1. Apakah kunjungan Elisa ke damsyik, ibu kota Aram, terjadi secara kebetulan atau sengaja? Jika sengaja, apa sebenarnya alasan dan tujuannya? Apakah ia pergi ke sana untuk Raja Benhadad atau untuk ajudannya, Hazael? Berhubung dengan ini, apa pentingnya 1 Raja-raja 19:15?
2. Kapan persisnya kunjungan Elisa ke damsyik ini terjadi? Siapakah Raja Benhadad ini (bdk. 6:8; 7:24)? dan siapa Hazael? Pada waktu peristiwa dalam 2Raj. 8:7-15 ini terjadi, siapa raja Israel (baca 8:28-29 dan 9:14-15)? Pelajarilah konteks historis bagian ini.
3. Sebenarnya, sebagai orang Israel Elisa adalah warga bangsa yang sudah lama bermusuhan dengan Aram. Karena alasan apa Benhadad tidak menangkap Elisa, tetapi sebaliknya sangat menghormati dia dan minta pertolongan dari dia? Apakah sikap dan tindakan Benhadad ini dapat dibandingkan dengan apa yang dilakukan, misalnya oleh Naaman (2Raj. 5), atau lebih awal oleh Ahazia, raja Israel (2Raj. 1)? Jika demikian, bagaimana? Jelaskan.
4. Persembahan yang dibawa oleh Hazael benar-benar sangat berlebihan, bukan? Apakah itu kebiasaan saja atau mempunyai maksud istimewa? Apa sebenarnya sifat persembahan ini? Apakah Elisa menerima hadiah ini?
5. Jawaban Elisa atas permohonan Benhadad yang disampaikannya kepada Hazael, seperti yang kita baca dalam TB, cukup mengherankan. Bandingkan terjemahan-terjemahan lain. Apa artinya?
6. Apakah dengan memberi jawaban ini Elisa tidak memperdaya Benhadad dan mengizinkan, atau bahkan menyuruh Hazael untuk melakukan pembunuhan?
7. Mengapa Elisa menangis? Setelah menjadi raja Aram, tindakan Hazael akan bagaimana menurut penglihatan Elisa? tentang penggenapan nubuat ini, baca: 10:32-33; 12:17-18; 13:3, 22. Dan apa yang terjadi dengan Aram setelah Hazael mati (13:4-5, 23-25; 14:25-27)?
8. Jawaban Hazael kepada Elisa berarti apa? Apakah jawaban itu menunjukkan kerendahan hati, atau sebaliknya kesombongan?
9. Apakah kata-kata terakhir Elisa kepada Hazael, yaitu ”TUHAN telah memperlihatkan kepadaku, bahwa engkau akan menjadi raja atas Aram” merupakan penggenapan tugas yang lebih dahulu TUHAN berikan kepada Elia (1Raj. 19:15-17)? Akan tetapi, jika demikian, apa arti kata ”pengurapan” itu?
10. Hazael langsung bertindak untuk mewujudkan apa yang dilihat Elisa. Jelaskan apa yang dilakukannya.
11. Jelaskan tentang TUHAN memakai Hazael sebagai sarana untuk meluruskan umat-nya Israel yang tidak setia mengikuti-nya. Cara itu lebih sering dipakai oleh TUHAN, misalnya pada zaman Hakim-hakim, dan lebih hebat lagi dalam pembuangan Israel ke Asyur dan Babel. Selanjutnya kita membaca sarana-sarana itu dihukum oleh TUHAN karena mereka melawan umat-nya. Apa arti tindakan TUHAN ini?
a. Pembandingan terjemahan TB dengan TL, BIMK, dan FAH
b. Konteks terkecil (kesatuan untuk penafsiran)
Kesimpulan: Secara teks bagian 8:7-15 tidak ada kaitannya dengan konteks yang sebelumnya dan sesudahnya, sehingga merupakan kesatuan penafsiran yang terkecil.
c. Pembagian
Perikop ini dapat kita bagi dalam empat sub berikut:
Kepada Raja Benhadad iii dikabarkan bahwa ”Sudah datang abdi Allah ke mari”. Nama Elisa tidak disebut, tetapi siapa orang Aram khususnya di pemerintah dan tentara yang tidak mengenal abdi Allah ini? Sudah tentu mereka mengetahui bahwa dia yang menyembuhkan panglima Naaman dari penyakit kustanya. Mereka juga mengingat akan apa yang terjadi dengan tentara Aram di kota-kota Israel, dotan, dan Samaria. Elisa dikenal sebagai abdi Allah Israel Yang Mahakuasa. Dia memiliki kuasa ajaib yang tidak ada bandingannya. Tidak seorang pun yang melawan abdi Allah ini akan dapat bertahan. Raja Benhadad telah mengalaminya sendiri. Sangat memalukan bagi dia dan seluruh Aram. Boleh jadi, Benhadad menganggap keadaan sakitnya juga sebagai hukuman dari Allah atas tindakannya melawan Israel. Bentuk kata kerja bahasa ibrani holeh (participium imperfek dari hlh), yang berarti ”sedang sakit”, menunjukkan bahwa penyakit itu berlangsung terus tanpa ada perubahan (tetapi tidak otomatis berarti bahwa tidak dapat sembuh). Keadaannya tidak membaik sedikit pun. Tepat pada saat ini ternyata Elisa datang ke mari. Benhadad menganggapnya sebagai pertanda baik. Mudah-mudahan inilah kesempatan untuk ia dapat mengatasi masalah kesehatannya! Kalau sekarang ia sungguh-sungguh merendahkan diri di hadapan Allah Israel itu, yakni dengan memberikan persembahan yang pas, maka Allah Israel pastinya akan berkenan menyembuhkannya. Penyem buhan Naaman telah menunjukkan bahwa Allah Israel bersedia untuk memenuhi permohonan dari pihak orang-orang bukan Israel juga. Karena itu, Benhadad menyuruh ajudannya, Hazael, pergi kepada Elisa dan minta petunjuk TUHAN, artinya jawaban atas pertanyaan yang semakin memprihatinkannya, ”Sembuhkah aku dari penyakit ini?”
