9. ”Tempat Tinggal Kami adalah Terlalu Sesak”

2 Raja-raja 6:1-7

Persiapan

1. Pada 2 Raja-raja 6:1-7 kita membaca tentang mukjizat Kapak timbul mengapung (begitu judul yang TB berikan). Sebenarnya masih disebutkan mukjizat lain dalam ayat-ayat ini. Mukjizat yang mana?
2. Elisa sedang mengunjungi rombongan nabi. Apakah Anda masih ingat apa yang dimaksudkan dengan ”rombongan nabi”? Yang dimaksudkan di sini rombongan nabi di tempat mana?
3. Apa arti kata-kata ”tempat tinggal kami” dan ”terlalu sesak”? Apakah tersedia informasi tentang jumlah orang (rombongan) nabi di tempat itu dalam cerita-cerita lainnya? dari persoalan yang mereka ajukan kepada abdi Allah dapat ditarik kesimpulan apa?
4. Apa persisnya usulan rombongan nabi itu? dan apa tanggapan Elisa (jawaban dan perbuatannya)? Apakah terdapat tanda-tanda yang membenarkan kesimpulan bahwa TUHAN sendiri menyetujui rencana pembangunan mereka?
5. Mereka mau membangun di mana? Apa alasan mereka mau pergi ke Sungai Yordan? Bagaimana keadaan alam di situ? Lukiskan perjalanan rombongan nabi ke Sungai Yordan dan pekerjaan mereka di sana dengan konkret.
6. Ketika seorang nabi menebang pohon, mata kapaknyatiba-tiba lepas dari gagang sehingga jatuh ke dalam air sungai. Untung sekali, kapak tidak mengenai orang lain (bdk. Ul. 19:5). Namun, nabi yang memakai kapak ini mengalami kesusahan besar. Sebenarnya kesusahannya dua kali lipat. Jelaskan! Apa akibat kecelakaan ini bagi orang itu? Apakah Anda mengerti alasan teriaknya?
7. Apakah Elisa menyaksikan jatuhnya mata kapak ke dalam air Sungai Yordan itu sendiri? Apa yang diperbuatnya? Apa arti kayu yang dilemparkannya ke tempat mata kapak itu jatuh? Banyak penafsir tidak menerima mukjizat ini karena bertentangan dengan hukum alam: tidak mungkin besi mengapung. Menurut perkiraan mereka, Elisa hanya mengorek dengan sepotong kayu ke dalam air sampai ia mendapatkan mata kapak. Selanjutnya peristiwa ini dijadikan dongeng. Apa pendapatmu?
8. Apa akibat mukjizat Elisa ini bagi ”orang itu”, dan rencana pembangunan?
9. Apa sebenarnya inti dan pokok ayat-ayat ini? Apakah Anda setuju judul yang TB berikan mengenai inti itu?
10. Apakah ada kemungkinan kita menghubungkan bagian ini dengan karya keselamatan Yesus Kristus? Apa arti cerita ini bagi gereja yang hidup sekarang ini? Rumuskan tema dan pembagian sebagai dasar khotbah.

Beberapa catatan teknis

a. Pembandingan terjemahan TB dengan TL, BIMK, dan FAH
background image
b. Konteks terkecil (kesatuan untuk penafsiran)
background image
Kesimpulan: 2 Raja-raja 6:1-7 merupakan konteks terkecil, karena berbeda di segala bidangnya dari bagian sebelum nya dan sesudahnya.
c. Pembagian Pokok: Rombongan nabi membangun tempat tinggal yang baru karena yang lama terlalu sesak.
Cerita ini dapat dibagi sebagai berikut:

  • Ayat 1-3: Pembangunan disetujui oleh nabi TUHAN
  • Ayat 4-5: Pembangunan dihalangi oleh kecelakaan
  • Ayat 6-7: Pembangunan dilanjutkan berkat mukjizat TUHAN

Tafsiran

1. TUHAN tetap memelihara umat-Nya Israel Apa penyebab umat Israel tidak bertobat kepada TUHAN? Sudah berulang-ulang TUHAN menun jukkan kuasa-nya kepada mereka melalui berbagai mukjizat nabi Elisa. Akhirnya, TUHAN membuat Israel menjadi cemburu, yaitu dengan menyembuhkan seorang Aram, Naaman, dari penyakit kustanya, sedangkan orang-orang Israel (anak-anak perjanjian!) yang sakit kusta tidak ditahirkan-nya. Permohonan seseorang yang tidak mengenal dia dipenuhi-nya, tetapi orang Israel yang sungguh-sungguh mengenal dia tidak ditolong-nya, justru karena mereka tidak meminta pertolongan dari dia. Dengan demikian TUHAN mempermalukan umat perjanjian-nya supaya akhirnya bertobat kepada-nya. Perbuatan Gehazi, pelayan Elisa, menunjukkan sifat dan sikap seluruh umat Israel dengan jelas.

