8. ”Di Seluruh Bumi Tidak Ada Allah Kecuali di Israel”

2 Raja-raja 5

Persiapan

1. Siapakah Naaman? Carilah data-data tentang Naaman (pangkat dan jabatannya), negaranya (Aram/Siria), dan atasannya (siapa rajanya?). Telitilah keadaan politik Israel Utara pada zaman dinasti Omri dan Yehu, khususnya perang-perang yang mereka alami dari pihak Aram (bdk. 2Raj. 6-7; lihat bagan pada awal buku ini). Tampaknya tidak ada situasi perang pada waktu Naaman datang kepada raja Israel (ay. 7). Apakah dapat ditarik kesimpulan tentang masa jabatan Naaman sebagai panglima? Kapan peristiwa 2 Raja-raja 5 kira-kira terjadi?
2. Apa sebenarnya arti kata-kata ”sebab oleh dia TUHAN telah memberikan kemenangan kepada orang Aram”? Kemenangan atas siapa? dan mana mungkin TUHAN memberikan kemenangan kepada seorang panglima Aram, musuh Israel? Bandingkan 8:7-15. Apa urusan TUHAN dengan negara-negara lain?
3. Apa artinya panglima Naaman ”sakit kusta”? Apakah Naaman sudah lama sakit kusta? Apa akibat bagi orang Israel, jika ”dipukul” dengan penyakit ini? Baca imamat 13-14; bandingkan juga 2 Raja-raja 7:3-11. Penyakit ini adalah lambang dari apa?
4. Kesimpulan apa yang dapat ditarik tentang latar belakang gadis Israel yang melayani istri Naaman? Apa arti kata-katanya di bidang misioner?
5. Apakah masuk akal Naaman pergi kepada raja Israel membawa surat pengantar rajanya, daripada langsung pergi kepada Elisa? Mengapa raja Israel dimohon menyembuhkan Naaman? Jelaskanlah reaksi raja Israel. Siapa sebenarnya raja Israel itu? dapat disimpulkan apa dari reaksinya itu (bdk. 3:10-14)?
6. Apa arti kata-kata Elisa kepada raja Israel (ay. 8; bdk. Lagi 3:14; juga 1:3, 6, 16)?
7. Apa arti perintah yang Elisa berikan kepada Naaman (ay. 10)? Mengapa Elisa tidak keluar menemui panglima Aram, tetapi berbicara melalui seorang suruhan?
8. Jelaskanlah tanggapan Naaman terhadap perintah Elisa. Apa pendapat Naaman tentang kerja seorang nabi? dari mana pendapat semacam ini (bdk. 4:31)? dan apa pendapatnya tentang Sungai Yordan? Apakah air Sungai Yordan berbeda ketimbang air Sungai Abana dan Parpar? Jadi, apa pandangan Naaman, bahkan prasangkanya tentang TUHAN, abdi-nya, dan umat-nya Israel?
9. Setelah Naaman melaksanakan perintah Elisa, tubuhnya pulih kembali ”seperti tubuh seorang anak” dan ”ia menjadi tahir”. Jadi, bagaimana ia sembuh?
10. Apa arti pengakuan Naaman, orang Aram (ay. 15) melihat ketidaksetiaan umat Israel? Mengapa Yesus pada zaman-nya mengingatkan Israel akan penyembuhan Naaman (Luk. 4:27)?
11. Apa sebabnya Elisa tidak mau menerima persembahan apa pun dari Naaman?
12. Apa maksud Naaman dengan membawa ”tanah sebanyak muatan sepasang bagal”? Apa arti tanah Israel ini untuk kehidupan Naaman selanjutnya? ingatlah bahwa tadi ia menghinakan air Sungai Yordan.
13. Baik pengakuan Naaman maupun permohonannya untuk membawa tanah menunjukkan pertobatan radikal. Apakah hal ini berarti untuk kegiatan pekabaran injil?
14. Tepatkah jawaban Elisa pada ”perkara” yang diajukan Naaman itu (ay. 18), mengingat misalnya Keluaran 20:3; 23:13, 24? Apa arti jawaban itu untuk tugas pemberitaan injil?
15. Coba gambarkan cara Gehazi berpikir. Apakah dapat dikatakan bahwa ia melanggar kehendak TUHAN dan merugikan nama TUHAN dan pelayanan tuannya, Elisa? Jika melihat data-data lain tentang Gehazi (2Raj. 4 dan 6), dapat disimpulkan apa tentang sifatnya?
16. Apa yang dimaksud dengan ”bukit” dan ”rumah” (ay. 24). Apakah interpretasi BIMK dan FAH tepat?
17. Tampaknya Gehazi menjadi orang kaya. Berapa harta yang diperolehnya (bdk. 1Raj. 16:24)? di samping kekayaan itu ia mendapat apalagi ”dari Naaman”? Apakah hukuman itu tidak terlalu berat: ”untuk selama-lamanya”? Apa arti kata-kata ”putih seperti salju” (najis atau tidak, im. 13:12-13)? Sebutkan kesamaan dan perbedaan antara kesakitan Naaman dan Gehazi.
18. Dalam 8:4-6 kita baca lagi tentang Gehazi. Bagaimana mungkin, karena ia sakit kusta ”untuk selama-lamanya”, padahal orang sakit kusta tidak diperbolehkan hidup bersama-sama dengan orang Israel lainnya (im. 13:46)?
19. Apa pentingnya peristiwa 2 Raja-raja 5 untuk seluruh Sejarah Keselamatan?
20. Peristiwa 2 Raja-raja 5 dapat diterapkan bagaimana kepada jemaat Kristen masa kini?

Beberapa catatan teknis

a. Pembandingan terjemahan TB dengan TL, BIMK, dan FAH

background image

b. Konteks terkecil (kesatuan untuk penafsiran)

background image

Kesimpulan: Peristiwa yang dikisahkan dalam 2 Raja-raja 5 merupakan konteks terkecil, karena berbeda di segala bidang dari bagian sebelumnya dan sesudahnya. Di dalam kesatuan 2 Raja-raja 5 dapat dibedakan dua sub-bagian, yakni ayat 1-19a (Elisa dan Naaman) dan ayat 19b-27 (Elisa dan Gehazi).

c. Pembagian 2 Raja-raja 5 dapat dibagi sebagai berikut:

  • Ayat 1-19a: Naaman menghormati nama TUHAN karena disembuhkan-nya dari sakit kusta:
  • - Ayat 1-5: Pendahuluan tentang Naaman yang sakit kusta

    - Ayat 6-7: Pertemuan Naaman dengan raja Israel

    - Ayat 8-12: Naaman menolak perintah Elisa

    - Ayat 13-14: Naaman melaksanakan perintah Elisa

    - Ayat 15-19a: Naaman percaya kepada TUHAN

  • Ayat 19b-27: Gehazi menghinakan nama TUHAN sehingga dihukum dengan sakit kusta
  • - Ayat 19b-24: Gehazi menerima persembahan dari Naaman

    - Ayat 25-27: Gehazi mendapat hukuman dari TUHAN

Tafsiran

1. Hanya ada satu Allah, yaitu Allah Israel!

Terus-menerus TUHAN berupaya menarik perhatian umat perjanjian-nya supaya mereka akhirnya bertobat dari dosa mereka, yaitu dari ibadat palsu yang ditetapkan Raja Yerobeam (patung lembu emas di Betel dan dan) dan dari penyembahan berhala yang diwujudkan Raja Ahab dan istrinya, izebel, (penyembahan Baal yang kemudian separuh dihentikan oleh Raja Yoram). Tanpa henti-hentinya TUHAN mengutus para nabi-nya untuk memberitakan firman-nya kepada Israel. Meskipun demikian, mereka sama sekali tidak bertobat. TUHAN menghukum umat-nya dengan malapetaka kelaparan, perang, dan lain-lain, tetapi umat Israel tidak bereaksi. TUHAN menunjukkan kuasa firman-nya melalui mukjizat-mukjizat yang diadakan oleh nabi Elisa, tetapi Israel tidak mau kembali kepada TUHAN. Mereka tetap tidak setia.

Sebaliknya, TUHAN tetap setia mengikuti perjanjian-nya dengan Israel. Tanpa berhenti dia mengambil prakarsa untuk membujuk umat-nya kembali kepada-nya. Dalam 2 Raja-raja 5 kita membaca tentang upaya TUHAN yang sekian untuk membuat Israel kembali kepada-nya. Akan tetapi, kini TUHAN memakai cara yang berbeda. Kali ini ia tidak menolong umat Israel (”Wni”) dari kesulitannya dengan maksud menunjukkan kerelaan-nya untuk memelihara seluruh umat-nya. Akan tetapi, ia memberikan pertolongan kepada seseorang di luar umat-nya (”WNA”) dengan maksud membuat Israel menjadi cemburu (bdk. Janda Sarfat, 1Raj. 17:7-24). Orang asing yang ditolong-nya ini seorang musuh dari bangsa Aram yang selalu berperang melawan Israel. Ia bahkan musuh terkemuka karena ia mengepalai pasukan-pasukan Aram sebagai panglima yang sangat sukses dalam peperangan. Siapa tidak mengenal Naaman? nama itu langsung membuat orang gemetar di dunia zaman itu. Sesungguhnya, Naaman adalah orang yang sangat berkuasa. Justru orang itu orang asing, musuh, dan pembesar disembuhkan (ditahirkan!) oleh TUHAN dari sakit kustanya, akibat dari ia melakukan apa yang sudah lama diabaikan oleh umat TUHAN, yakni mengakui kemuliaan nama-nya. Sudah pasti kabar tentang itu akan cepat tersiar ke mana-mana di seluruh Israel.

TUHAN memang sangat berhikmat dalam upaya-nya menarik perhatian umat perjanjian-nya. Dengan menolong Naaman, TUHAN sangat mempermalukan Israel. Israel bersama rajanya hidup dalam perjanjian TUHAN, tetapi tidak mau mematuhi hukum-nya. Sebaliknya, mereka menganut dewa-dewi semua bangsa yang di sekitarnya. Bila raja sakit, ia mencari pengobatan di luar negeri, misalnya dari Baal-Zebub di Filistin (2Raj. 1). Dari TUHAN mereka berbalik kepada dewa-dewi. Padahal, Naaman yang selalu menyembah dewa Rimon, bertobat dan percaya kepada TUHAN sesudah ia disembuhkan dari sakit kustanya. Orang yang tidak mengenal TUHAN menyerahkan diri kepada-nya. Dari dewa-dewi panglima Aram, Naaman, berbalik kepada Allah yang hidup. Di mana Israel sujud menyembah kepada allah-allah lain, Naaman mengaku bahwa allah-allah lain itu tidak berkuasa, bahkan tidak ada! ia percaya kepada TUHAN, katanya, ”Sekarang aku tahu, bahwa di seluruh bumi tidak ada Allah kecuali di Israel.” Naaman memberitakan kebenaran bahwa hanya TUHAN yang berkuasa di bumi! Hanya TUHAN yang dapat menghidupkan manusia. Dia satu-satunya Allah yang hidup!

Apakah penyembuhan Naaman ini berarti bahwa TUHAN sekarang memihak kepada Aram? Apakah Israel dibuang dari hadapan-nya (bdk. 13:23)? tidak. Dengan penyembuhan ini yang dimaksudkan TUHAN ialah supaya Israel melihatnya dan kembali menjadi sadar akan statusnya sebagai umat perjanjian TUHAN. Semoga mereka akhirnya bertobat kepada TUHAN. Berharaplah mata mereka dibuka, bila mereka melihat bahwa orang asing disembuhkan dari penyakitnya, padahal orang Israel yang sakit kusta tidak disembuhkan (bdk. 7:3). Hendaklah mereka akhirnya mengerti mengapa TUHAN bertindak sedemikian rupa, yaitu karena mereka tidak percaya. Dengan harapan mereka bertobat dan hidup kembali sebagai umat TUHAN! Perhatikan, di kemudian hari TUHAN Yesus juga akan menyebut peristiwa penyembuhan Naaman ini dengan tujuan yang persis sama, yaitu untuk mempermalukan Israel yang sezaman-nya, agar mereka bertobat kepada TUHAN (Luk. 4:27; lih. Di bawah, butir 18).

Apakah maksud TUHAN tercapai? Bagian kedua 2 Raja-raja 5 tidak memberi harapan besar. Gehazi, pelayan Elisa, yang selalu dekat pada firman TUHAN dan menyaksikan kuasa-nya, melambangkan sifat Israel. Akibatnya, ia dihukum TUHAN. Pada 2 Raja-raja 5 dimulai dengan kisah tentang orang yang menderita sakit kusta dan diakhiri pula dengan kisah tentang orang yang sakit kusta. Namun, orangnya berbeda. Naaman, orang Aram dan musuh Israel, disembuhkan dari sakit kustanya, sedangkan Gehazi, orang Israel dan pelayan abdi Allah, mendapat penyakit itu. Yang pertama ialah orang di luar umat TUHAN, yang hidup jauh dari TUHAN, tetapi ia memuliakan nama TUHAN. Sebaliknya, orang kedua adalah anak TUHAN, tetapi ternyata ia tidak takut akan TUHAN, meskipun tiap-tiap hari ia melayani nabi TUHAN. Orang pertama tidak mengenal TUHAN, namun memuliakan nama-nya, sedangkan orang kedua mengenal TUHAN, namun menghinakan nama-nya. Gehazi merupakan kebalikan (”antitipe”) dari Naaman.

Dalam penafsiran 2 Raja-raja 5 di bawah yang kita fokuskan ialah sikap orang terhadap nama TUHAN. Naaman menghormati nama TUHAN, sedangkan Gehazi menghinakannya.

Ayat 1-19a: Naaman menghormati nama TUHAN karena disembuhkan-Nya dari sakit kusta

2. ”Naaman, panglima raja Aram, adalah seorang terpandang di hadapan tuannya”

Kisah-kisah Elisa sering dimulai dengan langsung menyebut orang terkemuka beserta masalahnya yang menyebabkan ia mencari Elisa (2:19; 3:1; 4:1, 42). Demikian Naaman langsung diperkenalkan kepada para pembaca dalam 2 Raja-raja 5:1. Dia adalah panglima raja Aram. Dia bukan orang biasa, melainkan orang tinggi yang pengaruhnya besar. Besar kemungkinan orang yang membaca ayat 1 ini langsung gemetar.

Nama Naaman berarti ”menyenangkan atau sedap”. Mungkin orang tuanya memberikan nama ini kepadanya karena mereka disenangkan oleh kelahirannya (bdk. Nama Simson yang berarti ”matahari kecil”, Hak. 13:24). Bagaimanapun, untuk tuannya, raja Aram, Naaman benar-benar adalah kesenangan. Dalam pelaksanaan tugasnya sebagai panglima ia sangat dipercaya dan dihargai oleh raja Aram. Berkat kesuksesan Naaman sebagai perwira dan panglima, bangsa Aram berkuasa di dunia sekitarnya. Karena itu, ia adalah orang kepercayaan raja Aram (bdk. Ay. 18).

Naaman disebut ”seorang terpandang”. Arti harfiah dalam bahasa ibrani ialah ”terangkat mukanya”. Kalau seseorang menghampiri raja, ia sudah pasti akan melayahkan diri di depan raja dengan mukanya ke bawah untuk menghormati keagungannya. Akan tetapi, bilamana Naaman mendekati raja, mukanya langsung terangkat kembali. Artinya, ia tidak perlu menaklukkan diri di depan raja, tetapi diperlakukan setingkat dengan raja. Naaman adalah andalan raja (bdk. Ay. 18). Selain itu, ia disebut ”seorang pahlawan tentara” (TL: gagah berani). Naaman adalah orang yang memprioritaskan keamanan dan kesejahteraan negaranya. Dengan sepenuhnya ia mengabdikan diri kepada Aram. Ia melindungi bangsa Aram melawan para musuhnya dan memperluas kuasa Aram sampai jauh di luar negeri. Naaman adalah orang yang baik untuk tanah airnya. Berkat darmabakti Naaman, raja dan masyarakat Aram hidup sentosa dan tanpa ketakutan.

