1 Henk Venema, Kitab Suci untuk Kita! Membaca dan menafsirkan firman TUHAN secara UTUH, SETIA, dan KONTEKSTUAL (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2008).
2 Angka-angka tahun pada zaman PB dan PL selalu: kurang lebih (±)!
3 Sering dipakai kata kerja ”mengadakan”, tetapi kata ”memperbarui” agaknya lebih tepat. Di atas Horeb TUHAN melanjutkan perjanjian-Nya yang kekal dengan Abraham serta keturunannya turun-temurun (Kej. 17:7; bdk. Ps. 15 dan 17).
4 Kejadian di atas Gunung Horeb itu menjelaskan mengapa Elia tidak disuruh ke kediaman TUHAN, Bait Suci di Yerusalem.
5 Perhatikan kesamaan dan perbedaan di antara Elia dan Musa. Mengenai hal ini, baca Penutup.
6 Untuk tafsiran rinci 1 Raja-raja 19, lihat C.J. Haak, Allah Saya Itu TUHAN. Tafsiran Riwayat Nabi Elia, 1 Raja-raja 17-19 (stensilan).
7 Sudah jelas, Hazael, raja Aram, tidak akan menganggap diri sebagai sarana TUHAN (lih. 2Raj. 8:12), melainkan sebagai penguasa yang memeras Israel demi kemuliaan Aram. Ia keras kepala terhadap Israel, sama seperti Firaun di Mesir pada zaman Musa (Kel. 1–14). Ia juga sama dengan raja-raja kemudian, seperti raja Asyur (Yes. 10:5-27; 27; 30:27-33) dan raja Babel (Hab. 1–2). Sekalipun mereka diangkat oleh TUHAN untuk menghukum umat-Nya, tetapi dalam tindakannya melawan umat TUHAN semua raja (dan bangsa) asing itu menuruti kemauan mereka sendiri. Itu sebabnya mereka akhirnya akan dihakimi oleh TUHAN juga. Mengenai Raja Yehu, dia juga tidak ragu-ragu bertindak keras, khususnya terhadap Dinasti Omri.
8 Itu pendapat umum, berdasarkan 2 Raja-raja 8:7-15. Dalam perikop itu kita menemui Hazael yang memang merencanakan kudeta, tetapi ia tampaknya belum tahu bahwa ia dipanggil oleh Allah Israel untuk benar-benar menjadi raja atas Aram menggantikan Benhadad III. Kesimpulannya Hazael belum diurapi pada saat ia bertemu Elisa. Meskipun demikian, tetapi ada kemungkinan Elia telah melaksanakannya, yaitu pada waktu ia ”melalui padang gurun ke Damsyik” (1Raj. 19:15), sehingga ia tidak disuruh ke sana untuk hanya menyembunyikan diri sampai Izebel tenang (itu tafsiran ayat ini yang biasa), tetapi juga untuk mengurapi Hazael. Kalau demikian, Hazael agaknya mempermainkan Elisa di kemudian hari. Lihat di bawah, butir 3 dan juga tafsiran perikop tersebut.
9 Tentang persamaan antara Elia dan Elisa di bidang pelayanan mereka, lihat di bawah, tafsiran 2 Raja-raja 2:1-18. Mengenai perihal Hazael dan Yehu tidak diurapi oleh Elia melainkan Elisa, beberapa penafsir melihat penyebabnya dalam 1 Raja-raja 21:28-29. Karena Raja Ahab merendahkan diri di hadapan TUHAN, malapetaka atas dinasti Omri ditunda-Nya sampai zaman anak Ahab. Oleh sebab itu, agaknya tidak ada alasan lagi untuk pengurapan dua raja dalam jangka waktu singkat. Asumsi ini masuk akal, tetapi kepastian mutlak tidak dapat diberikan (bdk. Butir 6).
10 Lihat TAMK, hlm. 553 (pengurapan kira-kira searti dengan ”panggilan bagi suatu maksud tertentu, baik hal itu disertai upacara pengurapan yang sebenarnya maupun tidak”).
