1. Menurut 2 Raja-raja 8:28-29, bagaimana situasi politik Israel pada waktu peristiwa dalam 9:1-15 terjadi? Untuk apa Yehu bersama para rekannya tinggal di Ramot-Gilead? Letak Kota Ramot dan wilayah Gilead itu persisnya di mana dan dikenal karena apa? Lihat al. 1 Raja-raja 22! Sementara ini, bagaimana keadaan Raja Yoram (baca juga: 9:14-15)?
2. Siapa sebenarnya Yehu bin Yosafat bin nimsi? Arti namanya ”TUHAN, itu dia!” mengingatkan kita akan peristiwa apa? Rupanya ia sudah lama melayani raja Israel sebagai tentara (9:25), tetapi apa statusnya sekarang (9:5)?
3. Apa sebenarnya peran Elisa dalam kisah ini? Biasanya ia disebut ”abdi Allah”, padahal di sini ia disebut ”nabi”. Apakah hal itu bermakna khusus atau sama saja? terlebih lagi karena kita tidak membaca secara eksplisit tentang Elisa diperintahkan oleh TUHAN untuk mengurapi Yehu.
4. Mengapa Elisa tidak berjalan ke Ramot-Gilead sendiri, tetapi mengutus ”seorang dari rombongan nabi”? Siapa orang itu? Apakah dapat ditarik kesimpulan tentang Elisa tinggal di mana pada saat itu?
5. Apa pentingnya pengurapan Yehu menjadi raja untuk umat Israel bila melihat apa yang lebih dahulu diperintahkan oleh TUHAN kepada Elia (1 Raj. 19:15-17)? Elisa telah menggantikan Elia dan Hazael telah menjadi raja atas Aram. Pengurapan Yehu berarti perintah yang TUHAN berikan kepada Elia di Gunung Horeb itu telah dilaksanakan sampai selesai. Akan tetapi, apa sebenarnya maksud TUHAN dengan itu?
6. Nabi muda yang dikirim Elisa harus berbuat apa dan berkata apa? Mengapa ia harus segera pergi setelah ia melakukan tugasnya (ay. 3)?
7. Apakah nabi muda melakukan misinya sesuai dengan apa yang ditugaskan Elisa kepadanya? Apakah instruksi yang diberikannya kepada Yehu (ay. 7-10a) tidak merupakan tambahan pribadinya?
8. Apa sebenarnya inti tugas Yehu sebagai raja? Apa persis keburukan keluarga Ahab, dibandingkan dengan keluarga Yerobeam dan Baesa? Baca 1 Raja-raja 14:7-16 (tentang Yerobeam), 16:1-4 (tentang Baesa), dan 21:17-29 (tentang Ahab). Apa sebabnya izebel disebut secara khusus?
9. Setelah Yehu diurapi dan nabi muda pergi, bagaimana reaksi para rekan Yehu? dari menyebutkan nabi muda sebagai orang gila, apakah dapat ditarik kesimpulan tentang cara orang memandang seorang nabi TUHAN dan pemberitaannya pada umumnya (bdk. 2:23-25)?
10. Apa arti kata-kata ”Yehu mengadakan persepakatan melawan Yoram”? dan apa maksud perkataan: ”Janganlah biarkan siapa pun meloloskan diri dari kota untuk memberitahukan hal itu ke Yizreel”?
11. Apa sebenarnya perbedaan antara Yehu dan Hazael? Bukankah kedua-duanya membunuh raja supaya dapat menjadi raja dan melakukan kudeta melawan dinasti yang sedang memerintah?
12. Melalui Elisa, TUHAN mengangkat Yehu menjadi ”penolong” yang harus membawa Israel kembali kepada TUHAN. Bagaimana nanti hasilnya? Apakah Yehu akan melakukan tugasnya semestinya. Apakah misi Yehu ini dapat dikaitkan dengan tugas Juru Selamat yang akan datang kelak?
a. Pembandingan terjemahan TB dengan TL, BIMK, dan FAH
b. Konteks terkecil (kesatuan untuk penafsiran)
Kesimpulan: Ada perbedaan maupun kesamaan di bidang oknum, waktu, dan tempat di antara 2 Raja-raja 9:1-15 dan ayat-ayat sebelum dan sesudahnya. Walaupun demikian, peristiwa dan pokok berbeda. Yang menjadi pokok 2 Raja-raja 9:1-15 ialah pengurapan Yehu menjadi raja atas Israel dan tugas yang diberikan kepadanya. Karena itu, bagian ini merupakan kesatuan terkecil untuk penafsiran kita.
c. Pembagian
Perikop 2 Raja-raja 9:1-15 dapat dibagi sebagai berikut:
Sekitar 18 tahun sudah berlalu setelah Elia pergi ke Gunung Horeb dan mendapat tugas istimewa dari TUHAN di sana (1Raj. 19:15-17). Tugas itu ada tiga bagian, yaitu mengurapi Hazael menjadi raja atas Aram, mengurapi Yehu menjadi raja atas Israel Utara, dan mengurapi Elisa menjadi pengganti Elia sendiri. Sekarang, pada awal 2 Raja-raja 9 dua bagian tugas itu telah selesai dilakukan, yang satu oleh Elia sendiri, yakni pengurapan Elisa (sudah lama: langsung setelah ia kembali dari Gunung Horeb), dan satu lagi oleh Elisa, yaitu pengurapan Hazael (belum lama). Hanya bagian ketiga tugas itu masih menunggu penyele saiannya. Kini dalam 2 Raja-raja 9:1-15 kita membaca tentang pengurapan Yehu menjadi raja atas Israel yang terjadi di Kota Ramot-Gilead. Dengan itu pelaksanaan tugas istimewa Elia tuntas.
Kadang dipertanyakan mengapa Yehu tidak diurapi oleh Elia sendiri, langsung setelah ia kembali dari Gunung Horeb atau pada waktu ia melanjutkan tugasnya di Israel lagi selama beberapa tahun (1Raj. 20–2Raj. 1). Bukankah perintah TUHAN kepada Elia itu memberi kesan bahwa ia harus melaksanakannya dengan segera? Jawaban yang biasanya diberikan, yaitu bahwa pada saat itu Yehu dan juga Hazael belum mempunyai posisi dan pengaruh untuk dapat menggantikan raja yang sedang memerintah, cukup meyakinkan. Mengenai Yehu, pada saat Elia disuruh untuk mengurapinya, Ahab masih raja atas Israel, dan sesudah ia mati, Ahazia masih akan memerintah selama beberapa tahun sebelum Yoram naik takhta. Baru pada zaman Yoram, Yehu tampil ke depan sebagai panglima. Akan tetapi, di sisi lain daud juga telah diurapi oleh Samuel jauh sebelum ia menjadi raja. Pada saat diurapi ia masih sangat muda dan belum berpengalaman sedikit pun kecuali dalam menggembalakan kawanan domba ayahnya. Bagaimanapun, tampak jelas dalam seluruh pelayanan Elia dan Elisa bahwa sebagai nabi TUHAN mereka bersatu (dwitunggal; jubah nabi adalah simbolnya, 1Raj. 19:19; 2Raj. 2:13). Mencolok pula bahwa pada waktu Elia menerima tugas pengurapan itu, ia diancam dibunuh oleh izebel, istri Ahab dan ibu Ahazia dan Yoram (izebel mau memusnahkan semua nabi TUHAN), sedangkan pada saat Elisa menuntaskan tugas pengurapan itu (18 tahun kemudian), terjadilah yang sebaliknya: seluruh dinasti Ahab itu dipunah kan dari muka bumi. Pembunuhan para nabi TUHAN yang direncanakan oleh pihak keluarga Ahab mengenai mereka sendiri. Kejahatan mereka sudah memuncak. Yehu diurapi atas perintah TUHAN untuk membersihkan umat TUHAN dari kejahatan dinasti Ahab. Itulah tugas Yehu yang pertama dan utama. Perhatikan, Elisa disebut ”nabi” di sini. Biasanya ia dikenal dengan istilah yang maknanya lebih umum, yaitu sebagai ”abdi Allah”. Hal ini menunjukkan bahwa penyebutannya sebagai ”nabi” (hanya enam kali) selalu mempunyai arti istimewa. Dengan sebutan ”nabi” yang ditegaskan ialah fungsi resminya sebagai juru bicara atau pengantara TUHAN. Penyebutan Elisa sebagai nabi TUHAN ini khususnya terjadi untuk menyadarkan orang-orang asing (musuh!) akan posisinya sebagai ”penyambung lidah” Allah Israel (2Raj. 5 dan 6). Sekarang dalam 2 Raja-raja 9:1 istilah ”nabi” agaknya dipakai untuk menunjukkan posisinya sebagai nabi TUHAN dibandingkan dengan jabatan raja yang harus diberikannya kepada Yehu (sejajar dengan 1Raj. 19:15-17). Kenyataan Elisa bertindak sebagai nabi TUHAN akan membuat Yehu menyadari dengan sepenuhnya bahwa misi yang harus dilaksana kannya sebagai raja Israel adalah sesuai dengan kehendak TUHAN. Di mana nabi Elisa memberitakan kehendak TUHAN, di sana Raja Yehu harus melaksanakannya.