Ada alasan konkret yang menyebabkan Naaman ”sangat disayangi” rajanya, yaitu ”sebab oleh dia TUHAN telah memberikan kemenangan kepada orang Aram”. Ada kemenangan tertentu yang merupakan alasan istimewa untuk keterpandangan panglima Naaman. Tentang kemenangan itu tidak diberi keterangan dalam Alkitab. Apakah yang dimaksudkan adalah kemenangan atas umat Israel (1Raj. 20, 22), di mana TUHAN memakai Aram sebagai ”cambuk murka-nya” dan ”tongkat amarah-nya” untuk menguji umat-nya supaya bertobat (bdk. Yes. 9:10-11; 10:5-6)? Atau yang dimaksudkan adalah kemenangan atas bangsa Asyur yang sedang berkembang menjadi kuasa besar di wilayah Utara dan yang mulai mengancam, baik Aram maupun Israel? Jawaban tidak mungkin diberikan, juga karena nama raja Aram yang menyayangi Naaman itu tidak disebutkan.

Beberapa penafsir memilih opsi kedua. Menurut pendapat mereka raja Aram itu ialah Hadadezer, dan kemenangan yang diberikan kepada Naaman adalah kemenangan atas Asyur. Raja Hadadezer ini tidak sama dengan Benhadad ii, tetapi memerintah di antara Benhadad ii (1Raj. 20) dan Benhadad iii (2Raj. 6; lihat EAMK dan pada 2Raj. 8:7-15 di bawah ini). Untuk interpretasi itu ada beberapa alasan yang cukup meyakinkan:

  • Nama Naaman tidak pernah disebut berkait dengan peperangan Aram melawan Raja Ahab (dan Yoram), seperti memang terjadi dengan nama raja-raja Aram. Boleh jadi Naaman turut berperang melawan Israel, tetapi agaknya tidak sebagai panglima.
  • Pada zaman Raja Ahab, Aram berperang dua kali melawan Israel, tetapi yang menang adalah Israel, bukan Aram (1Raj. 20). Dalam perang yang dikisahkan dalam 1 Raja-raja 22, Aram memang lebih kuat, tetapi tidak ada kemenangan yang membenarkan keterpandangan Naaman. Dalam 2 Raja-raja 5 pula tidak ada petunjuk bahwa raja dan bangsa Israel menakuti Naaman.
  • Pada saat peristiwa yang dikisahkan dalam 2 Raja-raja 5 terjadi, rupanya ada suasana damai antara Israel dan Aram. Tampaknya Raja Hadadezer tidak berminat untuk berperang melawan Israel, mungkin karena mereka berserikat melawan Asyur. Pada saat tertentu ia terpaksa harus berperang melawan Ahab (yang memulai peperangan itu, 1Raj. 22). Akan tetapi, setelah Ahab mati, Hadadezer tidak melanjutkan perang sampai kemenangan, tetapi pulang ke Aram. Pada zaman Raja Ahazia dan awal zaman Raja Yoram, Aram tidak maju memerangi Israel (meskipun kemenangannya gampang, karena Israel sibuk dengan Moab, 2Raj. 3).
  • Dari Sejarah Umum tampak jelas bahwa pada zaman itu terjadilah peperangan hebat antara Asyur dan antara lain Aram, yaitu dalam tahun 854, 849, dan 846 SM. Kalau Naaman menang atas Asyur, hal itu mungkin terjadi dalam tahun 849 atau 846. Kedua kemenangan atas Asyur itu benar-benar sangat berarti karena Asyur adalah ancaman serius. Panglima yang mengepalai Angkatan Bersenjata Aram pastinya dipuji karena kemenangan itu (bdk. Daud, 1Sam. 17, 18:6-7).
Aram <> Israel
Benhadad II (?-854 SM) 1Raj. 20 Ahab
Hadadezer (854–845 SM) 1Raj. 22–2Raj. 5 Ahab (-854) Ahazia, Yoram
Benhadad III (845–843 SM) 2Raj. 6–7 Yoram
Hazael (843–? SM) 2Raj. 8–13 Yehu, dst.

Dalam buku tafsiran Ringkas Raja-raja, jilid 3,35dr. C. Van Gelderen menulis:

”TUHAN menggunakan panglima Naaman untuk memberikan kemenangan kepada Aram. Atas musuh siapa, tidak dikatakan. Menurut banyak penafsir, yang dimaksudkan dengan musuh yang tidak disebut tentunya ialah Israel. (...) Akan tetapi, Sanda berpendapat lain. Bukan Israel, melainkan Asyur adalah musuh Aram yang tidak disebut, ujarnya. Dan sebenarnya sejarah Asyur pada zaman Elisa, sejauh dikenal, menyokong pendapat itu.

Pada tahun 854 SM Salmaneser iii, raja Asyur, memerangi perserikatan dua belas raja yang dipimpin oleh Hadadezer dari damsyik, di Karkar pada tepi Sungai Orontes. Ahab, raja Israel pun termasuk perseri katan itu, tetapi hal itu kurang penting untuk maksud kami sekarang ini. Salmaneser iii berkata, bahwa perserikatan itu dikalahkannya dari Karkar sampai ke Gilzan. Letak kedua tempat itu di sebelah Hamat ke arah Utara. Jadi, rupanya perserikatan berhasil menahan orang Asyur dari Hamat. Ini sukses besar, meskipun mereka menderita beberapa kekalahan hebat dalam perang berdarah itu. Dari tulisan-tulisan Salmaneser iii menjadi nyata bahwa, setelah tahun pemerintahannya yang ke-6 (854 [SM]), ia sering berkonflik lagi dengan Hadadezer dari damsyik. Perselisihan pada tahun pemerintahannya yang ke-10 tidak pasti, tetapi kesaksian mengenai peperangan dalam tahunnya yang ke-11 dan ke-14 (849 dan 846 [SM]) cukup meyakinkan. Sudah tentu, Salmaneser iii bilang bahwa dia sendiri yang menang. Namun dalam hal menyebut seluk-beluk (detail) ia sangat ugahari. Ia konon tidak menyebut tempat-tempat di mana ia berperang. Dari berita-berita Asyur mengenai tahun 849 dan 846 [SM] agaknya dapat disimpulkan bahwa Hadadezer lebih berhak memandang diri sebagai pemenang dari Salmaneser iii, dalam kedua perang itu, khususnya dalam perang yang terjadi pada tahun 846 SM.

Kembali kepada Naaman. Menurut perkiraan kami, yang terjadi adalah sebagai berikut: Pada tahun 854 [SM] (mungkin sudah lebih dahulu) Naaman telah membuktikan dirinya sendiri sebagai perwira yang dapat dipercaya. Pada tahun 849 [SM] ia mengemukakan dirinya sendiri begitu gilang-gemilang, sehingga ia diangkat oleh Raja Hadadezer menjadi panglima besar atas bala tentara Aram yang telah dipersatukan sejak 858 [SM]. Mungkin sekali, dalam posisi panglima ini ia melawan Asyur pada tahun 846 [SM] dengan sukses yang begitu hebat, sehingga Salmaneser iii dalam berita-beritanya disengaja sangat ugahari.

Akan tetapi, dalam perkiraan ini tidak dapat ditutup kemungkinan bahwa Naaman berperang melawan Israel pula, yakni dalam tahun 858, 857, dan 854 [SM]. Akan tetapi, peperangan yang terjadi dalam 858 dan 857 [SM] (bdk. 1Raj. 20) tidak dapat disebut kemenangan yang TUHAN berikan kepada Aram. Perang dalam tahun 854 [SM] adalah kemungkinan, yaitu ketika Ahab mati (1Raj. 22:29-40). Akan tetapi, di situ pun kita tidak membaca tentang kemenangan Aram.” dengan memperhatikan semua data tersebut, kita dapat menarik kesimpulan bahwa Naaman adalah panglima terpandang karena kemenangan yang diperolehnya dalam peperangan Aram melawan Asyur, dalam tahun 849 atau/

dan 846 SM. Berkaitan dengan kenyataan Raja Hadadezer meninggal dunia (karena dibunuh oleh Benhadad iii?) pada 845 SM, penyembuhan Naaman dari sakit kustanya agaknya terjadi sesudah kemenangannya dalam tahun 849 SM dan sebelum kemenangan dalam tahun 846 SM, sehingga kemenangan yang dimaksudkan dalam 5:1 adalah kemenangan dalam tahun 849 SM. Jika demikian halnya, maka urut-urutan peristiwa menjadi: 1) kemenangan atas Asyur (849 SM), 2) Naaman sakit kusta, 3) Naaman disembuhkan, 4) kemenangan atas Asyur (846 SM), 5) kematian Raja Hadadezer.

Masih ada kemungkinan lain: Pada waktu kemenangannya dalam tahun 846 SM Naaman sudah menderita sakit kusta (ia berperang dalam keadaan sakit). Tidak lama setelah pulang dari medan pertempuran, ia berjalan kepada Elisa untuk minta penyembuhan. Dan tidak lama setelah penyembuhan itu, Raja Hadadezer mati. Jika demikian halnya, semuanya terjadi pada tahun yang sama, 846 SM. Maka urut-urutan peristiwa menjadi: 1) kemenangan atas Asyur (849 SM), 2) Naaman sakit kusta, 3) kemenangan atas Asyur (846 SM), 4) Naaman disembuhkan, 5) kematian Raja Hadadezer.

Yang sangat menonjol dan belum dibicarakan ialah apa yang kita baca dalam ayat 1, yaitu TUHAN telah memberikan kemenangan itu kepada Naaman. Segala pujian yang diberikan kepada Naaman tidak berdasarkan kemampuannya sendiri, tetapi oleh karena TUHAN memberkatinya dalam perang. Meskipun orang tidak mengenal TUHAN dan juga tidak mengakui nama TUHAN, tetapi setiap orang tanpa kecuali, termasuk juga Naaman, semata-mata mendapat hidupnya dari TUHAN. TUHAN langsung berhubungan dengan segala hasil dan sukses manusia kapan saja dan di mana pun, entah orang itu mengenal TUHAN atau tidak. Demikian pula dialah yang membuat Naaman menang dalam perang. Apa yang Naaman lakukan rupanya sesuai dengan rencana dan kehendak TUHAN. Jadi, sebutan ini menunjukkan kenyataan umum bahwa TUHANlah yang berkuasa, bukan hanya atas umat perjanjian-nya, Israel (providensia khusus), tetapi juga atas Aram dan semua bangsa lain (providensia umum), biarpun bangsa-bangsa itu tidak mengakuinya. Walaupun demikian, apakah mungkin ada alasan istimewa untuk kebenaran umum ini disebut secara eksplisit di sini? Menurut saya, sebutan tentang TUHAN memberi kemenangan itu mendukung perkiraan tadi, bahwa umat TUHAN, Israel, terlibat dalam kemenangan itu karena termasuk perserikatan bangsa-bangsa yang berperang melawan Asyur: TUHAN memberikan kemenangan kepada Naaman yang memimpin pasukan-pasukan Aram, Israel, dan sekutu-sekutu lainnya melawan Asyur. Sudah tentu, Naaman tidak sadar akan hal itu, sebelum penyembuhannya. Ia baru melihat itu setelahnya. Akan tetapi, kita sebagai pembaca menyadari bahwa TUHAN telah berkuasa atas Naaman sebelum penyakit dan penyembuhannya. TUHAN yang memberi kan kemenangan kepada Naaman. TUHAN yang memukulnya dengan penyakit kusta. TUHAN yang menyembuhkannya. Semuanya demi kelanjutan rencana-nya (bdk. 8:7-15).

3. ”Tetapi orang itu sakit kusta”

Meskipun Naaman seorang pahlawan terpandang, tetapi ia tidak merasa bahagia. Naaman sakit kusta. Karena tidak ada penyembuhan untuk penyakit itu, apalagi penderita sakit kusta biasanya dianggap najis, kehormatan Naaman tidak berarti sedikit pun. Ia memang seorang pahlawan di medan pertempuran, yang menang dalam perang. Akan tetapi, ia sendiri dikalahkan oleh penyakit yang mematikan. Ia pastinya sudah memerangi musuh ini, tetapi tidak mungkin memenanginya. Dalam hal ini Naaman kalah (sebutan ”TUHAN memberi kemenangan” tadi, dapat dikatakan, mengantisipasi mukjizat TUHAN yang akan Naaman alami nanti).

Mungkin sakit kusta itu baru mulai ia derita, karena tampaknya belum menjalar ke seluruh tubuhnya (bdk. ”tempat penyakit”, ay. 11), sehingga orang lain belum tahu. Boleh jadi sakit kusta muncul pada tubuh Naaman pada waktu ia berada di tempat peperangan. Ketika pulang ke damsyik, ia sangat dimuliakan, tetapi ternyata ia sakit kusta. Sekalipun pada awalnya kusta itu hanya sedikit, tetapi Naaman sadar akan akibatnya. Akhirnya penyakit ini akan menyebabkan kematiannya. Tidak tahu, apakah di Aram orang sakit kusta ditolak masyarakat, sama seperti di Israel. Menurut hukum Musa (im. 13–14) orang sakit kusta tidak diperbolehkan hidup di tengah-tengah masyarakat di kota atau di kampung, agar jangan orang sehat mendapat penyakit yang sama. Bahkan, di Israel orang-orang yang sakit kusta tidak tahir. Artinya, mereka dilarang memasuki Bait Suci pula, sehingga tidak sempat mempersembah-kan kurban kepada TUHAN. Orang sakit kusta terpaksa hidup sepi jauh dari manusia, dan juga jauh dari TUHAN. Penyakit mereka ditambah berat oleh rasa sunyi dan terbuang oleh manusia dan oleh TUHAN. Mungkin di Aram tak ada aturan seperti dalam hukum Musa. Bagaimanapun, Naaman yang dapat bersukacita karena kemenangan yang TUHAN berikan kepadanya, ternyata berduka karena penyakit yang akan merusakkan hidupnya. Kehormatannya ditiadakan oleh penyakit yang mengerikan ini.

Setelah penyakit ini muncul, Naaman pastinya langsung mencari pengobatan agar ia sembuh. Agaknya ia meminta advis dari dukun yang terbaik di Kota damsyik dan sekaligus mempersembahkan kurban-kurban yang tidak terbilang jumlahnya kepada Rimon, dewa orang Aram. Ia memanjatkan doa kepada dewanya, dan meminta sihir dari imam-imam yang bertugas di kuil Rimon. Akan tetapi, semuanya itu tidak berhasil sedikit pun. Sebaliknya, sakit kustanya semakin parah. Tidak ada harapan bagi Naaman. Tidak lama lagi, panglima yang terpandang ini akan dihina dan ditolak, dan menderita sampai mati. Coba bayangkan keadaan Naaman ini! Seluruh hidupnya, rumahnya, dan tugasnya dikuasai oleh penyakit itu. Naaman yang terpandang adalah orang yang tidak mempunyai masa depan. Dari menang ia kalah. Dia tidak dapat berbuat sesuatu pun sendiri, dan tidak ada pertolongan pula dari pihak lain, seperti raja Aram atau imam Rimon.

