a. Pembandingan terjemahan TB dengan TL, BIMK, dan FAH
b. Konteks terkecil (kesatuan untuk penafsiran)
Kesimpulan: Ada beberapa kesamaan di antara 2Raj. 6:8-23 dan 2Raj. 6:24 –7:20, yakni di bidang tempat (Samaria), oknum (di samping Elisa, raja Aram dan raja Israel), dan pokok (perang). Akan tetapi, perbedaan di bidang waktu dan peristiwa lebih besar ketimbang kesamaannya, sehingga 2Raj. 6:8-23 merupakan konteks terkecil sendiri.
c. Pembagian Bagian 2 Raja-raja 6:8-23 dapat kita bagi sebagai berikut:
Walaupun peristiwa-peristiwa yang kita baca dalam ayat 1-7 dan ayat 8-23 saling berbeda di semua bidangnya (oknum, waktu, tempat, peristiwa, dan pokok), tetapi ada sambungan internal (atau rohani) di antaranya. Dalam kedua kisah Kitab Suci ini kita mendapat bukti nyata mengenai supremasi kuasa firman TUHAN. Rencana dan firman TUHAN tidak pernah dapat disangkal, atau bahkan disisihkan:
dalam ayat 1-7 kita baca tentang firman TUHAN berkuasa untuk mempertobatkan orang Israel yang sudah jauh dari dia. Jumlah pendengar firman TUHAN semakin bertambah, sehingga pusat pemberitaan firman TUHAN (asrama rombongan nabi) di Kota Yerikho menjadi terlalu sesak. Tampak jelas bahwa pemberitaan firman TUHAN tidak percuma. Jadi, firman TUHAN berkuasa atas kekerasan hati orang Israel. Lalu, TUHAN menegaskan kuasa firman-nya dengan mukjizat mata kapak yang timbul mengapung, dalam rangka pembangunan tempat tinggal baru yang luas. Firman TUHAN tidak mungkin gagal, tetapi selalu berhasil dan berdampak.
Dalam ayat 8-23 pula kita baca tentang kenyataan bahwa tidak seorang pun dapat menyisihkan pemberitaan firman TUHAN di Israel. Firman TUHAN berkuasa atas segala ancaman musuh. Pasukan tentara Aram tidak berhasil menangkap nabi Elisa dan menutup mulutnya. Artinya, raja Aram gagal dalam usahanya untuk menghentikan pemberitaan firman TUHAN di Israel. Sebaliknya, ia bersama bala tentaranya dikalahkan oleh TUHAN sendiri. Orang Aram terpaksa harus membiar-kan bahwa mereka sendiri dipimpin oleh nabi TUHAN. Berkat anugerah TUHAN, firman-nya yang Elisa kabarkan, tetap tinggal di Israel. TUHAN tetap melindungi nabi-nya dan umat-nya, dan sebaliknya mempermalukan raja Aram.
Sudah lama sekali Israel bermusuhan dengan Aram. Pada masa pemerintahan Raja daud, kerajaan Aram dibentuk di sebelah timur Laut oleh suku-suku setempat (±980 SM). Sejak awal kerajaannya, Aram tidak berhenti mengganggu tetangganya, umat Israel. Gerombolan-gerombolan Aram terus-terusan memasuki tanah Israel. Khususnya Raja Rezon (”kepala gerombolan”) yang ”menjadi lawan Israel sepanjang umur Salomo”. Sebenarnya serangan-serangan ini bukan hanya hal politik. TUHAN sendiri yang membangkitkan pelawan ini, berhubung dengan dosa-dosa Salomo (penyembahan berhala; 1Raj. 11:23-25).
Kemudian pada zaman Raja Ahab, Aram berulang kali maju memerangi Israel Utara. Dengan pertolongan TUHAN, Ahab berhasil mengalahkan Raja Benhadad ii. Akan tetapi, akhirnya Raja Ahab sendiri mati dalam pertempuran melawan Aram (1Raj. 20-22). Sesudah itu tidak ada perang di antara Israel dan Aram selama kira-kira delapan tahun, padahal Israel kini dikepalai oleh dua raja lemah, Ahazia dan Yoram, anak-anak Ahab. Namun, tampaknya raja Aram namanya Hadadezer pun tidak mampu atau tidak sempat memedulikan Israel karena terpaksa sibuk di perbatasan Utara melindungi kerajaannya melawan Asyur. Pada waktu itu Israel bahkan menjadi sekutu Aram. Di bawah pimpinan panglima Aram, Naaman, mereka sempat mengalahkan Asyur.41Apalagi, penyembuhan Naaman dari sakit kustanya berkat mukjizat TUHAN membuat Aram berhubungan cukup baik dengan Israel (2Raj. 5; berdasarkan hubungan baik di antara Elisa dan Naaman).
Akan tetapi, sekarang Aram maju berperang lagi melawan Israel. Artinya, situasi sudah sangat berubah. Raja Hadadezer sudah mati. Dan Naaman tampaknya tidak berpengaruh lagi. Ada raja baru di Aram, yakni Benhadad iii (bdk. 2Raj. 6:24, 8:7). Dia berani karena Asyur agaknya tidak merupakan ancaman pada waktu itu menunjukkan kuasanya kepada Israel. Ini pertama kalinya ia memasuki Israel, khususnya untuk menguji coba kekuatan Israel. Oleh sebab itu, ia kini belum mengumpulkan seluruh tentaranya untuk maju memerangi Israel dan mengepung ibu kota Samaria (seperti yang dilakukannya di kemudian hari, ay. 24; bdk. 1Raj. 20:1), tetapi ia berperang secara bergerombol (bdk. 2Raj. 5:2, 13:20).42 Artinya, kelompok-kelompok tentara Aram memasuki pedalaman Israel secara tiba-tiba. Mereka berpencar ke sana-sini, sambil merampok, merampas, dan menjarah. Gerombolan-gerombolan Aram menyergap desa-desa dan kampung-kampung. Mereka menyerobot milik orang (khususnya hasil panen), membakar rumah-rumah, membunuh kaum pria, memperkosa kaum perempuan, membawa mereka dan anak-anak, lalu pulang ke Aram (bdk. Hak. 6:1-6). Dengan demikian raja Aram menakuti orang Israel dan menyelidiki kemungkinan untuk mengadakan perang total melawan Israel.
Melalui cara berperang ini, Aram mengetahui bahwa Raja Yoram serta bangsa Israel Utara sama sekali tidak kuat. Tentara-tentara Israel ternyata lemah saja dan tidak siaga, karena tanpa rintangan apa pun raja Aram sempat menyeberangi Sungai Yordan, melintasi Lembah Yordan43 dan maju sampai dekat ibu kota Samaria. Letak Kota dotan (ay. 13, lih. Di bawah, butir 5) hanya 16 km jauhnya dari Samaria ke arah Utara. Kemudahan gerombolan-gerombolan Aram berjalan keliling itu menunjuk-kan bahwa kerajaan Israel Utara sungguh-sungguh sangat lemah. Israel berada dalam bahaya maut! Keadaan Israel yang demikian ini bukan hanya hal politik, melainkan terlebih lagi perkara religius: mereka umat TUHAN yang tidak percaya kepada TUHAN. Aram tidak lain adalah sarana TUHAN untuk menghukum umat-nya yang tidak setia itu (bdk. Im. 26, Ul. 28). Sekaligus, jika Aram berhasil, apa akibatnya bagi ”tujuh ribu orang di Israel, yakni semua orang yang tidak sujud menyembah Baal”? Syukurlah, TUHAN tetap menunjukkan kuasa-nya, baik kepada Aram (supaya akhirnya takut dan lari) maupun kepada Israel (supaya bertobat). Realitas itu menjadi nyata dalam peristiwa yang kita baca dalam 2 Raja-raja 6:8-23 ini.
Mengenai penanggalan perang yang dikisahkan dalamayat-ayat ini, Sanda berpendirian bahwa perang itu terjadi bukan pada zaman Raja Yoram (±845 SM), melainkan pada zaman Raja Yoas, cucu Raja Yehu (±798 SM).44 Jika demikian halnya, maka raja Aram yang maju berperang bukan Benhadad iii, tetapi anak Hazael, Benhadad iV. Menurut Sanda, kelemahan Israel tidak terjadi pada zaman Yoram, melainkan pada zaman Yoahas dan Yoas (2Raj. 13). Selain itu, diperkirakannya bahwa sebutan ”bapak” bagi nabi Elisa lebih cocok terhadap Yoas (13:14) daripada Yoram. Berkaitan dengan itu, Sanda membubuhkan tanggal penyembuhan Naaman baru setelah terjadinya kedua perang, diceritakan dalam 2 Raja-raja 6–7 (jadi kira-kira pada akhir hidup Elisa). Van Gelderen tepat menarik kesimpulan bahwa seluruh argumentasi Sanda kurang meyakinkan. Hendaklah kita mempertahankan urutan-urutan yang kita dapati dalam Kitab 2 Raja-raja sebagai urutan-urutan kronologis.