11 Van Gelderen, jld. 2, hlm. 221-223, menghubungkan penghukuman melalui tiga orang pengganti (ay. 17) dengan bencana-bencana alam yang disebut dalam ayat 11-12, yaitu Hazael dengan angin besar, Yehu dengan gempa bumi, dan Elisa dengan api. Tinggalnya 7.000 orang yang setia (ay. 18) dikaitkannya dengan angin sepoi-sepoi basa. Sesudah atau bahkan dalam penghukuman datanglah keselamatan. Bandingkan SKA, hlm. 597-598. Untuk tafsiran lengkap, lih. Haak.
12 Lebih lama ketimbang perjalanan Elia dari Karmel ke Bersyeba (bdk. Ay. 3).
13 Lihat EAMK, kata ”tani”. Israel - penampang lintang; untuk wilayah Abel-Mehola, lihat B (diambil dari Atlas Alkitab, LAI 2000)
14 Bahasa Inggris, extended family. Sistem kekeluargaan ini berarti semua generasi sebuah keluarga (orang tua, anak-anak pria serta istri dan anak-anak mereka) hidup bersama-sama di dusun leluhur dan secara kolektif mencari nafkah. Sistem ini juga masih dipakai di banyak wilayah Indonesia. Sebagai akibat modernisasi, banyak orang kini memakai sistem keluarga inti, kehidupan bersama dua atau bahkan hanya satu generasi (bahasa Inggris, nuclear family). Sistem itu agaknya dikuasai oleh individualisme.
15 Pekerja tetap atau mungkin pocokan (bdk. Mat. 20:1-16).
16 Bandingkan Markus 1:17. Simon dan Andreas, Yohanes dan Yakobus menjadi ”penjala manusia” dari sebelumnya penjala ikan. TUHAN berkenan memakai pekerja biasa (juga: Amos, peternak domba, dan Matius, pemungut cukai) untuk kerja keselamatan-Nya.
17 Dalam TL, kata ”menghampiri” tidak salah, tetapi kurang tepat, karena tidak mengandung unsur ”lewat”.
18 Van Gelderen, Korte Verklaring van de Heilige Schrift (Keterangan Singkat Kitab Suci), jld. 2, hlm. 225-226.
19 Apakah Elia mendekati Elisa secara diam-diam dari belakang, sehingga Elisa baru melihatnya pada saat Elia melewatinya? Mungkin, tetapi sebenarnya tidak masuk akal kalau satu orang pun dari semua pekerja di ladang itu belum melihat Elia datang sebelum ia melemparkan jubahnya kepada Elisa.
20 Untuk penjelasan panjang lebar mengenai ”rombongan nabi”, lihat Bab 2, butir 3. Ada kemungkinan bahwa masih ada nabi-nabi lain di samping Elia. Tetapi Elia adalah nabi yang paling menonjol dalam dua Kitab Raja-raja.
21 Bahkan ada penafsir yang melihat kebenaran untuk mewujudkan hubungan ini hanya dalam kata ”membajak”. Bukankah Elisa sedang membajak? Apalagi, adalah tugas Elisa yang mengemudikan pasang lembu yang terakhir, untuk melihat ke depan saja. Pendapat ini tidak meyakinkan, khususnya oleh sebab kata-kata Yesus dipakai untuk mengartikan perkataan Elia, hanya berdasarkan asosiasi kata.
22 John Gray, I & II Kings: A commentary, Old Testament Library, Second Edition, (London: SCM, 1977) hlm. 413-414.
23 Ini tidak berarti TUHAN tidak dapat mengambil ”kaki dian” dari tempat tertentu (lih. Why. 1–3).
24 Bandingkan TAMK.
25 Nanti 50 orang ini memang akan menyeberangi Sungai Yordan (ay. 17). Penyeberangan itu agaknya membawa kita pada kesimpulan bahwa mukjizat TUHAN melalui jubah Elia bukan syarat mutlak untuk penyeberangan Elia dan Elisa (misalnya karena sungai sedang banjir). Jika demikian halnya, maka dengan mukjizat ini TUHAN sengaja menimbulkan peringatan akan mukjizat yang sama pada zaman Yosua.