Untuk melunakkan hati Elisa dan Allahnya, Hazael disuruh untuk menyambut dia sebagai VIP, tamu yang paling dihormati, dan membawa ”persembahan” untuk Elisa. Kalau abdi Allah nanti melihat pembayaran yang sangat melimpah itu, ia pastinya akan bersedia untuk menghubungi Allahnya, lalu memberi-kan petunjuk yang positif. Selain itu, dengan memperlihatkan kekayaan yang begitu hebat, Benhadad memberi kesan bahwa dialah orang yang besar dan mulia, yang wajar disembuhkan. Lihat saja, ia mampu memenuhi syarat apa pun yang ditentukan oleh dewa dan manusia sebagai pembalasan yang seimbang untuk tindakan yang diminta. Tampaknya Hazael mengerti dengan baik apa yang tuannya maksudkan dengan ”persembahan” yang harus dipersiapkannya. Ada juga kemung-kinan, ia masih menambahkannya lagi demi maksudnya sendiri. Bagaimanapun, Hazael mengambil persembahan ”berupa segala barang yang indah-indah dari damsyik, sebanyak muatan 40 ekor unta”. Rupanya Aram cukup sukses dalam memerangi bangsa-bangsa lain, sampai mengumpulkan barang rampasan perang yang sangat melimpah (bdk. 7:8). Persembahan ini jauh lebih besar jumlahnya daripada harta yang dibawa Naaman pada waktu ia mencari kesembuhan di Samaria (5:5). Kalau nanti abdi Allah melihat semua ini, tentu saja, ia akan merasa senang dan langsung bersedia memberikan petunjuk TUHAN yang Benhadad ingini. Demikian dugaan Benhadad. Apakah ada kaitan antara besarnya harta ini dan parahnya penyakit, tidak tahu. Keinginan Benhadad untuk sembuh memang tidak perlu diragukan. Demikian juga rasa segannya kepada Elisa sebagai abdi Allah.
Cara berpikir Benhadad agaknya tidak berbeda dari pandangan dunia religius umum yang berdasarkan prinsip do ut des, kata bahasa Latin yang berarti ”aku memberi supaya engkau membalasnya”. Sistem ini menentukan pergaulan antarmanusia,78 tetapi lebih penting lagi dalam komunikasi dengan dewa-dewi yang orang puja. Dengan mempersembahkan kurban atau hadiah kepada mereka, dewa-dewi itu dapat dikuasai, artinya dimanipulasi dan dipaksakan untuk memberi jawaban yang orang sukai. Raja Benhadad pun pastinya berpikir begitu. Bandingkan Ahazia, raja Israel, yang mengopi sistem itu, padahal ia mengetahui dengan baik sekali bahwa TUHAN tidak membiarkan diri diper mainkan sedemikian rupa (2Raj. 1). Meskipun demikian, kenyataan seorang raja asing mengakui kuasa Allah Israel dan minta pertolongan-nya, sungguh sangat memalu kan bagi kaum Israel yang tidak peduli akan TUHAN sedikit pun, dan yang justru karena itu mengalami kemarahan dan hukuman-nya. Sebaliknya, Benhadad tidak menyadari bahwa Allah Israel tidak dapat dimanipulasi dengan hadiah, tetapi melakukan apa yang dikehendaki-nya sendiri. Boleh jadi, Benhadad mengenal kasus penyem buhan Naaman, tetapi mengenai Elisa menolak pembayaran untuk penyembuhannya itu, tentunya ia menerima informasi keliru, oleh karena bujang Elisa, Gehazi yang kembali disebut dalam 8:4, merusak nama tuannya dan nama TUHAN pula karena keserakahannya. Dalam bagian 8:7-15 ini kita tidak membaca secara eksplisit tentang reaksi Elisa terhadap persembahan yang dibawa oleh Hazael itu, tetapi tidak perlu kita ragukan bahwa ia menolaknya ”demi TUHAN yang hidup, yang di hadapan-nya aku menjadi pelayan, sesungguhnya aku tidak akan menerima apa-apa” (5:15-16). TUHAN tidak dapat dibayar dan dituntut untuk melakukan apa yang disukai orang. Kalau ia menolong, ia melakukannya sesuai dengan kehendak dan rencana-nya sendiri. Dengan tujuan manusia percaya kepada-nya dan memuliakan nama-nya!