Peristiwa penyembuhan Naaman itu adalah hal yang sangat berarti! Kini TUHAN menghidupkan seorang di luar umat-nya dari penyakit yang mematikan. Lalu orang itu mengakui kemuliaan nama TUHAN, ”Sekarang aku tahu, bahwa di seluruh bumi tidak ada Allah kecuali di Israel!” dan ia membawa tanah dari Israel untuk senantiasa mempersembahkan kurban kepada TUHAN. Akibatnya, di tanah dewa Rimon ada mezbah bagi TUHAN, padahal di tanah TUHAN terdapat mezbah untuk dewa-dewi yang tidak benar. Di Israel kuasa TUHAN tidak diakui, di Aram nama-nya disebarkan. Apakah tindakan TUHAN ini menandai bahwa ia telah membuang umat-nya dan mulai mengundurkan firman-nya dari Israel dan akan mencari bangsa lain menjadi umat perjanjian-nya? Bukan! Syukurlah, TUHAN masih sabar! TUHAN seterusnya memelihara umat-nya, walaupun mereka sudah jauh dari dia. Maksud-nya ialah untuk mempertobatkan Israel. Kasih dan anugerah TUHAN terhadap mereka tetap besar. Dia bersedia untuk menerima umat-nya, asal mereka kembali kepada-nya. Persis itulah tujuan TUHAN

Dengan mukjizat-mukjizat yang Elisa perbuat: pertobatan Israel dari ketidakpercayaannya!

Pemeliharaan TUHAN atas Israel itu tampak lagi dalam 2Raja-Raja 6. Ternyata TUHAN tidak mengundurkan firman-nya dari Israel. Ia justru membuat firman itu tetap diberitakan dengan setia dalam lingkungan rombongan-rombongan nabi di berbagai kota. Tiap-tiap hari Sabat orang-orang Israel yang benar-benar percaya berkumpul untuk mendengar firman TUHAN (2Raj. 4:23). Tampaknya pemberitaan itu berhasil. Selain orang-orang yang sudah takut akan dia (bdk. 1 Raj. 19:18), ada juga yang bertobat dari ibadah palsu Raja Yerobeam dan Raja Ahab. Ada yang menggabungkan diri dengan sebuah rombongan nabi, ”jemaat TUHAN”. Mungkin jumlahnya tidak begitu mengesankan. Yang bertobat agaknya bukan ribuan atau ratusan orang, melainkan puluhan saja. Namun, sekalipun satu orang bertobat dari dosanya, di surga pastinya ada sukacita karena itu (Luk. 15:7, 10). Firman TUHAN yang diberitakan oleh Elisa dan nabi-nabi lain, tidak kembali dengan sia-sia. Ada tanda-tanda pertobatan, seperti misalnya tempat tinggal (asrama) rombongan nabi yang menjadi sesak itu. Sesaknya gedung asrama itu adalah mukjizat dari TUHAN.

Sebenarnya, yang diceritakan dalam ayat 1-7 bukan hanya satu mukjizat, tetapi dua, yaitu mata kapak yang ditimbulkan dari Sungai Yordan, dan lebih utama jumlah orang Israel yang bertobat semakin besar sehingga menyebabkan tempat tinggal mereka ”terlalu sesak”. Keberhasilan pekabaran firman TUHAN adalah mukjizat yang jauh melebihi masalah mata kapak.

2. ”Tempat tinggal kami adalah terlalu sesak bagi kami”

