah direbut Aram. Tiga kali Yoas mengalahkan Benhadad, sesuai janji TUHAN. Kemudian hari, TUHAN masih akan melanjut kan pertolongan-nya kepada Israel. Yerobeam ii, anak Yoas, akan mengalahkan Aram di damsyik (14:23-29). Tentang Hazael masih dikatakan secara ringkas bahwa ia ”menindas orang Israel sepanjang umur Yoahas”, artinya selama 45 tahun, yakni dari akhir pemerintahan Yoram, anak Ahab, selama pemerintahan Yehu dan Yoahas, sampai awal pemerintahan Yoas, cucu Yehu. Dengan demikian nubuat yang TUHAN sampaikan melalui Elia sudah genap total.
Dengan kematian Hazael masa hukuman yang diberitakan oleh Elia sudah selesai. Akan tetapi, sama seperti perintah kepada Elia itu diakhiri dengan janji TUHAN (1Raj. 19:18), demikian sekarang bagian sejarah ini ditutup dengan berita yang menggembirakan: ”TUHAN berpaling kepada mereka oleh karena perjanjian-nya dengan Abraham, ishak, dan Yakub” (ay. 23). Kelepasan Israel dari kuasa Aram yang berdasarkan kasih sayang TUHAN ialah berita terakhir dalam riwayat nabi Elisa. Seluruh pelayanannya menunjukkan rahmat dan kasih TUHAN itu. Elisa memperlihatkan kepada Israel kuasa TUHAN untuk memberi berkat menggantikan kutuk, dan juga kutuk menggantikan berkat.
Kita telah selesai mempelajari riwayat hidup nabi Elisa, sejak hari ia dipanggil (diurapi) oleh Elia sampai waktu kematiannya pada usia yang cukup lanjut. Kita telah menafsirkan semua perkataan dan perbuatan nabi Elisa yang terdapat dalam kedua Kitab Raja-raja secara mendetail dan mendalam. Sekarang kita dapat menarik kesimpulan tentang dampak dan pentingnya pelayanan Elisa sebagai abdi Allah. Evaluasi karya hidup Elisa perlu kita lakukan pula untuk menanggapi penilaian beberapa penafsir yang berpendirian bahwa perhatian yang Alkitab berikan kepada Elisa agak dilebih-lebihkan. Penilaian tersebut tampak dari pertanyaan-pertanyaan kritis mereka, seperti ”Apa sebenarnya yang penting dari semua tindakan Elisa sehingga cerita-ceritanya dimasukkan ke dalam Alkitab? Apa yang penting dari nabi ini ketimbang nabi-nabi lain seperti Yesaya dan Yehezkiel?” Sebenarnya pertanyaan-pertanyaan tersebut menunjukkan cara berpikir yang terbalik! Melihat jumlah tindakan Elisa yang diceritakan serta menimbang-nimbang sifat, arti, dan dampaknya, orang langsung berkesimpulan bahwa Elisa tidak penting: jumlah tindakannya sedikit, apalagi dia hanya menolong orang-orang pribadi dengan hal-hal biasa (hal makan dan minum, penyembuhan), padahal jarang melayani seluruh umat TUHAN dengan hal besar (kecuali kelepasan Israel dari permusuhan Aram dan kudeta Raja Yehu). Penilaian semacam ini berdasarkan prasangka orang yang meragukan tempat yang Kitab Suci berikan kepada Elisa (dan Elia). Akan tetapi, bagi siapa yang tetap menerima Kitab Suci sebagai firman TUHAN yang diilhamkan oleh Roh Kudus, dan yang memandang riwayat hidup Elisa dalam keseluruhan Sejarah Suci, cara berpikirnya sangat berbeda. Kenyataan Elisa mendapat perhatian yang begitu banyak dalam Kitab Suci, tentu saja menunjukkan bahwa ia nabi yang penting, yang dipakai TUHAN di zamannya untuk menyampaikan kehendak dan rencana-nya melalui perkataan dan perbuatannya. Janganlah kita membuat penting dan tidaknya seorang pelayan TUHAN bergantung atas jumlah, arti, dan sifat kegiatannya. Sudah tentu, TUHAN memakai kedua nabi, Elia dan Elisa, pada saat menentukan sejarah umat Israel Utara. Melalui mereka TUHAN menghindarkan umat Israel dipisahkan dari perjanjian-nya oleh keburukan dinasti Ahab dan istrinya, izebel. Kalau kita mencari arti dan dampak pelayanan Elisa tanpa memperhatikan hubungannya dengan seluruh Sejarah Suci, tentu kita akan memandang dia sebagai nabi kecil yang pengaruhnya sangat terbatas. Akan tetapi, kalau seperti semestinya84 kita menilainya dalam keseluruhan Sejarah Keselamatan, maka kita akan menyadari bahwa segala tindakan Elisa memiliki arti krusial untuk kelangsungan hidup Israel Utara sebagai umat perjanjian TUHAN. Justru karena perjanjian itu, Israel mempunyai masa lalu maupun masa depan. Kalau dalam mempelajari pelayanan Elisa kita menoleh ke belakang dan ke depan, kita mendapat pemandangan yang sangat luas. Kepentingan Elisa khusus nya menjadi nyata, bilamana kita memperhatikan: a) bagaimana ia bersama Elia mengenang akan tindakan Musa dan Yosua pada zamannya (zaman itu seakan-akan diulang), dan b) bagaimana cara kerjanya memperlihatkan betapa ia mirip dengan Kristus. Elisa tampil sebagai pelopor atau gambar Kristus dalam menolong semua orang Israel yang dalam kesulitan mereka menaruh pengharapannya kepada TUHAN.