Meskipun raja Aram cepat maju, tetapi terjadi beberapa hal aneh yang membuat ia sangat khawatir akan keberhasilan perang ini. Ia merasa risau bukan tentang keadaan Israel, melainkan tentang keandalan perwira-perwiranya sendiri. Dia memakai strategi yang terbaik. Ia memetakan semua informasi dari para pengintainya, sehingga ia tahu persis kota-kota mana tidak berbenteng dan wilayah-wilayah mana tidak dijaga oleh pasukan Israel. Demikian raja Aram mengenal seluruh tanah lapang. Lalu secara diam-diam ia berunding dengan para pegawainya dan menginstruksikan mereka: ”Ke tempat ini dan itu haruslah kamu turun menghadang.” Mereka pergi ke tempat-tempat rahasia itu untuk memasang jerat bagi tentara-tentara Israel atau menjarah di sana, tetapi sangat mengherankan! tentara-tentara Israel selalu dapat menghindari tempat-tempat itu atau mereka sudah siap di sana untuk menghalau musuh-musuh Aram. Jadi, bukan Aram yang sukses, melainkan Israel. Sekalipun Israel lemah, tetapi tentaranya mengadakan defensi yang sangat berhasil. Mereka memukul kalah tentara Aram di mana saja Aram muncul. Israel sama seperti kancil yang selalu mengakali buaya atau harimau yang bangga akan kuasanya yang besar. Ini tidak masuk akal. Sudah pasti, pikir raja Aram, ada pengkhianat di tengah-tengah para pegawainya yang membuka semua rahasia kepada raja Israel. Hatinya mengamuk tentang hal ini. Ia sangat gusar dan mengajukan pertanyaan tajam kepada para perwiranya, ”Siapa dari kita memihak kepada raja Israel?”45
BIMK dan FAH menyajikan ”terjemahan” yang lebih gamblang:
BIMK
Ay. 11 FAH
”Hal itu sangat menjengkelkan raja Siria, sehingga ia memanggil para perwiranya dan bertanya, ’Pasti di antara kita ada yang mengkhianat. Siapa orangnya? Ayo beritahukan!’”
”Raja Aram menjadi heran dan marah. Ia memanggil perwira-perwiranya untuk mengha-dap. ’Siapakah di antara kalian yang berkhi-anat dan memihak raja Israel? Siapakah yang telah memberitahukan rencana-rencanaku kepada raja Israel?’ katanya.”
Kita sebagai pembaca Alkitab telah mengetahui bahwa di antara semua pegawai raja Aram tidak ada seorang pun yang bersalah. Tidak ada perwira Aram yang berperan sebagai mata-mata bagi raja Israel. Mereka semua mengabdi kepada raja Aram, tanpa kecuali. Yang membuka rahasia-rahasia raja Aram ialah ”oknum luar”. Kita sudah tahu siapa ”oknum” itu. Penulis Kitab Raja-raja telah memberitahukan kepada kita bahwa yang bertindak ialah TUHAN sendiri. Dia Yang Mahahadir dan Yang Mahatahu, yang melihat dan mendengar segala sesuatu, dan yang bahkan aktif bergiat dalam segala sesuatu itu. Bukankah dia memakai raja Aram untuk menghukum dan mempertobatkan umat-nya yang tidak setia kepada-nya? Sama seperti pada masa pemerintahan Raja Ahab, demikian sekarang pada zaman Yoram, Aram merupakan sarana TUHAN. Artinya, Aram tidak dapat bergerak sedikit pun di luar kontrol TUHAN. Dia sendiri memperhatikan semua perbuatan raja Aram. Jika perbuatan itu melampaui maksud TUHAN, maka dia turun tangan (bdk. Yes. 10:5-19, 26:10-11).46
Kenyataannya, TUHAN membuka semua rahasia raja Aram kepada abdi-nya, Elisa. Dengan menyuruh seorang utusan (bujangnya?, ay. 15), Elisa menginformasikan kepada raja Israel tentang semua penghadangan yang direncanakan oleh raja Aram. Hal itu terjadi ”bukan sekali dua kali saja”, tetapi beberapa kali. Elisa memberikan nasihat konkret kepada Raja Yoram, ”Awas, jangan lewat dari tempat itu, sebab orang Aram sudah turun menghadang ke sana,” yaitu sesudah raja Aram bertindak. Atau terjadi pula ia menasihatkan Raja Yoram untuk menyuruh orang-orangnya ke tempat yang ia sebutkan, yaitu sebelum raja Aram melaksanakan rencananya. Dengan demikian Israel menanggapi dan meng-antisipasi strategi raja Aram. Dapat dikatakan, peta strategi perang yang ada di atas meja raja Aram, terdapat fotokopinya di atas meja raja Israel. Oleh karena itu, Aram tidak berhasil mengalahkan Israel. TUHAN menghalangi Aram berbuat jahat.
Sebagai pembaca Alkitab kita langsung diberi tahu apa yang sebenarnya terjadi. Namun, pada waktu semuanya ini terjadi, raja Aram belum mengetahuinya. Ia dihadapkan dengan kenyataan orang Israel tidak masuk jerat yang telah dipasangnya, atau mereka sudah siap di lokasi, tempat ia merencanakan penghadangannya. Mana mungkin hal itu terjadi karena semua rencananya telah dirahasiakannya dengan seksama! tidak mengherankan, ia gusar dan menyangka bahwa satu atau beberapa perwiranya tidak berkomitmen kepadanya. Jangan juga kita melupakan bahwa ia baru saja menjadi raja dan sedang berupaya memperoleh sokongan penuh dari para perwiranya. Karena belum mengenal mereka dengan baik, dia belum yakin akan keandalan mereka dan akan cepat mencurigai mereka.47 Jadi, anggapannya bahwa seorang pegawainya berkhianat, masuk akal. Secara manusiawi tidak ada opsi lain.
Akan tetapi, semua pegawai raja Aram benar-benar dapat dipercaya. Mereka pun merasa heran dan tidak mengerti. Mereka tegas memprotes sangkaan raja ”tidak tuanku raja!” dan jelas menyatakan bahwa mereka tidak salah. Namun, di tengah-tengah mereka ada satu perwira yang menduga apa yang terjadi.48 Hal ini pastinya datang dari Elisa, nabi yang di Israel, ujarnya. Ia menegaskan kesetiaan para perwira terhadap raja, sambil membuka rahasia: ”tidak tuanku raja, melainkan Elisa, nabi yang di Israel, dialah yang memberitahukan kepada raja Israel tentang perkataan yang diucapkan oleh tuanku di kamar tidurmu.” ternyata di Aram pun Elisa dikenal sebagai ”nabi yang di Israel”. Sudah pasti, dialah ”biang keladi” (BIMK) yang menyebabkan semua rencana Aram gagal. Bukankah dia nabi Allah Israel? dia sangat berpengaruh, karena ”padanya ada firman TUHAN” (2Raj. 3:12). Hal itu berarti rahasia yang paling besar pun tidak aman. Nabi TUHAN mengetahui segala-galanya tanpa kecuali. Ia bahkan mengetahui kata-kata yang raja ucapkan di kamar tidurnya, kamar yang paling pribadi dan paling rahasia (bdk. Pkh. 10:20). Elisa itu mengetahui kata-kata yang raja bisikkan ke telinga istrinya.49 Pikiran-pikiran yang sedang berkembang dalam akal raja bahkan diketahuinya. Dengan demikian perwira ini agaknya tanpa sadar dan menurut cara pemikiran gaib mengakui nabi Elisa sebagai seorang berkuasa yang tidak mungkin ditentang. Penjelasan perwira Aram itu tepat sekali. Elisa, nabi TUHAN, benar-benar memberitahukan kepada raja Israel apa yang TUHAN nyatakan kepadanya. Perbuatan Elisa ini menunjukkan kepada Aram dan juga kepada Israel(!) bahwa masih ada Allah di Israel (bdk. 2Raj. 1:3). TUHAN jauh lebih kuat dari raja Aram. Firman TUHAN yang Elisa beritakan adalah ”senjata rahasia” Israel. Jikalau firman itu tidak ada, Israel tentunya sudah habis. Hendaklah Israel mengakui dan percaya kepada TUHAN. Kini raja Aram mengalami kuasa TUHAN itu dan langsung mengambil tindakan. Ia mengirimkan ”tentara yang besar” untuk mengancamnya. Raja Aram dan para perwiranya sungguh-sungguh mengakui kuasa nabi Elisa. Demikian mereka menjadi teladan bagi banyak orang Israel yang tidak menerima Elisa sebagai abdi Allah (bdk. Luk. 4:27).
Raja Aram menerima pernyataan pegawainya. Disadarinya bahwa bukan salah seorang pegawainya, melainkan Elisalah kendala yang menghalangi dia mengalahkan bangsa itu. Nabi Israel itu adalah ”senjata rahasia” yang memungkinkan tentara Israel bertahan, walaupun tentara itu sangat lemah. Tanpa pengaruh Elisa dan Allahnya, Israel pastinya tidak mampu lagi bertahan melawan Aram. Jadi, hanya ada satu hal yang perlu diperbuat: Aram harus menyingkirkan sumber informasi, yaitu nabi Elisa. Lalu raja Aram memberi perintah kepada para pegawainya untuk langsung mencari tahu ”di mana dia”. Nabi itu harus segera ditangkap, agar jangan rencana-rencana Aram gagal lagi. Raja Aram akan menutup mulut abdi Allah dan meniadakan pengaruhnya. Sesudah itu ia akan dapat mengalahkan Israel. Tampaknya raja Aram hanya melihat Elisa dan tidak memedulikan Allahnya. Pikirnya penangkapan orang itu adalah perkara mudah. Ia tidak memperhatikan kuasa TUHAN, atasan Elisa, yang tidak mungkin dikalahkannya.50
Bayangkan apa yang akan terjadi kalau TUHAN memperbolehkan raja Aram menangkap Elisa. Jika demikian halnya, ”kereta Israel dan orang-orangnya yang berkuda” (13:14; bdk. 2:12) tidak ada lagi. Israel akan terbuka begitu saja bagi semua musuhnya sebagai mangsa yang gampang direbut.