Sama seperti pengurapan Hazael (8:7), kita tidak mendengar sesuatu pun tentang TUHAN memberikan perintah eksplisit kepada Elisa untuk sekarang mengurapi Yehu dan apa yang harus diperbuatnya berhubung dengan peng-urapan itu. Akan tetapi, tugas ini pastinya sudah lama tersimpan dalam ingatan Elisa untuk dilakukan pada waktunya. Dan agaknya TUHAN memberikan petunjuk kepadanya untuk menuntaskan tugas lama itu sekarang (dan sama halnya mengenai pengurapan Hazael beberapa waktu lalu). Akan tetapi, sama seperti Elia, Elisa tidak melakukannya sendiri. Ternyata Elisa sendiri tidak pergi ke Ramot-Gilead, tempat Yehu tinggal sementara ini, melainkan mengutus seorang nabi muda yang semata-mata tidak dikenal identitas dan namanya (anonim). Mengapa demikian? tampak jelas dari instruksi yang Elisa berikan kepada nabi muda tersebut bahwa cara ini dipakainya dengan sengaja, yaitu untuk menghindari rahasia pengurapan Yehu dibuka sebelum waktunya. Seandainya Elisa pergi sendiri, gampang saja orang lain akan membuka misinya yang masih rahasia itu. Bayangkan, mereka akan berpikir apa kalau melihat Elisa berangkat dari Samaria atau dari lokasi rombongan nabi tertentu ke arah Sungai Yordan, lalu daripada pergi ke kampung halamannya, Abel-Mehola menyeberangi sungai dan pergi ke Ramot di Gilead, padahal Raja Yoram sedang dirawat dalam istananya di Yizreel? Mereka akan ingin tahu apa sebenarnya urusan Elisa dengan tentara Israel di sana? Untuk menghindari orang lain berspekulasi mengenai alasan nabi TUHAN pergi ke sana, ia mengirimkan seorang yang tidak dikenal dan yang tidak berarti, yang tidak akan menimbulkan pikiran yang tidak-tidak. Kita tidak mendengar siapa nabi muda itu dan dari mana ia berasal. Kita hanya membaca bahwa dialah ”seorang dari rombongan nabi” tertentu. Misi yang harus diselesai kannya benar-benar sangat rahasia.
Tentang alasan tentara Israel sedang bermarkas di Kota Ramot, sebuah kota bertembok di bagian Utara di seberang Sungai Yordan, kita baca dalam 8:28-29. Setelah Hazael menjadi raja atas Aram, ia langsung mempersiapkan diri untuk maju berperang melawan Israel. Apa yang telah dilihat dan dinubuat kan oleh Elisa (sambil bercucuran air mata), namun dibantah oleh Hazael (8:13), mulai diwujud kannya: ia maju menye rang Israel di wilayah perbatasannya dengan Aram, yang di sebelah timur danau Kinnerot (PB: danau Galilea) ke arah Selatan. Wilayah yang bernama Gilead itu merupakan sebagian suku Gad (pada zaman Romawi wilayah ini disebut deka polis, dan sekarang dikenal sebagai dataran Golan). Dan Kota Ramot ialah sebuah ”kota perlindungan” untuk orang Israel (Ul. 4:43; Yos. 20:8). Kota ini agaknya sama dengan Mizpa (Hak. 11:29) atau Ramat-Mizpa (Yos. 13:26), dan mungkin adalah tempat tinggal Hakim Yefta (Hak. 11:34; tidak jauh dari tisbe, tempat asal nabi Elia). Sebenar-nya sudah sejak zaman dahulu wilayah Gilead ini adalah medan pertem puran antara Aram dan Israel. Menurut Yosefus, wilayah ini direbut kembali dari Aram oleh Omri, ayah Ahab. Raja Ahab juga maju memerangi Aram di sana bersama-sama dengan Raja Yosafat dari Yehuda, tetapi terkena panah yang ditembak dengan sem barangan, lalu mati (1Raj. 22). Dan sekarang anaknya, Yoram pun terluka di situ. Bersama keponakannya, Ahazia, Raja Yehuda, ia menentang Aram di Ramot. Akan tetapi, sama seperti ayahnya, ia terluka sehingga pulang ke Yizreel untuk dirawat dan diobati di istananya di sana. Dan Ahazia, raja Yehuda, ikut serta ke Yizreel. Jadi, situasinya sekarang begini: Raja Yoram yang membawa tentara Israel ke Ramot untuk menghalau serangan Hazael, raja Aram, terpaksa pulang ke istananya di Yizreel karena terluka. Kelanjutan perang melawan Aram diserahkannya kepada para panglimanya. Sampai sekarang mereka berhasil bertahan di Kota Ramot.
Agaknya, di Ramot ada markas, tempat para tentara Israel tinggal. Ayat 15 memang memberi kesan bahwa semuanya tinggal di dalam Kota Ramot, dan tidak, misalnya, berkemah di luar kota. Bagaimanapun, para panglima tampaknya mempunyai rumah yang ada kamar-kamarnya (juga ”kamar dalam”, ay. 2, 6), tempat mereka berkumpul bersama-sama (ay. 5) untuk membicarakan keadaan perang dan strategi mereka dalam menghalau serangan Hazael. Dari fakta yang ada rumah itu mempunyai tangga (ay. 13) tidak dapat diambil kesimpulan jelas tentang lokasinya, entah di pusat kota atau mungkin di wilayah pintu gerbang kota. Tangga itu dapat berarti rumah terletak pada lereng bukit, atau dekat tangga yang naik ke atas tembok kota.
”Seorang dari rombongan nabi” yang harus pergi ke Ramot-Gilead itu mendapat instruksi rinci, yang menyatakan dengan gamblang bahwa misinya benar-benar teramat rahasia. Instruksi yang Elisa beri kan kepadanya terdiri dari serangkaian perintah pendek 13 perintah! yang harus ditaatinya dengan ketat (ay. 1a-3), yakni:
Rentetan perintah ini menunjukkan bahwa misi nabi muda yang harus dilakukannya atas nama nabi Elisa itu adalah hal rahasia yang tidak boleh dibuka sebelum waktunya. Di tengah perjalanan ia tidak boleh membuka mulutnya kepada siapa pun. Sesudah tiba di tempat, rekan-rekan Yehu pun tidak boleh menghadiri pertemuan antara Yehu dan nabi muda ini. Sebaliknya, mereka berdua harus masuk ke dalam ”kamar dalam” di rumah atau gedung, tempat tidak seorang pun dapat mendengar mereka. Arti harfiah ”ruang dalam” ialah ”kamar di dalam kamar” atau ”kamar bersekat” (yang mempunyai dinding yang memisahkannya dari ruang lain), yang tidak ada pintu luar. Bandingkan kamar mandi atau lemari yang kadang terdapat di dalam sebuah kamar (mis. Di hotel). Kalau dalam markas, bandingkan gudang senjata (arsenal). Tentu saja, ”kamar dalam” seperti ini hanya boleh dimasuki oleh orang yang berhak, dan ”dilarang masuk” untuk semua orang lainnya. Selain rahasia, misi ini adalah hal mendesak yang tidak boleh ditunda sesaat pun. Nabi muda harus melaksanakan perintah Elisa dengan segera. Keseluruhan cara Yehu diurapi menegaskan sifat terburu-burunya. Setelah pengurapan itu selesai, bukan hanya nabi muda ”jangan berlambat-lambat”, artinya ia disuruh untuk lari cepat, tetapi Yehu juga tidak boleh berlambat-lambat, artinya ia harus langsung menindaklanjuti pengurapannya. Pengangkatannya menjadi raja atas Israel langsung efektif, yang berarti ia harus bertindak dengan segera sebagai raja. Hal ini juga ditegaskan oleh kenyataan Elisa dicirikan sebagai nabi TUHAN, dan oleh pemakaian rumusan ”beginilah firman TUHAN”. Yang datang kepada Yehu bukanlah orang biasa, melainkan wakil TUHAN. Seorang nabi tidak berbicara menurut kesukaannya sendiri. Jadi, yang menjadi subjek utama operasi ini ialah TUHAN sendiri!