Dari semua tindakan Elisa dan Elia pula yang dikisahkan dalam kedua Kitab Raja-raja terjadi pada masa pemerintahan dinasti Ahab, kecuali perbuatan di sekitar kematiannya, dapat kita ambil kesimpulan bahwa yang menjadi fokus pelayanannya ialah keharusan Israel untuk menaati imbauan nabi TUHAN, yakni berhenti mengikuti keluarga Ahab dalam keburukannya dan kembali hidup sebagai umat TUHAN. Pada masa pemerin tahan keluarga Ahab, situasi Israel Utara sungguh-sungguh teramat kritis. Raja Israel Utara yang pertama, Yerobeam, telah melakukan apa yang jahat di mata TUHAN dengan mengubahkan cara ibadah yang ditentukan TUHAN sendiri melalui Musa. Dengan mengurus ibadah kepada TUHAN menurut kesukaannya sendiri, Yerobeam mengutamakan politik dan nasionalisme Israel Utara. Dengan mendirikan patung-patung lembu emas di dan dan Bethel ia mengulangi dosa Israel di padang gurun (Kel. 32). Dengan sengaja ia menyeleweng dari hukum TUHAN, sehingga memisahkan Israel Utara dari Yehuda dan Yerusalem, dan khususnya dari Bait Suci di Sion, pusat ibadah TUHAN. Sesudah Yerobeam tidak ada satu raja pun di Israel Utara yang meniadakan cara ibadahnya. Semuanya tanpa kecuali mengikuti Yerobeam dalam dosanya. Mereka masih mengenal TUHAN, tetapi beribadah kepada-nya dengan memakai cara-cara pribadi mereka sehingga tidak ada perbedaan lagi di antara TUHAN dan dewa-dewi. Dengan demikian semua raja berdosa. Bahkan Raja Ahab masih menambahi kejahatan Israel. Bersama istrinya, izebel, ia mengimpor penyembahan Baal dan Asyera, dewa-dewi lokal yang dipuja oleh orang-orang Kanaan. Di ibu kota Israel yang baru yang dibangun oleh Omri, Samaria, Ahab mendirikan kuil besar untuk Baal. Di mana kedua lembu emas didirikan secara strategis di wilayah perbatasan Israel Utara, kuil Baal dibangun di pusatnya, sehingga yang otomatis diutamakan ialah penyembahan Baal itu. Sementara itu, para nabi TUHAN
ditutup mulutnya atau bahkan dibunuh. Kalau rencana izebel terjadi, penyembahan TUHAN dan pemberitaan firman-nya akan dipunahkan total, sehingga Israel Utara berganti dari umat perjanjian TUHAN menjadi umat Baal. Program jahat dinasti Ahab ini sudah hampir terwujud. Raja Ahab dan kedua anaknya yang mengikuti dia, Ahazia dan Yoram, semata-mata dikuasai oleh izebel. Tidak lain dan tidak kurang dialah sarana iblis yang membuat TUHAN lama-kelamaan dihilangkan dari Israel.
Cara Elia mengundurkan diri dari Israel dari Gilgal melalui Betel dan Yerikho ke Sungai Yordan dan akhirinya terangkat ke surga di seberang Yordan, tidak jauh dari tempat Musa meninggal dunia di atas Gunung nebo menunjukkan bagaimana TUHAN undur diri dari tengah-tengah umat-nya, seakan-akan Israel belum pernah memasuki tanah perjanjian. Akan tetapi, sebaliknya, pemberian perintah-nya kepada Elia justru di atas Gunung Horeb, yaitu untuk mengurapi tiga orang pengganti yang harus melakukan ofensif melawan dinasti Ahab itu, dan juga cara Elisa kembali dari seberang Yordan, memasuki tanah Israel Utara lagi, dan memperkenalkan diri sebagai abdi Allah, menunjukkan bahwa TUHAN berprakarsa untuk merebut umat-nya kembali dari kuasa dinasti Ahab itu. Cara Elia dan Elisa bertindak menggambarkan bahwa situasi Israel Utara di bawah pemerintahan dinasti Ahab sebenarnya tidak berbeda dengan masa Israel mengembara di padang gurun sebelum memasuki tanah pusaka. Akan tetapi, sama seperti di bawah pimpinan Yosua, Israel memasuki tanah pusaka itu dan menetap di sana bersama-sama dengan TUHAN di Bait Suci-nya, demikian Elisa menggambarkan kembalinya TUHAN kepada kaum Israel. Dengan pemberitaan dan perbuatannya Elisa kembali menghadirkan TUHAN di Israel Utara. Semua rombongan nabi yang tersebar di seluruh negeri, membentuk pos-pos kehadiran TUHAN. Kisah-kisah Elisa menunjukkan bagaimana TUHAN mewujudkan rencana-nya di Israel Utara dengan memakai tiga orang menjadi sarana-nya, yaitu Elisa sendiri, Yehu, dan Hazael.