Sementara ini Elisa tidak di rumahnya di Kota Samaria yang jauh dari medan pertempuran, melainkan ia sedang tinggal di Kota dotan, wilayah Manasye, kira-kira 16 km di sebelah Utara Samaria (lih peta). Perhatikan, dotan bukanlah kota kecil yang sepi di pedalaman yang jauh, sehingga merupakan tempat persembunyian yang aman bagi Elisa. Sebaliknya, dotan adalah kota berkubu pada rute tentara Aram maju ke Samaria. Tinggalnya Elisa di sana berarti ia sama sekali tidak takut kepada raja Aram, tetapi sebaliknya, ia mengikuti para penganjur tentara-tentara Israel (pasukan perintis) yang agaknya menunggu Aram di dotan. Di sana mereka merebat jalan ke Samaria, ibu kota Israel Utara. Kehadiran Elisa di situ berarti ia siap bertemu dengan raja Aram dan meladeni serangannya. Pengabar firman TUHAN siap menghadapi musuhnya.
Ia bahkan berjalan di depan!51 Kalau raja Aram maju untuk menutup mulut Elisa, agar firman TUHAN tidak lagi ke luar dari mulutnya, silakan ia mencoba melaksanakan rencananya. Nabi TUHAN sudah siap menyambut dia. Ia tidak melarikan diri, tetapi sebaliknya ia mengepalai pasukan-pasukan Israel.
Dotan adalah kota berkubu Israel yang terletak di lokasi yang sangat strategis, yakni di atas bukit di dataran yang memisahkan pegunungan Karmel (di Utara) dari pebukitan Samaria (di Selatan). Dataran ini merupakan tempat pelintasan cepat (sela gunung) untuk orang-orang yang berjalan dari wilayah Betsan (Lembah Yordan) dan Gilead (trans-Yordan) ke ibu kota Samaria (dataran Saron), pulang pergi. Begitu juga jalan dari Samaria ke Yizreel kedua-duanya keresidenan raja Israel dan ke Karmel, dan sebaliknya, juga lewat Kota dotan. Tentu saja, dalam banyak perjalanannya Elisa sering melewati Kota dotan. Bahkan, sudah selama berabad-abad Kota dotan berperan sebagai pintu pada rute kafilah ke arah Selatan (Mesir) dan ke arah Utara (Aram, lalu Asyur dan Babel). Demikian kota ini sudah terkenal pada zaman Yakub dan Yusuf (Kej. 37:17). Yusuf pergi mengunjungi kakak-kakaknya yang menggembalakan kambing domba ayahnya di padang. Ia mendapati mereka di wilayah dotan. Rupanya daerah itu cocok untuk kawanan domba. Kemudian semua kakak itu melemparkan Yusuf ke dalam sumur yang kering, lalu menjual dia kepada ”suatu kafilah orang ismael” juga disebut ”orang Midian” yang ”datang dari Gilead dengan untanya yang membawa damar, balsam, dan damar ladan dalam perjalanannya mengangkut barang-barang itu ke Mesir.” Firaun tutmosis iii (1480 SM) menyebut dotan dalam daftar kota-kota yang ditaklukkannya.52 Karena dotan adalah lokasi strategis pada rute kafilah dari Utara ke Selatan dan sebaliknya, tiap-tiap raja berusaha menguasai kota (dan seluruh rute) itu. Penggalian arkeologi di dotan mengungkapkan adanya jalan-jalan sempit, rumah-rumah kecil, gudang-gudang penyimpanan barang, dan tempat-tempat pembuatan roti dari kira-kira zaman Elisa (demikian EAMK).
Kota ini adalah tempat Elisa tinggal pada saat raja Aram bergerombol melawan Israel. Ketika mendapat berita dari pengintainya, ”dia ada di dotan”, Benhadad iii langsung mengirim sepasukan tentara, yakni ”kuda serta kereta dan tentara yang besar” (boleh jadi satu panglima bersama ± 100 orang tentara; bdk. 2Raj. 1:9), untuk menangkap Elisa. Komando khusus itu diam-diam mengepung Kota dotan pada waktu malam. Raja Aram bermaksud mengejutkan semua orang dotan supaya mereka lekas menyerahkan nabi Elisa kepadanya. Dengan serangan yang tiba-tiba ini, pikirnya, dia akan definitif menutup mulut nabi sehingga ia tidak dapat lagi membuka rahasia-rahasia Aram kepada raja Israel bersama tentaranya. Kalau Elisa tidak dapat memberitakan firman Allahnya lagi, akibatnya Allah Israel tidak akan dapat menolong umat-nya, dan Aram akan menang.
Pengepungan pun terjadi. Kuda serta kereta dan tentara mengambil posisinya di atas gunung-gunung di sekeliling kota. Tentara-tentara Aram mengontrol semua jalan keluar masuk kota. Kota dotan dikunci, termasuk nabi Elisa. Namun, Elisa sendiri pastinya sudah mendapat kabar dari TUHAN tentang aksi raja Aram ini.
Pada saat fajar menyingsing, semua penduduk Kota dotan bangun seperti biasa. Di kota dan di rumah masing-masing orang menjalankan kegiatan sehari-hari. Bayangkanlah reaksi mereka ketika mereka mendapati kota mereka dikepung oleh tentara besar Aram! tentu semua orang akan sangat terkejut dan panik. Tiba-tiba dan tanpa disadari mereka ditangkap.
Tidak mengherankan kalau mereka langsung putus asa. Melihat semua musuh itu, tidak ada harapan lagi bagi Kota dotan.53
Dalam ayat 15 perhatian dipusatkan pada reaksi dari hanya satu orang yang bukan penghuni Kota dotan. Ia bukan juga seorang asing, melainkan orang spesial, yaitu ”pelayan abdi Allah” yang selalu dekat pada tuannya. Sebagai ”bujang Elisa” ia tentu seorang yang takut akan TUHAN yang agaknya berasal dari rombongan nabi tertentu.54 Posisinya berarti ia selalu orang pertama yang menyaksikan perbuatan-perbuatan abdi Allah (seperti di kemudian hari murid-murid Yesus). Sudah pasti ia juga terlibat aktif dalam tindakan Elisa terhadap gerombolan-gerombolan raja Aram. Mungkin sekali dia yang membawa berita-berita dari Elisa kepada raja Israel (ay. 13). Dari perspektif orang inilah, penulis menggambarkan apa tanggapan semua orang pada pengepungan Kota dotan. Jikalau pelayan ini langsung panik, bagaimana reaksi semuanya?
Dalam ayat 15 kita baca bahwa pelayan abdi Allah bangunpagi-pagi.55 dia membuka pintu rumah dan ”pergi ke luar”. Bayangkan, apa kegiatan pertama seorang yang baru bangun? ia keluar rumah untuk membuang air, masuk ke dapur untuk menyalakan api, berdiri sebentar di halaman rumah untuk melihat keadaan dan cuaca, atau untuk menikmati pemandangan dan matahari terbit.56 Mengenai bujang Elisa, jangan juga dilupakan bahwa seorang pelayan biasanya bangun sebelum tuannya, supaya ia siap melayaninya. Bagaimanapun, bujang Elisa ini pergi ke luar, ”maka tampaklah suatu tentara dengan kuda dan kereta ada di sekeliling kota itu”. Ketika ia ke luar rumah, sambil menggeliatkan badannya, ia menengok-nengok ke lereng-lereng bukit yang di sekeliling kota dan tiba-tiba mendapati gerakan banyak orang di sana. Ia menanggap apa yang terjadi dan melihat ada banyak kuda dan kereta, ada tentara besar di sekeliling kota. Lalu ia langsung tersentak dan terpikau-pikau. Hatinya berdebar karena ketakutan. Ia berseru kepada Elisa yang masih di rumah atau yang pas muncul di ambang pintu, ”Celaka tuanku! Apakah yang akan kita perbuat?” Pelayan yang kita kira takut akan TUHAN ini langsung merasa gentar dan gelisah, melihat musuh Aram sedang mengepung kota tempat ia tinggal. Pikirnya, tidak ada jalan keluar. Ini berarti kebinasaan total. Padahal, ia mengenal perbuatan-perbuatan besar TUHAN yang dilakukan-nya melalui Elisa, tuannya. Sekali lagi: jika ia panik, bagaimana reaksi semua orang lain? Bukankah semua penghuni kota akan ketakutan?
Sebaliknya, nabi Elisa tidak takut. Ia semata-mata tidak terkejut atau panik. Dan ia menenteramkan bujangnya juga, katanya, ”Jangan takut! tenanglah!” Elisa tentunya sudah tahu persis apa maksud raja Aram, jauh sebelum bujangnya berteriak. Elisa bahkan mengetahui rencana TUHAN. Pada pagi hari ini pemandangan Elisa melampaui pemandangan pelayannya. Tampak jelas, ada tentara besar Aram di sekeliling Kota dotan dengan kuda dan kereta yang bersiaga bertempur. Sangat mengkhawatirkan! Akan tetapi, lihatlah, ada tentara kedua yang lebih besar lagi. Bala tentara ini berposisi di gunung, tempat dotan berada, yaitu di antara Elisa bersama bujangnya (yang di dalam Kota dotan) dan tentara Aram (yang di pegunungan di sekeliling dotan). Dengan demikian tentara surgawi membentuk lingkaran keamanan di sekeliling nabi TUHAN dan Kota dotan. Karena itulah Elisa berkata, ”Jangan takut, sebab lebih banyak yang menyertai kita dari pada yang menyertai mereka.” Bukan Aram yang banyak tentaranya, tetapi Elisa bersama tentara surgawi yang mendampinginya (bdk. 1Sam. 14:6).