Akan tetapi, siapa sebenarnya Yehu? tampaknya ia salah satu panglima tentara Israel. Apakah dia panglima besar (kepala panglima) yang bertanggung jawab untuk mewakili raja yang tidak hadir, tidak jelas. Dituliskan para panglima lainnya disebut ”temannya” (ay. 2) dan ”pegawai-pegawai tuannya” (ay. 11), memberi kesan Yehu adalah rekan yang setingkat dengan mereka. Dalam ayat 5 ia termasuk kelompok ”panglima-panglima tentara” yang sedang duduk berkumpul, yang berarti mereka memimpin peperangan melawan Aram secara bersama-sama. Mengenai identitas pribadinya, kita membaca beberapa kali nama ayah dan kakeknya. Dalam 9:1-15, yaitu ayat 2 dan 14, ia diperkenalkan kepada kita sebagai ”Yehu bin Yosafat bin nimsi” (bin = anak, keturunan). Namun, dalam beberapa ayat lain (1Raj. 19:16; 2Raj. 9:20; 2taw. 22:7) ia hanya disebutkan sebagai ”cucu nimsi”. Tampaknya, nama kakeknya lebih bermakna daripada nama ayahnya, entah karena nimsi adalah leluhur atau pater familias yang dikenal umum (mis. Sebagai tua-tua), atau karena lebih dahulu nimsi membuat marganya mendapat nama baik karena jasa spesial. Bagaimanapun, TUHAN berkenan menjadikan Yehu ini raja atas Israel untuk menggantikan dinasti Ahab yang namanya benar-benar sangat buruk. Bukannya membangun umat TUHAN, mereka justru merusakkannya. Di mata TUHAN, Yehu adalah orang yang cocok untuk mewujudkan restorasi kerajaan Israel Utara demi nama-nya. Lagipula, nama Yehu mengandung pengharapan, yaitu ”TUHAN, itu dia!” Orang tuanya percaya kepada TUHAN dan menyaksikannya dalam pemberian nama kepada anak mereka. Semoga Yehu mengikuti teladan mereka, khususnya dalam melakukan tugas yang TUHAN tentukan bagi dia.
Mengenai kedua perintah terakhir yang Elisa berikan kepada nabi muda itu, yaitu ”larilah dan jangan berlambat-lambat” (TB), terjemahan FAH agak aneh, bunyinya: ”larilah segera supaya engkau jangan dibunuh”. Sama seperti TL (”dengan tiada bertangguh lagi”) dan BIMK (”tinggalkan tempat itu secepat mungkin”), semua terjemahan lain yang saya teliti bahasa inggris, Belanda, Perancis, juga Latin (”lari dan jangan tahan lagi di sana”) tidak berbeda dengan terjemahan TB (”larilah dan jangan berlambat-lambat”). Secara harfiah, kata-kata bahasa ibrani, dan juga terjemahannya ke dalam bahasa Yunani (LXX), berbunyi: ”larilah tanpa menunggu” atau ”larilah tanpa tinggal”. Barangkali terjemahan FAH berdasarkan asumsi bahwa boleh jadi pesan nabi muda tidak akan diterima dengan baik oleh Yehu karena mengajak dia untuk memberon tak dan mengadakan kudeta melawan raja Israel. Atau mungkin FAH mengingat akan apa yang pernah terjadi dengan nabi yang menegur Raja Yerobeam: ia dibunuh oleh seekor singa karena tidak melakukan misinya semestinya (1Raj. 13:8-32). Walaupun asumsi tadi atau ingatan ini dapat dipahami, tetapi bahasa asli tidak membenarkan terjemahan FAH ini.
Dalam ayat 4-6 kita membaca tentang nabi muda tersebut melaksanakan tugasnya persis sesuai instruksi nabi Elisa (ay. 6 hampir sama dengan ay. 3). Di sini ”salah seorang dari rombongan nabi” itu (ay. 1) disebut na’ar, yang berarti ”orang muda” atau ”pemuda”. Hal ini menunjukkan bahwa ia bukan hanya ”nabi muda”, yaitu seorang yang baru menjadi nabi atau yang bahkan masih mengikuti pendidikan untuk itu (calon-nabi; bdk. Vikaris), melainkan ia juga orang yang usianya masih muda, karena itu sebenarnya belum mampu dan belum berhak untuk bertugas secara mandiri (bdk. Yeremia, Yer. 1:6). Kalau seorang pemuda seperti ini datang membawa pesan, penerimanya langsung akan mengerti bahwa dia seorang kiriman yang mewakili tuan dan mentornya.81Jadi, ketika nabi muda ini tiba di tempat Yehu dan para panglima lainnya sedang duduk berkumpul di Ramot-Gilead, dan berkata bahwa ia membawa pesan untuk Yehu, mereka langsung memperkirakan bahwa dia adalah seorang utusan yang mewakili atasannya. Akan tetapi, mereka pastinya tidak akan menduga bahwa misi yang ditugaskan kepada nabi muda yang anonim ini akan mempunyai dampak dan akibat yang begitu hebat. Seorang muda biasanya dipakai untuk hal-hal ringan saja.
Yehu bersama para panglima lainnya ”sedang duduk berkumpul”. Kata ”berkumpul” menunjukkan bahwa mereka agaknya berunding bersama-sama tentang situasi perang terkini dan taktik terbaik mereka untuk mempertahankan diri melawan Aram. Setelah raja pulang ke Yizreel agar luka-lukanya diobati, merekalah yang bertanggung jawab atas pelaksanaan peperangan melawan Hazael. Kita tidak diinformasikan bagaimana persisnya situasi perang itu, namun mendapat kesan bahwa Hazael bersama tentaranya belum maju sampai Ramot-Gilead. Tampaknya kota dan wilayah di sekitar nya tidak dikepung, karena nabi muda sempat memasukinya tanpa menemui kesulitan. Namun, kenyataan Yoram dilukai oleh orang-orang Aram menunjukkan bahwa tentara Israel sudah bertempur melawan Hazael, agaknya dari Ramot sebagai basis penyerangan mereka. Akan tetapi, yang menjadi pokok bagian ini ialah pertemuan di antara nabi muda dan Yehu dan pengurapan Yehu menjadi raja atas Israel, sehingga penggambaran tentang keadaan perang kurang penting.