Melalui mereka TUHAN memusnahkan dinasti Ahab, sehingga ancaman iblis gagal. TUHAN menyediakan kelepasan untuk umat-nya, biarpun kelepasan itu hanya sementara saja (tidak lama lagi mereka dibuang-nya ke Asyur). Dengan demikian, Elia dan Elisa dapat diartikan mengulang pelayanan Musa dan Yosua. Dalam rangka ini pelayanan kedua nabi ini sangat penting. Tidak mengherankan, kalau di kemudian hari justru Musa dan Elia bersama-sama tampak kepada Yesus, pada waktu ia dimuliakan di atas gunung (Mrk. 9:4). Kedua nabi itu, bersama-sama dengan kedua penggantinya, Yosua dan Elisa, berperan penting dalam upaya TUHAN untuk mempertahankan perjanjian-nya dengan Israel melawan iblis. Apa yang dimulai dan ditunjukkan oleh mereka, akhirnya dipenuhi oleh Anak Allah sendiri, Yesus Kristus. Dia mengalahkan iblis bersama para pengikutnya untuk selama-lamanya.
Benar, hanya jarang saja kita membaca tentang pemberitaan firman TUHAN menghasilkan pertobatan orang pada masa pelayanan Elisa, misalnya dalam 2 Raja-raja 6:1-7 tentang tempat tinggal rombongan nabi di Yerikho yang sesak, sehingga perlu dibangun asrama baru yang lebih besar. Inilah petunjuk jumlah orang percaya bertambah. Mereka yang merupakan ”sisa” Israel, yaitu 7.000 orang yang tidak sujud menyembah Baal. Rombongan-rombongan nabi ini yang membentuk ”jemaat” yang masih menerima firman TUHAN dan yang tetap memuliakan nama-nya. Khusus nya orang-orang percaya yang berteriak minta tolong kepada TUHAN, diperhatikan-nya melalui Elisa dengan firman dan mukjizat, dengan demikian mereka diperkuat dalam pengharapan dan kepercayaan mereka, menjadi teladan untuk orang-orang Israel lainnya. Selain itu, TUHAN mempermalukan Israel dengan menyembuhkan Naaman, panglima Aram, dari penyakit kustanya, sedangkan orang Israel tidak ditahirkan (Luk. 4:27). Walaupun demikian, TUHAN tidak memusnahkan mereka. TUHAN tidak memilih bangsa lain menggantikan mereka. Mengapa? Karena ia mengasihi umat-nya Israel, ia mengasihani mereka. Betapa besarnya anugerah TUHAN terhadap bangsa-nya yang murtad! Satu hal yang menjadi jelas sekali: Hanya oleh kuasa firman TUHAN ada pengharapan bagi umat TUHAN. Tidak mungkin mereka melepaskan diri dari sengsaranya. Sekalipun mereka semakin menjauhkan diri dari TUHAN, tetapi ia siap sedia untuk menyelamatkan mereka. Ia berpaling kepada mereka oleh karena perjanjian-nya dengan Abraham, ishak, dan Yakub (13:23). Di kemudian hari anugerah TUHAN ini akan mencapai puncaknya, yaitu pada waktu Anak-nya Yesus Kristus datang mengalahkan iblis. Dialah yang akan mewujudkan damai sejahtera yang kekal di antara TUHAN dan kita, gereja-nya. Dalam masing-masing tindakannya Elisa menggambarkan keselamatan Kristus. Membaca tentang pemberitaan dan perbuatan Elisa, kita semakin yakin melihat Kristus di dalam Elisa. Cara kerja Elisa memperlihatkannya sebagai pelopor atau gambar Kristus. Siapa yang melihat Elisa bekerja, melihat Kristus, Juru Selamat dunia!
Tidak perlu kita meragukan kepentingan Elisa sebagai nabi TUHAN. Dia benar-benar bertindak di Israel Utara sebagai abdi Allah yang setia. Sudah tentu, padanya ada firman TUHAN. Karena itu riwayat hidup Elisa, semua perkataan dan perbuatannya, masih berarti bagi gereja masa kini, agar semua orang percaya dihiburkan dan orang lain menyadari bahwa hanya ada kelepasan dari kesulitan dalam nama TUHAN, Allah yang hidup.