Peristiwa yang dikisahkan dalam ayat 1-7 terjadi ”pada suatu hari” (TL: pada sekali peristiwa). Artinya, tidak tentu (dan karena itu juga tidak penting) waktu-nya. Oleh karena cerita ini bertempat di antara kisah penyembuhan Naaman (ketika Hadadezer raja Aram) dan perang Aram melawan Israel (ketika Benhadad iii raja Aram), boleh diduga peristiwa itu terjadi beberapa waktu sesudah penyembuhan Naaman itu, kira-kira pada 847 atau 846 SM, yakni lima atau enam tahun setelah Elisa menggantikan Elia sebagai nabi TUHAN. Tempat peristiwa itu terjadi tidak disebut pula. Ternyata tempat itu tidak jauh dari Sungai Yordan, sehingga wajarlah kita memperkirakan tempat itu adalah Yerikho yang belum lama dibangun kembali oleh Hiel, atas perintah Raja Ahab. Pada zaman Elia sudah ada rombongan nabi di Kota Yerikho. Jumlahnya cukup besar, bagaimanapun lebih dari 50 orang laki-laki (bdk. 2Raj. 2:15-18). Tidak diketahui tempat tinggal rombongan nabi yang lain dekat Yordan (barangkali di Abel Mehola?). Nabi Elisa sedang berjalan keliling untuk mengunjungi rombongan-rombongan nabi di masing-masing tempatnya di Israel. Demikian ia memberikan penghiburan dan kekuatan iman kepada semua orang yang hidup setia dalam perjanjian TUHAN. Sebagai dosen mereka, Elisa memberitakan dan mengajarkan firman TUHAN (2Raj. 4:38). Untuk itu para nabi muda berkumpul dan duduk di depannya (TL: di hadapannya). Mereka senang menempuh pendidikan untuk memperluas pengetahuan mereka tentang TUHAN. Kepercayaan mereka kepada TUHAN diperkuat ataupun ditumbuhkan (kalau peserta baru) oleh pengajaran Elisa. Mereka bersama-sama bertumbuh dalam iman dan kasih. Rombongan nabi adalah pusat pengabaran dan pelatihan firman TUHAN. Di antara mereka ada yang tetap tinggal dalam asrama atau kampus, sehingga pantas disebut siswa atau nabi muda (”muda”, bukan dalam arti usia, tetapi kira-kira sama dengan calon-nabi). Ada juga yang selalu datang pada hari Sabat atau Bulan Baru, lalu pulang lagi ke rumah masing-masing (bdk. 2Raj. 4:23). Dengan demikian sebuah rombongan nabi merupakan pusat pekabaran firman TUHAN. Dari pusat itu firman TUHAN disebarluaskan di seluruh Israel. Rombongan nabi tepat disebut ”perkumpulan segala orang percaya” atau ”persekutuan orang kudus” (gereja) pada zaman Elisa itu (bdk. PiGB, ps 27).39

Di Kota Yerikho jumlah orang yang mengikuti pengajaran Elisa tampaknya bertambah terus. Setelah Elisa menyehatkan air minum di sana (2Raj. 2:19-22), kota itu bukti nyata mengenai hidup yang diberkati TUHAN. Ketika tersiar berita tentang datangnya Elisa, semua orang Israel yang takut akan Allah, baik di Yerikho maupun di sekitarnya, berkerumun ke tempat rombongan nabi di situ. Mereka masuk dan duduk di depan nabi di ruang belajar. Mereka makan, mungkin juga bermalam di sana. Akibatnya tempat tinggal mereka menjadi terlalu sesak.

Pada suatu hari ketika mereka duduk berdempet-dempet di depan Elisa untuk mengikuti pengajarannya tentang firman TUHAN, mereka mengajukan soal akomodasi kepada abdi Allah, katanya, ”Cobalah lihat, tempat tinggal kami di dekatmu ini adalah terlalu sesak bagi kami.” Elisa melihat itu dengan matanya sendiri. Benar, tempat tinggal itu sudah teramat sempit dan tidak dapat memuat semua peserta lagi. Keluhan para nabi di Yerikho tepat. Pada mulanya tempat tinggal mereka cukup luas untuk dipakai sebagai ”kampus” atau ”kompleks”, lengkap dengan asrama, ruang kelas, dan gedung perkumpulan (bdk. Gedung gereja). Akan tetapi, sekarang semuanya tidak cocok lagi untuk orang yang jumlahnya semakin besar. Meskipun demikian, kesulitan yang mereka alami ini sebenarnya sangat menyenangkan. Sesaknya kampus rombongan nabi adalah bukti bahwa TUHAN member-kati pekerjaan Elia dan Elisa dengan banyak hasil. Sebenarnya, kesulitan mereka adalah masalah kemewahan. Namun perlu ada solusinya. Mereka meminta saran nabi Elisa.

3. ”Jawab Elisa, ‘Pergilah!’”

Rombongan nabi di Yerikho tidak hanya mengeluh tentang tempat tinggal mereka yang telah menjadi terlalu sesak, tetapi juga mengemukakan usul untuk mengatasi kesulitan itu. Ternyata mereka telah berpikir dan berunding bersama sebelum Elisa tiba di tempat mereka. Usul mereka ialah bersama-sama membangun tempat tinggal yang lebih luas, entah dengan menyambung bagian baru pada gedung perkumpulan yang sudah ada, atau dengan memperluas kampus mereka dengan gedung baru. Mungkin pula mereka ingin menggantikan seluruh tempat tinggal yang sesak dengan kampus baru yang lebih besar. Bagaimanapun, rencana pembangunan ini mereka bawa kepada Elisa supaya ia menyetujuinya. Mereka tidak akan bergiat tanpa izin nabi TUHAN.