4. ”Seorang anak perempuan dari negeri Israel”

Ternyata, di rumah Naaman ada seorang anak perempuan Israel. Anak itu masih muda. Umurnya kira-kira 10 atau 12 tahun. Gadis itu pernah dibawa oleh sekelompok orang Aram yang bergerombol di negeri Israel. Pada hari tertentu gerombolan itu memasuki wilayah Israel, agaknya pada musim panen (bdk. 13:20). Mereka merampas dan mencuri barang orang-orang setempat atau gandum yang masih di ladang mereka. Mereka juga menawan orang-orang yang mereka temui, kemudian dijual menjadi hamba orang Aram. Tadi dikatakan bahwa, setelah kematian Ahab tidak ada perang antara Aram dan Israel. Namun, di wilayah-wilayah perbatasan sering terjadi perampokan oleh kelompok-kelompok orang jahat. Mereka tidak ragu-ragu menawan anak-anak kecil dan menjualnya di pasar. Dengan demikian, seorang gadis Israel yang namanya dan tempat asalnya tidak disebut, dibawa ke damsyik, lalu menjadi hamba istri Naaman (dijual atau dihadiahkan kepada panglima yang termulia). Jauh dari orang tuanya gadis ini dengan paksa bekerja di rumah orang asing. Sebagai budak yang hina ia mencuci piring dan menyapu rumah, sambil menangis ingin pulang. Akan tetapi, untuk anak ini tidak ada harapan. Siapa yang dapat melepaskan dia dari belenggu perbudakan ini? Kemungkinan besar dia harus menyandang selar budak seumur hidupnya. Keadaannya seperti orang sakit kusta yang tidak ada penyembuhan.

Malapetaka yang anak perempuan ini alami tentunya sangat menyedihkan. Akan tetapi, tampaknya TUHAN punya maksud. Dia tahu memakai hal jahat untuk membuat hal baik (bdk. Riwayat Yusuf, Kej. 37-47). Penawanan anak perempuan ini digunakan-nya untuk memperkenalkan nama dan kuasa-nya di Aram, khususnya kepada panglima Naaman yang terpandang itu. Ternyata gadis ini mengenal TUHAN dan nabi-nya, Elisa. Ketika ia masih tinggal bersama-sama dengan orang tuanya di Israel, mungkin ia mengikuti orang tuanya ke tempat rombongan nabi untuk beribadah kepada TUHAN, maka di situ mendengar pengajaran nabi Elisa atau bahkan menyaksikan mukjizat yang dilakukannya (bdk. 4:23, 38-41). Sekarang di Aram dalam keadaan sulitnya, ia menyadari bahwa, biarpun orang tuanya jauh dan tidak terjangkau, TUHAN tetap dekat kepadanya. Itulah penghiburan besar bagi dia yang membuat ia dapat bertahan di negeri asing itu. Ia takut akan TUHAN dan percaya kepada-nya dalam kesulitannya. Bukankah kepercayaan anak muda sering lebih besar ketimbang iman orang dewasa? Perhatikan TUHAN Yesus yang di kemudian hari mengimbau orang-orang dewasa supaya menjadi seperti anak untuk dapat memasuki Kerajaan Surga (Mrk. 10:13-16).

Dalam melayani istri Naaman, anak perempuan ini terhibur oleh kesadaran bahwa TUHAN selalu menyertai dia. Ia tahu bahwa pertolongannya adalah dalam nama TUHAN (Mzm. 124:8). Akan tetapi, ia tidak menyimpan hal itu untuk dirinya sendiri. Gadis yang percaya itu yakin bahwa TUHAN dapat menolong tuannya Naaman juga, sekalipun dia orang Aram yang hidup di luar perjanjian TUHAN. Sebagai budak yang tertawan ia tidak merasa dendam terhadap Naaman dan istrinya, tetapi sebaliknya mencari apa yang baik bagi mereka. Setelah Naaman pulang dari medan peperangan dalam keadaan sakit kusta, lalu mencari pertolongan kian kemari dari ahli-ahli pintar di seluruh Aram tanpa ada hasil apa pun, gadis yang sederhana ini tidak menikmati kemalangan tuannya, tetapi turut merasa sedih. Dan ia tidak menutup mulutnya, tetapi membuka isi hatinya dan berani menyapa nyonyanya, katanya, ”Sekiranya tuanku menghadap nabi yang di Samaria itu, maka tentulah nabi itu akan menyembuhkan dia dari penyakitnya.” Mungkin ia mendekati nyonyanya dengan sengaja (bdk. Est. 5:1-3), mungkin ia berbicara spontan sambil menaruh piring-piring di meja makan. Bagaimanapun, ia merasa sayang akan kesulitan tuannya dan menunjukkan keterlibatannya. Dengan maksud itu ia menyampaikan pikirannya kepada istri Naaman.

Perhatikan, anak itu masih muda, ia perempuan, ia tidak pandai, ia bukan orang Aram, melainkan hamba yang terhina. Apa yang dapat diharapkan dari orang seperti itu? tidak ada seorang pun yang akan menerima kata-katanya dengan serius. Biarlah gadis itu tinggal bekerja di dapur. Janganlah ia campur tangan dalam urusan orang dewasa, yang bahkan adalah tuan dan nyonyanya. Siapa yang bersedia mendengarkan apa yang dikatakan oleh seorang budak (bdk. Musa dan Harun di hadapan Firaun di Mesir)? Kecuali kalau TUHAN berdiri di belakangnya dan membuat dia menjadi abdi-nya (bdk. Lagi Yusuf di Mesir). Demikian halnya di sini. TUHAN memakai pemudi Israel yang takut akan dia ini menjadi sarana-nya untuk memperkenalkan dia kepada orang yang tidak mengenal dia (bdk. 1Kor. 1:18-2:16). Dengan tanggapannya yang spontan ia menunjukkan jalan kepada tuannya untuk bisa mendapat penyembuhan dari penyakit yang mematikan. Anak Israel yang sederhana ini aktif secara misioner. Ia menyampaikan keyakinannya bahwa bagi TUHAN tidak ada yang mustahil.

5. ”Lalu pergilah Naaman”

Dan lihat apa yang terjadi. Setelah membuka isi hatinya, gadis Israel itu tidak ditegur oleh nyonyanya dengan kata-kata yang keras, tetapi sebaliknya kata-katanya disambut dengan baik. Sampai sekarang suaminya tidak sembuh. Belum ada obat yang mujarab. Dukun maupun imam, dan bahkan dewa Rimon itu sendiri tidak sanggup menyembuhkan suaminya. Harapannya semakin tipis. Akan tetapi, siapa tahu, mungkin nabi yang di Samaria itu mampu berbuat apa yang tidak mungkin terjadi. Maka nyonya menyampaikan nasihat budaknya kepada Naaman. Dan dia pun menyambutnya dengan baik. Dia siap sedia melakukan apa saja, asal sembuh. Lalu Naaman memberitahukannya kepada tuannya, Raja Hadadezer, katanya, ”Begini-beginilah dikatakan oleh gadis yang dari negeri Israel itu.” Raja juga tidak perlu berpikir lama, tetapi langsung bilang, ”Ayo, pergi!” ia sangat menghargai panglimanya dan ingin sekali Naaman sembuh. Karena seluruh negeri bergantung atasnya sehingga ia langsung setuju dan memberi izin untuk perjalanan Naaman ke Israel. Hendaklah Naaman melakukan apa yang diimbau oleh gadis muda itu. Raja Aram bahkan berjanji untuk menulis surat rekomendasi kepada Raja Yoram.

Naaman berkemas untuk perjalanannya ke Samaria, ibukota Israel. Ia membentuk rombongan yang akan ikut serta, yakni satuan pengawal pribadinya dan sejumlah pelayan. Ia memerintahkan para pelayannya untuk mempersiapkan kuda dan kereta, bagal-bagal, makanan, dan terutama persembahan untuk membayar penyembuhannya. Untuk itu ia membawa harta yang luar biasa besar, yakni 10 talenta perak (± 340 kg), 6.000 syikal emas (± 68 kg), dan 10 potong pakaian kebesaran (bdk. Hak. 14:12).36 Sebenarnya harta yang begitu besar sangat berlebihan (bdk. Membawa satu juta rupiah untuk membayar obat masuk angin). Jadi, yang terutama Naaman maksudkan ialah untuk mengesankan raja, nabi, dan rakyat Israel. Bukankah Aram jauh lebih unggul daripada semua negeri lain, termasuk Israel? Melihat harta besar ini, raja Israel dan nabinya tidak akan berani menolak dia, tetapi sebaliknya akan membungkuk dalam-dalam untuk dia, sang panglima Aram. Harta besar ini lebih bersifat sarana paksaan daripada alat pembayaran. Sama halnya dengan surat rekomendasi dari raja Aram. Naaman membawanya sebagai paspor yang menyatakan identitas dan statusnya. Ditambah lagi, surat ini akan membuka semua pintu yang tertutup bagi dia dan meniadakan semua hambatan. Raja Israel tidak akan dapat menolak dia. Bahkan, tanggung jawab akan penyem buhan Naaman, panglima Aram, sepenuh nya diletakkan ke dalam tangannya. Dengan penuh semangat Naaman berangkat dari damsyik menuju Samaria.

Janganlah kita menyimpulkan dari perjalanan Naaman kepada nabi TUHAN, bahwa ia dan istrinya, juga raja Aram bertobat dan percaya kepada TUHAN. Mereka hanya melihat nabi TUHAN di Samaria itu sebagai usaha alternatif berikutnya, di samping segala usaha yang telah mereka lakukan. Kata-kata gadis Israel mereka terima sebagai sebuah saran yang baik untuk dicoba. Allah-allah yang dipuja oleh bangsa-bangsa lain pun pasti berkuasa, dan demikian juga para petugas yang langsung berhubungan dengan allah-allah itu, seperti dukun, imam, dan nabi. Tentu saja, mereka menginter pretasikan kuasa TUHAN dan nabi-nya sesuai dengan sistem agama mereka sendiri. Sama halnya dengan pikiran bahwa, sama seperti di Aram, raja Israel adalah orang yang berwenang untuk mengurus segala-galanya. Hal itu tampak jelas dari apa yang nanti terjadi.

6. ”Ia mencari gara-gara terhadap aku”

Perjalanan Naaman dari damsyik ke Samaria berlangsung kurang-lebih satu minggu, karena para pelayannya berjalan kaki bersama hewan yang memikul barang makanan dan persembahan. Mereka agaknya mengikuti rute dataran tinggi melalui Gilead dan menyeberangi Sungai Yordan, tidak jauh dari Abel Mehola, desa halaman nabi Elisa, lalu melalui tirza tiba di Samaria (lih. Peta pada awal buku ini). Di Samaria mereka berhenti di depan istana Raja Yoram. Tentu saja rombongan Naaman menarik perhatian banyak orang yang langsung berkesimpulan bahwa ini pastinya deputasi penting dari luar negeri. Agaknya mereka berkumpul untuk melihat apa yang terjadi.

Naaman bersama orang-orangnya diundang memasuki istana Yoram. Ia memperkenalkan diri sebagai panglima dari Hadadezer, raja Aram, dan mohon menghadap Raja Yoram. Karena ia tamu yang tinggi dan penting, permohonannya langsung disambut. Melihat politik luar negeri pada saat itu, hubungan Israel dengan Aram agak baik, karena mereka bersekutu menentang musuh yang sama, Asyur. Naaman sendiri adalah panglima yang memperoleh kemenangan yang penting, bukan hanya bagi Aram, melainkan untuk Israel pula. Jadi, beliau pastinya disambut dengan penuh kehormatan.

Naaman bertemu dengan Raja Yoram dan menyampaikan surat rekomendasi dari tuannya, Raja Hadadezer. Baru sekarang kita mengetahui isi surat itu (atau sekurang-kurangnya intinya). Raja Aram meminta supaya Yoram ”menyembuhkan Naaman, pegawaiku, dari penyakit kustanya”. Artinya, Yoram dimohon untuk mengurusnya. Menurut informasi yang raja Aram terima, ada yang mampu menyembuhkan Naaman dalam istana Yoram. Tampaknya raja Aram berpikir bahwa, sama seperti di Aram, semua nabi dan imam Israel adalah ”pegawai” Raja Yoram. Atas perintah raja, setiap mereka akan langsung bertindak. Dengan demikian Raja Yoram kurang lebih disuruhnya (kata ”pesan”) untuk menyembuhkan seorang pegawai tinggi raja Aram dari penyakit yang tidak dapat disembuhkan.

Maka apa reaksi Yoram? Segera sesudah membaca surat itu ia sangat terkejut, panik, dan gemetar ketakutan. Ia mengoyakkan pakaiannya tanda bahwa ia berada dalam keadaan galau dan berseru, katanya, ”tetapi sesungguhnya, perhatikanlah dan lihatlah, ia mencari gara-gara terhadap aku.” dengan mengirimkan sebuah permohonan yang tidak mungkin dipenuhi oleh siapa pun kecuali Allah sendiri, raja Aram tampaknya mencari alasan untuk bisa berperang melawan Yoram dan Israel. Dengan putus asa Yoram berteriak, ”Allahkah aku ini yang dapat mematikan dan menghidupkan?” Pada pandangan awal, tidak mengherankan Yoram menganggap surat ini sebagai jerat yang bermaksud untuk menghabisi dia dan kerajaannya. Karena siapa yang mampu memenuhi permohonan ini? Raja Aram sendiri tahu bahwa untuk penyakit kusta tidak bisa menyembuhkan.

Walaupun tanggapan Yoram ini dapat dipahami secara manusiawi, tetapi reaksinya sekaligus menun jukkan sifatnya: ia tidak percaya kepada TUHAN (bdk. Reaksi sebaliknya dari Raja Hizkia, 2Raj. 19). Sebenarnya Yoram tidak berbeda sedikit pun dari raja Aram dan panglimanya. Sama seperti mereka tidak mengenal Allah yang hidup, demikian juga Yoram. Padahal dialah warga umat perjanjian TUHAN dan sebagai raja seharusnya memerintah atas nama TUHAN (teokrasi). Akan tetapi, Yoram semata-mata tidak memedulikan TUHAN. Karena itulah ia langsung panik dan putus asa ketika membaca surat raja Aram itu. Kenyataan Yoram tidak percaya kepada TUHAN membuat dia langsung mencari interpretasi manusiawi, yaitu bahwa ternyata raja Aram mencari alasan untuk maju memerangi dia. Mana mungkin ia melakukan sesuatu yang mustahil dilakukannya, yakni menyembuhkan seorang sakit kusta? Jelas kesimpulannya: Aram mau berperang melawan dia. Akan tetapi, justru seruannya bahwa dia sendiri bukan Allah yang dapat mematikan orang hidup dan menghidupkan orang mati, hendaknya membuat Yoram menjadi insyaf. Mengapa seruan itu tidak disusulkannya dengan tindakan langsung? Yoram bukan Allah. Akan tetapi, Allah kan ada di Israel, yaitu dia yang menciptakan langit dan bumi dan yang menguasai hidup dan kematian. Allah itu benar-benar ”dapat mematikan dan menghidupkan.” dan abdi-Nya kan

ada, nabi Elisa, yang bertempat tinggal hanya beberapa ratusan meter dari istananya. Nabi itu sudah terbukti selalu siap sedia untuk menolong setiap orang yang lari kepada TUHAN. Akan tetapi, hati Yoram keras. Israel dan para pemimpinnya sudah melupakan TUHAN (bdk. Tingkah laku Ahazia, 2Raj. 1).

Apakah Naaman hadir pada waktu Yoram membaca dan menanggapi surat rajanya? Bisa juga terjadi Yoram membaca surat rekomendasi raja Aram sebelum menyambut Naaman. Namun, ayat 6 memberi kesan bahwa Naaman sendiri menyampaikan surat itu kepada Yoram. Bagaimanapun, sebenarnya ia mengikuti saja kebudayaan yang berlaku di mana-mana. Kalau ingin bertemu dengan orang yang berada di luar negeri, haruslah melalui raja setempat, apalagi kalau seperti menurut pikiran Aram dan semua bangsa di sana para dukun, imam, dan peramal dianggap pegawai raja. Raja adalah pintu untuk bertemu mereka. Raja Aram pastinya tidak menantikan Yoram sendiri akan menyembuhkan Naaman, melainkan akan memanggil pegawai nabi yang disebut oleh anak perempuan itu. Surat rekomendasi tidak bermaksud lain dari meminta perantaraan Raja Yoram, walaupun nada surat memang cukup memaksa. Mengapa Yoram tidak menyadarinya, terlebih lagi karena di Israel relasi antara raja dan nabi jauh berbeda dari kebudayaan bangsa-bangsa lain. Di Israel imam dan nabi bukan pegawai raja. Karena mereka mewakili TUHAN, sebenarnya raja adalah ”pegawai” mereka. Jadi, mengapa Yoram panik dan tidak langsung memohon Elisa datang untuk membantunya?