Setelah mengambil persembahan tersebut, Hazael bersama rombongannya pergi menyongsong abdi Allah. Bayangkan betapa mengesankan karavan besar seperti ini bagi semua orang yang melihatnya melewati jalan-jalan di damsyik! Mungkin kata ”menyongsong” menunjukkan bahwa Elisa baru saja tiba di Kota damsyik, sehingga Hazael juga siap untuk menyediakan penginapan bagi dia sebagai ”tamu istana”. Bagaimanapun, ”sesudah sampai, tampillah ia ke depan Elisa”. Ia menghormatinya sebagai orang besar dan mengucapkan ”Selamat datang!” kepadanya. Lalu ia menyampaikan permo honan Raja Benhadad kepadanya, dengan menganggap bahwa Elisa akan menyatakan diri bersedia untuk memenuhi keinginan tuannya dan akan mencari TUHAN-nya untuk minta petunjuk. Akan tetapi, jelaslah, Elisa tidak perlu menunggu sampai kekuasaan TUHAN meliputi dia (bdk. 3:15) dan TUHAN menyatakan jawaban-nya kepada abdi-nya, tetapi ia mengungkap kan tanggapannya kepada Hazael dengan segera. Tampak jelas dari jawabannya bahwa sebelum ia berangkat dari Samaria, ia mendapat ”petunjuk TUHAN” yang sekarang diminta oleh Raja Benhadad itu. Rupanya penyakit ini justru merupakan alasan Elisa diutus TUHAN ke Aram, karena berhubungan dengan penggantian Raja Benhadad iii oleh Hazael. Tanda tanya yang masih dipakai pada awal butir 1 tadi, sekarang dapat diubah menjadi tanda seru: Elisa sungguh-sungguh datang ke damsyik untuk melaksanakan perintah TUHAN yang sudah lama disampaikan-nya kepada Elia (1Raj. 19:15).
Reaksi Elisa sangat mengherankan. Ia berkata kepada Hazael: ”Pergilah, katakanlah kepadanya: ’Pastilah engkau sembuh!’ namun demikian, TUHAN telah memperlihatkan kepadaku, bahwa ia pasti mati dibunuh.’” Jawaban ini menimbulkan berbagai pertanyaan, bukan hanya di kalangan para penafsir, tetapi juga di tengah-tengah para penyalin teks asli bahasa ibraninya. Karena ternyata berita yang harus disampaikan kepada Benhadad, yaitu ”pasti engkau sembuh”, merupakan kebalikan total dari fakta yang akan terjadi, yaitu ”ia pasti mati dibunuh”. Jawaban ini semata-mata tidak masuk akal, karena bagian pertamanya berlawanan dengan bagian kedua. Untuk mengatasi masalah ini, beberapa ahli tradisi teks memperkirakan bahwa penyalin mengopi teks asli secara keliru: daripada kata bahasa ibrani low (לו, artinya ”tidak”) ia menulis kata lo’ (לא, artinya ”kepadanya”).
Menurut pilihan yang satu, seharusnya bagian pertama jawaban Elisa berbunyi: ”Pergilah, katakanlah: ’Engkau pasti tidak akan sembuh!’ ....” Jika demikian halnya, maka bagian pertama jawaban Elisa memang sesuai dengan bagian keduanya (demikian TL). Menurut pilihan yang lain dan itu bacaan yang lebih sulit dan karena itu biasanya dianggap lebih tepat (kata bhs. Latin lectio difficilior) bagian pertama jawaban itu tepat berbunyi: ”Pergilah, katakanlah kepadanya: ’Pastilah engkau sembuh!’ ….” Jika demikian halnya, bagian pertama jawaban Elisa berlawanan dengan bagian keduanya (demikian TB, BIMK, FAH). Walaupun demikian, pilihan ini pun dapat diterangkan dengan memuaskan. Dengan menjawab sedemikian rupa, dalam awal reaksinya Elisa sengaja menyam bung cara berpikir Benhadad, dan memberi reaksi yang disukainya. Akan tetapi, dalam lanjutan reaksinya ia menyampaikan apa yang TUHAN perlihatkan kepadanya. Cara menjawab ini tidak berbeda dengan apa yang dikatakan oleh nabi Mikha kepada Raja Ahab (1Raj. 22:15-18).