Dengan jelas mereka mengusulkan supaya semua orang turun ke Sungai Yordan dan ”masing-masing mengambil satu balok dari sana”. Di tepi Sungai Yordan, yaitu di Lembah Yordan yang muaranya dekat Laut Mati, ada hutan. Meskipun pohon-pohon di sana tidak terlalu besar, tetapi mencukupi tujuan mereka. Mereka hendak pergi bersama-sama untuk menebang beberapa pohon dan memotong balok-balok. Kalau setiap mereka membawa satu balok dari sana, bahan bangunan yang dibutuhkan sudah lengkap. Rupanya mereka ingin membangun tempat tinggal yang sederhana saja.

Bila membandingkan berbagai terjemahan Alkitab, kita melihat ada kekeliruan tentang lokasi di mana rombongan nabi ingin membangun tempat tinggal baru itu.

  • TL, BIMK, dan FAH berpendirian bahwa asrama akan dibangun ”di sana”, yaitu di tepi Sungai Yordan. Artinya, akan dibangun gedung baru pada tempat baru. Menurut interpretasi ini rombongan nabi akan pindah dari Yerikho ke tempat tinggal baru di tepi Sungai Yordan.
  • Hanya TB beranggapan bahwa rombongan nabi akan masing-masing mengambil balok dari tepi Sungai Yordan untuk membangun tempat tinggal baru di halaman gedung lama di Kota Yerikho. Artinya, mereka akan mendirikan gedung baru di tempat lama di Yerikho.

Kekeliruan ini agaknya disebabkan oleh bahasa ibrani yang dipakai. Secara harfiah ayat 2 berbunyi, ”Baiklah kami pergi… dan masing-masing mengambil satu balok dari sana untuk membuat di sana tempat untuk tinggal di sana”. Apa maksud dan arti tiga kali kata ”sana” itu? Sebenarnya bahasa ibrani telah memakai kata ”di sana” dalam ayat 1 juga, yaitu ”Lihatlah, tempat yang kami tinggal di sana (= tempat tinggal kami) di hadapanmu adalah sesak bagi kami.” Untuk menunjukkan gedung di Yerikho, tempat mereka sedang duduk di depan Elisa, bahasa ibrani rupanya menggunakan kata ”di sana”. Ternyata orang Israel memakai kata ”di sana” di mana kata itu kita gunakan berarti ”di sini”. Sama halnya dalam ayat 2. Rombongan nabi mengusulkan untuk ”mengambil balok dari sana untuk membangun di sini tempat untuk tinggal di sini.”40

  • Kesimpulannya: Sebaiknya kita mengikuti TB. Tentu saja, mendirikan tempat tinggal di hutan yang di tepi Sungai Yordan tidak masuk akal. Lebih logis, mereka pergi ke Lembah Yordan, mengambil balok dari sana, pulang ke Kota Yerikho dengan membawa balok itu, lalu membuat bangunan baru ”di sini”. Visi yang logis ini berdasarkan bahasa ibrani dan kebudayaan Israel.

Elisa tidak berkeberatan sedikit pun. Ternyata mereka sudah memikirkan rencana mereka dengan matang. Apalagi, dari cara rombongan nabi mengemukakan usul mereka kepada Elisa, tampak semangat yang besar. Jadi, Elisa langsung setuju dengan usul mereka ini, katanya, ”Pergilah!” Artinya, ”Baik saja!” atau ”Silakan saja!” Elisa sendiri yakin akan keharusan pembangunan gedung baru itu. Maka seorang dari mereka memohon Elisa untuk ikut serta ke Sungai Yordan. Mereka ingin tuan mereka turut bersenang-senang. Elisa menjawab, ”Baik, aku akan ikut.” ia senang pergi bersama mereka. Lalu mereka bersama-sama pergi ke Sungai Yordan. Dengan tegas dikatakan bahwa Elisa ”ikut dengan mereka”. Tidak perlu diragukan bahwa persetujuan Elisa berarti TUHAN sendiri setuju dengan rencana mereka.

Pembangunan tempat tinggal baru dikarenakan penambahan jumlah orang yang mau hidup takut akan TUHAN. Ini alasan untuk sukacita mereka. Di dalam Elisa, TUHAN menyertai mereka.