Tanggapan Yoram atas surat raja Aram menunjukkan bahwa ia kebalikan dari anak perempuan Israel yang kecil, yang memberikan saran kepada Naaman untuk ”menghadap nabi yang di Samaria itu”. Sesuai kebiasaan di sana Naaman pergi kepada raja Israel di Samaria. Akan tetapi, Yoram merupakan jalan buntu. Ia tidak memedulikan TUHAN dan abdi-nya. Sifat Yoram itu telah kita temui dalam 3:9-14 juga. Kasihan, jalan penuh harapan yang ditunjuk oleh gadis Israel itu ternyata macet di istana raja Israel. Perjalanan Naaman gagal total. Penyembuhan tidak akan jadi karena diblokir oleh raja yang tidak mengakui kuasa Allah Israel yang sungguh-sungguh dapat mematikan dan menghidupkan.

7. ”Supaya ia tahu bahwa ada seorang nabi di Israel”

Kabar tentang kedatangan rombongan Naaman dari Aram pastinya cepat tersebar di seluruh Kota Samaria. Boleh jadi, karena semakin banyak orang berkerumun di depan istana raja. Akan tetapi, siapa yang tahu apa persis maksud kedatangan itu? namun, Elisa menerima kabar tentang ”raja Israel mengoyakkan pakaiannya”. Artinya, ia mendapat informasi lengkap dari istana tentang apa yang menyebabkan Yoram mengoyakkan pakaiannya itu, yakni pesan Raja Hadadezer untuk menyembuhkan panglimanya, Naaman, dari penyakit kustanya. Entah melalui, misalkan seorang pegawai istana, atau melalui penglihatan TUHAN, Elisa sudah mengetahui persis apa yang terjadi dalam istana raja Israel. Dan ia langsung bertindak.

Segera sesudah Elisa mendengar bahwa raja Israel dalam keadaan galau, ia bertindak bukan terhadap Naaman, melainkan terhadap Yoram. Tindakannya tidak ditunda-tunda karena keadaan teramat rumit. Bukanlah raja Aram yang ”mencari gara-gara” terhadap Yoram, tetapi sebaliknya Yoram mengundang pertengkaran dengan raja Aram karena tanggapannya yang tidak wajar. Jadi, Elisa mengirim pesan agaknya melalui Gehazi (lih. Ay. 20 dst.) kepada raja Israel, katanya, ”Mengapa engkau mengoyakkan pakaianmu?” Artinya, apa sebabnya engkau gemetar dan putus asa? tidak ada alasan apa pun untuk itu, karena apakah tidak ada Allah di Israel? Apakah tidak ada abdi Allah di Samaria? Jadi, mana tanggapan yang benar dan tepat terhadap permohonan raja Aram untuk menyembuh kan Naaman itu? Gampang saja kan: ”Biarlah ia datang kepadaku, supaya ia tahu bahwa ada seorang nabi di Israel.”

Pesan Elisa ini adalah pesan kedua yang Yoram terima pada hari yang sama. Pesan pertama dari raja Aram tidak dapat dipenuhinya, tetapi membuat dia panik. Sebaliknya, pesan Elisa ini gampang dilaksanakan. Sudah pasti Yoram menyambutnya dengan hati lega dan langsung memenuhinya. Dengan hormat ia minta Naaman melanjutkan perjalanannya ke rumah nabi Elisa. Jangan kita berpikir Yoram tiba-tiba bertobat kepada TUHAN. Dia senang karena masalah yang tidak mungkin ia atasi dapat digesernya kepada orang lain. Sementara itu, Raja Yoram tidak dapat tidak, mengenal abdi Allah dengan baik. Dan ia tentunya akan menyadari dengan baik pula bahwa isi berita Elisa merupakan teguran keras kepadanya. Dengan pesan yang dikirimnya Elisa mempermalukan Yoram di depan orang Aram itu. Sebentar lagi Naaman akan ”tahu bahwa ada seorang nabi di Israel”, padahal Yoram sudah menge tahuinya dari masa mudanya. Kalau Naaman tidak tahu, okelah, karena ia hidup di luar perjanjian TUHAN. Akan tetapi, kalau Yoram tidak tahu, fasik sekali, karena ia warga umat TUHAN. Lebih baik ia gemetar dan mengoyakkan pakaiannya karena kekerasan hatinya. Demikian, dengan pesan Elisa: ”Biarlah ia datang kepadaku, supaya ia tahu bahwa ada seorang nabi di Israel,” Raja Yoram mendapat kecaman. Akan tetapi, bagi Naaman jalan buntu dibuka. Gadis Israel di rumahnya tidak menipu. Sesungguhnya, ada nabi di Samaria!

8. ”Pergilah mandi tujuh kali dalam sungai Yordan”

Nabi Elisa memperlakukan Raja Yoram dengan keras. Itu tidak berarti bahwa Naaman akan disambut nya dengan penuh kehormatan sebagai ”panglima terpandang”. Seperti raja Israel, Naaman juga harus belajar bahwa TUHAN adalah satu-satunya Allah yang dapat mematikan dan menghidupkan. Harapan Naaman akan dukun, imam, atau dewa tidak akan pernah dipenuhi. Sekarang ia akan belajar mengenal Allah Israel serta abdi-nya. Janganlah ia menyamakan TUHAN dan nabi-nya dengan semua dewa dan dukun Aram, atau bahkan menganggap TUHAN dan Elisa lebih hina dari mereka.

”Kemudian datanglah Naaman, lalu berhenti di depan pintu rumah Elisa.” dari istana Yoram, Naaman turun ke rumah sederhana nabi TUHAN. Melalui jalan-jalan kota yang sempit Naaman ”dengan kudanya dan keretanya” diantar ke rumah nabi. Seluruh rombongan Naaman berhenti di depan pintu rumah Elisa. Dan perhatikan, Naaman langsung mengubah sikapnya. Tadi ia memasuki istana Yoram dan menyampaikan surat tuannya kepada raja Israel. Sekarang ia tidak berbuat apa-apa. Ia berhenti di depan pintu rumah Elisa, dan menunggu sampai nabi keluar menghadap dia. Tampak jelas, seorang nabi apalagi nabi Israel tidak sederajat dengan dia. Sebaliknya, nabi dan imam biasanya diperlaku kan sebagai orang hina, sama dengan hamba (bdk. 9:11), walaupun mereka sangat berpengaruh karena berhubungan langsung dengan dunia atas. Demikian Naaman berdiri di depan rumah Elisa sebagai panglima yang terpandang, pahlawan besar yang layak dihormati. Agaknya, Naaman berpikir dengan variasi pada pesan Elisa tadi bahwa ”biarlah ia (= Elisa) datang kepadaku, supaya ia tahu bahwa ada seorang panglima di Aram”. Naaman menantikan Elisa datang melayahkan diri di depannya.

Untuk kedua kalinya Elisa bertindak dengan keras, sekarang terhadap panglima Aram, Naaman. Dengan sengaja Elisa merendahkannya supaya ia tahu bahwa Allah Israel adalah Yang Mahatinggi. Elisa bukan orang hina, melainkan wakil TUHAN yang layak diperlakukan sama seperti TUHAN sendiri. Hendaklah Naaman belajar untuk menaklukkan diri di bawah kuasa Allah yang hidup. Untuk dapat disembuhkan dari penyakit kustanya, tidak ada jalan lain dari merendahkan diri di hadapan TUHAN. Yang pembesar bukanlah Naaman, melainkan TUHAN yang diwakili oleh Elisa. Karena itu, yang keluar rumah bukan Elisa, melainkan ”seorang suruhan” (agaknya Gehazi). Dia tidak menghormati Naaman semestinya, tetapi hanya memberi perintah pendek, ”Pergilah mandi tujuh kali dalam sungai Yordan, maka tubuhmu akan pulih kembali, sehingga engkau menjadi tahir.” titik!

Bayangkan apa yang terjadi di depan pintu rumah Elisa di Samaria! Seorang suruhan memberikan perintah kepada seorang pembesar. Bandingkan seorang hamba yang memberikan pesan kepada tuannya, seorang tentara yang berkomando kepada panglimanya. Tidak bisa! inilah dunia terbalik. Kurang ajarlah! ini provokasi hebat yang membuat Naaman sangat marah. Ia merasa sangat dihina dan berangkat dengan gusar untuk pulang ke Aram. Perjalanannya terhenti lagi, tadi di istana raja Israel, sekarang di depan rumah nabi Israel itu. Agaknya, dalam hatinya ia sudah mengutuki raja, nabi, dan seluruh bangsa Israel, dan mau memerangi mereka! Orang pertama yang akan mengalami kemarahan nya tentunya ialah anak perempuan Israel yang melayani istrinya itu. Sebenarnya dialah yang membuat ia malu dan kecewa, dan melakukan perjalanan percuma ini. Sulit sekali untuk seorang yang berposisi memberi perintah-perintah, menerima perintah sendiri dan melakukannya dengan taat.

Dengan tindakannya ini Elisa tidak hanya bermaksud mengajar Naaman untuk merendahkan diri di depan TUHAN. Ia juga mau mencegah Naaman menyamakan TUHAN dengan dewa Aram, Rimon, dan nabi TUHAN dengan para dukun Aram. Janganlah Naaman berpikir salah tentang kuasa TUHAN dan status abdi-nya. Sikap dan reaksi Naaman menunjukkan bahwa selain memandang Elisa sebagai bawahan yang hina, ia juga menyamaratakan dia dengan para dukun dan imam Rimon di Aram. Hal itu nyata dari cara kerja yang dinantikannya dari Elisa. Meskipun pemberian pesan melalui seorang petugas sudah keterlaluan, tetapi khususnya isi pesan itu semata-mata tidak diterima oleh Naaman. Menurut pendapat Naaman yang berdasarkan konteks agama dan kebudayaan Aram seharusnya nabi Israel bertindak begini: Sesaat Naaman bersama rombongannya berhenti di depan pintu rumah nabi itu, setidak-tidaknya ia sendiri lari keluar untuk menghormati dia, maka ”berdiri memanggil nama TUHAN, Allahnya, lalu menggerak-gerakkan tangannya di atas tempat penyakit itu dan dengan demikian menyembuhkan penyakit kustaku!” Yang agaknya dinantikan Naaman ialah ritus ekstatis dengan isyarat-isyarat khas dan aji-aji rahasia, seperti yang diperbuat oleh dukun atau imam Rimon di damsyik. Padahal, nabi itu hanya memberi perintah supaya dia mandi tujuh kali di Sungai Yordan. Itu saja. Mana mungkin ia bisa sembuh oleh karena mandi! Setiap hari ia mandi, tetapi sakit kustanya semakin parah. Bodohlah pesan seperti itu. Kalau dalam keseluruhan salah satu upacara penyembuhan harus dibuat permandian, ia tidak berkeberatan melakukannya, tetapi Sungai Yordan sudah pasti tidak cocok untuk itu. Bayangkanlah, mandi dalam Sungai Yordan itu! dari tahir ia akan menjadi lebih najis. Sungai-sungai damsyik, Abana, dan Parpar, bukankah jauh lebih baik ketimbang segala sungai di Israel.

Dengan demikian Naaman memblokir penyembuhannya sendiri. Sebenarnya, sifat dan sikapnya merupakan masalah yang lebih besar ketimbang sakit kustanya. Panglima Naaman menganggap diri lebih tinggi dari nabi Elisa, cara kerja ahli-ahli sihir Aram lebih tepat ketimbang tindakan nabi Israel yang berpikir pemberian perintah sudah cukup, Rimon lebih berkuasa dari TUHAN, Sungai Abana dan Parpar lebih bagus dari Sungai Yordan, Aram jauh melebihi Israel. Sudah jelas, Naaman adalah orang yang sombong hati, yang menganggap segala sesuatu yang tidak sesuai dengan prasangka-prasangka nya sendiri adalah bodoh dan hina. Tidak mengherankan ”berpalinglah ia dan pergi dengan panas hati”. Dengan frustrasi besar Naaman berangkat dari Samaria kembali ke Aram. Ia menganggap dirinya diper lakukan dengan tidak serius.

Sekurang-kurangnya tiga hambatan yang menghalangi Naaman menyerahkan dirinya kepada TUHAN untuk disembuhkan dari sakit kustanya, yaitu:

  • Naaman adalah pembesar. Ia menantikan nabi Elisa sebagai orang bawahan menghormati dia sebagai orang terpandang (egosentrisme);
  • Naaman adalah penganut agama suku. Ia menyamakan atau menyamaratakan TUHAN dengan dewa Rimon, dan nabi TUHAN dengan para dukun dan ahli sihir Aram. Artinya, ia memandang TUHAN dan firman-nya dalam kotak pikiran agama Aram (sinkretisme);
  • Naaman adalah orang Aram. Ia memuliakan tanah air Aram bersama bahasa dan kebudayaannya sebagai negeri yang terbagus di seluruh dunia (nasionalisme, sukuisme).

Sebenarnya sikap Naaman tidak luar biasa. Di mana pun orang mengutamakan bangsa, ras, agama, dan kebudayaannya sendiri. Orang selalu cenderung menganggap dirinya sendiri normal, dan orang lain tidak normal. Segala hal asing (yang berbeda dari yang biasa) akan dinilainya menurut apa yang biasa untuk dia sendiri, dan bahkan akan disesuaikan dengan prasangkanya. Lihat contoh yang telah diberikan di atas, bab 6 butir 4.

9. ”Maka turunlah ia membenamkan dirinya”

Dengan gusar Naaman pergi. Reaksinya menunjukkan bahwa ia belum siap untuk disembuhkan oleh TUHAN. Hendaklah ia bertobat dahulu dari sikap dan prasangkanya. Persis itulah tujuan perintah yang pelayan Elisa berikan kepadanya. Mandi tujuh kali dalam Sungai Yordan adalah hal aneh yang sangat bertentangan dengan seluruh konteks Naaman. Perintah itu sangat gampang kalau dibandingkan dengan cara-cara perdukunan, tetapi justru karena gampangnya itu jauh lebih sukar dilakukan, sebab menuntut kepercayaan dan keyakinan yang kuat. Secara manusiawi, siapa yang percaya bahwa penyakit kusta akan hilang dengan mandi beberapa kali dalam air sungai? Jika ritus-ritus rumit di Aram sudah tidak berhasil, mana mungkin mandi di Sungai Yordan akan bisa meniadakan sakit kusta Naaman?

Perhatikan, perintah Elisa untuk mandi tujuh kali dalam Sungai Yordan yang dimaksudkan bukan mandi manda ritual (seperti dilakukan oleh, misalnya umat Hindu di Sungai Gangga, india), tetapi mandi biasa. Mandi dalam air hidup, artinya air yang mengalir, dan juga jumlah tujuh kali adalah unsur-unsur terkenal dalam, misalnya agama Babel (mandi tujuh kali di Sungai Efrat). Di sini jumlah tujuh kali mengacu pada syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh orang Israel yang baru tahir dari sakit kusta untuk boleh diterima kembali dalam kehidupan masyarakat (im. 14:1-9). Akan tetapi, yang ditekankan ialah gampangnya perintah nabi TUHAN itu. Demikian TUHAN menguji Naaman, dan mempersiapkan dia untuk mengubahkan prasangkanya lalu mengalami mukjizat yang tidak pernah dapat dilaksanakan oleh dewa-dewi Aram. Untuk itu TUHAN memakai para pelayan Naaman sebagai pendorong.