Akan tetapi benar, Hazael dapat menginterpretasikan jawaban Elisa ini sebagai ajakan untuk melaksanakan rencana yang telah dikembangkannya dalam hatinya sendiri. Ia mengerti bahwa petunjuk yang Elisa berikan atas permohonan raja Aram sebenarnya adalah petunjuk untuk dirinya sendiri. Yang memang tampak jelas dari kata-kata Elisa ialah Benhadad tidak perlu khawatir bahwa ia akan mati karena penyakit yang sedang dideritanya. Penyakit itu tidak mematikan sehingga Benhadad akan sembuh. Namun ia akan mati, bukan karena penyakit itu, melainkan karena ia akan dibunuh! Pembunuh nya akan memakai penyakit yang sama sekali tidak mematikan ini untuk menyembunyikan perbuatan jahatnya. Dan pembunuh itu, sudah jelas ialah Hazael. TUHAN telah memperlihatkan kepada Elisa apa yang sebenarnya akan terjadi, lalu Elisa menyampaikannya kepada Hazael. Akan tetapi, apakah ini berarti seperti yang diperkirakan oleh beberapa penafsir bahwa dengan berbuat ini Elisa (= TUHAN) menjadi terlibat secara aktif dalam komplotan pembunuhan Benhadad, atau bahwa ia bahkan mengurus komplotan itu sendiri dengan membakar semangat Hazael untuk mengadakan kudeta dan menjadi raja atas Aram? Menurut saya, tidak. Elisa tidak memberikan perintah kepada Hazael untuk membunuh tuannya, tetapi hanya memberi tahu apa yang akan dilakukannya (bdk. 3:19). TUHAN, dan abdi-nya tidak bertanggung jawab atas rencana dan perbuatan Hazael. Walaupun demikian, TUHAN memang akan menggunakan perbuatan jahat Hazael ini untuk bertindak terhadap umat-nya, Israel. Kenyataan Hazael akan menjadi raja Aram menggantikan Benhadad iii, benar-benar adalah urusan TUHAN.
Selanjutnya nabi Elisa sekali lagi menerima sebuah penglihatan dari TUHAN. Tampaknya penyataan yang kedua ini mengharukan Elisa dengan luar biasa. Ia menatap dengan lama ke depan, seakan-akan ia kehilangan keinsafan dan tidak sadar lagi akan dunia di sekitarnya (ekstase). Bandingkan seseorang yang sedang menonton film yang begitu mengesankan, sampai ia tidak melihat atau mendengar sesuatu pun lagi. Rupanya ”film” yang kini TUHAN perlihatkan kepada Elisa begitu mengerikan sehingga pada akhirnya ia tidak dapat menahan diri lagi, tetapi bercucuran air mata. Menangislah Elisa. Ia dilanda emosi karena apa yang diperlihatkan TUHAN kepadanya.
Apakah Elisa menatap ke depan (TB) tanpa berfokus pada seseorang atau sesuatu, atau justru menatap Hazael dengan tajam (dengan fokus terarah), karena menerima penglihatan, khususnya tentang perbuatan-perbuatan Hazael yang akan dilakukannya di kemudian hari? Mengikuti TL, BIMK berbunyi: ”menatap Hazael dengan pandangan yang tajam sehingga Hazael menjadi gelisah” (bdk. FAH). Mungkin dua-duanya bisa. Kalau mengikuti TB, yang menjadi gelisah itu Elisa. Sesuai dengan alur pikiran, opsi itu lebih wajar.
Agaknya, para hadirin semakin bingung ketika melihat Elisa ”absen” dan pada akhirnya bercucuran air mata. Tampaknya Hazael mulai merasa malu karena situasinya. Sesudah memberi petunjuk mengenai penyakit Raja Benhadad, apa sebenarnya alasan abdi Allah menatap lama dan berdiam diri? terjadi apa dengan dia? Mengapa emosi begitu menguasai dia? Sesudah beberapa waktu Hazael bertanya: ”Ada apa, tuan? Mengapa tuanku menangis?” tampaknya, Hazael tidak mengerti apa yang sekarang dialami nabi Israel itu. Ia hanya melihat sikap anehnya, lalu merasa semakin prihatin tentang dia. Mungkin Hazael memperkirakan Elisa merasa sedih tentang Benhadad yang, katanya, nanti akan mati dibunuh daripada sembuh. Kalau memang itu halnya, mengapa ia merasa sedih? Bukankah Elisa orang Israel, yang berulang kali menderita kekerasan Benhadad sendiri. Melihat semua yang telah Raja Benhadad iii lakukan melawan bangsanya, dan khususnya terhadap para penduduk Kota Samaria, wajar saja Elisa merasa senang sekali karena musuh itu nanti akan tetap disisihkan. Tidak perlu Israel takut lagi terhadap ancaman dari pihak raja Aram ini. Ia tidak akan pernah datang memerangi Israel lagi. Jadi, berita Elisa tadi dan tangisannya sekarang bagi Hazael agaknya tidak masuk akal. Bagi dia sikap Elisa ini merupakan misteri.