26 Aturan-aturan yang disebut dalam pasal-pasal Ulangan itu sering menjadi dasar untuk pemberitaan atau perbuatan Elisa. Lihat di bawah.
27 Kenyataan Elisa menerima penglihatan langsung dari TUHAN merupakan tanda bagi Elia bahwa masa pelayanannya sudah habis: Elisa bukan lagi pelayan Elia, tetapi sekarang menjadi nabi Allah.
28 Awas: rupanya ada pembaca yang khilaf menyamakan ”kereta berapi” dengan ”kereta api”. Lain sekali!
29 Api menunjuk bukan pada hukuman TUHAN (seperti di PB), melainkan pada kuasa dan kebesaran-Nya.
30 Lihat di atas, catatan 2.
31 Dalam rangka ini, perintah Elia kepada Elisa, ”Baiklah tinggal di sini”, mendapat arti khas.
32 Lihat Henk Venema, ”Kristus dalam Perjanjian Lama”, dalam buku Kesaksian tentang Kristus. Beberapa pokok Hermeneutik (stensilan).
33 Ini salah satu ciri kerajaan teokratis: demi raja dapat sungguh-sungguh memerintah atas nama TUHAN (teo-krasi), hendaklah selalu ada nabi TUHAN yang mendam pinginya dan yang menyatakan firman TUHAN kepadanya.
34 Saya sendiri telah mengalaminya berulang kali pada waktu berkeliling di Indonesia.
35 Dr. C. Van Gelderen, Koningen. Korte Verklaring der Heilige Schrift (Raja-raja. Keterangan Ringkas Kitab Suci), jilid 3 dan 4, (Kampen: Kok, 1947 dan 1956), hlm. 13-14.
36 Raja Omri membeli gunung Samaria dengan dua talenta perak (1Raj. 16:24). Dengan satu talenta perak orang dapat membeli ± 40 ekor kuda (1Raj. 10:29). Yang dimaksud dengan ”potong pakaian” atau busana atau dandanan.
37 Dalam Perjanjian Baru sebutan ”orang yang takut akan Allah” khususnya dipakai untuk orang bukan Yahudi yang percaya kepada TUHAN, tetapi tidak menyesuaikan diri dengan cara hidup Yahudi (sunat, dll.). Bandingkan Kisah Para Rasul 15.
38 ”Enklaf” yang dimaksudkan ialah wilayah berdaulat dan mandiri yang berada di tengah-tengah negara lain, misalnya Singapura dan Brunei di negara Malaysia.
39 Pengakuan Iman Gereja Belanda (PIGB) terdapat dalam buku Dr. Th. Van den End, Enam Belas Dokumen Dasar Calvinisme, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000).
40 Jadi, kata bahasa Ibrani syam berarti ”di sana” maupun ”di sini”, tergantung dari situasi dan logika. Soal penerjemahan ini menunjukkan bahwa di samping perbedaan bahasa (kosakata) harus kita perhatikan perbedaan kebudayaan juga.
41 Lihat di atas, Bab 8, butir 2.
42 Menurut Gray, hlm. 512, kata ”gerombolan” tidak menunjukkan full scale war (perang total), melainkan border raids (penyergapan di wilayah perbatasan).
43 Lembah Yordan yang di sebelah Barat Sungai Yordan (di sana pula kampung halaman Nabi Elisa, Abel-Mehola) adalah wilayah yang pastinya membuat gerombolan-gerombolan Aram ingin menguasainya karena hasil buminya yang melimpah-limpah.
44 Lihat Van Gelderen, jld. 3, hlm. 53; juga Gray, hlm. 512-513; bandingkan TAMK, I, hlm. 566 (”urutan kronologisnya tentu tidak jelas”).
45 Apakah Naaman masih berada di tengah-tengah para perwira raja Aram, siapa yang tahu? Kalau demikian halnya, kemungkinan besar ia langsung kena sangkaan dan tuduhan, karena berhubungan baik dengan raja Israel dan abdi Allah dan bahkan percaya kepada Allah Israel. Tetapi janganlah kita berspekulasi. Setelah 2 Raja-raja 5, Naaman tidak disebut lagi dalam Kitab 2 Raja-raja.