Elisa melihat apa yang tidak dilihat oleh bujangnya (dan para penghuni kota). Supaya bujangnya tenang, Elisa berdoa kepada TUHAN, katanya, ”Ya TUHAN. Bukalah kiranya matanya, supaya ia melihat.” Maka TUHAN langsung mengabulkan doa Elisa, sehingga bujang itu melihat apa yang tidak kelihatan, hal ini hanya dapat terjadi jika TUHAN membuka mata untuk itu (bdk. 2:11, di mana TUHAN membuka mata Elisa sehingga ia melihat nabi Elia dijemput oleh kendaraan yang berapi). Kini bujang melihat bukan hanya tentara-tentara Aram (seperti tadi), melainkan pula tentara besar Allah Sebaot. Ia menatap ke gunung Kota dotan: ”tampaklah gunung itu penuh dengan kuda dan kereta berapi sekeliling Elisa”. Lereng-lereng gunung dotan penuh dengan api surgawi.
Perhatikan kesamaan dan perbedaan pengalimatan, tadi dan sekarang:
tadi
(ay. 15)
kini
(ay. 17)
”maka tampaklah suatu tentara dengan kuda dan kereta ada di sekeliling kota itu”.
”Tampaklah gunung itu penuh dengan kuda dan kereta berapi sekeliling Elisa”.
Tadi pelayan Elisa melihat: maka tampak tentara besar Aram di pegunungan yang di sekeliling Kota dotan. Setelah TUHAN membuka matanya atas doa Elisa, bujang itu melihat: maka tampak di depan matanya tentara Aram yang sama di pegunungan yang sama, tetapi tambah lagi, gunung dotan sendiri penuh dengan ”kuda dan kereta berapi”. Bujang Elisa menyaksikan bala tentara TUHAN berkerumun di gunung, langsung di luar tembok kota dan di depan pintu gerbangnya. Apa yang tadi dilihatnya, sungguh-sungguh sangat mengejutkan. Apa yang kini ia lihat, tambah ngeri, bukan untuk dia serta tuannya dan untuk semua penghuni Kota dotan melainkan untuk tentara-tentara Aram. Ancaman sudah balik arah. Yang diancam oleh bahaya maut bukan Elisa, nabi yang di Israel, melainkan Aram.
Tentang posisi pasukan surgawi kita baca, mereka ”sekeliling Elisa”. Namun, sekaligus ”gunung itu penuh dengan kuda dan kereta berapi”. Artinya, bala tentara malaikat mengelilingi seluruh Kota dotan. Mereka berdiri di antara dotan dan tentara Aram. Jika Aram mau menyerang kota, mereka harus lebih dahulu mengalahkan ”kuda dan kereta berapi” yang tidak kelihatan bagi mereka. Mustahil Aram menerobos pasukan surgawi yang berdiri sebagai tembok tebal di sekeliling dotan. Dalam tugas perlindungan itu, komando surgawi memusatkan diri pada pengamanan nabi Elisa. Sama seperti tentara Aram mengepung seluruh kota untuk menangkap hanya satu orang yang berada di dalam kota itu, demikian tentara malaikat melindungi seluruh kota demi keamanan satu orang itu. Kata ”sekeliling Elisa” tegas menekankan tugas utama mereka. Mereka mengawal pemberita firman TUHAN. Tugas utama tentara surgawi sebagai satuan pengawal nabi Elisa bertambah konkret, ketika Elisa sementara menenteramkan bujangnya yang panik bergerak dari rumah penginapannya ke luar kota atau sementara ini sudah sampai di luar kota. Peristiwa nanti (ay. 18-19) menunjukkan bahwa Elisa sudah berada di luar Kota dotan. Khususnya di situ tentara surgawi memusatkan perhatian mereka pada perlindungan Elisa. Menurut saya, urutan apa yang terjadi adalah sebagai berikut:
Tentara surgawi sebagai pengawal Nabi Elisa
Demikian nabi Elisa bersama bujangnya, dan juga Kota dotan (tentang tanggapan para penghuni dotan kita tidak mendapat informasi sedikit pun), mendapat perlindungan dari tentara surgawi. Tidak perlu mereka takut. TUHAN sendiri, Allah Sebaot, hadir untuk mengamankan abdi-nya. Dia menaruh kordon pengawal di sekeliling pengabar firman-nya. Tentara Aram tidak dapat berbuat sesuatu pun. Raja Benhadad iii tidak mampu mencapai maksudnya. Ia tidak akan dapat menutup mulut nabi TUHAN. Komando malaikat mengamankan kelanjutan pemberitaan firman TUHAN melalui Elisa. Perhatikan, tentara TUHAN tidak bergerak. Mereka mengambil posisi siap siaga, tetapi tidak menyerang. Peran mereka terbatas, yaitu melindungi nabi TUHAN sebagai bayangkaranya. Namun, tentu jika diperlukan, mereka akan segera bertindak keras. Mereka hanya menunggu perintah dari TUHAN, raja dan panglima mereka (arti hrf. Kata ”Sebaot”).
Kata-kata yang Elisa ungkapkan untuk meredakan bujangnya, ”Jangan takut, sebab lebih banyak yang menyertai kita dari pada yang menyertai mereka”, sungguh-sungguh sangat berarti. Pada saat TUHAN membuka mata bujang itu, tampak dengan jelas apa sebenarnya arti kata-kata itu: TUHAN melindungi pemberita firman-nya dengan tentara surgawi yang jumlahnya tidak terbilang. Boleh jadi, TUHAN kadang mengizinkan firman-nya dibelenggu atau pemberitanya ditangkap (bdk. Rasul-rasul dalam PB, Sejarah Gereja), tetapi mustahil firman itu ditiadakan. Dengan demikian TUHAN menyatakan kuasa-nya yang tidak terbatas. TUHAN sungguh-sungguh berkuasa atas alam semesta, atas raja-raja dan bangsa-bangsa. Apa yang TUHAN rencanakan benar-benar terwujud. Tidak seorang pun atau sesuatu pun dapat mengalahkan dia atau memadamkan firman-nya. Raja Aram yang mau menutup mulut Elisa, tidak dapat tidak harus mengakui realitas itu. TUHAN akan mengajarkan itu kepadanya dengan cara yang cukup istimewa.
Bagi banyak orang jawaban Elisa kepada bujangnya telah menjadi peribahasa yang diterapkan secara umum. Akan tetapi, dapat ditanya apakah semua orang yang takut akan Allah di semua zaman dan tempat memang begitu saja dapat memakai kata-kata yang sama ketika mereka mengalami kesulitan tertentu, seperti penganiayaan, ancaman perang, kelaparan, atau penyakit parah? Jangan kita lupa mengindahkan konteks asli kata-kata itu yang khususnya mengenai keamanan pemberitaan firman TUHAN, dan bukan mengenai kesulitan mana pun. Jadi, sekalipun TUHAN pastinya selalu menyertai umat-nya sesuai dengan providensia-nya, tetapi ungkapan Elisa memiliki makna khusus. Kata-kata Elisa yang menunjuk pada kehadiran pasukan surgawi, jangan dibuat menjadi salah satu otomatisme yang menjamin bantuan surgawi dalam setiap keadaan sulit (bdk. Nama ”Allah Sebaot”; Kej. 32:1-2; Mzm. 20:7-10; 34:8; 91:11-12; Mat. 24:31; 26:53; Luk. 2:9-14; ibr. 1; lih. Konkordansi dan EAMK).
Sudah tentu, TUHAN melindungi semua anak perjanjian-nya, bersama-sama dan satu demi satu, sesuai dengan janji-nya. Akan tetapi, perlindungan itu bukan hal otomatis. Di satu sisi, kita bertanggung jawab sendiri dan wajib mengamankan diri kita sendiri, berkaitan juga dengan Hukum 6: janganlah kita memasukkan diri ke dalam bahaya atau ancaman. Di sisi lain, perlindungan yang TUHAN berikan selalu berhubungan dengan pelaksanaan rencana-nya. Contoh yang teramat jelas ialah penangkapan dan kematian Anak Allah, Yesus Kristus. Tentara malaikat tentunya siap siaga untuk melepaskan dia dari tangan para pengancam-nya (”lebih dari 12 pasukan malaikat”, Mat. 26:53; bdk. 27:43). Akan tetapi, mereka tidak mendapat perintah bertindak, sesuai dengan rencana keselamatan TUHAN. Demi keselamatan kita, tentara surgawi tidak bertindak. Juga pada kejadian pembunuhan Yakobus, Stefanus, dan banyak orang Kristen pada abad ke-1, angkatan bersenjata surgawi tidak bergiat. Namun sebaliknya, malaikat melepaskan Petrus dari penjara (Kis. 12). Bandingkan juga penganiayaan orang percaya pada abad ke-16 dan 17 di Eropa Barat (zaman Reformasi) dan pada abad ke-20–21 di Afrika dan Arab. Kesimpulannya, TUHAN memiliki banyak tentara surgawi, tetapi dia tidak selalu menyuruh mereka bertindak. Mereka hanya bertindak, jikalau sesuai dengan rencana TUHAN.57
Perhatikan bahwa perlindungan Elisa melawan tentara Aram berdasarkan rencana TUHAN yang khas, berkaitan dengan situasi pada masa itu. TUHAN ingin menunjukkan kuasa-nya yang tidak terbatas kepada bangsa Aram maupun umat perjanjian-nya, Israel. Perlindungan itu langsung berhubungan dengan keberlangsungan pemberitaan firman-nya dalam situasi konkret itu. Bangsa-bangsa, terutama Israel, akan mengalami bahwa dialah benar-benar Allah Yang Maha kuasa. Kehadiran pasukan surgawi khususnya berkaitan dengan pemberitaan firman TUHAN dan kehidupan Israel sebagai umat TUHAN, melawan semua musuh-nya, khususnya iblis. Di mana pemberitaan injil atau hidup jemaat terancam, pasukan berapi siap siaga (bdk. Rm. 8:31-39).