Atas permohonan nabi muda, yang agaknya diarahkan kepada para panglima karena ia belum tahu siapa Yehu di antara mereka, Yehu bangkit dan masuk ke dalam rumah (ke kamar dalam di dalam rumah). Nabi muda mengikutinya lalu melaksanakan pesannya. Ia tidak mulai dengan berbicara dahulu menyampaikan beritanya, seperti agaknya diduga oleh Yehu, tetapi mengeluarkan buli-buli berisi minyak dari jubahnya, lalu menuangnya ke atas kepala Yehu. Masih sambil melakukan perbuatan yang mengejutkan itu, ia membuka mulutnya dan berbicara: ”Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: telah Kuurapi engkau menjadi raja atas umat TUHAN, yaitu orang Israel.” Artinya, nabi muda tidak mengung kapkan kata-katanya sendiri (atau kata-kata tuannya, Elisa), tetapi rumusan ”beginilah firman TUHAN” menunjukkan dengan terus terang bahwa ia mengucapkan kutipan langsung kata-kata TUHAN. Yang berbicara adalah TUHAN sendiri, yang bahkan memperkenalkan diri sebagai ”Allah Israel”. Apa yang nabi muda ini perbuat berarti bahwa mulai sekarang panglima Yehu adalah ”yang diurapi TUHAN” (mesias). Dengan tegas hubungan akrab di antara TUHAN dan umat-nya, Israel, disebut sehingga Yehu langsung mengetahui panggilan dan tanggung jawabnya sebagai raja atas orang Israel. Sama seperti nabi muda adalah orang kiriman yang mewakili Elisa (secara langsung) dan bahkan mewakili TUHAN (secara tidak langsung), demikian sekarang Yehu diangkat menjadi wakil TUHAN dalam memimpin umat-nya Israel. Kata-kata ”beginilah firman TUHAN, Allah Israel” tidak mungkin disalahpahami nya. Yehu akan langsung menyadari bahwa nabi muda yang anonim ini adalah sarana TUHAN, terlebih lagi kalau nanti dia langsung lari dan hilang sehingga tidak ada kesempatan untuk meminta informasi lanjutan kepadanya atau membicarakan tanggung jawab yang tiba-tiba diberikan kepadanya. Sarana yang TUHAN pakai, langsung lari sehingga Yehu tidak dapat berbuat lain dari menerima pesan yang diantarnya. Apa yang dikehendaki TUHAN harus sungguh-sungguh terjadi. Tampak jelas, pengurapan Yehu ini bukanlah ambisi manusia, melainkan urusan TUHAN sendiri! Yang bertindak di sini adalah dia!
Akan tetapi, sebelum membuka pintu kamar dalam dan pergi dari hadapan Yehu, nabi muda masih menambahkan sejumlah kalimat, yang ternyata belum disebut dalam ayat 1-3. Jadi, nabi muda tidak hanya mengurapi Yehu menjadi raja atas Israel, seperti ditugaskan kepadanya oleh nabi Elisa, tetapi selanjutnya ia masih memberikan instruksi rinci kepada Yehu tentang bagaimana dia akan mengawali pemerintahannya sebagai raja, yaitu bukan dengan melanjutkan peperangan melawan Hazael, raja Aram, melainkan dengan bertindak keras melawan Yoram, raja Israel, bersama seluruh dinasti Ahab (Omri). Demi keselamatan dan kesejahteraan orang Israel, Yehu diberi tahu oleh nabi muda untuk lebih dahulu membinasakan seluruh keluarga Ahab sampai tuntas (ay. 7-10). Itulah prioritas utama bagi dia sebagai raja baru: membebaskan Israel dari kuasa dinasti Ahab dan mengembalikannya kepada TUHAN.
Sesudah itu ia dapat berfokus lagi pada perang melawan Aram.
Sebelum berangkat, nabi muda mendapat instruksi yang mendetail dari Elisa (ay. 1-3). Dan dia benar-benar menindaklanjutinya dengan taat (ay. 4-6). Akan tetapi, mengenai kenyataan ia memberikan berbagai petunjuk kepada Yehu tentang apa yang akan dilakukannya pada awal pemerintahannya sebagai raja Israel, kita tidak mendengar satu kata pun dalam instruksi Elisa itu. Karena itu, beberapa penafsir langsung menarik kesimpulan bahwa ayat 7-10a merupakan tambahan yang melampaui instruksi Elisa. Semua perintah Elisa dilaksanakan semestinya oleh nabi muda itu tanpa satu kesalahan pun. Namun, selanjut nya tampaklah ia melanggar instruksi Elisa itu dengan menambahkan sebuah ”rancangan kerja” untuk Yehu.
Menurut para penafsir ada beberapa kemungkinan:
a) instruksi kepada Yehu ialah tambahan pribadi dari nabi muda, yang secara spontan diungkapkan nya atas prakarsanya sendiri. Walaupun tambahan itu dapat dipahami dengan baik, karena banyak orang Israel, khususnya yang masih setia percaya kepada TUHAN (rombongan-rombongan nabi), berharap dengan sangat supaya keburukan dinasti Ahab itu berhenti, tetapi nabi muda sebagai wakil tuannya tidak diperkenankan mengungkapkan pendapatnya sendiri, seakan-akan itu sesuai dengan kehendak tuannya.
b) instruksi kepada Yehu ini sebenarnya sudah termasuk dalam rangkaian perintah yang diberikan Elisa kepada nabi muda, tetapi belum disebut secara eksplisit dalam ayat 1-3 (entah dengan sengaja atau kebetulan).
c) instruksi kepada Yehu ini adalah penyataan yang langsung diberikan oleh TUHAN kepada nabi muda pada saat ia bertemu dengan Yehu.
d) instruksi kepada Yehu dalam ayat 7-10a sepertinya dimasukkan oleh redaktur lama setelah peristiwa itu terjadi. Untuk membenarkan pemberontakan dan tindakan Yehu melawan dinasti Ahab, redaktur itu selanjutnya menggam-barkannya sebagai kehendak TUHAN, seakan-akan kekerasan Yehu tidak terjadi menurut kesukaan nya sendiri, melainkan sesuai dengan perintah TUHAN (ada yang berpendapat umum bahwa semata-mata tidak mungkin TUHAN yang ciri khas-nya ialah kasih dan anugerah dapat melakukan kekerasan atau memerintahkan orang melakukannya atas nama-nya).
Menurut saya, tidak ada alasan yang meyakinkan untuk langsung menarik kesimpulan bahwa ayat 7-10a adalah tambahan pribadi dan spontan dari nabi muda itu (a), atau merupakan tambahan yang dimasuk kan oleh seorang redaktur dari belakang (d). Melihat struktur ayat 7-10a dalam keseluruhan ayat 4-10, tidak ada alasan pula untuk memperkirakan tambahan tersebut adalah penyataan TUHAN yang diberikannya kepada nabi muda itu secara langsung (c). Jadi, kemungkinan yang kedua (b) adalah opsi yang benar dan tepat, karena:
Wajarlah kita menarik kesimpulan bahwa instruksi dalam ayat 7-10a diberikan kepada Yehu menyusul pengurapannya adalah bagian integratif dalam keseluruhan ayat 6-10. Selain melaksana-kan rangkaian perintah yang berkaitan dengan pengurapan Yehu, nabi muda juga memberi instruksi yang bersangkutan. Semuanya bersifat firman TUHAN yang disampaikannya atas nama nabi Elisa.
Tidak perlu diragukan apakah Yehu langsung menyadari konsekuensi perbuatan dan kata-kata nabi muda itu. Tentu saja Yehu mengerti sepenuhnya bahwa pengurapannya berarti dia diangkat menjadi raja atas Israel dan hal itu terjadi sesuai dengan kehendak TUHAN. Selain itu, ia langsung menyadari bahwa jabatannya mulai efektif dengan segera dan bahwa sebagai akibatnya Yoram bukan raja lagi. Berkat campur tangan TUHAN pemerintahan dinasti Ahab habis mulai sekarang ini. Kebenarannya ditegaskan oleh nabi muda, bilamana ia menginstruksikan Yehu tentang apa yang akan dilakukannya sebagai langkah-langkah pertama keraja annya. Dalam ayat 7 yang menonjol ialah pergantian di antara kedua subjek ”Maka engkau akan membunuh…” dan ”dengan demikian Aku membalaskan….” Raja Yehu adalah sarana TUHAN untuk segera melaksanakan hukuman-nya atas keluarga Ahab dan izebel.