46 Bandingkan Jan A. Boersema, Henk Venema, Yoel Indrasmoro (penyunting), Berteologi Abad XXI, Jakarta (Literatur Perkantas) 2016, Bab 3, dan juga buku-buku Dogmatik yang lain, khususnya tentang pokok Providensia Allah. TUHAN dapat memakai bangsa-bangsa lain untuk menghukum umat-Nya yang tidak setia. Tetapi sekaligus Dia mengadili bangsa-bangsa itu, oleh sebab mereka tidak menghormati maksud TUHAN, tetapi bertindak menurut rencana-rencana mereka sendiri.
47 Hanya beberapa tahun selanjutnya Raja Benhadad III ini akan benar-benar dibunuh oleh seorang perwiranya, yakni Hazael (2Raj. 8:7-15; bdk. 1Raj. 19:15). Lihat di bawah, Bab 14.
48 Untuk perkiraan perwira itu adalah Naaman, tidak ada bukti. Sudah tentu, banyak orang Aram tahu tentang penyembuhan Naaman. Selain itu, sudah pasti tersiar kabar-kabar tentang semua perbuatan Elisa di Israel sampai ke Damsyik.
49 Gray, hlm. 515, membayangkan raja Aram pastinya mempunyai harem yang (sebagian) terdiri dari gadis-gadis cantik, rampasan perang. Jika di tempat tidurnya raja membuka rahasia kepada seorang perempuan asal Israel, mungkin saja perempuan itu memberitahukannya kepada nabi (bdk. 5:2; juga Ester). Dengan demikian Gray mencari keterangan yang manusiawi untuk fenomena yang Ilahi: TUHAN yang membuka rahasia raja Aram kepada abdi-Nya.
50 Raja Aram agaknya menganggap TUHAN tidak berbeda dari dewa-dewi Aram yang semuanya takluk pada kehendak rakyat. Demikian sifat semua agama: dewa adalah ciptaan manusia dan melakukan apa yang manusia kehendaki. Khususnya pejabat khusus, mis. Nabi atau imam, mempunyai kuasa untuk memanipulasikan Dunia Atas. Kesimpulannya: menangkap nabi atau imam berarti menangkap dewanya. Kalau nabi tidak kuat lagi, dewanya terpaksa juga lemah. Mungkin raja Aram berharap Elisa, sebagai tawanannya, akan melayani dia melawan Israel. Kalau tidak, ia akan membunuhnya (bdk. 2Raj. 1, di mana Raja Ahazia mempunyai pikiran seperti itu).
51 Anggapan Van Gelderen, jld. 3, hlm. 57, bahwa Elisa sedang berada dalam perjalanan pulang dari, misalnya Karmel ke Samaria, dan menginap di Dotan secara kebetulan, tidak masuk akal dalam konteks ini. Untuk dapat memberikan informasi terkini kepada raja Israel (ay. 9-10), perlu ia terlibat aktif dalam perang ini.
52 Pada waktu itu, Israel sedang menderita perbudakan di Mesir.
53 Sebenarnya kita tidak tahu apakah raja Aram sudah dekat atau masih jauh selama beberapa waktu pada saat ia mengirim komandonya ke Dotan. Jika masih jauh, artinya ia sedang bergerombolan di Lembah Yordan, orang Dotan pastinya belum sadar akan ancaman Aram itu. Pengepungan kota mereka merupakan kejutan besar. Jika sebaliknya, raja Aram sudah dekat, maka mungkin Kota Dotan kini sudah bersiap, apalagi sudah sangat penuh. Di samping para penduduk biasa, agaknya ada orang-orang dari daerah sekitarnya yang mengungsi ke Dotan. Lagipula, agaknya adatentara-tentara Israel di kota berkubu ini pula untuk menjaga jalan ke Samaria.