Masih ada satu hal lagi: ada yang langsung mengkritik ketakutan dan kepanikan bujang Elisa pada waktu ia melihat Kota dotan dikepung oleh tentara Aram, katanya, ”Orang itu jelas kurang percaya.” Apakah benar orang percaya tidak boleh takut dan gemetar? Apakah panik adalah bukti ketidakpercayaan? Biasanya kita cepat menarik kesimpulan: jika orang Kristen takut, percayanya kurang. Akan tetapi, kesimpulan itu hanya setengah benar. Kita memang diberi nasihat untuk tidak takut. TUHAN Yesus mengatakan, ”Janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa” (lih. Mat. 10:28-31). Artinya, kita tidak perlu takut kepada siapa pun, kecuali kepada TUHAN. Selain itu, jangan kita melupakan bahwa kita semua manusia lemah, yang masih hidup di dunia yang berdosa. Walaupun kita yang percaya telah dibenarkan oleh TUHAN dan aman dalam tangan TUHAN, tetapi kita juga masih orang lemah. Kita belum memperoleh kembali kemuliaan semula (bdk. Rm. 5:1-5). Petrus takut, sehingga ia menyangkal Yesus. Namun, TUHAN Yesus menerima dia menjadi rasul (Luk. 22:54-62; Yoh. 21:15-19). Bahkan, TUHAN Yesus sendiri ”sangat ketakutan” di taman Getsemani, beberapa saat sebelum dia ditangkap (Luk. 22:39-46). Jika kita takut, tidak apa-apa, asal saja kita berdoa dan percaya kepada TUHAN. Kita mengaku, bahwa tidak sesuatu pun terjadi di luar kehendak Bapa di surga.
Pelayan nabi Elisa diperkenankan melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa TUHAN sungguh-sungguh mengawal firman-nya dan nabinya. Dia mengamankan bukan hanya nabi-nya, melainkan juga umat perjanjian-nya. TUHAN siap siaga menyatakan kuasa-nya demi kelanjutan pemberitaan firman-nya.
Elisa bersama bujangnya58 pergi ke luar dotan tanpa merasa takut. Mereka berjalan seolah-olah tidak ada ancaman apa pun. Boleh jadi, di pintu gerbang atau dari atas tembok kota ada yang berseru untuk memperingatkan mereka ada bahaya. Namun, dengan mata terbuka mereka melihat bahwa TUHAN sendiri sedang melindungi mereka dengan tentara surgawi-nya. Di pegunungan seberang memang ada tentara Aram, tetapi gunung Kota dotan penuh dengan kuda dan kereta berapi sekeliling mereka. Mereka aman semata-mata.
Untuk apa sebenarnya Elisa pergi ke luar kota? Lebih baik ’kan ia tinggal di kota dan menunggu sampai tentara surgawi mengusir tentara Aram (bdk. 2Raj. 7:6-7), atau bahkan membinasakannya (bdk. 2Raj. 19:35-36). Namun Elisa tidak menanti, tetapi langsung pergi ke luar kota. Untuk apa? Sangat mengherankan, Elisa pergi ke luar kota bukan untuk menjemput tentara surgawi agar mereka mengantar dia pulang ke rumahnya di Samaria, tetapi untuk bertemu dengan tentara Aram dan seperti nanti akan menjadi nyata mengantar mereka sebagai tawanan perang yang dikalahkannya kepada raja Israel di Samaria.
Tentara Aram tentu tidak melihat pasukan surgawi yang siap siaga di antara mereka dan Kota dotan, tempat penginapan nabi Allah yang harus mereka tangkap. Mata mereka tertutup terhadap itu sehingga mereka tidak sadar akan bahaya maut yang sedang mengancam mereka. Sebaliknya, mereka agaknya memegahkan diri karena telah berhasil membuat masyarakat dotan panik karena sudah dikepung diam-diam. Tentara Aram tidak meragukan sukses aksi mereka. Elisa, nabi yang di Israel itu, sudah terkurung. Tampaknya mulut nabi sudah tertutup dan ia tidak lagi sempat mengirim berita kepada raja Israel karena begitu buktinya mereka tidak dihalangi sedikit pun dalam mengepung Kota dotan ini. Sekarang mereka siap tempur. Sebentar lagi mereka akan menuntut orang-orang kota untuk mengekstradisi Elisa kepada mereka, sehingga ia tidak akan dapat menghalangi rencana-rencana raja Aram lagi. Mereka akan membawanya ke damsyik sebagai tawanan mereka. Jikalau masyarakat dotan tidak mau menyerahkan Elisa kepada mereka, mereka akan maju menyerang kota.
Tentara Aram melihat Kota dotan di atas gunung, tetapi tidak melihat bahwa lereng-lereng gunung di bawah tembok kota itu penuh dengan kuda dan kereta berapi. Sama seperti mereka mengepung dotan dengan diam-diam di tengah malam, begitu juga pasukan pengawal surgawi mengambil posisinya dengan diam-diam. Tentara Aram berpikir mereka memasang jerat untuk abdi Allah, tetapi tidak tahu bahwa sudah dipasang jerat untuk mereka sendiri juga. Rahasia Aram dibalas dengan rahasia TUHAN. Mereka hanya melihat satu dua orang turun dari kota menuju mereka. Apakah mereka langsung menyadari bahwa orang itu adalah nabi TUHAN sendiri, tidak diberi tahu. Pada awalnya, mereka agaknya berpikir bahwa orang itu adalah utusan atau pembicara pihak Israel yang datang dari kota untuk mendengar maksud mereka. Akan tetapi, pada waktu Elisa semakin dekat, mereka pasti mengenal dia, mukanya atau jubahnya, lalu menarik kesimpulan, ”itu dia! tangkaplah dia!” Orang-orang Aram turun dari pegunungan yang di sekitar dotan mendatangi Elisa, abdi Allah.
Nabi Elisa melihat tentara Aram turun mendatangi dia. Ia tidak takut, tetapi merasa aman di tengah-tengah tentara surgawi. Namun, ini saat yang genting. Akan terjadi apa ketika Elisa dan Aram saling bertemu? Sudah tentu, Aram akan berusaha menangkap dia. Bukankah itu tujuan mereka datang mengepung Kota dotan? namun, di sekeliling dia pasukan berapi sudah siaga tempur. Elisa tidak ragu-ragu. Dengan penuh keberanian ia mendekati orang-orang Aram. Perhatikan, orang Aram maupun orang Israel tidak melihat tentara surgawi itu. Mereka semua hanya melihat Elisa bersama bujangnya turun dari dotan dan agaknya menahan napas karena berpikir Elisa akan menyerahkan diri kepada musuh. Aram merasa sudah menang, Israel merasa terpukul.
Elisa berjalan kepada tentara Aram. Sementara ia pergi, ia berdoa sekali lagi kepada TUHAN. Ini doanya yang kedua. Tadi ia memohon agar TUHAN membuka mata bujangnya, supaya dia melihat apa yang tidak kelihatan. Sekarang ia memohon supaya TUHAN membutakan mata orang-orang Aram, agar mereka tidak melihat apa yang kelihatan (bdk. Apa yang terjadi di Kota Sodom, Kej. 19:11). Dan sama seperti tadi, TUHAN langsung mengabulkan doa Elisa. Tentara Aram tidak dapat melihat pasukan rohani dari surga itu. Sekarang mereka tidak melihat dan tidak mengenali nabi TUHAN lagi. Mereka juga tidak mengenali Kota dotan. Mereka tidak maju lagi, tetapi tiba-tiba tertegun sambil meraba-raba. Terjadilah apa yang dialami oleh orang yang lekas menutup matanya atau melindungi matanya dengan kedua tangannya karena silaunya cahaya matahari yang tiba-tiba muncul dari belakang awan gelap.59 demikian orang-orang Aram terpaksa menutup matanya karena cahaya yang berkilau-kilauan di depan mereka (bdk. Saulus, Kis. 9:3). Cahaya pasukan berapi membuat mereka tidak lagi melihat apa-apa, dan bahkan tidak lagi tahu apa-apa. Mata dan pikiran mereka sudah buta. Mereka kehilangan akal.60 Oleh kuasa TUHAN mereka berada dalam keraguan yang teramat besar. Daya lihat dan daya orientasi mereka terganggu. Mereka seperti orang tuna ganda (fisik dan mental) yang tidak mungkin hidup tanpa pertolongan dan pimpinan orang lain. Tentara Aram tidak berdikari lagi, tetapi mereka kini berada dalam suasana ketergantungan total. Yang mengontrol situasi bukan mereka, melainkan TUHAN. Yang masuk jerat bukan Elisa, abdi Allah, melainkan Aram. ”Mereka tertangkap dalam kecongkakan mereka” (Mzm. 59:13; bdk. Ams. 16:18). Ini sudah merupakan bukti nyata bahwa TUHAN berkuasa atas Aram. Namun, dia belum selesai. Melalui Elisa, dia akan memberikan pelajaran kepada Aram yang sombong, dan juga kepada Israel yang kini merasa heran tentang huru-hara di tengah-tengah orang Aram.