4. ”Mereka pun menebang pohon-pohon”

Setelah tiba di hutan Lembah Yordan, mereka mulai menebang pohon-pohon. Mereka masing-masing mengerjakan satu balok untuk nanti dibawa pulang ke Yerikho. Tentu saja, mereka bernyanyi dan bersenang-senang. Mereka berteriak-teriak setiap kali ada pohon yang jatuh. Di mana-mana terdengar bunyi kapak dan parang. Mereka beramai-ramai dengan riang gembira bekerja. Tujuan mereka ialah dasar untuk sukacita mereka. Mereka akan membangun tempat tinggal yang lebih luas supaya semua nabi dan pendengar lain nanti dapat duduk di dalamnya untuk mendengar firman TUHAN. Tampak jelas, melalui Elisa TUHAN sendiri menyertai mereka dalam usaha mereka ini. Berkat TUHAN membakar semangat mereka untuk bersama-sama bekerja bagi TUHAN. Oleh firman-nya jumlah mereka bertambah sedemikian rupa (bdk. Kis. 2–6, dll.), sehingga tempat tinggal mereka terlalu sempit. Gedung baru akan bermanfaat untuk keberlangsungan pemberitaan firman TUHAN. Demikian mereka ramai-ramai bekerja. Kehadiran nabi Elisa membuat semangat mereka yang sudah besar, makin bertambah kuat.

5. ”Jatuhlah mata kapaknya ke dalam air”

Ketika mereka semua sibuk menebang pohon-pohon dan memotong balok-balok, tiba-tiba terjadi kecelakaan. Seorang anu (TL) dari mereka sedang menumbangkan sebatang pohon di pinggir sungai. Dengan semangat sekali ia mengayunkan kapaknya pada pohon yang nanti akan dibawanya ke Yerikho. Akan tetapi, pada waktu ia mengangkat kapaknya lagi dengan lambaian tangannya untuk menggayung pohon itu, mata kapak lepas dari gagangnya, lalu melucup ke dalam air Yordan dan tenggelam. Ada bunyi ”pung”, lalu beberapa lingkaran dalam air menunjukkan tempat mata kapak itu jatuh. Dengan gagang kosong ia berdiri di kaki pohon. Dengan sedih ia melihat perkakasnya hilang di sungai. Dan ia langsung berteriak-teriak minta tolong. Ia menyerukan kesusahannya kepada nabi Elisa, ”Wahai tuanku! itu barang pinjaman!” Syukurlah, Elisa telah ”ikut dengan mereka”.

Biarpun kecelakaan seperti ini tidak luar biasa, tetapi ini sungguh-sungguh kesusahan besar bagi nabi muda itu. Ternyata, kapak itu bukan miliknya sendiri, tetapi barang pinjaman. Sekarang ia tidak dapat mengembalikan kapak kepada pemiliknya. Sudah tentu, ia harus mengganti kerugian kepada tuan kapak. Akan tetapi, karena miskin, ia pastinya tidak mampu membayar kapak itu. Pada zaman PL, alat-alat besi sangat mahal sehingga hanya dapat dibeli oleh orang-orang kaya. Akan tetapi, bukan itu saja kesulitannya. Susahnya dua kali lipat, karena sekarang ia terpaksa harus menghentikan pekerjaannya. Ia tidak dapat menyelesaikan tugasnya. Tidak mungkin ia membawa baloknya dan ikut membangun tempat tinggal baru itu. Dalam kerja sama mereka ia dikesampingkan. Nabi muda ini tidak dapat meneruskan pelayanannya untuk TUHAN. Bahkan, seluruh pembangunan gedung baru terancam oleh kesusahan satu orang ini karena bahan bangunan tidak lengkap. Dengan demikian kecelakaan ini berdampak pada seluruh rombongan nabi. Teriakan orang itu adalah teriakan yang sangat berarti (lih. Pembahasan 2Raj. 4:1 dalam Bab 5, butir 3).

Sudah pasti, mendengar teriakan rekan mereka yang tiba-tiba itu, semua orang langsung berhenti dan lari kepadanya. Mereka berdiri di sekelilingnya dan bertanya masalahnya. Apakah ia terkena pohon yang jatuh, atau terluka oleh kapak yang tajam? dengan tersendat-sendat nabi muda melapor apa yang terjadi: mata kapak pinjamannya jatuh ke dalam air sungai. Mereka berdiri di tepi Sungai Yordan dan memperhatikan tempat mata kapak itu hilang. Mungkin ada yang mau menyelami Sungai Yordan tetapi tidak berani karena arus kencang yang berbahaya, apalagi tidak mungkin mendapatkan kembali mata kapak yang dibawa arus ke mana-mana. Mungkin ada yang mencoba menenteramkan orang yang berteriak itu, katanya, ”tidak apa-apa. Ini kapak saja, barang mati. Untunglah mata kapak jatuh ke dalam air. Jangan sampai mengenai engkau sendiri atau rekan lain, itu akan menjadi kesulitan yang jauh lebih hebat lagi. Bayangkan andai orang mati oleh mata kapak itu (bdk. Ul. 19:5). Syukur, hal itu tidak terjadi. Dan tuan kapak pasti akan mengerti. Janganlah khawatir.” Mungkin pula ada yang mempertanyakan maksud TUHAN dengan kecelakaan ini. Apakah ini tanda bahwa TUHAN tidak setuju dengan rencana pembangunan mereka? Apakah lebih baik mereka pulang saja?