54 Apakah dia Gehazi, tidak ketahuan. Van Gelderen, jld. 3, hlm. 58, mengatakan, ”Bujang ini memberi kesan padaku bahwa ia anak muda yang taat dan setia. Ia sangat berbeda dari Gehazi yang menonjol diri secara kasar dan yang bersifat licik dan serakah di bidang Mamon” (bdk. Mat. 6:24).
55 Van Gelderen, jld. 3, hlm. 57 menginterpretasikan kata bahasa Ibrani ”pelayan” sebagai ”pagi-pagi” (dlm. Bahasa Ibrani dua kata itu hampir sama), sehingga orang yang ke luar bukanlah bujang Elisa, melainkan Elisa sendiri. Atas dasar interpretasi ini, Van Gelderen mengandaikan Elisa bangun pagi-pagi untuk melanjutkan perjalanannya. Pada waktu dia serta bujangnya mau ke luar kota, tiba-tiba tampaklah tentara Aram di depan mata mereka. Lalu bujang berteriak, dst. Interpretasi ini kurang meyakinkan, justru karena Elisa pastinya sudah tahu tentang rencana Aram untuk mau menangkap dia. Pengepungan Kota Dotan bukan hal kebetulan untuk Elisa. Apalagi, Elisa tidak menginap di Dotan, seandainya ia di tengah perjalanan, misalnya dari Karmel ke Samaria, tetapi dalam rangka seluruh urusannya dengan perang Aram (ay. 12).
56 Ada juga kemungkinan bujang Elisa mau ke luar kota, mis. Untuk menimba air di sumur yang biasanya di luar kota (sumur ada di tempat rendah, sedangkan kota dibangun di tempat tinggi). Menurut saya, opsi ini tidak begitu masuk akal karena, kalau demikian, para pengawal kota pastinya sudah siap siaga dan memberi tanda bahaya.
57 Tentang bala tentara malaikat, bandingkan Jan A. Boersema, Henk Venema, Yoel M. Indrasmoro (penyunting), Berteologi Abad XXI, (Jakarta: Literatur Perkantas, 2016), Bab 3C.
58 Sebenarnya tidak ada bukti bahwa bujang mengikuti Elisa. Namun, karena pelayan biasanya mengikuti tuannya, saya bayangkan ia ikut serta.
59 Bandingkan orang yang ke luar dari rumah yang gelap pada siang bolong. Secara refleks ia menutup matanya.
60 Van Gelderen, jld. 3, hlm. 60, memakai kata ”disposisi”. Artinya, orang Aram tidak tahu lagi mereka di mana. Mereka sama seperti orang yang tiba-tiba bangun dari tidur dan mengalami disorientasi.
61 Lihat di atas, Bab 4 dan 8; bandingkan TAMK, jilid I, hlm. 566 (ay. 19).
62 Tentang tentara surgawi tidak ada berita apa pun lagi. Akan tetapi, sudah tentu mereka tetap ada untuk mengawal abdi TUHAN.
63 Sudah jelas, raja Israel tidak diberi peran oleh TUHAN. Namun, rupanya ia sendiri juga tidak mengambil inisiatif untuk berperan, yaitu sebagai "gembala" yang bertanggung jawab atas umatnya. Yoram selalu tampil sebagai raja yang takut dan lemah.
64 Sering terjadi, misalnya dalam Kekaisaran Romawi, raja atau kaisar baru ikut berperang pada tahap akhir, padahal ia jauh dari lokasi perang dan aman selama semua bawahannya bertempur. Namun demikian, kaisar atau rajalah yang menerima segala pujian dan kehormatan sebagai pemenang dan nama merekalah yang dicatat.
65 Ini ciri teokrasi: raja mengajukan usulan kepada nabi TUHAN, dan nabi memberi perintah kepada raja.
66 Lihat kata ”tumpangan”, Dr. D. F. Walker, Konkordansi Alkitab, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994)..
67 Sering terjadi misalnya dalam Kekaisaran Romawi seorang panglima memerangi musuh sampai mereka hampir kalah. Pada tahap akhir raja datang untuk memimpin tentaranya sendiri, sehingga kemenangan ditulis pada nama raja itu dan bukan pada nama panglima yang berjerih payah.