Elisa turun dari Kota dotan. Dan tentara Aram turun dari pegunungan seberang mendatangi Elisa. Kedua pihak saling mendekat dan akhirnya saling bertemu. Namun, tidak terjadi apa yang diperkirakan, yaitu pihak mayoritas, tentara besar Aram, menguasai pihak minoritas, nabi Elisa bersama bujangnya. Sebaliknya, pihak yang kecil mengontrol pihak yang besar. Tidak perlu pasukan surgawi bertindak. Aram tidak mampu berbuat kejahatan apa pun terhadap Elisa. Mata mereka disilaukan sehingga mereka tidak mengenalinya sebagai nabi TUHAN. Bagi mereka, Elisa adalah sembarang orang yang melintas di wilayah asing. Mereka hanya berpikir-pikir tentang hal aneh, ”Kami berada di mana?” Mereka mencari seorang pandu yang dapat menunjukkan jalan yang benar kepada mereka. Dan Elisa sudah siap untuk melayani mereka sebagai penunjuk jalan. Ia menyapa tentara Aram yang sedang kebingungan, katanya, ”Kalian tersesat. Bukan ini jalannya dan bukan ini kotanya” (bdk. BIMK/FAH). Dengan kata-kata ini Elisa memperbesar rasa bingung mereka. Rupanya mereka kesasar, tetapi untunglah orang lemah-lembut ini siap sedia menolong mereka, katanya, ”ikutlah aku!” ia bersedia mengantar mereka kepada orang yang mereka cari. Demikian Elisa menjadi pandu mereka. Ia berjalan di depan, dan tentara Aram mengikutinya ke mana ia pergi. Dalam keraguannya yang besar, mereka langsung menaati nabi TUHAN.
Membaca apa yang selanjutnya terjadi (orang dotan melihatnya dengan lega dari atas tembok kota mereka) agaknya membuat kita tertawa. Benar, lucu sekali, tetapi sekaligus inilah hal yang sangat serius, yang menentukan tentang siapa yang berkuasa. Yang kini mengikuti abdi Allah ialah musuh-musuh yang mau menutup mulutnya dan menghentikan pemberitaan firman TUHAN. Mereka mau menangkap dan membawa dia sebagai tawanan. Padahal, yang terjadi ialah kebalikannya. Elisa yang menangkap mereka setelah TUHAN menutup mata mereka sebagai jawaban doanya dan membawa mereka sebagai tawanannya. Tentara Aram sama seperti kawanan domba yang mengikuti gembalanya dengan taat. Hal ini menjadi pelajaran yang jelas bagi umat perjanjian TUHAN juga. Mereka ”kawanan domba” TUHAN, tetapi mereka tidak taat sehingga tersesat (bdk. Mzm. 23; Yoh. 10).
Sejujurnya, kata-kata Elisa kepada tentara Aram tidak benar. Sebenarnya tentara Aram tidak kesasar. Mereka telah mengikuti jalan yang tepat dan sedang mengepung kota yang tepat. Jika demikian, apa sebabnya Elisa memperdaya tentara Aram? Apakah baik seorang pemberita firman TUHAN membingungkan orang dengan tipuan? Ada beberapa penafsir yang mengkritik Elisa bahwa di sini Elisa bertindak sekali lagi sesuai dengan kesukaannya sendiri, sama seperti ia telah bersalah dalam perang Israel melawan Moab (2Raj. 3:19) dan dalam nasihatnya kepada Naaman (2Raj. 5:18-19).61 Lalu para penafsir ini menyimpulkan bahwa yang salah jalan bukan Aram, melainkan Elisa, katanya, ”Elisa menampilkan diri sebagai nabi yang mencampurkan firman ilahi dengan kelakuan manusiawi.” Akan tetapi, ada pula penafsir yang menegaskan bahwa kata-kata Elisa bukan tipuan: ”Elisa sudah berangkat dari Kota dotan, bukan? Jadi benar saja apa yang dikatakannya, ‘Bukan ini kotanya lagi.’” Penafsir-penafsir lain tidak memperhatikan masalah ini, atau membenarkan tipuan Elisa dengan menyebut nya sebagai ”taktik perang”. Menurut mereka, Elisa menyesuaikan diri dengan metode Aram. Apa salahnya?
Benar, Elisa memperdaya tentara Aram. Namun, jangan kita langsung menarik kesimpulan: ”Elisa adalah nabi palsu”, ataupun kesimpulan lain: ”Apa salahnya?” Saya yakin bahwa Elisa tidak mengikuti saja taktik perang yang lazim. Ia memang menyesuaikan diri dengan metode Aram, tetapi ia mempunyai tujuan khas. Elisa kini memasang jerat untuk Aram. Dengan itu ia bermaksud mengajarkan kebenaran mutlak kepada Aram bahwa TUHAN berkuasa atas hidup dan mati. Tidak mungkin siapa pun orang menjerat dia. Orang Aram mencari Elisa, abdi Allah. Nanti di Samaria, mereka sungguh-sungguh akan menemui dia. Akan tetapi, mereka tidak akan menangkap Elisa, oleh sebab bukan dia orang yang harus mereka cari. Di belakang Elisa ada ”Sosok” lain, yaitu Allah Israel yang melaksanakan rencana-nya. Mustahil, Aram mengalahkan dia. Mereka berada dalam kuasa Allah. Elisa mengantar mereka ke Kota Samaria supaya tentara Aram belajar mengenal TUHAN, lalu menghentikan rencana-rencana mereka yang tidak akan pernah berhasil. Berperang melawan kehendak TUHAN adalah sia-sia. Hendaklah Aram mengakui kuasa TUHAN!
Pasukan Aram menerima usulan Elisa, ”ikutlah aku, maka aku akan mengantarkan kamu kepada orang yang kamu cari” (ay. 19). Mereka senang orang ini bersedia menolong mereka. Mereka cepat mempersiapkan diri, lalu berangkat mengikuti Elisa. Mereka menempuh jalan ke ibu kota Samaria, yang jaraknya sekitar 16 km (perjalanan selama sekitar empat jam). Demikian Elisa mengantarkan mereka ke pusat negara, ke tengah-tengah Samaria. Bayangkan apa yang terjadi! nabi Elisa berjalan di depan, sama seperti panglima yang pulang dari perang, sambil membawa musuh-musuh yang dikalahkannya. Elisa bahkan menawan satu pasukan lengkap dengan kuda dan keretanya. Tanpa sadar mata mereka tetap buta Aram mengikutinya sebagai tawanan perang. Mereka tidak melawan, tetapi taat berjalan di belakang Elisa dari dotan sampai ke Samaria.
Dapat ditanya apakah ada pasukan Israel, misalnya komando pengawal Kota dotan, yang ikut serta untuk menolong Elisa mengendalikan tentara Aram? Entah tentara Israel ada atau tidak, kehadiran mereka tidak penting. Raja dan umat Israel semata-mata tidak berperan dalam peristiwa ini. Ini perkara di antara Aram dan TUHAN. Yang menentukan ialah bahwa nabi TUHAN berjalan di depan. Rombongan yang menuju Samaria ini menunjukkan siapa yang menang, yang berkuasa: bukan Aram, bukan juga Israel, melainkan TUHAN. Dalam nama TUHAN, Elisa mengontrol segala-galanya. Ia tidak takut bahwa pasukan Aram tiba-tiba sadar kembali, lalu bertindak dan menangkap dia. TUHAN yang telah membutakan mata mereka. Hanya dia yang dapat membuka kembali mata mereka. Lebih tepat kita memperkirakan bahwa tentara surgawi yang senantiasa mengelilingi Elisa dan pasukan Aram dalam perjalanan mereka ke Samaria.
Akhirnya, Elisa bersama para tawanannya mendaki gunung Samaria. Para penjaga Kota Samaria membuka pintu gerbang kota dan membiarkan mereka masuk. Pada mulanya mereka pasti keberatan dan menyuruh seorang petugas meminta izin kepada raja Israel. Atau, mereka agaknya telah memanggil raja Israel ketika Elisa masih jauh. Tentu saja, sebagai pengawal mereka telah melihat datangnya rombongan besar ke arah Samaria dan sudah melihat bahwa mereka itu tentara (bdk. 2Raj. 9:17). Mereka sudah siap siaga pada saat Elisa bersama tentara Aram sampai di depan pintu gerbang Samaria dan meminta izin untuk masuk. Ini benar-benar hal yang amat luar biasa! Mana mungkin satu orang menguasai sepasukan Aram sendirian? Jangan sampai ini tipu daya orang Aram untuk merebut Samaria. Namun benar, nabi Elisa sudah melakukan banyak hal luar biasa. Bukankah ia bertindak atas nama TUHAN? Jadi, Elisa meyakinkan mereka untuk tidak khawatir. Tentara Aram ini semata-mata tidak akan berbuat jahat. Lihat saja, mata mereka buta, dan begitu juga kesadaran mereka. Orang-orang ini terbengong-bengong seperti orang yang kehilangan akal.