Setelah Hazael bertanya mengapa Elisa menangis, nabi kembali membuka mulutnya, lalu memberitahukan apa yang diperlihatkan TUHAN kepadanya. Tampak jelas Elisa tidak menangis karena kematian Benhadad, yang sesungguhnya telah melakukan banyak kejahatan terhadap Israel pada masa lalu. Kalau sekarang ia ingin membeli kebaikan TUHAN dengan kekayaan besar, hal itu diperbuatnya bukan karena ia bertobat kepada TUHAN, tetapi untuk mencari keuntungannya sendiri (”Coba saja!”). Sebaliknya, Elisa mengungkapkan kesedihannya atas semua perbuatan yang nanti dilakukan oleh Hazael ini terhadap Israel. Perbuatan-perbuatan itu akan jauh lebih jahat ketimbang apa yang telah dilakukan oleh Raja Benhadad. Benar, Israel tidak perlu takut kepada Benhadad lagi, tetapi Hazael nanti akan menjadi ancaman yang jauh lebih besar. Dia akan membuat umat TUHAN benar-benar putus asa. Hazael ini akan mendatangkan sebuah malapetaka hebat kepada orang Israel, yaitu: ”kotanya yang berkubu akan kaucampakkan ke dalam api, terunanya (pemuda-pemudi, atau mungkin tentara-tentaranya) akan kaubunuh dengan pedang, bayinya (yang balita) akan kauremukkan dan perempuannya yang mengandung akan kaubelah.” Hazael akan membakar tanah Israel sampai habis dan membinasakan para penghuninya. Pada khususnya generasi muda, bahkan anak-anak yang belum lahir, akan dibunuhnya. Untuk itu ia akan memakai cara-cara yang teramat mengerikan (bdk. 2Raj. 15:16; Am. 1:13). Dengan demikian masa depan Israel akan dilenyapkannya. Jadi, Elisa menangis karena TUHAN memperlihatkan kepadanya betapa dahsyatnya tindakan Hazael ini nanti terhadap umat-nya Israel. Karena ketidakpercayaannya, hendak lah Israel siap akan penderitaan yang sangat parah. Kini Elisa sudah menangis sebelumnya, tetapi nanti seluruh Israel akan berteriak-teriak karena kesakitan dan dukacita.
Perhatikan, Elisa tidak mempersalahkan Hazael karena semua kejahatan kejam yang akan dilakukan nya di masa depan itu. Yang mencolok ialah bahwa yang mengurus Hazael menjadi raja atas Aram ialah TUHAN, Allah Israel. Menurut kehendak-nyalah Hazael akan menjadi sarana-nya untuk menghukum umat Israel yang tetap tidak mau menaati firman-nya (sesuai dengan 1Raj. 19:15-17). Akan tetapi, sudah tentu, kekerasan Hazael ini memang akan ditanggungkan seluruhnya kepada dirinya sendiri, khususnya karena kekerasan itu akan terlalu berlebihan dengan melampaui batas kehendak TUHAN. Mengenai hukuman atas Israel ini, ingatlah apa yang telah TUHAN katakan melalui Musa (im. 26, Ul. 28, juga Bil. 33:50-56). Melalui Hazael, TUHAN akan sekali lagi bertindak keras terhadap umat perjanjian-nya. Mengenai cara Hazael nanti melaksanakannya selama pemerintahannya yang cukup lama, baca 2 Raja-raja 8:28-29; 10:32-33; 12:17-18; 13:3, 22. Sebenarnya kita tidak membaca tentang pengangkatan Hazael menjadi raja atas Aram yang resmi, yang juga ditandai oleh pengurapan harfiah, yaitu dengan memakai minyak (bdk. Yehu, 9:6). Hal itu membuat penafsir bertanya apakah Hazael benar-benar diterima oleh TUHAN menjadi sarana-nya di sini. Apakah mungkin ia telah diurapi sebelumnya oleh Elia karena 1 Raja-raja 19:15 berkata secara eksplisit bahwa Elia harus ”melalui padang gurun ke damysik, dan setelah engkau sampai, engkau harus mengurapi Hazael menjadi raja atas Aram”. Apakah Elia telah pergi ke damsyik untuk mengurapi Hazael itu? Jikalau demikian halnya, kapan? Mungkin langsung sesudah ia memanggil Elisa, sehingga Elisa ikut serta sebagai bujang Elia? dapat diterangkan dua hal: 1) tentang Elisa pun kita tidak membaca bahwa ia diurapi dengan minyak, walaupun ia diangkat langsung oleh Elia, dan 2) Yehu memang diurapi dengan minyak, tetapi yang melaksanakannya bukan Elia melainkan Elisa, apalagi melalui nabi muda yang diutusnya. Walaupun kita tidak mendengar tentang pengurapan harfiah (seperti terjadi pada Yehu) maupun pengangkatan langsung (seperti terjadi pada Elisa), tetapi kedatangan Elisa ke damsyik ternyata berhubungan dengan Hazael menjadi raja atas Aram. Rupanya Elisa mengambil alih tugas mengangkat Hazael (dan nanti Yehu) dari tuannya, Elia. Lagipula Elisa tidak memerintahkan Hazael untuk memukul Israel atas nama TUHAN, tetapi hanya memberitahukan kepadanya apa yang akan dilakukannya (bdk. 2Raj. 3:19).