68 Van Gelderen, jld. 3, hlm. 65.
69 Para nabi tepat menggambarkan Kota Samaria sebagai pusat penyembahan berhala. Izebel, istri Ahab, membuat Samaria menjadi pusat pemujaan Dewa Baal. Dalam banyak hal Samaria kebalikan dari Kota Yerusalem (lih. Yes. 8:4; 9:9; Yer. 23:13; Yeh. 23:4; Hos. 7:1; Mi. 1:6).
70 Kota-kota berkubu biasanya mempunyai gudang-gudang gandum untuk mengantisipasi kesusahan apa pun (bdk. Kej. 41:33-36).
71 Hal seperti itu benar-benar terjadi, khususnya dalam konteks perang. Van Gelderen, jld. 3, hlm. 67, menyebut buku seorang penulis Yunani, Plutarkhus, yang mengisahkan perang raja Persia, Artaxerxes, melawan orang Kadus. Tentara Persia sangat menderita kelaparan sehingga mereka
72 Bandingkan Katekismus Heidelberg, Minggu 2–4.
73 Ada pula beberapa penafsir yang berpendapat bahwa pengepungan Kota Samaria yang dikisahkan dalam pasal ini baru terjadi pada zaman Yoahaz, anak Yehu (lih. 2Raj. 9), atau Yoas, anak Yoahaz (lih. 2Raj. 13). Akan tetapi, pada umumnya pendapat itu dianggap tidak masuk akal.
74 Bandingkan C.S. Lewis, Masalah Penderitaan (The Problem of Pain), (Bandung: Pionir Jaya, 2008).
75 Sayangnya, kecenderungan untuk merampok harta orang lain ialah sifat umum manusia. Sering kali bila orang menderita kesusahan karena bencana, misalnya gempa bumi atau angin topan, orang lain pergi menjarah rumah, toko, gudang, dan sebagainya.
76 Lihat Van Gelderen, jld. 3, hlm. 88-89.
77 Sekalipun arti dan tujuan sangat berbeda, tetapi bandingkan Matius 21:33-44 dan 24:45-51.
78 Sering terjadi tradisi ekonomi di daerah berdasarkan prinsip itu: kalau seseorang membagikan hewan yang disembelihnya kepada orang-orang tertentu, ia menantikan akan menerima balasan yang seimbang dari pihak mereka.
79 Van Gelderen, o.c., hlm. 109-110.
80 Pada zaman dahulu hal itu biasa dilakukan, tetapi pada masa kini orang sering menggunakan es untuk menurunkan demam atau menghilangkan rasa sakit (mis. Sengal pinggang). Perhatikan juga bahwa pada zaman itu belum ada obat-obatan seperti sekarang di dunia modern. Untuk keadaan pada zaman Elisa, bdk. Wilayah suku-suku terpencil di Indonesia, mis. Suku Korowai dan Ulakin di Papua Selatan.
81 Bandingkan seorang mahasiswa STT yang dikirim oleh dosennya untuk membawa berita kepada Ketua Sinode.
82 Apakah, seperti yang diperkirakan oleh Van Gelderen, istilah ini bermakna menghinakan karena menyamakan orang laki-laki dengan anjing? Menurut saya, istilah ini menggambarkan caralaki-laki biasanya membuang air kecil secara plastis, hanya untuk membedakan orang laki-laki dari perempuan.
83 Apakah semua perempuan dalam keluarga Ahab akan dibunuh juga, tidak diberi tahu di sini (kecuali tentang Izebel). Biasanya perempuan tidak dibunuh, tetapi dijadikan budak atau dikawinkan dengan laki-laki suku bangsa lain. Karena bila menikah, perempuan berpindah ke keluarga suaminya dan melahirkan anak untuk keluarga suami itu. Nama keluarganya sendiri tidak berlaku lagi.
84 Lihat Henk Venema, Kitab Suci–untuk Kita! Membaca dan Menafsirkan Firman TUHAN secara UTUH, SETIA, dan KONTEKSTUAL, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2008) hlm. 29-31.