Mendengar instruksi nabi muda dalam ayat 7-10a itu, tentu saja kita kaget! Hukuman TUHAN atas dinasti Ahab yang sudah lama dinubuatkan dan yang sekarang diwujudkan itu adalah hukuman yang sungguh mengerikan: menurut kehendak-nya seluruh keluarga Ahab akan ditiadakan dari muka bumi tanpa kecuali, dengan definitif dan total. Untuk keluarga Ahab masa depan tidak ada. Walaupun vonis ini teramat keras (bdk. Kej. 6:13!), tetapi hukuman ini wajar karena seimbang dengan segala kejahatan yang telah raja-raja ini lakukan selama pemerintahan mereka, khususnya Ratu izebel yang dengan pengaruh buruknya menguasai suami dan anak-anaknya. Yang mencirikan pemerintahan dinasti ini ialah korupsi dan ketidakadilan, ketidakpercayaan dan ketidaktaatan. Dalam segala-segalanya raja-raja dinasti ini tidak memerintah sebagai wakil dan pelayan TUHAN (teokrasi), tetapi menurut kesukaannya sendiri. Mereka tidak peduli akan TUHAN sedikit pun, bahkan menghinakan dan mempermalu kan dia. Selain melanjutkan ibadah Yerobeam (dosa yang diperbuat oleh semua raja Israel Utara tanpa kecuali), mereka menambahkan penyembahan Baal dan mendirikan kuil besarnya di Samaria, ibu kota Israel Utara (kota ini baru dibangun oleh Raja Omri, raja pertama dinasti ini). Seperti Yerusalem adalah pusat ibadah kepada TUHAN, demikian Samaria menjadi pusat pemujaan Baal. Dengan demikian semua raja dinasti ini bersikap dan bergiat anti-TUHAN. Tentang raja pertamanya, Omri, penulis 1 Raja-raja mengatakan bahwa ”Omri melakukan apa yang jahat di mata TUHAN dan ia melakukan kejahatan lebih dari pada segala orang yang mendahuluinya” (1Raj. 16:25). Artinya, ia lebih buruk dalam melakukan dosa dan tingkah laku Yerobeam daripada Yerobeam sendiri dan daripada dinasti Baesa. Bukannya bertobat dan mengantar Israel kembali kepada TUHAN, ia justru membuat mereka semakin jauh dari TUHAN. Selanjutnya anaknya, Ahab, mengembangkan ketidaktaatan ayahnya lebih lanjut. Ia mengambil izebel, anak Etbaal (raja orang Sidon) menjadi istrinya. Lalu izebel membuat ia turut sujud menyembah Baal dan Asyera, dan bahkan mendirikan mezbah dan kuil untuk Baal dan patung Asyera di Samaria (16:31-33), menjadi pusat ibadah Baal. Sekaligus ia menantang TUHAN dengan melakukan apa yang keras dilarang-nya, yaitu membangun kembali Kota Yerikho (16:34). Dan ia mengangkat nabi-nabi palsu untuk menasihatkan dia, sedangkan nabi-nabi TUHAN disiksa dan dibunuhnya. Dengan itu Ahab menimbulkan sakit hati TUHAN, Allah Israel (16:33). Kemudian anaknya, Ahazia, mencari penyembuhan untuk penyakitnya dari dewa Baal-Zebub di Ekron, Filistea (2Raj. 1). Dan Yoram, raja berikutnya, juga dengan sengaja mengesampingkan TUHAN dan tidak menghiraukan-nya. Ia bahkan mempersalahkan TUHAN akan segala kesulitan yang Israel derita. Menurut Yoram, yang membuat raja dan bangsa Israel mengalami kesulitan dan kehilangan damai sejahtera adalah TUHAN. Berharap kepada TUHAN tidak bermanfaat, katanya (2Raj. 6:33). Dengan demikian raja-raja dinasti ini mengambinghitamkan TUHAN, seakan-akan dialah biang keladinya. Dengan berbuat demikian dosa mereka sudah memuncak. Saatnya TUHAN bertindak sudah datang.
Segenap keluarga (arti harfiah kata bhs. Ibrani bet ialah ”rumah”) Ahab akan dibunuh oleh Yehu karena kejahatan-kejahatan yang mereka lakukan. Penyebutan eksplisit izebel dan dosa yang dilaku kannya, yakni membunuh nabi-nabi TUHAN, menunjukkan bahwa sebenarnya dialah yang merupakan otak seluruh keburukan dinasti Ahab itu. Sebagai istri dan ibu, dia mendominasi Ahab, Ahazia, dan Yoram. Yang memerintah atas Israel sebenarnya izebel itu. Menurut kebijakan setaninya, dia semakin menutup mulut TUHAN. Nabi-nabi TUHAN dibunuhnya (1Raj. 18:4, 13; juga orang-orang setia lain seperti nabot, 1Raj. 21), sehingga firman TUHAN tidak dapat diberitakan lagi. Dengan demikian ia berusaha meniadakan kehadiran TUHAN dari tengah-tengah Israel, dan bahkan dari muka bumi. Bukan TUHAN yang memerintah lagi atas Israel, tetapi izebel. Dengan Elia putus asa, rencananya hampir terwujud. Akan tetapi, waktu sudah genap bagi TUHAN membalaskan darah hamba-hamba-nya kepada dia. Izebel akan dimakan anjing. Tidak seorang pun akan menguburkannya. Yang akan hilang dari muka bumi bukanlah TUHAN bersama nabi-nabi-nya, melainkan izebel bersama segala keturunannya. Rencana izebel akan gagal, kehendak TUHAN tetap akan terjadi.
Untuk melaksanakan hukuman-nya atas keluarga Ahab, TUHAN telah memilih Yehu sekitar 18 tahun lalu. Pada waktu itu ia telah menyatakan nama itu kepada nabi Elia. Melalui Yehu ini TUHAN akan mencabut dinasti Ahab dari Israel dengan radikal (kata bhs. Latin radix berarti ”akar”) sampai tidak ada satu orang anak atau cucu pun lagi. Hukuman itu telah disampaikan Elia kepada Raja Ahab sesudah pembunuhan nabot (1Raj. 21:20b-24). Pada waktu yang ditentukan-nya sekarang ini! TUHAN akan memperlakukan keluarga Ahab ”sama seperti keluarga Yerobeam bin nebat dan sama seperti keluarga Baesa bin Ahia”. Kedua dinasti itu pula sudah tidak ada lagi: hilanglah mereka bersama keturunannya karena murka TUHAN Yang Mahakuasa. Tidak pernah ada keluarga raja di Israel Utara yang dapat bertahan melawan TUHAN (perhatikan perbedaan dengan dinasti daud di Yehuda di mana karena janji dan anugerah Allah tetap ada keturunan, 2Sam. 7:16, 29).
Dalam ayat 8 kita membaca penggambaran rinci yang sama seperti yang diberikan sebelumnya tentang dinasti Yerobeam (1Raj. 14:10) dan dinasti Baesa (1Raj. 16:11): ”Aku akan melenyapkan dari pada Ahab setiap orang laki-laki (arti harfiah kata-kata bahasa ibrani masytin beqir ialah ”yang mengencingi tembok”),82 baik yang tinggi maupun yang rendah kedudukannya di Israel”. Yang khususnya disebut ialah ”setiap orang laki-laki” karena dengan menaburkan benih pada perempuan (yang selanjutnya melahirkan keturunan), mereka yang melanjutkan nama dan status keluarga. Kalau mereka binasa, kemungkinan untuk memperanakkan keturunan tidak ada lagi sehingga keluarga akan punah total.83 Bagi banyak suku bangsa kebinasaannya masih selalu merupakan perkara yang sangat memalukan dan hukuman yang paling berat: dengan tidak ada keturunan nama dan posisi mereka akan hilang dari muka bumi dan dilupakan untuk selama-lamanya, entah mereka orang rendah atau tinggi kedudukan nya, entah miskin atau kaya. Demikian seluruh keturunan dinasti Ahab, baik putra mahkota yang sangat berarti maupun keponakan yang tidak mempunyai posisi apa pun, akan binasa. Tidak ada hukuman yang sebanding dengan itu.
Mengenai makna kata-kata bahasa ibrani yang TB terjemahkan sebagai ”setiap orang laki-laki, baik yang tinggi maupun yang rendah kedudukannya di Israel”, ada keraguan. TL menerjemahkannya sebagai ”dan lagi segala orang yang terkurung dan yang tertinggal di antara orang Israel”. Menurut penafsir yang satu yang dimaksudkan ialah orang menikah dan orang bujang (atau dewasa dan muda), menurut penafsir yang lain yang dimaksudkan ialah orang bebas dan orang budak. Agaknya TB, juga BIMK dan FAH, memberikan terjemahan yang tepat. Bagaimanapun, yang menjadi pokok ialah bahwa untuk dihukum oleh TUHAN, status atau posisi orang tidak mempunyai arti sedikit pun. TUHAN tidak memandang bulu, sehingga tidak satu orang pun akan luput dari hukuman-nya. Di sini, hanya satu kriteria yang menentukan, yakni ikatan darah dengan keluarga Ahab, ditambah dengan orang lain yang telah melibatkan diri secara mutlak dengan keluarga Ahab, di antaranya para nabi dan imam Baal. Nanti dalam pasal-pasal berikut pemberitahuan nabi muda ini akan dibuktikan kebenarannya (9:16–10:36): semua orang laki-laki dalam keluarga Ahab dibunuh oleh Raja Yehu tanpa kecuali dan tanpa membedakan statusnya masing-masing.