Apakah barangkali dengan dua pemberitahuannya, yakni tentang pembunuhan Benhadad dan perbuatan-perbuatan Hazael di kemudian hari, Elisa justru membangkitkan gagasan pada Hazael tentang apa yang dapat diperbuatnya? Artinya, sekalipun Elisa tidak memerintahkan Hazael untuk membunuh tuannya dan memerangi Israel, tetapi ia malah mengarahkan pikiran Hazael untuk melakukannya. Akan tetapi, hemat saya, hal itu bukan maksud Elisa. Sebagai abdi Allah ia hanya membuka apa yang dinyatakan TUHAN kepadanya.
Bagaimana tanggapan Hazael atas keterangan yang diberikan Elisa, yang menyatakan dengan jelas alasan ia menangis? dengan spontan ia merendahkan diri di depan Elisa, yaitu dengan menyebut dirinya sendiri sebagai ”hamba” (yang rendah) dan bahkan sebagai ”anjing saja” (yang najis), yang tentu saja tidak memiliki status untuk melakukan hal sehebat itu. Dengan reaksinya ini ia memberi kesan bahwa kedua berita Elisa merupakan kejutan total bagi dia, apalagi tidak mungkin benar. Tampaknya Hazael belum mengetahui sedikit pun tentang apa yang akan diperbuat-nya nanti dan di kemudian hari. Ia seakan-akan tidak menerima kata-kata Elisa itu. Lalu dengan terus terang Elisa berbicara untuk ketiga kalinya: ”TUHAN telah memperlihatkan kepadaku, bahwa engkau akan menjadi raja atas Aram.” Sekarang sudah nyata benar mengapa kedua berita tadi akan terwujud: karena Hazael akan menjadi raja. Apakah Hazael pernah menduga ia akan menjadi raja atas Aram? Ambisi itu tidak disebut dengan nyata, tetapi melihat apa yang nanti diperbuatnya, ambisi itu benar-benar sudah ada dan langsung dipraktikkannya.
Segala sesuatu yang akan Raja Hazael lakukan terhadap umat Israel memang masih tersembunyi di masa depan. Hazael sendiri tidak mengetahuinya, dan Israel pun belum menyadarinya. Kenyataan Hazael merasa terkejut sebenarnya tidak mengherankan. Namun, nabi TUHAN memang sudah mengetahui melalui penglihatan dari TUHAN, lalu menyampaikannya kepada Hazael. Mungkin Hazael tidak langsung menerimanya sebagai berita serius. Akan tetapi, jika ada orang yang dapat mengetahui bahwa apa yang TUHAN katakan melalui nubuat atau penglihatan benar-benar terjadi, itulah orang-orang Israel. Bukti-buktinya tidak terbilang jumlahnya. Jadi, nubuat Elisa ini janganlah diragukan. Abdi Allah mempunyai alasan sah untuk menangis.
Sulit dipastikan mana persisnya makna jawaban Hazael. Siapa sebenarnya Hazael? Apakah ia benar-benar menganggap dirinya sendiri sebagai orang sederhana dan rendah, yang tidak akan pernah mempunyai status yang sedemikian tinggi sehingga ia dapat mewujudkan nubuat Elisa itu? Atau benar apa yang diperkirakan penafsir Van Gelderen,79 yaitu bahwa jawaban Hazael adalah reaksi yang sesuai dengan kebiasaan budaya setempat? Kalau seseorang mendengar berita yang berarti untuk dirinya, bahkan dari mulut seorang pembesar atau dari mulut abdi Allah yang berhubungan langsung dengan dunia Atas, sepatutnya ia menghormatinya dengan menghinakan dirinya sendiri. Akan tetapi, kata Van Gelderen, sebenarnya ia tidak menganggap dirinya sendiri sebagai orang rendah, tetapi sebaliknya merasa sangat bangga dan senang dengan apa yang didengarnya dari nabi Elisa: ambisi idealistis yang sudah ada akan benar-benar terwujud. Hazael terpukau dengan ketiga berita ini, dan nanti akan langsung bertindak untuk memenuhinya. Janganlah kata-kata nabi itu tidak benar, atau ditariknya kembali. Bagaimanapun, Hazael itu bukan anak atau kerabat Raja Benhadad karena ia menyebutnya ”tuannya”. Tidak tahu juga apakah dia seorang tentara yang berpangkat tinggi atau seorang pelayan istana yang menjadi orang kepercayaan raja.