Setelah Naaman berangkat dari Samaria dengan perasaan marah dan benci, para pegawainya datang mendekat. Mereka menghampiri tuan mereka dengan hormat dan berkata, ”Bapak, seandainya nabi itu menyuruh perkara yang sukar kepadamu, bukankah bapak akan melakukannya? Apalagi sekarang, ia hanya berkata kepadamu: Mandilah dan engkau akan menjadi tahir.” Mungkin mereka sudah dekat Sungai Yordan. Nanti mereka akan menyeberang, atau bahkan bermalam di situ. Tentu saja para pegawai Naaman mendengar apa yang diperintahkan kepada tuan mereka di depan pintu abdi Allah itu. Gampang saja pesan itu dilaksanakan. Mereka memikirkan dan merundingkannya, dan akhirnya memberanikan diri untuk menyapa Naaman sambil berkata, ”Coba saja, Pak! Kalau tidak ada hasil, tidak apa-apa. Namun, jangan-jangan ketika dilaksanakan perintah nabi itu benar-benar berhasil!” Mereka mendesak tuan mereka dan berhasil meyakinkannya. Mungkin juga kegusaran Naaman sudah mereda sehingga ia bersedia mendengarkan saran para pelayannya.

Akhirnya, Naaman menaati perintah TUHAN yang disampaikan pelayan nabi Elisa kepadanya. Bukan karena sekarang ia percaya bahwa Allah Israel mempunyai kuasa untuk menyembuhkannya, tetapi oleh desakan para pelayannya. Sikapnya masih sama.

Ia bersedia untuk ”mencoba saja”. Dengan demikian TUHAN merebut hati Naaman tahap demi tahap. Setelah mereka tiba di tepi Sungai Yordan (tentu pada tempat penyeberangan ke arah Aram), mereka berhenti di situ. ”Maka turunlah ia membenamkan dirinya tujuh kali dalam sungai Yordan, sesuai dengan perkataan abdi Allah itu.” dari tepi sungai panglima Naaman turun ke dalam air Sungai Yordan, yang tadi masih ditolaknya. Para pegawainya berdiri di pinggir. Mereka menolong Naaman turun ke dalam air sembari terus meyakinkannya. Seluruh rombongan Naaman menunggu dengan tegang apa yang akan terjadi. Sebentar lagi akan menjadi nyata apakah perintah abdi Allah itu omong kosong saja sehingga tepatlah kemarahan tuan mereka, atau benar sehingga mereka akan memuliakan Allah Israel.

Setelah Naaman mandi satu kali, tidak ada perubahan sedikit pun. Sesudah mandi dua, tiga, empat kali, sakit kusta masih tetap sama. Ketegangan makin lama makin besar. Kesabaran Naaman sangat diuji. Boleh jadi ia mau berhenti karena belum terjadi apa-apa. Kalau pesan nabi itu efektif, maka seharusnya sekarang ia sudah separuh sembuh, bukan? Apa gunanya mandi sekali lagi, karena sudah jelas perintah nabi Israel tipuan saja. Bagian tubuhnya yang kena kusta masih putih. Allah Israel tampaknya tidak berkuasa. Walaupun demikian, para pegawainya mendorong dia terus-menerus, katanya, ”Pak, bukankah nabi bilang, ‘mandi tujuh kali’?” Lalu Naaman turun mandi untuk kelima kalinya dan keenam kalinya, tetapi belum ada perubahan. Sakit kustanya masih tetap ada. Kini ketegangan memuncak. Harapan mereka sudah tidak ada lagi. Satu kali lagi Naaman masuk ke dalam air Sungai Yordan, dan mandi untuk ketujuh kalinya. Tidak seorang pun yang berbicara. Ia diperhatikan oleh para pegawainya. Mata setiap mereka terfokus kepadanya. Mengenai Naaman sendiri, jantungnya berdebar sambil mandi. Ia sadar bahwa inilah saat yang menentukan. Sampai saat ini ia tidak percaya bahwa ia akan sembuh dari penyakit kustanya. Tadi ia tidak mau mandi di Sungai Yordan. Ia marah karena merasa dihina. Namun, sekarang ia bingung apakah pelaksanaan perintah dari nabi di Samaria akan berhasil atau tidak. Ketika turun ke dalam air dan mandi untuk ketujuh kalinya, ia masih bingung.

Lalu Naaman naik lagi dari air sungai. Dan pada saat ia naik, ia tahu: ada perubahan. Ia langsung memeriksa bagian tubuhnya yang kena sakit kusta. Dan pegawai-pegawai juga menyaksikannya. Maka Naaman melihat bahwa apa yang tadi nabi TUHAN katakan itu telah terjadi. Penyakit kustanya hilang total! Bagian yang putih tidak ada lagi. Bahkan, seluruh tubuh Naaman pulih kembali ”seperti tubuh seorang anak”. Artinya, Naaman tidak hanya disembuhkan dari penyakit kustanya, seperti yang sudah lama dicari dan diusahakannya, tetapi seluruh kulit dan tubuhnya bahkan menjadi muda. Biasanya kulit orang dewasa menjadi berkerut-kerut. Atau ada bekas-bekas luka (bukankah Naaman panglima?). Akan tetapi, semua itu pun hilang. Kulitnya menjadi sangat licin. Ia mendapat tubuh yang mulus dan utuh. Tak ada kusta, tak ada cacat dan kerut. Ini sungguh-sungguh mengherankan. Mukjizat besar!

Dengan cara sedemikian TUHAN menunjukkan kuasa-nya, dan juga sifat-nya kepada Naaman. Dialah Allah yang memelihara manusia. Dalam kemurahan dan kebaikan-nya dia memberi lebih banyak dari yang dibutuhkan (bdk. 4:1-7). Kepada Naaman, orang Aram, juga diberikan-nya pertolongan yang jauh melebihi permohonannya. Naaman telah mengalami kuasa Allah Israel. Sekarang ia menyadari bahwa TUHAN berkuasa untuk melakukan apa yang tak mungkin diperbuat oleh satu dewa pun. Sudah terjadi apa yang tidak Naaman perkirakan: ia menjadi tahir. Sekarang ia dapat mengambil kembali tempatnya di tengah masyarakat (bdk. Butir 3). Ia tidak akan ditinggalkan dan dihina karena penyakitnya, tetapi ia mempunyai lagi masa depan. Hidup terbuka lagi bagi dia. Naaman sepertinya dilahirkan kembali. Dari orang sakit kusta ia menjadi manusia baru. Dan bukan hanya dalam hal fisik!

10. ”Di seluruh bumi tidak ada Allah kecuali di Israel”

Ketika keluar dari Sungai Yordan sesudah mandi tujuh kali, Naaman langsung menjadi orang yang sangat berbeda dari sebelumnya. Ia sembuh dari penyakit kustanya. Tubuhnya pulih seperti tubuh seorang anak. Ia sudah menjadi tahir. Dari orang lemah ia menjadi kuat kembali. Akan tetapi, juga dalam hal lain Naaman sudah menjadi manusia baru, yakni sifat dan sikapnya, juga dalam hal kepercayaannya. Tadinya ia tidak percaya kepada Allah Israel, malah sebaliknya menghina-nya. Sekarang ia sadar akan kemahakuasaan TUHAN yang memberikan hadiah kepadanya yang jauh melebihi penyembuhan dari sakit kustanya. Memang, sembuh dari penyakit kusta itu sudah merupakan mukjizat yang teramat besar. Mendapat tubuh seperti tubuh seorang anak, itu mukjizat dua kali lipat. Akan tetapi, masih ada mukjizat lagi: hati Naaman dibuka untuk TUHAN. Itu mukjizat yang paling besar. Sekarang Naaman mengerti mengapa nabi Elisa memberi perintah yang gampang. Jelas, ia tidak dapat disembuhkan oleh air Sungai Yordan. Itu air biasa saja. Sekarang ia insaf bahwa perintah yang gampang itu justru bermaksud untuk membuka matanya sehingga ia melihat Allah yang hidup.

Naaman tidak melanjutkan perjalanannya pulang ke damsyik, tetapi segera berbalik arah, kembali ke Samaria bersama seluruh pasukannya. Untuk kedua kalinya Naaman memasuki ibukota Israel Utara. Namun, kali ini ia tidak pergi ke istana Raja Yoram, tetapi berhenti sekali lagi di depan pintu rumah Elisa. Sekarang kelakuannya lain sekali. Naaman bukan lagi panglima terpandang yang menunggu orang-orang bawahan datang menghormatinya dan melakukan kehendaknya. Sebaliknya, ia menganggap dirinya sendiri sebagai hamba rendah dan Elisa sebagai tuannya yang terhormat. ”Setelah sampai, tampillah ia ke depan Elisa.” Artinya, Naaman turun dari keretanya dan memasuki rumah sederhana nabi Elisa. Lalu ia berdiri di depan Elisa, sama seperti seorang petugas (bdk. Gehazi, ay. 25) yang siap melaksanakan perintah tuannya. Ia tidak ragu-ragu menyebut diri ”hamba” Elisa (ay. 15).

Ketika Naaman berdiri di depan Elisa, ia tidak dapat menahan diri lagi dan berkata, ”Sekarang aku tahu, bahwa di seluruh bumi tidak ada Allah kecuali di Israel.” Ungkapan ini membuktikan hati Naaman sudah diubahkan juga. Ia memuliakan TUHAN sebagai satu-satunya Allah di seluruh bumi. Naaman tidak mengutamakan Rimon, dewa Aram lagi, tetapi mengaku kepercayaannya kepada TUHAN, Allah Israel. Ia bahkan menarik kesimpulan bahwa Rimon sama sekali tidak ada. Hanya TUHANlah Allah yang sungguh-sungguh ada, dan yang berkuasa untuk melakukan mukjizat. Oleh kuasa TUHAN itu pula Naaman menyerahkan diri kepada TUHAN, dan berbalik dari penyembahan berhala-berhala. Mukjizat TUHAN telah mengubahkan Naaman secara radikal dan total. Naaman sudah tahir, artinya menjadi manusia baru. Sekarang ia mengenal TUHAN dan berubah menjadi orang yang takut akan Allah (bdk. Perwira Kornelius, Kis. 10).37 Mulai hari ini, Naaman menyadari bahwa TUHAN selalu berkuasa atas hidupnya, bahkan sejak awal. Yang memberikan kemenangan kepadanya dalam peperangan melawan Asyur ialah TUHAN. Dia pula yang mengatur ada anak perempuan Israel yang berharap kepada TUHAN dalam rumahnya, sehingga dapat memberikan nasihat kepadanya untuk pergi bertemu dengan nabi Allah di Samaria. Dan sekarang dialah yang menyembuhkannya dan dengan itu memberikan lagi kemenangan kepadanya, yaitu atas kematian, sekalipun ia sangat melawan. Naaman yang sembuh adalah benar-benar Naaman yang baru!

di atas (butir 8) disebut tiga hal yang menghalangi penyembuhan Naaman, yaitu:

  • Naaman adalah pembesar (egosentrisme),
  • Naaman adalah penganut agama suku (sinkretisme),
  • Naaman adalah orang Aram (nasionalisme).

Ketiga halangan itu sudah tidak ada lagi. Naaman telah mendapat sifat pelayan; ia takut akan Allah, dan ia mengakui Allah Israel sebagai satu-satunya Allah di bumi.

TUHAN membuktikan kemahakuasaan-nya kepada Naaman, panglima Aram. Dia menolong seseorang yang hidup di luar perjanjian-nya, ”supaya ia tahu” (ay. 8). Sekarang ia tahu (ay. 15) dan memuji nama TUHAN. Dengan demikian Naaman ini menjadi teladan bukan hanya untuk bangsanya sendiri, Aram, melainkan lebih lagi untuk umat perjanjian Israel yang tidak memperhatikan TUHAN. Ingat saja reaksi Raja Yoram pada kedatangan Naaman kepadanya. Raja dan umat ternyata tidak menaati firman TUHAN. Padahal ada orang yang tidak mengenal TUHAN, yang sekarang percaya kepada-nya. Orang ini TUHAN tolong, orang perjanjian TUHAN lewati. Dengan penyembuhan Naaman, TUHAN tidak hanya memberikan hidup baru kepada Naaman, tetapi dia juga bermaksud menimbulkan rasa iri hati kepada umat-nya, baik pada zaman itu maupun di kemudian hari (Luk. 4:27), supaya akhirnya mereka bertobat kepada-nya. Semoga mereka sadar akan alasan TUHAN melewati orang-orang Israel yang sakit kusta, sehingga bertobat kepada-nya.

11. ”Sesungguhnya, aku tidak akan menerima apa-apa!”

Tidak mengherankan, Naaman ingin mengucapkan terima kasih kepada nabi Elisa. Bukan dengan kata-kata saja, tetapi dengan sebuah ”bukti penghargaan”. Naaman berkata kepada Elisa, ”Karena itu terimalah kiranya suatu pemberian dari hambamu ini!” Elisa dipersilakan memilih apa saja dari seluruh harta yang Naaman bawa dari damsyik. Berkat pertolongan TUHAN yang terwujud melalui perantaraan Elisa, Naaman telah menjadi orang yang paling sejahtera. Biarlah nabi Allah di Israel yang sederhana ini sekarang menjadi orang sejahtera juga. Jubah bulu unta yang sebenarnya bekas pakai karena ditinggalkan oleh Elia boleh diganti dengan pakaian mewah. Bolehlah Elisa menampilkan diri sebagai nabi terpandang. Dalam keinginannya untuk menghormati Elisa, Naaman mendesak dia supaya menerima barang-barang mewah perak, emas, dan pakaian (ay. 5) yang sebanding dengan pertolongannya (boleh diperkirakan bahwa nanti, setelah pulang ke damsyik, ia juga memberikan kado kepada gadis Israel yang ada di rumahnya itu, barangkali izin untuk ”pulang kampung” sebagai orang bebas).

Menurut kebiasaan umum yang berlaku di Aram, seorang dukun yang mengadakan sihir atau seorang imam yang mencari petunjuk dari dewa, harus dibayar. Harga-harga yang mereka tuntut sudah pasti sangat mahal. Nabi Elisa belum menuntut apa-apa, tetapi seharusnya mendapat balasan yang sebanding dengan mukjizat yang terjadi, bukan? Apakah Naaman benar-benar berpikir sedemi kian rupa, atau hanya ingin menunjukkan penghargaan nya dengan memberi hadiah? tentu saja, Naaman menyadari bahwa yang menyembuhkannya dari sakit kustanya bukan Elisa, melainkan TUHAN. Dengan sungguh-sungguh ia memuliakan TUHAN karena mukjizat-nya. Namun, sebagai perantara yang menyampaikan pesan TUHAN kepadanya, selayaknya Elisa pun mendapat penghargaan yang semestinya. Naaman telah mengalami kelimpahan TUHAN yang luar biasa. Jadi, masuk akal kalau ia ingin membalasnya dengan pemberian yang cukup besar dari kelimpahannya sendiri.

Akan tetapi, Elisa semata-mata tidak mau menerima sesuatu apa pun. Walaupun Naaman mendesaknya untuk menerima suatu pemberian, Elisa tetap menolak dengan sekuat-kuatnya. Dengan sumpah ia menegaskan bahwa ia tidak akan menerima pembayaran apa pun. ”demi TUHAN yang hidup, yang di hadapan-nya aku menjadi pelayan, sesungguhnya aku tidak akan menerima apa-apa”, kata Elisa. Motivasinya ialah bahwa ia pelayan TUHAN yang hanya melaksanakan apa yang TUHAN perintahkan kepadanya. Bukan Elisa yang menyembuhkan Naaman, melainkan TUHAN. Jangan Elisa dibayar untuk perbuatan TUHAN. Yang layak menerima ”penghargaan” adalah TUHAN sendiri. Akan tetapi, mukjizat TUHAN tidak dapat dibayar dengan uang. TUHAN menolong dengan cuma-cuma. Yang TUHAN minta ialah pertobatan dan kepercayaan. Dan hal itu sudah Naaman lakukan.