Bagaimanapun, kegembiraan mereka sudah berhenti. Mereka tidak bersenang-senang lagi, tetapi diam. Semangat mereka sudah hilang total. Ada rekan yang berkesusahan. Tegasnya, mereka semua berkesusahan. Teriakan satu orang menjadi kesulitan mereka semua. Mereka bersama-sama mengharapkan pertolongan Elisa, nabi TUHAN.

6. ”Maka ditimbulkannya mata kapak itu”

Dalam kesulitan ini hanya tinggal satu harapan, yaitu TUHAN. Semoga dia akan memperhatikan mereka dan menyambut teriak minta tolong (bdk. 2Raj. 4:1, 40; Kel. 2:23-25). Dalam kesusahannya yang besar, orang yang kehilangan mata kapak itu langsung minta pertolongan Elisa. Reaksi pertamanya ialah memanggil Elisa, katanya, ”Wahai tuanku!” dengan itu ia berbuat apa yang harus diperbuatnya. Tidak ada satu orang pun yang dapat menolong, kecuali Elisa, nabi TUHAN.

Syukurlah, Elisa hadir di tengah-tengah mereka. Pagi itu ”ikutlah ia dengan mereka” dari Kota Yerikho ke tepi Sungai Yordan. Elisa turut bekerja dan bersukacita. Sekarang ia juga turut bersusah. Pada saat ia mendengar seruan yang diarahkan kepadanya, ia cepat lari ke tempat kecelakaan. Bersama-sama dengan semua orang lain, ia berdiri dekat orang yang sedang memegang gagang kapak yang kosong, dan mendengar apa yang terjadi dengan mata kapak pinjaman itu. Lalu Elisa bertindak. Dengan tegas ia kini disebut ”abdi Allah”. Elisa maju sebagai abdi Allah, artinya, ia bergiat dalam nama TUHAN. Apa yang Elisa lakukan, dilakukan oleh TUHAN. Ia bertanya, ”Ke mana jatuhnya?” Lalu orang itu ”menunjukkan tempat itu kepadanya”. ”di sana kira-kira,” ujarnya sambil menunjuk ke tempat di mana mata kapak hilang ke dalam arus sungai. Elisa menghafal tempat itu. Ia pastinya juga menyadari bahwa, secara manusia, kemungkinan mendapatkan barang itu kembali kecil sekali.

Perhatikan sampai sekarang tanggapan Elisa tidak berbeda dari reaksi para rekan lain. Namun, Elisa tidak putus asa, sama seperti semua orang lain itu, tetapi mengherankan sekali ia ”memotong sepotong kayu”. Dengan parang ia memotong ranting dari pohon terdekat. Apakah ia juga memetik daun-daunnya sehingga ranting itu menjadi semacam gagang, tidak diberi tahu. Selanjutnya ia membuat hal aneh yang agaknya tidak diduga oleh para nabi. Ia melemparkan sepotong kayu itu ke tempat yang tadi ditunjukkan kepadanya. Lalu, apa yang terjadi? Apakah ranting itu hanyut saja, seperti yang mungkin diperkirakan oleh semua orang yang sedang berdiri di tepi sungai? tidak! namun, melalui ranting itu Elisa membuat mata kapak yang tenggelam itu timbul mengapung. Sama seperti sepotong kayu itu mengapung di atas air, demikian juga mata kapak besi itu. Mata kapak mengapung dan diantar oleh arus ke pinggir sungai. Besi yang tenggelam, sekarang mengapung. Ini mukjizat besar dari tangan TUHAN Yang Mahakuasa. Orang yang berkesusahan itu tidak berteriak dengan percuma. TUHAN mendengarkan seruannya dan memberikan pertolongan sehingga kesusahannya berakhir. Ia mengulurkan tangannya dan mengambil mata kapak, atas suruhan Elisa, ”Ambillah!”