Setelah nabi Elisa selesai berbicara, Hazael mohon diri dan pulang kepada tuannya, yang tentu saja dengan tegang menunggu ajudannya kembali membawa berita baik. Agaknya Benhadad merasa cukup yakin tentang itu, karena bukankah ia menyumbangkan persembahan besar untuk penyembuhannya? namun, tentang ke-40 ekor unta dan persembahan itu kita tidak mendengar sedikit pun lagi. Cerita berfokus sepenuhnya pada apa yang selanjutnya dilakukan oleh Hazael. Dialah tokoh utama dalam kisah ini. Sesudah kembali ke istana, Hazael menghadap rajanya. Berkata lah Benhadad: ”Apakah dikatakan Elisa kepadamu?” Lalu, perhatikanlah, Hazael mengutip jawaban Elisa dengan harfiah: ”ia berkata kepadaku, bahwa pastilah engkau sembuh” (atau: bahwa engkau tidak dapat tidak sembuh).” Seandainya Benhadad masih mohon konfirmasi dari Hazael: ”Sungguh benar?”, Hazael pastinya menjawab: ”Seratus persen!” Mendengar kabar yang menggembirakan ini, Benhadad merasa lega. Tidak perlu ia khawatir lagi tentang kesehatannya. Sekarang ia masih sangat lemah, tetapi nanti ia akan sehat kembali sehingga bisa aktif seperti biasa, dan mudah-mudahan ia masih lama memerintah sebagai raja atas Aram. Hidupnya aman!
Perhatikan, jawaban Hazael kepada Benhadad itu bukan tipuan. Penyakitnya sungguh-sungguh bukan penyakit yang tidak dapat sembuh. Kalau nanti tidak dibunuh, Benhadad akan kembali sehat dan kuat sehingga bisa kembali aktif sebagai raja atas Aram. Sementara itu, Hazael sudah siap untuk melakukan kudeta, dan dalam rangka membunuh Benhadad. Pintarlah dia: ia akan memakai situasi sakitnya raja untuk mewujudkan rencananya sendiri.
Suasana hatinya yang ceria ini membuat Raja Benhadad merasa baik saja dan kurang waspada. Ketika keesokan harinya Hazael datang menghadap dia, ia tidak mencium bahaya apa pun. Hazael ialah pelayan kepercayaannya yang merawat dia siang malam dengan penuh pengabdian. Kenyataan Hazael membawa ”sehelai selimut yang telah dicelupkannya ke dalam air” juga tidak membuatnya curiga. Untuk menurunkan demam, seorang yang sakit agaknya dimandikan dengan air dingin atau dibungkus dengan kain atau selimut yang dicelupkan ke dalam air dingin (kata bahasa ibraninya ialah makbeer yang secara harfiah berarti sesuatu yang dibentangkan, misalnya tikar, selimut, kelambu, atau taplak). Membentangkan sebuah selimut yang basah kuyup ke atas orang sakit adalah perawatan medis yang lazim dipakai dan yang diulang beberapa kali sehari.80 Kemungkinan besar ini juga pengobatan yang setiap hari diberikan kepada Raja Benhadad sejak ia jatuh sakit. Jadi, pada waktu Hazael masuk membawa selimut basah, tidak ada alasan apa pun bagi Benhadad curiga. Sebaliknya, karena kemarin mendapat kabar yang begitu positif, agaknya ia sudah merasa lebih baik dan menyambut pelayannya dengan riang. Ia siap untuk mendapatkan perawatan seperti biasa.
Dan Hazael pun bertindak seperti biasa. Ia bersiap untuk membungkus tuannya dengan selimut itu (barangkali sambil bermanis-manis dan bertanya apakah raja baik pagi ini). Akan tetapi, saat merawat Benhadad, tiba-tiba ia memindahkan selimut dari tubuh Benhadad ke kepalanya. Bukannya membungkus badan raja, ia membentangkan selimut itu ke atas mukanya. Karena basah kuyup, selimut itu berat dan kedap udara, apalagi ditekan dengan kuat ke atas muka raja, akibatnya hidung dan mulutnya tertutupi. Raja tidak dapat bernapas lagi. Mungkin ia berusaha melepaskan diri dari selimut dan tangan Hazael, tetapi ia lemah karena sakit dan Hazael agaknya membaringkan diri di atas tubuh Benhadad. Akhirnya ia mati dicekik. Dengan demikian Raja Benhadad iii mati dibunuh.
Apa yang terjadi selanjutnya tidak diberi tahu. Namun, besar kemungkinan Hazael membungkus tubuh Benhadad dengan selimut seperti biasa, lalu memanggil pelayan-pelayan raja yang lain, dan melapor bahwa raja tiba-tiba putus napas. Apakah ada orang yang curiga atau bahkan mengetahui Hazael membunuh raja, tidak tahu. Kita tidak membaca satu kata pun tentang kudeta dari pihak Hazael bersama para pengikutnya atau tentang tindakan keras dari pihak tentara yang tetap memihak pada Benhadad, atau juga tentang seorang anak Benhadad yang menuntut takhta kerajaan sesudah ayahnya meninggal. Dalam sebuah inskripsi Raja Salmaneser (Asyur), Hazael disebut kan sebagai seorang usurpator (seorang penguasa yang merebut takhta dengan kekerasan dan yang mengambil hak milik orang dengan sewenang-wenang). Bagaimanapun, akibat kematian Benhadad ialah ”Hazael menjadi raja menggantikan dia”. Dengan demikian, berita abdi Allah yang pertama dan yang ketiga telah dipenuhi. Biarlah Israel mempersiapkan diri untuk penggenapan penglihatan Elisa yang kedua. Ayat-ayat yang telah disebut di atas (dalam butir 5), yaitu 2 Raja-raja 8:28-29; 10:32-33; 12:17-18; 13:3 dan 22, menunjukkan bahwa nubuat Elisa itu pun akan genap seluruhnya.