Sekalipun niat Naaman untuk menunjukkan penghargaannya itu baik dan simpatik, tetapi Elisa tetap tidak mau menerimanya. Naaman dipersilakan membawa kembali semua hartanya pulang ke Aram. Jangan Naaman menganggap nabi TUHAN sama dengan imam-imam Rimon yang menuntut pembayaran untuk pelayanan mereka. Jangan pula Naaman mendapat alasan untuk bermegah karena membuat nabi Allah Israel menjadi orang kaya (bdk. Abram dalam Kej. 14:21-23).

12. ”Pergilah dengan selamat!”

Akhirnya Naaman menyerah. Ia mengerti bahwa Elisa tidak mau menerima apa-apa. Padahal Naaman sendiri ingin sekali menerima sesuatu dari Elisa, yaitu ”tanah sebanyak muatan sepasang bagal” (sekitar satu kubik). Naaman yang terus-menerus menyebut diri ”hambamu” akan membawa tanah itu ke damsyik. Di situ ia akan mendirikan mezbah bagi TUHAN di atas tanah itu. Mulai sekarang Naaman berjanji, ”tidak lagi akan mempersembahkan korban bakaran atau korban sembelihan kepada allah lain kecuali kepada TUHAN”. Artinya, Naaman membatalkan penyembahan dewa Rimon yang bangsa Aram puja sebagai dewa nasional mereka. Senantiasa ia akan beribadah kepada TUHAN saja, karena ia sudah mengalami lihat tubuhnya yang tahir dan awet muda! bahwa dia itu bukan hanya Allah bangsa Israel, melainkan Allah yang satu-satunya di seluruh dunia. Tanah yang Naaman bawa dari Israel menandai kebenaran bahwa TUHAN memiliki seluruh bumi bersama segala isinya (bdk. Mzm. 24:1). Dengan demikian Naaman akan membangun enklaf38 Kerajaan TUHAN di Aram.

Jadi, sebagai akibat penyembuhan dari sakit kustanya, Naaman bertobat dari menyembah berhala menjadi percaya kepada TUHAN. Ia akan senantiasa menaati kehendak TUHAN dengan mempersem bahkan kurban kepada-nya. Dan tentu saja, Naaman tidak akan menutup mulutnya setelah ia pulang ke Aram. Ia akan bercerita secara mendetail tentang mukjizat yang dialaminya, dan mempersaksikan nama TUHAN kepada raja dan masyarakat Aram. Dari laporan maupun mezbah itu akan tersebar kabar tentang kuasa Allah Israel. Penyembuhan Naaman dan tanah yang dibawanya merupakan ”pangkal terdepan” untuk pekabaran injil di Aram. Perbuatan Naaman ini boleh disebut awal perebutan Aram oleh TUHAN. Di kemudian hari nama TUHAN akan dikenal di seluruh Aram (bdk. Am. 1:2-5; Kis. 9:20-22).

Masih ada permohonan lain dari pihak Naaman. Ternyata pikirannya sudah berkembang. Sekarang ia menjadi takut akan Allah, tetapi ia masih tetap menjabat sebagai panglima dan ajudan Raja Hadadezer. Sebagai pegawai raja, ia wajib menaatinya. Jadi bagaimana kalau nanti raja meminta dia mendam pinginya ke kuil dewa Rimon? Kalau begitu, ia harus berbuat apa? Jika ia mendengarkan tuannya Hadadezer, ia melawan TUHAN, begitupun sebaliknya. Ia langsung mengajukan perkara ini kepada Elisa dan memohon pendapatnya, katanya, ”dan kiranya TUHAN mengampuni hambamu ini dalam perkara yang berikut: Apabila tuanku masuk ke kuil Rimon untuk sujud menyembah di sana, dan aku menjadi pengapitnya, sehingga aku harus ikut sujud menyembah dalam kuil Rimon itu, kiranya TUHAN mengampuni hambamu ini dalam hal itu.” Oleh karena raja berpapah pada tangan Naaman, Naaman terpaksa harus ikut sujud menyembah walaupun ia tidak mau. Apa pendapat Elisa? Apakah TUHAN dapat menerima perbuatannya itu?

Jawaban Elisa kepada Naaman singkat saja: ”Pergilah dengan selamat!” Apa sebenarnya arti reaksi ini? Apakah jawaban Elisa berarti ia setuju dengan rencana Naaman mempersembahkan kurban kepada TUHAN di damsyik? Apakah ia tidak berkeberatan terhadap masalah Naaman terpaksa harus sujud menyembah dalam kuil Rimon? Bukankah TUHAN melarang orang Israel untuk mempersembah kan kurban kepada-nya kecuali di Bait Suci di Yerusalem (Ul. 12)? Bukankah ia melarang mereka sekeras-kerasnya untuk sujud menyembah allah-allah lain (Kel. 23:24), bahkan menyebut nama mereka (23:13)? Menurut beberapa penafsir, jawaban Elisa mempunyai arti netral. Elisa tidak memberi jawaban positif atau negatif. Ia tidak mengatakan tidak setuju dan juga tidak melarang. Ia membiarkan Naaman pergi dan menentukan sendiri apa yang bijaksana. Tampaknya Elisa tidak tahu persis apa yang harus ia jawab. Ia segan memberi saran, ujar penafsir-penafsir itu. Mungkin, tafsiran netral ini berdasarkan rasa heran tentang jawaban Elisa. Sebab, mana mungkin Elisa menyetujui perkara Naaman ini, padahal ia menegur umat Israel karena berbuat hal yang sama? Kalau Naaman benar-benar takut akan Allah, ia harus menaati hukum TUHAN, sama seperti orang Israel. Tidak mungkin Elisa setuju saja dengan permohonan Naaman. Jadi, jawaban Elisa pastinya tidak bermakna positif. Akan tetapi, di sisi lain jawabannya tidak negatif juga, mungkin karena kenyataannya Naaman belum menghafal persis semua aturan TUHAN. Jadi, Elisa menunjukkan kesabarannya terhadap Naaman yang masih harus belajar menaati firman TUHAN. Demikian cara berpikir para penafsir tadi.

Meskipun tafsiran tadi agaknya logis, tetapi kurang meyakinkan. Pertama, karena Elisa tidak pernah memberi kesan bahwa ia bingung dalam hal menaati firman TUHAN. Sebaliknya, ia selalu menegur umat Israel dengan keras karena mereka sujud menyembah dewa-dewi Kanaan. Dan sudah pasti ia akan menegur Naaman juga, jika perlu. Kedua, karena kata ”selamat” atau ”damai” (bhs. Ibrani syalom) bukan kata netral, tetapi selalu mempunyai arti positif, sehingga hanya dapat diucapkan oleh Elisa, jikalau setuju dengan perkara Naaman itu. Jika Elisa tidak setuju dengan permohonan Naaman, ia pasti tidak akan memakai kata ”syalom” itu. Tidak ada kesimpulan lain: Elisa menyetujui permohonan Naaman membawa muatan tanah ke Aram dan mempersembahkan di situ kurban-kurban kepada TUHAN. Selanjutnya ia juga mempersilakan Naaman dalam hal mengikuti tuannya ke kuil Rimon. Hal itu tidak menjadi masalah. Jika Naaman terpaksa mengikuti rajanya ke kuil Rimon, tetapi dia sendiri hanya melayani TUHAN, sehingga hal turut sujud menyembah tidak mempunyai arti apa-apa. Janganlah Naaman merasa khawatir karena TUHAN memandang hati orang. Elisa telah melihat bahwa hati Naaman sudah direbut oleh TUHAN. Tanpa ragu-ragu ia berkata, ”Pergilah dengan syalom!” TUHAN menyertai Naaman.

Akan tetapi, jika demikian halnya, apakah Elisa tidak lebih fleksibel terhadap orang yang baru bertobat kepada TUHAN ketimbang umat perjanjian yang dahulu telah menjadi anak TUHAN? Apakah boleh, jika orang percaya yang datang dari luar Israel masih bercabang dua pada awalnya? Apakah Elisa setuju saja dengan bahaya sinkretisme? Bukan! Elisa tetap menekankan, sama seperti Naaman, bahwa ”di seluruh bumi tidak ada Allah kecuali di Israel”. Elisa tidak mengalah, tidak juga kompromis. Akan tetapi, justru pengakuan iman Naaman itu dan juga permohonannya untuk boleh membawa tanah memberikan kepastian penuh kepada Elisa bahwa Naaman, jika ia terpaksa mengikuti raja Aram ke kuil Rimon, tidak menyangkal TUHAN, melainkan tetap menghormati-nya. Rupanya kepercayaan Naaman sangat kuat tanpa keraguan apa pun. Ada buktinya bahwa TUHAN menyertai dia. Sebaliknya, orang Israel masuk kuil berhala dengan sukarela. Dengan sengaja mereka ke sana karena hendak berbakti kepada dewa-dewi atau dengan kata lain hendak menggantikan TUHAN. Kepercayaan mereka terbukti sangat lemah atau bahkan nihil. Sifat buruk orang Israel akan tampak dalam lanjutan cerita ini, peristiwa Gehazi (lih. Di bawah). Naaman adalah orang yang dapat dipercaya. Kebanyakan orang Israel tidak dapat dipercaya. Justru dalam kasus Naaman ini TUHAN mau membuat Israel merasa cemburu. Naaman merupakan teladan bagi mereka, menantang mereka supaya boleh ber-syalom, sama seperti Naaman. Orang yang tadinya belum percaya, tetapi sekarang percaya dengan yakin karena melihat kebesaran TUHAN, mengajarkan anak-anak TUHAN yang tidak percaya sekalipun mereka telah melihat banyak mukjizat TUHAN! Perbedaan besar di antara Naaman dan umat Israel ialah bahwa Naaman dari tidak percaya menjadi orang percaya, sedangkan Israel yang percaya, menjadi tidak percaya. Penyembahan kepada TUHAN oleh Naaman di damsyik bersifat ”reformasi”, sedangkan penyembahan kepada TUHAN di Betel dan dan, dan pemujaan Baal di Samaria berarti ”deformasi”. Itulah alasan inti mengapa Elisa berkata, ”Pergilah dengan syalom!” tindakan Elisa menunjukkan bahwa TUHAN memercayai Naaman, biarpun ia baru bertobat. Pertobatan itu bukan dari diri Naaman, tetapi diberikan oleh TUHAN. Kenyataan TUHAN menyembuhkan Naaman dan ia menjadi orang yang memuliakan TUHAN sebagai Allah yang satu-satunya cukup untuk jawaban Elisa itu.

Ayat 19b-27: Gehazi menghinakan nama TUHAN sehingga dihukum dengan sakit kusta

Naaman pulang dengan selamat ke Aram. Akan tetapi, cerita belum selesai. Masih ada lanjutannya. Hanya, yang berperan sebagai tokoh utama bukan lagi panglima Aram, Naaman, tetapi pelayan Elisa, Gehazi, yang kita membacanya dengan rasa malu berlari mengejar Naaman untuk meminta kekayaan perak dan pakaian yang tuannya tolak. Bagian kedua 2 Raja-raja 5 merupakan antiklimaks terhadap bagian pertama. Kelakuan Gehazi menunjukkan bahwa ia kebalikan (”antitipe”, lih. Di atas, butir 1) dari Naaman. Melalui perbuatannya Gehazi memperlihatkan sikap dan sifat umat Israel yang mengutamakan kesejahteraan dan kekayaan daripada hidup dalam perjanjian dan keselamatan TUHAN. Gehazi menjelmakan betapa keras hatinya umat perjanjian TUHAN. Dengan sengaja namanya disebut dengan lengkap: ”Gehazi, bujang Elisa, abdi Allah.”

Pelayan yang mengenal TUHAN dengan baik sekali, dan yang selalu menyaksikan firman dan perbuatan-nya dari dekat, kini membentuk lambang kefasikan Israel.

13. ”Lalu Gehazi mengejar Naaman dari belakang.”

Naaman bersama seluruh pasukannya berangkat dari Samaria untuk pulang ke damsyik. Semua persembahan dibawanya kembali. Bahkan ada tambahan: ”tanah sebanyak muatan sepasang bagal” entah dari halaman rumah Elisa atau dari lahan di luar Kota Samaria. Dan yang paling utama ialah Naaman yang datang dalam keadaan sakit kusta, kini pulang dalam keadaan sehat dan kuat. Aksi pertolongan Elisa ini berakhir dengan akibat yang tidak diduga: Naaman percaya kepada TUHAN!

Setelah Naaman pergi, kehidupan di rumah Elisa kembali seperti biasa. Elisa melanjutkan pelayanannya, pastinya dengan bersukacita. Ia merasa bersyukur karena mukjizat yang TUHAN perbuat terhadap panglima Aram ini. Semoga umat Israel belajar dari kejadian yang teristi mewa ini agar akhirnya bertobat kepada TUHAN, Allah mereka, dan melayani dia dengan penuh pengabdian. Akan tetapi, bujang Elisa, Gehazi, merasa tidak puas. Sebaliknya, ia merasa gusar tentang apa yang tadi terjadi. Ia menyaksikan dari dekat bagaimana tuannya menolak persembahan Naaman itu, bahkan dengan sumpah. Gehazi tidak setuju dan semakin marah. Menurut dia, tindakan Elisa itu sangat bodoh. Mengapa ia tidak menerima sebagian dari kekayaan orang Aram itu? ini kesempatan! Seandainya ia menerima beberapa pemberian saja, maka sekarang ia sudah berubah dari orang miskin menjadi orang kaya. Fakta Elisa menolak kesempatan untuk menjadi seorang konglome rat (bdk. Ayub), membuat Gehazi berpikir bahwa, ”Sesungguhnya tuanku terlalu menyegani Naaman, orang Aram ini.”

Tidak dijelaskan persis apa latar belakang perasaan Gehazi.

Ada beberapa kemungkinan:

  • Ketika Gehazi melihat Elisa bertemu dengan Naaman, sambil mendengar dialog mereka, boleh jadi ia hanya melihat dua hal ekstrem, yaitu kekayaan Naaman di sisi yang satu dan kemiskinan Elisa dan dirinya sendiri di sisi lainnya, sehingga tampillah sifatnya materialistis. Siapa di seluruh dunia yang tidak suka menjadi orang kaya dan dapat memanfaatkan setiap kesempatan yang ada? Jadi, mungkin Gehazi dikuasai oleh keserakahan dan kerakusan duniawi (bdk. Ef. 4:17-19).
  • Ada juga kemungkinan, Gehazi mempunyai mentalitas sukuisme (sama seperti Naaman sebelum menjadi sembuh), sehingga orang yang berasal dari suku bangsa lain dianggapnya hina dan keji. Bukankah Naaman orang Aram, musuh Israel? Bukankah mereka selalu datang bergerombol di Israel menjadi kaya dari barang rampasan (bdk. Ay. 2)? Jadi, mengapa Elisa tidak mengambil kembali kekayaan yang sebenarnya milik mereka?
  • Akhirnya ada kemungkinan Gehazi berpandangan partikularistis (seperti nabi Yunus). Artinya, menurut dia tidak wajar seorang bukan Israel diberkati oleh TUHAN, karena ia berada di luar perjanjian-nya. Hanya orang Israel yang mempunyai hak itu. Jika demikian, karena penyembuhan Naaman, Gehazi merasa iri hati dalam arti rohani.

Apakah dasar pikiran Gehazi adalah materialisme, sukuisme, atau partikularisme, tidak dapat dipasti kan. Pembicaraan Elisa dengan Gehazi nanti (ay. 26) memberi kesan Gehazi hanya mencari kekayaan. Bagaimanapun, ada hal yang lebih penting: dalam pikiran dan kelakuannya, Gehazi menunjukkan bahwa ia tidak cocok dengan Elisa (dan rombongan-rombongan nabi di berbagai kota Israel). Ternyata Gehazi tidak berbeda dari kebanyakan orang Israel yang acuh tak acuh dan tidak setia mengikuti TUHAN, tetapi yang mengutamakan kesukaan mereka sendiri. Perbuatan Gehazi yang kita temui dalam 2 Raja-raja 5 sesuai dengan sifat dan kelakuannya yang sudah nyata dalam ayat-ayat lain juga (2 Raj. 4). Gehazi selalu tampil sebagai orang yang meragukan kuasa TUHAN. Ia bukan orang yang benar-benar percaya kepada TUHAN. Gampang sekali ia takut dan putus asa. Ia mudah dipengaruhi oleh berbagai ”pikiran”. Dalam semuanya itu Gehazi merupakan ”lambang” seluruh Israel. Jika tadi Naaman menjadi teladan pertobatan bagi Israel. Gehazi adalah lambang kefasikannya.