Banyak penafsir menyangkal terjadinya mukjizat ini. Besi tidak mungkin mengapung, ujarnya, sehingga mereka tidak menerima fakta mukjizat ini. Menurut mereka cerita ini (bersama kira-kira seluruh riwayat Elisa) bersifat dongeng. Mereka berpendapat Elisa tidak berbuat lain dengan ranting itu, melainkan mencari mata kapak sampai ia menemukannya. Dengan sepotong kayu itu Elisa mengorek ke air sungai sampai kena besi mata kapak itu, lalu menimbulkannya dari sungai ke pinggirnya. Seorang penafsir lain memperkirakan Elisa melemparkan kayu itu ke dalam air. Dan secara kebetulan kayu itu masuk ke dalam mata kapak itu sehingga dapat ditimbulkannya. Ada penafsir lain lagi yang berpendirian Elisa mengadakan ”sihir imitatif” untuk menimbulkan mata kapak yang hilang. Tampak jelas, para penafsir tersebut menolak sifat mukjizat tindakan Elisa. Apa yang Elisa lakukan, kalaupun terjadi begitu, adalah tindakan manusia saja. Akan tetapi, menurut saya, interpretasi yang menghilangkan mukjizat ini (dan semua mukjizat lain) dari Alkitab, karena tidak masuk akal budi (rasio) manusia, harus ditolak sekeras-kerasnya. Mukjizat yang Elisa adakan dalam nama TUHAN jangan kita bantah. Kalau kita menyangkal mukjizat ini yang bagi TUHAN hal ringan saja, maka kita pasti akan menolak seluruh kuasa TUHAN pula, bahkan TUHAN sendiri dan keselamatan-nya yang benar-benar merupakan mukjizat yang jauh lebih besar.

Bagian 2 Raja-raja 6:1-7 menyatakan dengan jelas bahwa yang bertindak ialah TUHAN sendiri. Setelah Elisa melemparkan kayu itu ke dalam air Yordan, mata kapak besi mengapung oleh kuasa TUHAN. Fungsi kayu itu tidak lain dari tanda atau lambang yang analogis: sama seperti kayu mengapung, demikian juga kapak besi bisa mengapung, yaitu oleh karena TUHAN menghendakinya. Dia yang menentukan hukum-hukum alam dapat mengubahkannya pula, yaitu untuk menolong orang yang sedang mengalami kesusahan dalam pelaksanaan tugasnya. Dengan demikian TUHAN menjamin kelanjutan rencana-nya sendiri.

Mukjizat mengenai mata kapak yang timbul mengapung ini dapat dibandingkan dengan mukjizat-mukjizat lain, misalnya:

  • air Sungai Yordan terbelah, sehingga terbentuk jalan kering di mana orang dapat menyeberang tanpa rintangan (Elia dan Elisa, 2 Raj. 2:8, 14; dan sebelumnya umat Israel, Yos. 3; juga penyeberangan Laut teberau, Kel. 14:21-22);
  • keledai Bileam yang berbicara (Bil. 22:21-35);
  • matahari dan bulan yang berhenti pada waktu Yosua memerangi musuhnya (Yos. 10:12-13);
  • bayang-bayang yang mundur ke belakang pada waktu Hizkia sakit (2Raj. 20:1-11);
  • Yunus yang tinggal hidup tiga hari di dalam perut ikan (Yun. 1,17);
  • kebangkitan anak Yairus (Mat. 9:18-26), anak muda di nain (Luk. 7:11-17), dan Lazarus (Yoh. 11).

Ternyata mukjizat-mukjizat yang TUHAN adakan sering tidak sesuai dengan apa yang disebut ”hukum alam”. Akan tetapi, biar menentang hukum alam, apa soalnya? TUHAN sendiri yang menjadikan langit dan bumi dan segala isinya. Dia yang menciptakan alam semesta, juga menciptakan hukum-hukum alam. Artinya, TUHAN menguasai hukum-hukum alam, dan dapat mengubahkannya, jika perlu. Kalau TUHAN menghendakinya, besi yang biasanya tenggelam dalam air, dapat timbul mengapung. Mukjizat mata kapak yang timbul mengapung itu justru membuktikan kuasa firman TUHAN. TUHAN sungguh-sungguh Allah berdaulat yang mahakuasa! dia tidak ragu-ragu mengubahkan hukum alam (untuk sementara waktu), untuk menjamin kelanjutan pekerjaan yang dilakukan bagi dia. Sepatutnya kita memuliakan nama TUHAN karena kasih dan anugerah-nya yang tidak ada batasnya.