No. | Hukuman TUHAN atas | Hukuman diberitahukan dan dilaksanakan |
---|---|---|
1 | Dinasti Yerobeam Yerobeam (22 thn) Nadab (2 thn) |
1Raj. 13:34 (diberitahukan secara umum) 1Raj. 14:9-11 (dinubuatkan kepada istri Yerobeam) 1Raj. 15:29-30 (dilaksanakan oleh Baesa) |
2 | Dinasti Baesa Baesa (24 thn) Ela (2 thn) |
1Raj. 16:1-4 (dinubuatkan kpd. Baesa sendiri) 1Raj. 16:7 (kesimpulan penulis) 1Raj. 16:10-13 (dilaksanakan oleh Zimri) |
3 | Dinasti Omri/Ahab Omri (12 thn) Ahab (22 thn) Ahazia (2 thn) Izeebel Yoram (12 thn) |
1Raj. 16:30-33 (penggambaran sifat Ahab) 1Raj. 19:15-18 (dinubuatkan kpd. Elia, tugasnya) 1Raj. 21:17-26 (dinubuatkan oleh Elia kpd. Ahab) 1Raj. 21:27-29 (pelaksanaan ditunda) 1Raj. 22:19-28 (dinubuatkan oleh Micha ttg. Ahab) 2Raj. 1:16 (dinubuatkan oleh Elia ttg. Ahazia) 2Raj. 2:7-10 (ditugaskan oleh nabi muda kpd. Yehu) 2Raj. 9:11-10:36 (dilaksanakan oleh Yehu) |
*) Pembahasan riwayat setiap raja dimulai dengan menyebut nama dan masa pemerintahannya. Selain itu, penulis langsung menggambarkan sifat dan sikap raja terhadap TUHAN. Tanpa kecuali semua raja Israel Utara ”melakukan apa yang jahat di mata TUHAN”, dan sering ada tambahan: ”dan ia melakukan kejahatan lebih dari pada segala orang yang mendahuluinya.”
Setelah nabi muda selesai berbicara, ia langsung membuka pintu, lalu lari. Ia tidak menunggu reaksi dari Yehu, tetapi meninggalkan dia begitu saja di kamar dalam, tempat ia baru saja mengurapinya menjadi raja atas Israel. Ketika para rekan Yehu melihat dia keluar seorang diri, besar kemungkinan mereka memanggil dia karena ingin tahu apa yang dibicarakannya dengan Yehu di dalam rumah itu. Akan tetapi, tanpa membuka mulutnya nabi muda lari keluar Kota Ramot untuk cepat kembali kepada Elisa dan melaporkan bahwa ia telah melakukan tugasnya sampai selesai.
Dalam ayat 11 kita membaca tentang Yehu bergabung kembali dengan para temannya yang masih ”sedang duduk berkumpul” di depan rumah (ay. 5). Istilah yang sekarang dipakai untuk menciri kan mereka ”pegawai-pegawai tuannya” lebih berjarak ketimbang kata sebelumnya, ”panglima-panglima tentara” (ay. 5), yang searti dengan ”para teman” (ay. 2). Tadi Yehu sendiri pun masih memangku pangkat itu, biarpun mungkin ia sebagai panglima besar kepala mereka. Akan tetapi, karena sekarang ia telah menjadi raja, mereka dengan otomatis menjadi bawahannya. Dari pegawai tuan mereka, Yoram, mereka beralih menjadi pegawai Raja Yehu. Jadi, perubahan istilah menunjukkan pergantian ”tuan” mereka. Selain itu, boleh jadi kabar tentang kedatangan nabi muda sudah mulai tersebar di markas sehingga berbagai pegawai bawahan juga datang ke tempat para panglima itu sedang duduk (mis. Kepala pasukan, komandan, atau juga prajurit penjaga yang melihat nabi muda itu datang dan pergi). Bagaimanapun, semua pegawai yang hadir di sana hampir tidak dapat mempertahankan keingin tahuan mereka lagi, sehingga pada saat Yehu keluar mendapatkan mereka, mereka langsung menyerbu Yehu dan menem bakinya dengan pertanyaan. Agaknya semua mereka mulai ramai berseru, mengajukan pertanyaan yang sama: ”Bagaimana, Pak?”
Dalam menceritakan peristiwa ini, penulis berfokus pada pertanyaan yang diajukan oleh satu di antara banyak orang itu. Menurut TB orang itu berkata: ”Apa kabar?” (bdk. BIMK: ”Ada kabar apa?” dan FAH: ”Ada persoalan apa?”). Akan tetapi, kata bahasa ibrani yang dipakai di sini, yakni ”Syalom?”, lebih tepat diterjemahkan dengan ”Adakah selamat?” (demikian TL), artinya ”Apakah semuanya baik?”, atau juga ”Apakah Bapak oke?” Mengenai alasan nabi itu datang, ada berbagai kemungkinan, entah positif atau negatif, bukan? Barangkali nabi itu mengantar berita yang memprihatinkan, atau bahkan berita duka tentang Raja Yoram di Yizreel (kesejahteraan raja memengaruhi semangat tentaranya: kalau kepala mereka terluka dalam perang, semua mereka akan bingung dan putus asa). Atau agaknya ia datang menyampaikan nubuat tentang berlangsungnya perang Hazael melawan Israel (apakah mereka akan dapat bertahan, setelah Yoram terluka?). Bayangkan, untuk mereka di sana maksud kedatangan nabi itu masih tanda tanya besar. Melihat ekspresi muka Yehu pada saat ia keluar pintu rumah, mereka mungkin langsung menyimpulkan bahwa ia telah mengalami sesuatu yang teramat mengharukan. Akan tetapi, apa? Sebenarnya kita tidak diberi tahu apakah Yehu sendiri merasa heran tentang segala apa yang diperbuat dan dikatakan oleh nabi muda itu di hadapannya, atau apakah sebaliknya ia tidak begitu terkejut karena sudah lama beraspirasi untuk mengambil-alih pimpinan dari raja, karena melihat suasana Israel yang kacau balau akibat cara pemerintahan dinasti Ahab. Akan tetapi, para pegawai negara masih belum tahu sesuatu pun. Bisa saja, mereka sudah menduga tentang apa yang terjadi di kamar dalam itu. Terlebih lagi, ketika sekarang melihat dan sepertinya juga mencium minyak di atas kepala Yehu, yang agaknya sudah meleleh ke janggut dan leher bajunya (bdk. Mzm. 133:2), mereka mengerti bahwa pertemuannya dengan nabi muda di dalam rumah itu, benar-benar sangat berarti bagi mereka semua dan bagi seluruh Israel. Minyak itu membentuk petunjuk penting ke arah pembukaan rahasia ini.
Para pegawai raja pastinya tidak mengenal nabi muda yang anonim itu, namun rupanya langsung menyangka bahwa orang yang datang membawa pesan untuk Yehu itu ialah seorang nabi TUHAN. Apakah mereka telah mengenalinya sebelumnya sebagai abdi Allah, misalnya karena jubah yang dipakainya, atau baru menarik kesimpulan itu, bilamana melihat dan mencium minyak di atas kepala Yehu, tidak tahu. Bisa juga, mereka hanya mengasumsi kannya secara deduktif: seandainya pembawa pesan itu datang dari raja yang sedang tinggal di Yizreel atau dari staf istana di Samaria, ia pastinya tentara yang memakai seragam.
Seandainya dia seorang asing yang datang sebagai utusan dari Hazael untuk membicarakan syarat-syarat perdamaian dengan pimpinan tentara Israel, sudah pasti ia tidak dapat memasuki kota begitu saja. Dan kemungkinan bahwa ia seorang rakyat biasa, misalnya penghuni kota atau petani desa, yang datang mengantar pesan untuk panglima Yehu, tidak masuk akal. Tinggal satu kemungkinan saja: orang itu tidak dapat tidak ialah seorang nabi yang datang untuk menyam paikan sebuah berita firman TUHAN. Akan tetapi, beritanya itu apa?