Kisah ini khususnya penting untuk Kerajaan Israel Utara! Sebelum ini TUHAN masih merintangi Raja Benhadad iii untuk melakukan banyak kejahatan. Dan masa pemerintahannya singkat saja: paling lima tahun. Akan tetapi, mulai sekarang ia akan memakai raja baru di Aram, Hazael, untuk menghukum mereka dengan tindakan keras. Walaupun raja ini akan mengikuti kesukaannya sendiri, tetapi dialah sarana dalam tangan TUHAN. Menurut kehendak TUHAN, ia akan menghunus pedangnya melawan Israel. Dia akan berperang dengan begitu kejam, khususnya melawan generasi muda, sehingga Elisa sudah bercucuran air mata sebelum semua hal itu terjadi. Di bawah pemerintahan raja-raja dinasti Omri, Israel sudah begitu menjauhkan diri dari TUHAN sehingga sekarang mereka akan kena murka-nya. Namun, dalam hukuman berat ini TUHAN tetap siap sedia untuk menyelamatkan semua orang yang percaya kepada-nya (bdk. Lagi 1Raj. 19:18). Tindakan Hazael atas nama TUHAN mempunyai maksud yang jelas: agar umat kepunyaan TUHAN bertobat kepada-nya dan kembali hidup setia dalam perjanjian-nya. Kalau percaya kepada TUHAN, tetap akan ada masa depan untuk Israel. Kalau tidak percaya, masa depan itu ditutup.
Dengan demikian TUHAN akan menghukum umat-nya yang tidak setia melalui Hazael, raja Aram. Tentara Aram akan maju memerangi Israel dengan cara yang teramat kejam. Israel akan berteriak karena kesulitan yang mereka derita. Sehingga TUHAN akan mengasihani mereka. Lalu Aram akan dihukum oleh TUHAN juga, karena kekerasan mereka sangat berlebihan. Baca 13:4-5, 23-25; 14:25-27 (bdk. Zaman Hakim-hakim dan pembuangan). Itu selalu masalahnya: sarana yang diberi tugas tertentu, melaksanakannya menurut kesukaannya sendiri. Hal ini tidak berarti TUHAN bertindak dengan sewenang-wenang, tetapi menunjukkan kesombongan manusia yang selalu menganggap diri lebih berhikmat dari TUHAN.
Di segala zaman, tetapi khususnya pada masa sekarang, orang sering mempersalahkan TUHAN karena menghukum orang dan memakai kekerasan terhadap mereka daripada mewujudkan damai sejahtera dan kehidupan yang sesuai dengan kehendak-nya. Bukankah dia Allah? Mengapa ia membiarkan kekerasan terjadi, dan bahkan melakukannya sendiri. Akan tetapi, dengan mempersalahkan TUHAN orang melupakan bahwa yang bersalah bukan TUHAN, melainkan manusia itu sendiri (bdk. Raja Yoram, 6:33). Bila melihat dalam Sejarah Alkitab segala kejahatan dan ketidaksetiaan manusia, pula yang dilakukan oleh umat pilihan TUHAN sendiri, yang mengenal dia dengan sangat baik dan yang sudah begitu sering mengalami kasih, anugerah, dan berkat-nya, mengapa orang mendakwa Allah yang Mahabaik dan Mahamurah itu? Membaca kisah-kisah Elia dan Elisa, tidak mengherankan bahwa untuk dinasti Omri waktu penghabisan sudah datang (tugas Yehu nanti). Juga untuk Israel hukuman akan terjadi (tugas Hazael). Perhatikan saja segala kejahatan yang mereka lakukan sehingga kita dapat memahami kemarahan TUHAN sudah memuncak. Sama seperti ayah menghukum anaknya yang tidak mau taat, begitu TUHAN memukul umat perjanjian-nya supaya bertobat. Janganlah dilupakan bahwa dasar penghukuman-nya selalu adalah kasih!
Membaca 2 Raja-raja 8:7-15 ini, kita merasa kaget. Betapa dunia ini jatuh ke dalam dosa yang tidak mungkin orang selesaikan sendiri! Untuk adanya masa depan bagi umat TUHAN dan seluruh dunia, perlu ada pembebasan dari luar. Untuk dilepaskan dari pengepungan dosa, perlu TUHAN sendiri campur tangan. Dan persis itu yang direncanakan-nya. Ketika waktu sudah genap, ia akan memenuhi semua janji dan nubuat yang telah diberitakan oleh para nabi: akan datang raja kekal yang mengalahkan semua musuh, terutama iblis, penguasa dunia. Raja itu adalah Juru Selamat Yesus Kristus, Anak Allah dan Anak daud! dia itu akan mengerjakan keselamatan. Untuk itu ia akan dihukum mati, supaya bangsa TUHAN hidup!