Gehazi tidak setuju dengan keputusan Elisa yang tidak mau menerima persembahan bagi pelayanan nya. Karena itu, ia mengambil keputusan sendiri untuk menen tang tindakan tuannya. Ia tidak berdiri di depan Elisa untuk melayaninya, tetapi bertindak sesuai kehendaknya sendiri. Dengan sumpah Gehazi melawan Elisa. Tadi Elisa bersumpah untuk menunjukkan ia tetap menolak pemberian dari Naaman. Sekarang Gehazi melakukan hal yang sama dengan tujuan sebaliknya, katanya, ”demi TUHAN yang hidup, sesung guhnya aku akan berlari mengejar dia dan akan menerima sesuatu dari padanya.” Belum jauh setelah Naaman berjalan, Gehazi berangkat pula untuk ”mengejar Naaman dari belakang”. Akan tetapi, bila dua orang bersumpah demi nama TUHAN untuk mewujudkan tujuan-tujuan yang saling mengecualikan, waspadalah! dan perhatikan, untuk manusia abad ke-21 hal sumpah barangkali tidak dianggap serius (sama dengan janji), tetapi pada zaman Alkitab sumpah adalah hal yang teramat serius.

14. ”Mereka ini mengangkut semuanya di depan Gehazi.”

Rombongan Naaman tentunya tidak berjalan dengan cepat. Beban berat yang harus dipikul atau ditarik oleh kuda dan bagal membuat mereka gampang dikejar oleh seorang pelari muda seperti Gehazi. Dan ketika Gehazi melihat mereka di depannya, bersamaan pula seorang pegawai Naaman atau bahkan Naaman sendiri melihat ada orang berlari mengejarnya. Ketika menyadari bahwa pelari itu adalah bujang abdi Allah di Samaria, ”turunlah ia dengan segera dari atas kereta untuk mendapatkan dia” dengan mengucapkan salam yang biasa: ”Selamat!” (syalom). Naaman menyambut pelayan abdi Allah dengan penuh kehormatan. Tentu saja ia masih ingat bahwa bujang ini yang memberikan perintah kepadanya untuk mandi di Sungai Yordan yang pada waktu itu membuat dia sangat marah. Akan tetapi, sekarang ia memperlakukan dia seandainya ia adalah Elisa sendiri. Naaman siap sedia untuk melayani abdi Allah di mana perlu.

Gehazi menanggapi salam Naaman dan langsung menjelaskan alasan kedatangannya. Ia pura-pura berbicara atas nama tuannya, katanya, ”tuanku Elisa menyuruh aku mengatakan....” ia yakin bahwa dengan tipuan ini Naaman akan segera menyambut permohonannya seakan-akan itu permintaan Elisa sendiri. Setelah Naaman pergi, ujar Gehazi, dua nabi muda tiba di rumah Elisa dari pegunungan Efraim. Elisa merasa perlu untuk memberikan persembahan kepada mereka. Katanya, ”Baiklah berikan kepada mereka setalenta perak dan dua potong pakaian.” tipuan Gehazi ini sangat licik dan serakah. Bukan saja ia pura-pura menyampaikan permohonan tuannya, tetapi ceritanya juga tak mungkin dicek kebenarannya oleh Naaman. Letak pegunungan Efraim di wilayah tenggara Samaria, sedangkan Naaman berjalan ke arah timur laut. Apalagi, persembahan yang sekarang Elisa minta bukan untuk dirinya, tetapi untuk tamu-tamu yang datang kepadanya. Dengan ini Gehazi tidak hanya menipu Naaman, tetapi juga mempermalukan tuannya, Elisa.

Apakah Naaman tidak mencurigai kebenaran cerita Gehazi ini? Sebenarnya permintaan Elisa ini sangat berlawanan dengan penolakannya tadi, yang bahkan diucapkan dengan sumpah demi nama TUHAN. Sikap Elisa yang tadi menolak tegas bertentangan jauh dengan permohonan yang sekarang Gehazi sampaikan. Namun, agaknya Naaman tidak memikirkannya lebih jauh. Karena baru disembuhkan dari penyakit parahnya, suasana hatinya dipenuhi sukacita dan rasa syukur. Jadi, ia senang saja memberikan persembahan kepada nabi TUHAN, biarpun dari belakang. Sekali lagi ia mendesak untuk menerima lebih banyak dari yang dimohon, katanya, ”Silakan, ambillah dua talenta.” Gehazi pastinya tidak menolak, tetapi ia diam saja. Ia merasa girang hati karena saat ini menjadi orang kaya. Apalagi, ia diperlakukan seakan-akan ia seorang tuan. Sesudah Naaman membungkus dua talenta perak dan dua potong pakaian mewah, ia memberikannya kepada dua bujang supaya mereka memikulnya ke rumah abdi Allah di Samaria. ”Mereka ini mengangkut semuanya di depan Gehazi” (ay. 23). Ia berpamitan kepada Naaman yang melanjutkan perjalanannya ke Aram, lalu ia pulang ke Samaria. Sekarang ia sudah menjadi seorang besar yang terhormat. Kenyataan ia menjadi pemberontak, penipu, dan pencuri, agaknya tidak dipikirkannya atau dengan sengaja diredamnya. Lebih baik kedua pelayan Naaman tidak mengangkut barang sampai ke dalam rumah Elisa. Janganlah mereka melihat bahwa dua nabi muda dari pegunungan Efraim itu tidak ada. Jangan pula mereka bertemu dengan Elisa. Karena itu, Gehazi menyambut bungkusan-bungkusan perak dan pakaian dari tangan mereka ”setelah mereka sampai ke bukit”, artinya bukit Samaria. Kemudian ia menyuruh mereka kembali kepada Naaman (apakah mereka merasa curiga karena itu?), sedangkan ia sendiri pulang ke rumah dan menyimpan barang di sana. Ada juga kemungkinan mereka berhenti di luar kota, dan menunggu di sana sambil Gehazi membawa persembahan, bagian demi bagian (karena berat), ke rumah. Gehazi menyembunyikan hartanya di rumah Elisa. Ia akan sabar sampai waktunya tiba untuk bisa memulai kehidupannya yang mewah. Sama seperti hidup Naaman berubah oleh karena penyembuhannya dari sakit kusta, begitupun hidup Gehazi. Dari miskin ia menjadi seorang kaya.

15. ”Hambamu ini tidak pergi ke mana-mana!”

Perjalanan Gehazi mengejar Naaman dan kembali ke Samaria tentunya mengambil waktu beberapa jam. Namun setelah pulang,

Gehazi langsung berdiri di depan Elisa menantikan suruhan, seakan-akan tidak terjadi apa-apa. Maka, ”baru saja Gehazi masuk dan tampil ke depan tuannya, berkatalah Elisa kepadanya, ’dari mana, Gehazi?’” tampaknya Elisa mengetahui bujangnya keluar selama beberapa waktu, atau bahkan telah mencarinya dan tidak mendapatinya. Hal itu mengherankan karena seorang pelayan tidak mungkin keluar tanpa izin tuannya. Jadi, Elisa ingin tahu bujangnya pergi ke mana. Bagi Gehazi pertanyaan Elisa ini bisa berarti ia masih mendapat kesempatan untuk membuka kelakuannya yang buruk. Namun, sama seperti tadi ia mengakali Naaman, demikian sekarang ia mencurangi tuannya (kalau sudah menipu satu kali, pastinya ada tipuan berikutnya). Jawabnya kepada Elisa, ”Hambamu ini tidak pergi ke mana-mana!” dengan kata lain, ”aku ini tidak keluar” atau ”aku berjalan-jalan saja”. Gehazi mengatakan bahwa ia tidak pergi ke mana-mana, tetapi tinggal dekat atau di dalam rumah saja. Ia pura-pura tidak mengerti pertanyaan Elisa. Dengan jawabannya ini Gehazi menyangka Elisa keliru.

Gehazi sudah berubah total dari pelayan yang taat menjadi penipu yang fasik. Selain licik dan serakah ia juga bodoh. Bukankah sudah bertahun-tahun lamanya ia melayani nabi TUHAN, sambil menyaksikan semua pemberitaan dan perbuatannya? Apakah ia benar-benar belum mengerti bahwa seorang nabi dapat mengetahui apa yang terjadi di luar pandangannya karena diperlihatkan oleh TUHAN kepadanya? Elisa berkata, ”Bukankah hatiku ikut pergi, ketika orang itu turun dari atas keretanya mendapatkan engkau?” dalam penglihatan TUHAN, Elisa seakan-akan berjalan mengikuti Gehazi dan melihat segala sesuatu yang terjadi. Elisa mendengar Gehazi menipu Naaman. Ia menyaksikan Gehazi menerima perak dan pakaian. Ia melihat dua bujang Naaman mengangkut barang itu di depan Gehazi. Elisa mengetahui tempat Gehazi menyembunyikan hartanya. Kelakuan Gehazi bukanlah rahasia bagi Elisa. Bahkan, ia tahu persis isi hati pelayannya.

16. ”Apakah ini saatnya untuk menerima perak?”

TB menerjemahkan bagian kedua ayat 26 sebagai pernyataan atau kesimpulan, ”Maka sekarang, engkau telah menerima perak…” (jadi ternyatalah…). Akan tetapi, sesuai dengan bahasa ibraninya, lebih tepat dipakai bentuk pertanyaan yang kita temui dalam TL, ”inikah masa yang patut diambil akan perak…?”, dan dalam FAH, ”Apakah ini saatnya untuk menerima perak…?” Akhirnya BIMK memberi jawaban pada pertanyaan TL/FAH itu (entah tepat atau tidak: lih. Di bawah), ”ini bukan waktunya untuk mendapat uang…!” Lihat bagannya:

Ay TB TL BIMK FAH
26b "Maka sekarang, engkau telah menerima perak dan dengan itu dapat memperoleh kebun-kebun, kebun zaitun, kebun anggur, kambing domba, lembu sapi, budak laki-laki dan budak perempuan,” "Inikah masa yang patut diambil akan perak atau pakaian atau pohon zait atau kebun anggur atau lembu domba dan hamba sahaya?” "Ini bukan waktunya untuk mendapat uang dan membeli kebun zaitun, kebun anggur, domba dan sapi serta hamba-hamba!” "Apakah ini saatnya untuk menerima perak, pakaian, kebun zaitun, kebun anggur, domba, sapi, dan budak-budak?"

Bagaimanapun, nabi Elisa dan bahkan TUHAN sendiri tidak dapat menerima apa yang telah Gehazi lakukan menurut kesukaannya sendiri. Rangkaian penipuan Naaman maupun Elisa ditipunya berulang-ulang kali maupun pencurian (bukan Gehazi yang berhak menerima persembahan) adalah dosa berat yang patut dihukum. Namun, bukan kelakuan Gehazi itu sendiri yang menjadi alasan utama untuk penghukumannya. Yang menentukan ialah dampak negatif perbuatan Gehazi ini, bukan hanya terhadap dirinya sendiri, tetapi khususnya terhadap Naaman, dan juga terhadap umat Israel!

  • Dampak terhadap Gehazi sendiri
    Akibat perbuatan Gehazi bagi dirinya sendiri ialah bahwa dari status pelayan yang hina dan miskin ia telah berubah mendapat posisi seorang pembesar yang kaya, yang mampu memperoleh apa saja yang disukainya: kebun-kebun yang menguntungkan (buah zaitun atau anggur), ternak (kambing domba, lembu sapi), budak laki-laki dan perempuan, artinya rumah beserta segala isinya. Dari terjemahan ayat 26b yang TB berikan, mudah ditarik kesimpulan keliru bahwa justru itulah merupakan alasan ia nanti dihukum. Sekalipun Gehazi menjadi seorang kaya melalui cara yang sangat buruk (pemberontakan dan penipuan), tetapi bukan itu yang menjadi sebab ia dihukum. Janganlah kita mengambil sebuah kesimpulan umum dari hal ini, yakni bahwa seorang pelayan TUHAN dilarang menjadi seorang kaya dan makmur, tetapi abdi Allah selalu harus miskin dan sederhana. Sebenarnya Elisa sendiri berasal dari keluarga yang cukup kaya (1Raj. 19:19; bdk. Abraham, Kej. 12, dan juga Yesus, Mat. 2:1-12). Tampaknya Elisa juga tidak berkeberatan terhadap orang-orang kaya yang dapat hidup dalam segala kemewahan (memiliki kebun, hewan, dan hamba). Dengan dua talenta perak (dan dua potong pakaian mewah) itu Gehazi memang dapat hidup makmur dan mewah. Biarpun kado yang Gehazi terima itu ”milik palsu”, tetapi Elisa tidak menyuruh Gehazi menyerah kan atau bahkan meniadakannya karena ia antikekayaan.
    Sudah tentu, kelobaan Gehazi, egosentrisme, penipuan, dan pencuriannya merupakan latar belakang kekayaannya yang sekarang. Sifat dan sikap Gehazi tentunya tidak dapat dibenarkan. Justru itulah yang menunjukkan dampak yang lebih penting terhadap Gehazi sendiri, yaitu dalam bentuk pertanyaan mana mungkin ia masih dapat dipertahankan sebagai pelayan nabi TUHAN? Gehazi telah bertindak di luar izin dan sepengetahuan tuannya, ia memberontak dan melawan keputusan tuannya (malah dengan memakai sumpah), pura-pura berbicara atas nama tuannya, dan menipu tuannya berulang kali. Seluruh kelakuan Gehazi ini benar-benar merugikan pelayanannya sebagai bujang nabi Elisa, juga merugikan nama TUHAN sendiri. Mustahillah Gehazi melanjutkan lagi tugasnya sebagai bujang abdi Allah.
  • Dampak terhadap Naaman
    Akan tetapi, masih ada dampak yang jauh lebih penting sebagai akibat tingkah laku Gehazi, yaitu dampak terhadap Naaman yang baru saja disembuhkan TUHAN dari sakit kustanya dan yang karena itu senantiasa percaya kepada satu-satunya Allah di Israel. Bagi dia cukup mengherankan bahwa penyembuhan itu tidak perlu dibalasnya dengan pembayaran sedikit pun. Sekalipun ia mendesak abdi Allah untuk menerima pemberian, tetapi Elisa menolaknya dengan bersumpah kepada TUHAN. Pada saat Naaman berangkat dari rumah Elisa untuk pulang ke Aram, ia sadar bahwa penyembuhannya tidak mungkin dibayar dengan perak dan emas, tetapi terjadi karena kebaikan dan anugerah TUHAN. Pertolongan dari TUHAN tidak berdasarkan kebaikan dan bayaran orang, tetapi berdasarkan rahmat TUHAN sendiri. Untuk penyembuhan yang TUHAN sendiri berikan itu, tidak wajarlah nabi TUHAN dibayar. Ia hanya pelayan TUHAN yang wajib melakukan tugasnya. Karena itu, ia tetap menolak menerima hadiah dari Naaman agar jangan ia berpikir salah tentang TUHAN. Namun, kenyataan yang dialaminya ialah bahwa dari belakang Elisa tetap meminta persembahan melalui bujangnya. Hal itu bertentangan dengan sikap Elisa sebelumnya. Jadi, dengan kesan mana Naaman melanjutkan perjalanannya setelah ia memberikan persembahan kepada Gehazi itu? Mudah-mudahan, kepercayaannya kepada TUHAN tidak dipengaruhi oleh perbuatan Gehazi itu. Namun, ada juga kemungkinan Naaman sekarang menjadi bingung tentang TUHAN dan nabi-nya karena perbuatan Gehazi itu.
    Kita tidak mengetahui apakah kepercayaan Naamanbenar-benar goyah karena perbuatan Gehazi itu. Bagaimanapun dengan kelakuannya yang keliru ini, Gehazi memutarbalikkan kerja TUHAN. Dia sengaja menyalahgunakan nama nabi TUHAN dan nama TUHAN sendiri untuk keuntungannya sendiri. Dengan demikian ia merugikan kerja TUHAN dan menghinakan nama-nya. Justru itulah inti kesalahan Gehazi. Dalam ketidaktaatannya itu ia menghelakan orang lain yang sungguh-sungguh percaya.
  • Dampak terhadap Israel Kalau Raja Yoram dan orang-orang Israel nanti mendengar tentang kelakuan Gehazi ini, berita awal tentang penyembuhan Naaman yang agaknya membuat mereka menjadi iri hati dinetralisir. Mereka akan berkesimpulan bahwa bahkan pelayan nabi TUHAN sendiri tidak setia kepada TUHAN, sehingga tidak berbeda dari kebanyakan orang Israel. Perbuatan Gehazi ini merugikan pelayanan Elisa dan cara hidup rombongan-rombongan nabi yang masih tetap takut akan TUHAN. Mereka akan merasa malu karena kesalahan Gehazi ini. Gehazi menunjukkan bahwa sebenarnya kelakuannya tidak pantas dengan cara hidup rombongan nabi dan dengan tugasnya sebagai pelayan nabi TUHAN sendiri.
    Inilah latar belakang pertanyaan Elisa, ”Apakah ini saatnya untuk menerima perak?” Sudah tentu, ini bukan waktunya (BIMK memberi jawaban yang tepat). Semata-mata tidak diperbolehkan seseorang yang baru mengaku percaya kepada TUHAN karena mukjizat hebat-nya, dibuat menjadi bingung tentang kuasa dan rahmat TUHAN. Sekarang Gehazi sudah menjadi orang kaya dan makmur dengan risiko Naaman kehilangan iman. Oleh egoisme dan materialisme seorang anak TUHAN, orang yang baru bertobat dan berjanji untuk selalu menyembah TUHAN sebagai satu-satunya Allah dibuat bingung. Dampak perbuatan Gehazi adalah bahwa ia merugikan kebesaran TUHAN dan menghinakan nama-nya.