Setelah Elisa bersama rombongannya yang aneh itu memasuki Samaria, pintu gerbang kota langsung ditutup kembali.62 Reaksi Raja Yoram nanti (ay. 21) menunjukkan bahwa orang-orang Aram kini terkepung oleh tentara Israel. Pasukan Aram terjebak, masuk jerat. Tidak ada jalan keluar bagi mereka. Hanya, mereka sendiri belum menyadari bahwa mereka telah ditangkap oleh nabi TUHAN. Mereka masih berpikir bahwa mereka akan menangkap Elisa, nabi yang di Israel dan menganggap mereka akan berhasil. Padahal, ini saatnya mereka bangun dari khayalan. Elisa berdoa sekali lagi kepada TUHAN, ”Ya TUHAN, bukalah mata orang-orang ini, supaya mereka melihat.” Lalu, sama seperti di dotan, TUHAN langsung mengabulkan doa abdi-nya. Dia membuka mata orang-orang Aram. Mata mereka tidak lagi tersilau, tetapi terbuka seperti biasa. Mereka membuka mata, lalu kaget dan menahan napas. Dalam sekejap mereka melihat bahwa mereka sedang berdiri di tengah-tengah kota tertentu dan dikelilingi oleh tentara Israel. Tidak ada gunanya mereka bertindak. Kuda dan kereta mereka sedang dipegang oleh orang-orang Israel. Melihat itu, mereka merasa sangat heran dan tidak mengerti. Mana mungkin mereka masuk jerat ini? Mereka melihat Elisa, lalu mereka segera mengerti: ”dia lagi!” Mereka benar-benar diantar kepada orang yang mereka cari: ia berdiri di depan mereka. Mereka bermaksud menangkap dia, padahal dia sudah tahu sebelumnya dan sekarang justru berhasil menangkap mereka. Elisa aman. Mereka terancam oleh bahaya maut. Jalan keluar tidak ada.
Tentara Aram berada dalam kuasa nabi Israel. Ini sangat memalukan: satu orang ini lebih kuat daripada tentara besar bersama kuda dan keretanya. Satu orang Israel berkuasa atas hidup atau kematian banyak orang Aram. Mereka tidak dapat tidak mengakui bahwa Allah Israel sungguh-sungguh adalah Yang Mahakuasa. Kata-kata yang tadi di dotan keluar dari mulut bujang nabi ”Celaka tuanku! Apakah yang akan kita perbuat?” sekarang timbul dalam hati mereka. Akan tetapi, mereka langsung mengerti bahwa mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka tergantung seluruhnya kepada nabi TUHAN, dan juga pada raja dan tentara Israel. Mereka tertawan dan panik. Mengingat perlakuan yang biasanya mereka terapkan kepada musuh-musuh yang kalah (penyiksaan, pembudakan, pembunuhan), maka tidak ada harapan bagi mereka. Mereka takut setengah mati menghadapi ajal mereka.
Penulis kitab Raja-raja tidak panjang lebar mengisahkan reaksi tentara Aram setelah mata mereka dibuka kembali. Sebaliknya, ia baru sekarang! memusatkan perhatian kepada raja Israel. Sampai saat ini peran Raja Yoram, kepala tentara Israel, dalam perang Aram melawan Israel ini hanya kecil. Ia hanya bergerak setelah menerima petunjuk dari Elisa (ay. 9-10).63 dan ketika perang ini mencapai tahap akhir, yaitu sekarang ini, dia hendak yang pertama menyelesaikannya.64 Apalagi, cara ia mau mengakhiri perang ini menunjukkan bahwa ia sama sekali tidak berbeda dari raja-raja bangsa di sekitar Israel, yang tidak mengenal keadilan. Ia mengusulkan apa yang pastinya sudah diduga oleh para tawanan Aram, karena begitu kebijakan mereka sendiri, katanya ”Kubunuhkah mereka, bapak?” (ay. 62). Tidak ada risiko. Semuanya aman. Ini kemenangan yang gampang. Bayangkan kegairahan raja Israel! ia sangat bersemangat untuk menghapuskan ancaman Aram, sekarang dan selama-lamanya. Satu perintah kepada para pegawainya sudah cukup. Setiap mereka sudah siap untuk menghantam orang-orang Aram dengan pedang dan panahnya.
Elisa langsung menanggapi usulan Yoram dengan keras:
”Jangan!” Syukurlah, raja Israel tidak langsung bertindak, berdasarkan pretensi bahwa dia yang berhak sebagai kepala negara, tetapi menunggu izin dari ”bapak”-nya (bdk. 2Raj. 13:14, di mana Raja Yoas menyapa Elisa dengan sebutan ”bapakku”, tanda kehormatan). Dan ”bapak” menegur Yoram dengan tajam, katanya ”Jangan! Biasakah kaubunuh yang kautawan dengan pedangmu dan dengan panahmu?”65 Menurut peraturan perang yang umum berlaku, tawanan perang tidak boleh dibunuh. Mungkin Aram sendiri tidak menaati peraturan itu. Akan tetapi, hal itu tidak berarti bahwa Israel boleh melakukannya. Justru umat perjanjian TUHAN wajib memberikan teladan baik kepada bangsa-bangsa lain. Seharusnya Yoram menawarkan perdamaian kepada raja Aram daripada membunuh mereka (bdk. Ul. 20:10). Tambah pula, apa sebenarnya urusan raja Israel dengan para tawanan TUHAN? Bukan Yoram, melainkan TUHAN yang menangkap tentara Aram ini. Jangan raja Israel turun tangan dalam hak TUHAN. Hanya dia yang berhak menentukan nasib orang-orang Aram yang terkepung di Samaria itu.
TUHAN mengakhiri perang ini dengan cara yang tidak terduga. Tentara Aram telah mengalami bahwa dialah Allah yang Mahakuasa. Melalui abdi-nya mereka telah dikalahkan dan ditangkap-nya sendiri. Sekarang mereka akan mengalami bahwa dia Allah yang Mahamurah juga. Dengan itu pula Israel sekali lagi mendapat pelajaran yang jelas. Elisa memberikan perintah kepada raja Israel. Ia menolak keras usulan Yoram
”Jangan!” dan melanjutkan, katanya, ”tetapi hidangkanlah makanan dan minuman di depan mereka, supaya mereka makan dan minum, lalu pulang kepada tuan mereka.” Elisa meminta raja Israel supaya memberikan tumpangan kepada orang-orang Aram. Ia menyuruh Israel agar tidak memperlakukan mereka sebagai musuh, melainkan sebagai tamu dan orang asing yang terhormat (bdk. Ul. 10:18; 14:29; Rm. 12:13).66 Sesuai dengan peraturan perang, tawanan perang pihak lawan memang tidak boleh dibunuh. Mereka dapat ditahan dalam penjara selama waktu tertentu atau dapat dipakai sebagai ”alat penukaran” untuk membebaskan tawanan pihak sendiri. Akan tetapi, mengizinkan para tawanan pulang, apalagi menghidangkan makanan dan minuman kepada mereka sebelum berangkat, sungguh-sungguh merupakan hal yang sangat luar biasa dan tidak terlupakan. Dengan berbuat demikian Elisa menyuruh raja Israel untuk melakukan apa yang di kemudian hari akan diperintahkan oleh TUHAN Yesus, Anak Allah, katanya, ”Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (Khotbah di bukit, Mat. 5:44). Allah Israel benar-benar adalah Allah yang tidak ada bandingnya.
Raja Israel menaati perintah nabi Elisa. Mau tidak mau ia menyuruh para pelayannya menyediakan ”jamuan yang besar” bagi tentara Aram. Tentu semua orang merasa teramat heran, baik orang Israel maupun tentara Aram. Bukankah gerombolan-gerombolan Aram telah mengenyangkan diri dengan makanan dan minuman yang mereka rampas dari lahan dan kebun Israel? Apa maksud Elisa dengan mengenyangkan orang-orang jahat ini sekali lagi, seakan-akan mereka teman akrab dan bukan musuh? dan bagaimana nantinya? tentara Aram akan pulang, tetapi nanti mereka pasti akan kembali berperang melawan Israel. Tindakan keras jauh lebih berhasil ketimbang sambutan lembut, bukan? Menjamu musuh itu tidak masuk akal, pikir mereka. Meskipun mereka agaknya tidak memahami tindakan Elisa, tetapi mereka melakukan apa yang nabi TUHAN kehendaki. Mereka menyediakan makanan dan minuman, lalu menghidangkannya di depan orang-orang Aram.
Tidak diketahui, apakah tentara Aram turut mendengar usulan raja Israel dan perintah nabi Elisa kepadanya. Mungkin mereka tidak mengerti karena berbahasa lain. Atau boleh jadi Elisa berbicara berdua saja dengan Yoram. Bagaimanapun, orang-orang Aram pasti teramat heran tentang perlakuan yang mereka alami. Mereka takut menderita sengsara yang paling dahsyat. Padahal, mereka tidak langsung dibunuh habis, tidak dilempar ke dalam penjara, tidak disiksa, tetapi diundang untuk makan dan minum, lalu diberi izin pulang. Orang Israel menyelenggarakan pesta bagi mereka dan menghormati mereka sebagai tamu agung, seakan-akan mereka bergembira menyambut mereka. Ini betul-betul tidak sesuai dengan kebiasaan mereka. Sangat aneh. Mungkin mereka terus waspada. Jangan sampai ada perangkap kedua bagi mereka. Mungkin mereka merasa bermimpi, tetapi mata mereka terbuka. Apa yang mereka alami, benar-benar terjadi.