7. ”Ambillah”

Setelah mata kapak timbul mengapung dan diantar oleh arus ke pinggir sungai, Elisa berkata, ”Ambillah.” Lalu nabi muda itu mengulurkan tangannya dan mengambilnya. Kisah berhenti di situ. Namun, tidak sulit kita mengandaikan apa yang terjadi selanjutnya. Orang itu mengambil mata kapak dari air, dan memasang nya kembali pada gagangnya, dan... Melanjutkan pekerjaannya, yaitu menebang pohon yang sedang ditebangnya, ketika mata kapak itu hilang. Selanjutnya ia membersihkan batang pohon itu dan memotong balok. Demikian semua rekannya kembali melakukan tugasnya masing-masing. Dan, tentu saja, mereka semua bernyanyi dan bersorak-sorai. Semangat mereka tambah besar daripada sebelum kecelakaan terjadi. Sambil bekerja, mereka memuji TUHAN karena kebaikan-nya. Sudah ada bukti yang luar biasa bahwa rencana pembangunan mereka disetujui-nya. Jelas dari pertolongan yang diberikan-nya.

Akhirnya mereka bersama-sama, termasuk nabi Elisa, pulang ke Yerikho. Dari Lembah Yordan mereka mendaki ke kota, sambil masing-masing membawa satu balok yang dikerjakannya. Dan keesokan harinya mereka langsung mulai membangun gedung baru. Rencana pembangunan mereka laksanakan sampai selesai. Akhirnya ada tempat tinggal baru yang cukup luas untuk semua orang yang takut akan Allah. Oleh berkat TUHAN tujuan mereka telah dicapai. Di Yerikho ada akomodasi luas untuk melanjutkan pemberitaan firman TUHAN.

8. TUHAN melanjutkan rencana keselamatan-Nya

Peristiwa yang dikisahkan dalam ayat 1-7 merupakan bukti kesekian bahwa TUHAN tidak pernah berhenti memperhatikan umat-nya. Jika orang berteriak minta tolong kepada TUHAN, dia ada sesuai dengan nama-nya Yahweh untuk memberikan pertolongan yang berlimpah-limpah. Dia bahkan mengubahkan hukum alam, jikalau perlu (bdk. 2Raj. 2:19-22; 4:38-41). Dengan demikian ia tidak meninggalkan perbuatan tangan-nya (Mzm. 138:8).

Sebenarnya, mukjizat mata kapak yang timbul mengapung bukanlah inti kisah ayat 1-7 ini, seperti dikesankan oleh judul yang TB berikan, seakan-akan cerita ini hanya mengenai seorang pribadi yang dibantu dalam kesulitannya. Mukjizat ini terjadi dalam rangka pembangunan tempat tinggal baru untuk rombongan nabi di Yerikho karena asrama lama sudah terlalu sesak, supaya dengan itu firman TUHAN dapat diberitakan dan diajarkan kepada semakin banyak orang Israel. Oleh berkat TUHAN jumlah orang yang ingin hidup takut akan Allah bertambah terus. Justru itulah yang mengaktif kan rombongan nabi di Yerikho untuk bersama-sama membangun gedung yang lebih luas. Yang menjadi pokok ayat-ayat ini ialah keberlangsungan rencana keselamatan TUHAN.

Jadi, skop kisah ini sangat luas. Dari peristiwa ini jelas TUHAN tetap melaksanakan rencana-nya, walaupun dari pihak manusia ada banyak hambatan dan perlawanan. Bangsa Israel tidak bertobat. Namun, firman TUHAN tetap diberita kan. Dan syukurlah, ada reaksi positif. Jumlah orang yang bertobat kepada TUHAN bertambah, sampai tempat tinggal rombongan nabi menjadi sesak. Inilah tanda TUHAN melanjutkan pekerjaan-nya. Dari mukjizat mata kapak yang timbul mengapung menjadi nyata bahwa TUHAN menyertai orang-orang yang takut akan dia. Dia memberkati dan memelihara mereka. Rencana keselamatan TUHAN tidak mungkin gagal dan akhirnya akan mencapai kesudahannya melalui Abdi Allah Yang Agung, Juru Selamat Yesus Kristus, yang bahkan adalah Anak Allah sendiri. Kesulitan manusia, dosa dan sengsara, akan diambil-nya. Orang percaya akan ditolong. Hidup menjadi baru. Semua anak TUHAN akan hidup bersama TUHAN di tempat tinggal yang cukup luas (bdk. Yoh. 14:1-3).

Informasi Buku

  1. PDF
  2. Penulis:
    Henk Venema
  3. ISBN:
    978-602-0904-96-2
  4. Copyright:
    © Henk Venema (LITINDO)
  5. Penerbit:
    Literatur Perkantas