17. ”Maka keluarlah Gehazi dari depannya dengan kena kusta, putih seperti salju”

Justru karena Gehazi merugikan nama TUHAN, hukumannya sangat berat. Atas nama TUHAN, Elisa memberitakan kepadanya apa yang akan terjadi: ”penyakit kusta Naaman akan melekat kepadamu dan kepada anak cucumu untuk selama-lamanya.” dan TUHAN langsung memenuhi kata-kata Elisa itu. Dengan tiba-tiba Gehazi menjadi sakit kusta. Pada saat Gehazi pergi dari depan Elisa, ia langsung kena kusta: ”Maka keluarlah Gehazi dari depannya dengan kena kusta, putih seperti salju”.

Tampak jelas, penyakit kusta Gehazi jauh lebih parah ketimbang penyakit Naaman tadi. Ada dua hal yang menunjukkannya. Pertama, Elisa mengatakan bahwa penyakit ini akan tetap melekat kepada Gehazi sendiri dan juga kepada keturunannya ”untuk selama-lamanya”. Artinya, untuk penyakit kusta Gehazi tidak akan ada penyembuhan, seperti yang ada untuk Naaman. Kedua, sakit kusta Naaman rupanya hanya muncul di satu tempat tubuhnya (tahap pertama, ay. 11), tetapi Gehazi ”putih seperti salju”. Artinya, seluruh tubuhnya kena kusta (tahap akhir). Sama seperti penyembuhan Naaman jauh melebihi penyakitnya (ia mendapat tubuh seperti tubuh seorang anak yang baru lahir), demikian penyakit Gehazi jauh melebihi penyakit Naaman itu (dapat dikatakan, ia mendapat tubuh seperti tubuh orang tua yang sudah dekat kematiannya). Sakit kusta Gehazi ialah kebalikan dari penyembuhan Naaman. Kedua-duanya menunjukkan kuasa TUHAN untuk menghidupkan dan mematikan (ay. 7).

Mengenai kelanjutan hidup Gehazi, timbullah persoalan tentang sakit kustanya. Tampaknya Gehazi tidak menjauhkan diri dari masyarakat Israel, seperti dituntut oleh hukum Musa. Dalam 2 Raja-raja 8 kita baca ia berbicara dengan raja Israel. Bagaimana mungkin, jikalau ia sakit kusta ”untuk selama-lamanya”? Jika Gehazi sakit kusta, tidak mungkin ia berbicara dengan raja Israel. Bukankah yang satu mengecualikan yang lain? Mana yang benar? Beberapa penafsir menarik kesimpulan bahwa rupanya Gehazi disembuhkan dari sakit kustanya sehingga ia dapat kembali hidup bersama-sama dengan masyarakat dan melayani Elisa sebagai pelayannya. Diperkirakan oleh mereka bahwa Elisa melebih-lebih kan hukuman yang TUHAN berikan kepada Gehazi. Agaknya, ia tidak sakit kusta ”untuk selama-lamanya”, tetapi untuk ”waktu tertentu”, misal satu atau dua tahun. Sesudah periode itu, ia hidup lagi seperti biasa. Seorang penafsir lain berusaha untuk mengatasi persoalan ini dengan menyimpulkan bahwa urut-urutan kisah-kisah Elisa tidak kronologis. Menurut dia, penyembuhan Naaman dan penghukuman Gehazi itu baru terjadi sesudah peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam 2 Raja-raja 6–8 .

Menurut saya, kita semata-mata tidak perlu meragukan kebenaran kata-kata Elisa dalam 2 Raja-raja 5:27, atau mengubahkan urut-urutan kronologis kisah-kisah Elisa. Kalau kita membandingkan ayat ini dengan imamat 13:12-17, maka persoalan tersebut dapat diatasi dengan baik. Bila Gehazi keluar dari depan Elisa, ia ”putih seperti salju”. Kusta tiba-tiba membuat seluruh tubuh menjadi putih, sehingga penderita menjadi ”putih seperti salju”, ialah jenis kusta yang disebut leukoderma (kulit putih). Ini jenis kusta yang tidak menular, dan oleh sebab itu juga tidak dianggap najis. Tentang kusta ini diberi penjelasan, ”Jikalau kusta itu timbul di mana-mana pada kulit, sehingga menutupi seluruh kulit orang sakit itu, dari kepala sampai kakinya, seberapa dapat dilihat oleh imam, dan kalau menurut pemeriksaannya kusta itu menutupi seluruh tubuh orang itu, maka ia harus dinyatakan tahir oleh imam; ia seluruhnya telah berubah menjadi putih, jadi ia tahir.” Keterangan ini membawa kita pada kesimpulan bahwa kusta yang diderita Gehazi, yang sungguh-sungguh melekat padanya dan pada anak cucunya ”untuk selama-lamanya”, tidak berarti bahwa ia tidak boleh bergaul lagi dengan orang lain atau berperan dalam peristiwa-peristiwa selanjutnya. Penyakit Gehazi tidak berarti ia najis. Ia tetap tahir, sehingga ia tetap boleh hidup dan bertugas di dalam masyarakat. TUHAN memukul Gehazi dengan hukuman yang sangat berat, yakni sakit kusta yang tidak ada penyembuhannya. Akan tetapi, dia masih murah hati terhadap Gehazi karena tidak membuang dia dari pergaulan umat-nya dan diri-nya sendiri. Akhirnya, penyakit Gehazi ini memang lebih parah dari sakit kusta yang diderita Naaman, tetapi ada juga perbedaan yang penting: di mana Gehazi tetap tahir, Naaman benar-benar ditahirkan.

Mengenai Gehazi, beginilah keadaannya sekarang: ia seorang konglomerat yang sekaligus sakit kusta (bdk. Ayub). Jadi, apa sebenarnya keuntungannya? Yang satu menentang yang lain. Biasanya orang kaya dihormati, orang kusta dihina. Gehazi dan seisi rumahnya tidak akan dihormati, sekalipun mereka makmur dan mewah. Gehazi bersama keluarganya harus memikul akibat perbuatan kelirunya seumur hidup. Keadaan Gehazi ini memperlihatkan bahwa merugikan nama TUHAN ialah dosa berat yang tidak dapat tidak dihukum.

18. Arti penyembuhan Naaman dan penghukuman Gehazi untuk umat TUHAN di segala zaman

Menurut firman TUHAN penyakit kusta melambangkan kutuk dosa. Orang sakit kusta dinyatakan najis sehingga ia harus menjauhkan diri dari masyarakat Israel dan hidup tersendiri di luar kota (bdk. 7:3; bdk. Mat. 8:1-4). Ia tidak diperbolehkan bergaul dengan umat TUHAN lagi. Ia bahkan tidak diizinkan juga untuk masuk ke Bait Suci dan mempersembahkan kurban-kurban. Dia harus menjauhkan diri bukan hanya dari sesama manusia, melainkan dari TUHAN juga. Jadi, orang Israel yang sakit kusta terpaksa hidup di luar persekutuan dengan TUHAN dan umat perjanjian-nya. Sangat mengerikan akibat dan dampak sakit kusta: orang yang sakit kusta dianggap sudah mati.

Akan tetapi, sama seperti kusta mengibaratkan dosa, demikian juga penyembuhan dari penyakit kusta melambangkan keselamatan dari dosa. Mengingat itu, sering dipertanyakan dalam buku-buku tafsiran, apakah Naaman benar-benar memahami bahwa sakit kustanya menunjukkan ia adalah orang berdosa serta mengakui penyembuhannya berarti ia telah diselamatkan oleh TUHAN. Atau apakah ia hanya mengaku kepercayaannya berdasarkan kegembiraan karena disembuhkan. Dengan kata lain, apakah Naaman sungguh-sungguh bertobat kepada TUHAN? Karena tidak ada berita tentang misalnya penyunatan Naaman atau tentang cara hidupnya setelah ia pulang ke damsyik, mudah bagi penafsir meragukan keseriusan iman Naaman (bdk. Kis. 15!). Namun, saya yakin bahwa tidak ada alasan apa-apa untuk meragukan pertobatan Naaman dan semangatnya untuk selanjutnya menyembah TUHAN. Naaman sungguh-sungguh takut akan Allah, bukan saja pada hari penyembuhannya, tetapi juga setelah ia pulang ke Aram. Dan TUHAN sungguh-sungguh sabar atas kepercayaan orang ini, mengingat kata-kata nabi-nya, ”Pergilah dengan selamat!” di kemudian hari, TUHAN Yesus menyebut kan Naaman ini sebagai contoh iman yang wajar diikuti oleh umat TUHAN yang keras hati (Luk. 4:27).

Namun, janganlah diskusi tentang iman Naaman itu membelokkan kita dari sasaran penyembuhannya yang sebenarnya, yaitu menimbulkan kecemburuan Israel supaya akhirnya bertobat kepada TUHAN. Dengan memusatkan segala perhatian pada pertobatan dan kepercayaan Naaman (bdk. Pertobatan niniwe, Yun.), maksud sebenarnya dikesampingkan, yakni keharusan Israel, yang sudah begitu lama mengenal TUHAN dan perbuatan-perbuatan-nya, bertobat dari ketidaksetiaannya. Pertanyaan apakah Naaman bertobat total dari dosanya, dan bagaimana hidupnya di Aram sebagai orang yang takut akan Allah, memang penting. Namun, hal itu kurang penting dibandingkan masalah kesetiaan Israel sebagai umat TUHAN.

Dalam 2 Raja-raja 5, pertama-tama kita belajar mengenal TUHAN sebagai Allah yang murah hati dan panjang sabar. Kita bertemu dengan Naaman, panglima Aram, yang mula-mula tidak mengenal TUHAN dan kuasa-nya, tetapi sesudah penyembuhannya sungguh-sungguh mengaku dia sebagai satu-satunya Allah. Baik pengakuannya (ay. 15) maupun rencana (ay. 17) dan sifatnya (ay. 18-19) menunjuk kan bahwa Naaman telah berubah menjadi orang yang takut akan Allah. Naaman sungguh-sungguh menjadi ”manusia baru”. Selanjutnya kita belajar pula bahwa TUHAN menghukum dosa oleh karena nama-nya dihina dan dirugikan. Khususnya kelakuan Gehazi menunjukkan bahwa tujuan TUHAN sulit dicapai. Israel tidak bertobat, bahkan setelah menjadi cemburu melihat penyembuhan Naaman itu, tetapi sebaliknya mereka tetap merugikan nama TUHAN. Semoga umat Israel kembali kepada TUHAN dengan mencontoh Naaman (WNA), dan tidak mencontoh Gehazi (Wni).

Peristiwa penyembuhan Naaman sangat bermakna untuk umat TUHAN di segala zaman. Tadi telah diingatkan akan tindakan TUHAN Yesus di Kota nazaret (Luk. 4). Di sana ia menyebut kan Naaman sebagai contoh iman yang layak diikuti oleh umat TUHAN yang tidak percaya dan tidak menerima-nya sebagai Mesias. Mereka tidak membawa orang-orang sakit kepada-nya untuk disembuhkan. Mereka tidak mau mendengarkan pengajaran Yesus, tetapi sebaliknya menolak dia sebagai Juru Selamat. Itu sebabnya TUHAN Yesus tidak mengadakan mukjizat penyembuhan di sana. Dia hanya berkata, ”Pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorang pun dari mereka yang disembuhkan selain Naaman, orang Siria itu” (Luk. 4:27). Sudah sejak zaman Elisa bangsa Israel berkeras hati. Mereka tidak mau menaati firman TUHAN. Padahal Naaman, orang Siria, mendengarkannya dan menjadi teladan bagi Israel. Pada zaman Yesus keadaannya persis sama. Mendengar kata-kata Yesus, orang-orang nazaret sangat marah dan mau membunuh dia. Mereka mau meniadakan rencana keselamatan TUHAN. Dengan demikian mereka menghalangi karya TUHAN, sama seperti Gehazi. Akhirnya, bangsa Yahudi membunuh dia. Mereka tidak mau percaya. Sebaliknya, orang-orang bukan Israel percaya dan mengakui bahwa ”di seluruh bumi tidak ada Allah kecuali di Israel”.

Kasus Naaman penting untuk umat TUHAN di segala zaman dan tempat. Melalui pemberitaan injil kepada semua bangsa, TUHAN mendorong umat-nya di seluruh dunia untuk mematuhi firman-nya. Sudah terjadi perkembangan yang hebat! TUHAN telah melakukan mukjizat-nya yang paling besar: dia telah memberikan Anak-nya, Yesus Kristus, untuk menjadi Juru Selamat dunia dan mentahirkan semua orang berdosa. Sering terjadi anggota-anggota gereja yang sudah mengenal Yesus Kristus dengan baik sekali (Ef. 4:20), malah menyangkal dia dan hidup menurut kesukaannya sendiri. Oleh pertobatan orang lain yang belum mengenal Allah, TUHAN membujuk umat-nya supaya tetap percaya kepada-nya. Hanya dia yang dapat melepaskan kita dari dosa dan sengsara, yang juga siap sedia untuk mentahirkan kita. Akan tetapi, waspadalah karena ia juga benar-benar menghukum orang yang merugikan nama dan karya-nya. Pasal 2 Raja-raja 5 merupakan tantangan untuk kita semua agar tetap percaya kepada TUHAN Yang Mahakuasa (mengikuti contoh Naaman), dan tidak mengutamakan lagi kepentingan kita sendiri (tidak mengikuti contoh Gehazi). Terpujilah TUHAN karena perbuatan-perbuatan-nya yang besar!

Informasi Buku

  1. PDF
  2. Penulis:
    Henk Venema
  3. ISBN:
    978-602-0904-96-2
  4. Copyright:
    © Henk Venema (LITINDO)
  5. Penerbit:
    Literatur Perkantas