Mendengar nabi muda yang datang bertemu Yehu itu disebutkan sebagai ”orang gila itu” membuat kita bingung: mana mungkin seorang nabi TUHAN disamakan dengan orang gila? Sesungguh nya, ini kurang hormat untuk seorang abdi Allah, dan bahkan untuk TUHAN sendiri! Kita cenderung menarik kesimpulan umum bahwa, sebagai akibat cara pemerin-tahan dinasti Ahab, seluruh umat Israel tampaknya sudah tidak menghormati seorang nabi sebagai utusan TUHAN lagi, tetapi sebaliknya menghinakannya dan menganggapnya sama dengan orang gila (bdk. 2:23-25). Bukankah hal ini membuktikan bahwa firman TUHAN sudah tidak diterima lagi dengan serius, tetapi dipandang sebagai omong kosong, obrolan seorang gila saja? Walaupun benar-benar ada banyak sekali orang Israel yang bersikap dan berpikir sedemi kian rupa, termasuk Raja Yoram sendiri, tetapi kesimpulan seperti ini agak berat sebelah. Pada masa itu, ”orang gila” yang dimaksudkan bukan hanya orang yang cara berpikir nya terganggu sehingga omongannya kacau dan tidak lurus (atau perbuatan nya tidak normal, bdk. 9:20), melainkan juga orang yang kadang masuk ke dalam keadaan trans atau ekstase, berkat kuasa ilahi, misalnya nabi atau imam. Kata-kata yang dipakai untuk itu adalah ”kepenuhan” (artinya Roh Allah hinggap pada seorang nabi; lihat 1Sam. 10:9-12 dan 19:18-24; mengenai Elisa: 2Raj. 3:15) dan ”kerasukan” (mengenai nabi-nabi Baal, 1Raj. 18:29). Jika sebutan ”orang gila” dipakai di mulut rakyat untuk menunjukkan seseorang yang dikuasai oleh TUHAN, sehingga ia hanya mengatakan apa yang dihembus-kan Roh Allah ke dalam dirinya (dan bukan apa yang dipikirkan dan dirumuskannya sendiri; bdk. Interpretasi karismatis tentang ’bahasa Roh’ dalam 1Kor. 12), maka sebutan itu tidak begitu bersifat menghinakan, melainkan merupakan istilah pop rakyat yang mereka anggap sinonim saja dengan kata ’abdi Allah’. Kenyataan para teman Yehu memandang kedatangan dan pesan nabi muda itu bukan sebagai nonsens belaka, tetapi sebagai hal serius yang menunjukkan bahwa mereka mempunyai rasa segan kepada ”orang gila itu”. Akan tetapi benar, perbedaan di antara kedua arti itu sangat tipis, sehingga kalau digunakan selalu menimbulkan rasa bingung. Gampang saja orang memakai sebutan ”orang gila” atau ”kerasukan” sebagai kata ejekan, khususnya kalau mereka tidak suka mendengar nasihat dari seorang nabi TUHAN (seperti dalam 2Raj. 2:23-25). Dalam konteks pengurapannya oleh nabi muda itu, Yehu memanfaatkan nya dengan pintar, ketika menjawab bahwa ”kamu sendiri mengenal orang itu dengan omongannya!”
Mengenai orang menyebutkan seorang nabi TUHAN sebagai ”orang gila”, bandingkan juga sikap orang Kristen masa kini. Banyak di antaranya menjaga jarak dengan seorang rohaniwan (pendeta, pastor, penginjil; bdk. Seorang dukun dalam agama suku). Mengapa? Karena memandang seorang rohaniwan berkedudukan di atas dunia biasa, sehingga ia bukan manusia biasa? Atau karena berkomunikasi secara langsung dengan TUHAN di surga, sehingga dianggap aneh dan luar biasa, atau bahkan gila, terlebih lagi bila terjadi ia menegur orang Kristen, kalau mereka tidak setia melayani TUHAN? Padahal, setiap orang percaya berhubungan langsung dengan TUHAN! di suku-suku terasing pula, misalnya di Papua, seorang gila (yang pikirannya terganggu sehingga omongannya tidak wajar) sering dihubungkan dengan hal-hal sihir dan suangi.
Sekalipun Yehu berusaha untuk bersikap biasa, dengan berbuat seakan-akan pesan yang baru disam paikan kepadanya oleh nabi muda itu tidak penting, tetapi semua pegawai yang sedang menunggu di depan rumah telah menarik kesimpulan sendiri bahwa apa yang mereka berdua bahas di kamar dalam itu adalah hal yang mendesak. Bukankah sikap nabi muda yang tetap berdiam diri itu, lalu pertemuannya dengan Yehu di kamar dalam, dan akhirnya bekas-bekas minyak yang kelihatan di atas kepala Yehu itu menunjukkan dengan nyata bahwa apa yang terjadi di dalam rumah itu mempunyai arti penting untuk seluruh Israel? Jadi, hendaklah Yehu membuka rahasia itu.
Mengapa Yehu tidak langsung membuka rahasia pengurapannya, tetapi mencoba menyelesaikan pertanyaan rekannya dengan guyonan, katanya: ”Kamu sendiri mengenal orang itu dengan omongan nya!” dalam jawabannya ia memang mengaitkan dengan pintar pada sebutan ”orang gila itu”, katanya, ”kalau dia seorang gila, seperti kalian katakan, mengapa kok bertanya tentang apa yang dibicarakannya? Lo, obrolan seorang gila tidak pernah berarti apa-apa!” Akan tetapi, mengapa ia tidak terus terang membuka apa yang terjadi di dalam rumah itu? dapat disebutkan beberapa alasan: pertama, karena ia sendiri masih merasa pusing tentang kebenaran perbuatan dan kata-kata nabi muda itu, sehingga masih memikirkan posisinya yang baru dan sikap yang harus diambilnya sekarang; kedua, karena pikirannya masih kaget dan belum teratur tentang tindakan-tindakan selanjutnya yang harus diambilnya untuk mengamankan dan mengukuhkan jabatannya sebagai raja; ketiga, karena ia belum yakin akan tanggapan para rekannya atas pengurapannya menjadi raja, dan ragu-ragu apakah mereka akan menerimanya sebagai raja atau sebaliknya akan menjadi iri hati atau tetap memihak pada Yoram; dan keempat, karena membuka rahasia dan menyatakan dirinya sebagai raja mengandung risiko besar: kalau banyak orang langsung mengetahuinya, dampaknya tidak bisa dibayangkan, sehingga ada kemungkinan dia akan kehilangan kontrol. Menurut saya, opsi keempat adalah alasan yang paling wajar. Kalau rahasia pengurapan Yehu sudah dibuka umum sebelum waktunya, mana mungkin ia dapat menghindari kabar itu langsung disebar luaskan ke mana-mana, dan juga sampai kepada Yoram di Yizreel. Kalau Yehu membuka rahasia itu sekarang, hal itu sekaligus berarti bahwa dia harus segera mengambil tindakan-tindakan yang semestinya. Dan memang, itu dilemanya: untuk itu dia membutuhkan dukungan para rekannya. Singkatnya, Yehu sudah pasti tidak mau menipu para rekannya dengan jawabannya yang tidak-tidak, tetapi ia benar-benar sadar akan konsekuensinya, kalau ia langsung membuka mulutnya dan melapor tentang apa yang terjadi di kamar dalam itu. Sesungguhnya, ini perkara hidup atau mati.