Kita tidak mendapat informasi tentang penyediaan dan penghidangan makanan dan minuman kepada tentara Aram itu. Kita ikut merasa heran dan suka mengajukan banyak pertanyaan, seperti: Apakah mereka makan di luar atau barangkali di istana raja? dari mana datangnya banyak makanan dan minuman itu? Siapa yang menyediakannya? Apakah orang Israel turut makan? Akan tetapi, semuanya tidak penting. Yang penting ialah orang-orang Aram mengalami sesuatu yang tidak terduga: mereka telah ditangkap dan dibawa sebagai tawanan, dan disambut dengan jamuan besar sebagai tamu terhormat, lalu dibiarkan pulang dengan bebas. Dengan demikian mereka mengalami anugerah TUHAN, Allah Israel. Mereka mau menangkap nabi-nya dan menghentikan firman-nya, tetapi sebaliknya mereka sendiri ditangkap lalu dibebaskan-nya.
Sesudah kenyang, orang-orang Aram pergi. Raja Israel tidak melanggar perintah nabi Elisa, dan membiarkan tentara Aram pulang kepada tuan mereka, Raja Benhadad iii. Yoram menyuruh para pengawal Kota Samaria untuk membuka pintu gerbang. Lalu ia mempersilakan mereka berangkat agar pulang dengan selamat. Mereka pun cepat ke luar, dan lekas pergi. Sepanjang perjalanan mereka agaknya tidak berhenti berbicara tentang hal-hal ajaib yang mereka alami. Mereka terharu dan terkesan. Apakah semuanya itu betul-betul terjadi? tindakan abdi Allah yang sebenarnya harus mereka antarkan ke Aram, sangat menakjubkan. Sudah tentu, mereka kini menyegani Elisa dan Allahnya. Sekarang sudah tampak jelas bahwa raja Israel tidak kuat. Dia orang lemah saja. Akan tetapi sebaliknya, nabi yang di Israel adalah kota berkubu yang tidak mungkin direbut. Tentara Aram tidak berani lagi menentang Elisa. Dia rupanya mempunyai kuasa ilahi. Ini kali mereka disambut dengan baik. Mereka tidak dibunuh, tetapi diperkenankan hidup dan pulang. Akan tetapi, kali berikutnya… lebih baik tidak ada kali berikutnya!
Penulis Kitab Raja-raja menutup kisahnya dengan dua catatan singkat saja: 1) tentara Aram berang kat dari Israel untuk pulang ke Aram, dan 2) tidak terjadi lagi gerombolan Aram memasuki Israel. Tidak sulit kita membayangkan apa yang terjadi selanjutnya. Tentara Aram lari cepat kepada Benhadad iii yang sedang menunggu mereka di perkemahannya di tempat tertentu di antara Sungai Yordan dan Kota dotan. Raja Aram pastinya belum tahu tentang semua pengalaman tentara nya. Baru kemarin mereka berangkat untuk mengepung dotan pada waktu malam. Ia sedang menunggu sampai mereka kembali dan menghadapkan nabi Elisa kepadanya. Barangkali ia telah mengikhtiarkan pula rencana-rencana selanjutnya untuk mengalahkan Israel, sesudah Elisa tidak dapat memberitahukan rencana itu kepada raja Israel. Akhirnya, dia akan berhasil dan berkuasa atas Israel. Sambil merenungkan kesuksesan yang bakal diraihnya, pasukannya kembali dengan tangan kosong. Misi mereka tidak berhasil. Kali ini pun reaksi Elisa lebih cepat ketimbang aksi tentaranya. Pengepungan diam-diam Kota dotan bukan rahasia bagi nabi itu sehingga ia tidak masuk jerat. Namun sebaliknya, dengan kuasa ajaib ia menjebak tentara Aram. Mereka melaporkan semua pengalaman mereka di dotan maupun di Samaria kepada tuan mereka. Yang berperan utama dalam laporan mereka tentu bukanlah mereka sendiri, melainkan Elisa, nabi yang di Israel itu. Sekali lagi dia berkuasa atas mereka dalam nama Allah Israel.
Mau tidak mau raja Aram pun terkesan dan terkejut, baik tentang perjalanan tentaranya ke Samaria tanpa mereka menyadarinya, maupun tentang cara mereka diperlakukan di Kota Samaria. Semua itu tidak masuk akal karena bertentangan dengan segala yang biasa dilakukan dalam keadaan perang. Nabi Israel sungguh-sungguh luar biasa kuat. Dengan ini Benhadad iii bersama tentaranya dan seluruh bangsa Aram sangat dipermalukan. Sesudah tentaranya disambut dengan begitu baik dan murah hati, mana mungkin ia masih dapat berperang melawan Israel? tidak pas, ia menanggapi sambutan lembut dari pihak Israel itu dengan serangan kejam. Jadi, raja Aram menarik kesimpulan yang tepat: tidak ada gunanya ia berusaha lagi menangkap Elisa, nabi yang di Israel. Dan percuma saja ia mencoba lagi melaksanakan rencana-rencananya. Sudah jelas, semua rencana itu akan gagal. Elisa sudah mengetahui semuanya. Karena itu, Benhadad iii terpaksa mengambil keputusan untuk pulang ke Aram. Ia menyuruh seluruh tentaranya supaya kembali ke Aram. ”Sejak itu tidak ada lagi gerombolan-gerombolan Aram memasuki negeri Israel.”
Raja negeri Aram bersama tentaranya pulang dari perang melawan Israel (ay. 8) tanpa hasil. Mereka tidak dapat tidak mengakui kuasa TUHAN yang jauh melampaui kesanggupan mereka. Allah Israel rupanya jauh lebih kuat ketimbang mereka. Mustahil mereka mengalahkan umat perlindungan-nya (bdk. Mzm. 2). TUHAN berperang untuk umat perjanjian-nya, atas dasar kasih dan rahmat-nya yang tidak terbatas. Tentara Aram sudah mengerti apa artinya kasih dan rahmat itu. Karena kemurahan hati TUHAN itulah, Israel dapat bernapas kembali. Sebaliknya, raja dan tentara Aram pulang dengan rasa malu, dan disambut di sana oleh masyarakat yang kecewa. Gagallah mereka!
Gerombolan-gerombolan Aram sudah membuat umat Israel sangat kesulitan. Banyak orang Israel, khususnya di wilayah timur Utara, menjadi korban orang-orang Aram: panen mereka dirampas, hewan mereka dicuri, rumah mereka hangus dibakar, orang laki-laki dibunuh, perempuan diperkosa lalu dibawa bersama-sama dengan anak-anak mereka ke Aram. Akan tetapi, syukurlah, Aram sudah pulang. Di dotan maupun di Samaria TUHAN telah menunjukkan kuasa-nya. Melalui abdi-nya Elisa, dia melakukan keajaiban besar yang membuat raja Aram bersama tentaranya melarikan diri ke Aram. Israel telah dilepaskan-nya dari kesusahan yang mengerikan. TUHAN sudah bertindak lagi demi kebahagiaan umat-nya. Apakah semua ini membuka mata semua orang Israel? Apakah sekarang mereka sungguh-sungguh ”melihat”, sama seperti bujang Elisa melihat bahwa ”lebih banyak yang menyertai kita dari pada yang menyertai mereka” (ay. 16-17)? Atau apakah mereka hanya ”menonton” dari jauh dan merasa diri tidak terlibat dalam rencana TUHAN? Hendaklah Israel akhirnya mengerti dan bertobat kepada TUHAN. Sudah jelas, perang dari pihak Aram adalah hukuman dari TUHAN. Dengan itu TUHAN bermaksud supaya Israel bertobat kepada-nya. Perhatikan, dalam perang ini, TUHAN tetap memihak kepada Israel. Dia tidak menerima Aram melampaui batas-batas yang telah dia tentukan. Masih ada perjanjian TUHAN dengan bangsa-nya. Masih ada banyak orang yang setia menaati firman TUHAN. Masih ada nabi TUHAN, masih ada firman-nya. TUHAN tidak mengizinkan musuh meniadakan firman-nya dan merusakkan perjanjian-nya.
Tinggalnya firman TUHAN menjadi nyata juga dalam kejadian Yesus Kristus turun dari surga ke bumi. Sebagai Anak tunggal Allah yang kadang juga dinamai ”Malaikat TUHAN” dia jauh lebih tinggi dari tentara surgawi (bdk. Ef. 1:20-23; ibr. 1:6). Dia berkuasa atas langit dan bumi. Artinya, dia tidak hanya melindungi umat-nya melawan musuh, tetapi juga melepaskan mereka dari siksaan musuh untuk selama-lamanya (bdk. Kej. 3:15). Kerajaan iblis kalah dan gagal. Kerajaan Surga datang. Ini berarti bahwa gereja masa kini tidak perlu merasa takut dan khawatir. TUHAN tentunya melaksanakan rencana keselamatan-nya. Dalam rangka itu, Yesus Kristus memberikan Amanat Agung (Mat. 28:19-20). Semua bangsa mau tidak mau akan mengakui kuasa TUHAN atas langit dan bumi. Semoga umat TUHAN sendiri meneladani dunia dalam pengakuan itu!