Walaupun kebijakan Yehu bermaksud baik, tetapi para rekannya tidak merasa puas dengan reaksi Yehu atas pertanyaan-pertanyaan mereka itu. Dengan tegas mereka berkata: ”dusta! Cobalah beritahukan kepada kami!” Maka Yehu mengerti bahwa para pegawai raja semata-mata tidak akan menyetujui keputusannya untuk belum menyatakan apa yang tadi dialaminya di kamar dalam itu. Karena mereka langsung menolak jawabannya tadi, dengan memakai kata-kata tegas, Yehu tidak dapat tidak membuka rahasia mengenai pengurapannya dan mengenai instruksi yang harus dilaksanakannya. Dalam hanya satu kata pendek yang mereka ungkapkan dengan nada keras
”dusta!” tersiratlah kesan mereka merasa dipermainkan maupun kesan mereka sudah mengira apa yang terjadi. Karena Yehu adalah rekan sepangkat mereka, mereka juga merasa berhak untuk diperlakukannya sebagai sesamanya. Jadi, dengan tegas mereka mengajak Yehu: ”Cobalah beritahukan kepada kami! Jangan bermain petak umpat dengan kami!” Lalu tanpa mendiamkan informasi sedikit pun (”begini-beginilah”, bdk. 5:4), Yehu melapor tentang apa yang tadi dibicarakan dan diperbuat di bawah empat mata itu. Ia menceritakan segala-galanya kepada para rekannya, khususnya tentang pengurapannya atas kehendak TUHAN menjadi raja atas Israel. Kata-kata nabi muda dikutipnya dengan harfiah: ”demikian lah firman TUHAN: telah Kuurapi engkau menjadi raja atas Israel.” dengan demikian mereka mendapat kepastian tentang apa yang mungkin sudah mereka duga: kedatangan nabi muda itu benar-benar sangat berarti dan akan mempunyai konsekuensi besar untuk seluruh Israel, dan juga untuk perang yang sedang mereka adakan melawan Hazael, raja Aram.
Rahasia telah dibuka. Para pegawai raja sudah mendengar laporan Yehu. Dan mereka mengerti bahwa mulai hari ini rekan yang sedang berdiri di tangga di depan mereka adalah raja mereka, bahkan sesuai dengan kehendak TUHAN. Bagaimana reaksi mereka? Apakah mereka akan menerima Yehu sebagai raja baru mereka, atau sebaliknya menolaknya, entah karena mempunyai ambisi untuk naik takhta sendiri (bdk. Zimri dan Omri) atau karena tetap memihak kepada Yoram? Reaksi mereka tidak perlu ditunggu. Ternyata semua langsung setuju dengan senang hati: ”Segeralah mereka masing-masing mengambil pakaiannya dan membentangkannya di hadapan kakinya begitu saja di atas tangga, kemudian mereka meniup sangkakala serta berseru: ”Yehu raja!” (ay. 13). Seluruh markas mengakui Yehu sebagai raja, yang berarti mereka menolak Raja Yoram. Artinya, seluruh tentara Israel tidak akan menaati Yoram lagi, tetapi akan mengikuti Yehu sebagai kepalanya. Segera mereka memberikan kehormatan yang sepatutnya kepada Yehu, yang tampaknya masih berdiri di atas tangga di depan rumah. Agar raja tidak perlu berjalan di debu dan pasir, supaya kakinya tidak kotor, mereka masing-masing membentangkan jubah mereka di depan kakinya (berbeda dengan tadi, pada waktu ia masuk ke dalam rumah bersama-sama dengan nabi muda itu). Selain itu mereka meniup sangkakala dan berseru: ”Yehu raja!” inilah pengumuman resmi untuk seluruh tentara yang tinggal di Ramot-Gilead. Dengan penghormatan dan pengumuman yang spontan ini mereka mengabdikan diri kepada raja baru mereka. Yehu tidak perlu bingung tentang bagaimana sikap para pegawai yang tadi masih rekannya yang sepangkat dengan dia. Semua panglima dan bahkan seluruh tentara Israel mengiakan Yehu sebagai atasan mereka dan mengambil posisi di belakang Raja Yehu.
Beberapa penafsir memperkirakan bahwa pergantian Yoram oleh Yehu sebagai raja atas Israel khususnya berkaitan dengan silang pendapat di antara Yoram dan para panglimanya tentang bagaimana mereka dapat menghalau serangan-serangan Hazael, raja Aram. Yoram dianggap tidak mau mengikat diri dengan Asyur, yang tampak dari tindakannya meminta pertolongan dari Ahazia, raja Yehuda, keponakannya. Karena kedua raja ini ternyata ”bersifat tofu” dalam memerangi Aram, artinya mereka mempertahankan Kota Ramot-Gilead secara pasif, tidak berusaha aktif mengusir Hazael dari wilayah-wilayah Israel bagian Utara, para panglima mau minta pertolongan dari Asyur dan mengalahkan Aram. Kenyataan Yehu membayar upeti kepada raja Asyur, Salmaneser iii, tidak lama setelah menjadi raja (masih terdapat tugu peringatan raja Asyur ini, di mana nama dan gambar Yau = Yehu, tetapi disebut anak Omri, muncul sebagai taklukan dan sekutu Asyur; lih. Gambarnya), menunjukkan bahwa ia bersama para rekannya benar-benar minta pertolongan Asyur untuk menyerang Aram dari Utara, akibatnya Hazael terpaksa harus menghentikan perangnya melawan Israel sehingga Israel dibebaskan dari kuasa Aram. Mengenai pengurapan Yehu oleh nabi muda itu, para penafsir tadi menginterpretasikannya sebagai ”pengukuhan ilahi dari belakang”: ternyata TUHAN mendukung strategi para panglima itu dan tidak menyetujui Yoram. Menurut saya, boleh jadi ada perbedaan pendapat di antara raja dan para panglimanya mengenai strategi perang, yang lama-kelamaan dapat menimbulkan keinginan untuk melakukan kudeta. Akan tetapi, hal itu sungguh-sungguh tidak merupakan alasan bagi TUHAN untuk mengurus pergantian raja. Di sini bukan TUHAN yang menjadi aktor kedua yang menyetujui Yehu dan para rekannya sebagai aktor pertama. Sebaliknya, yang berprakarsa ialah TUHAN. Ia mempunyai pandangan yang sangat berbeda mengenai pimpinan yang harus diberikan oleh raja-raja Israel: hendaklah mereka percaya kepada TUHAN dan minta pertolongan dari dia! Kenyataan Yoram mohon keponakannya di Yudea menjadi sekutunya, dan para panglima mengusulkan untuk minta raja Asyur datang membantu mereka, menunjukkan bahwa umat Israel telah melupakan bahwa ”Pertolongan kita adalah dalam nama TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi” (Mzm. 124:8), dan yang sudah lama menjadi Allah perjanjian mereka. Yoram dan seluruh dinasti Ahab sudah membuktikan bahwa mereka semata-mata tidak percaya kepada TUHAN, tetapi sebaliknya merusakkan umat TUHAN. Itulah sebabnya nabi muda diutus ke Ramot-Gilead untuk mengurapi panglima Yehu menjadi raja. Pengurusan pergantian raja ini berdasarkan prakarsa TUHAN.
Ukiran-ukiran atas Obelisk Hitam (yang disimpan dalam British Museum di London), mengenangkan akan semua kemenangan Salmaneser iii, raja Asyur. Banyak raja ditaklukkannya dan membayar upeti kepadanya, al. Yau, anak Humri (Yehu, anak Omri).
Dan pokok perhatian yang pertama dan utama bukanlah pengusiran Hazael dari Israel, melainkan pemusnahan dinasti Ahab dari Israel. Yang merupakan ancaman terbesar bagi umat TUHAN bukanlah Hazael, melainkan Yoram sekeluarga yang dipimpin dengan tangan keras oleh izebel, pemuja Baal dan Asyera itu. Serangan dari dalam jauh lebih berbahaya untuk Israel daripada serangan dari luar.
Setelah para pegawai dan bahkan seluruh tentara di Ramot-Gilead mengakui Yehu sebagai raja baru atas Israel, Yehu langsung mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan (ay. 14-15). Ayat 14a dan 15b saling bersambungan. Ayat 14a menyimpulkan laporan tentang pengurapan Yehu menjadi raja ganti Yoram, dan sekaligus menggambarkan konsekuensinya: ”demikianlah Yehu bin Yosafat bin nimsi mengadakan persepakatan melawan Yoram”. Setelah diurapi oleh nabi muda, lalu dicanangkan sebagai raja oleh tentara Israel di Ramot-Gilead, Yehu mengadakan persepakatan dengan para rekannya untuk bersama-sama melakukan kudeta melawan Yoram. Untuk dapat melaksanakannya dengan sukses, tindakan pertama yang harus mereka lakukan disebut dalam ayat 15b. Yehu berkata: ”Jika kamu sudah setuju, janganlah biarkan siapa pun meloloskan diri dari kota untuk memberitahukan hal itu ke Yizreel.” Kedua kalimat tengah (ay. 14b-15a) merupakan ulangan dari 8:28-29, yang sekali lagi menjelaskan apa sebabnya Raja Yoram tidak tinggal bersama-sama dengan tentaranya di Ramot-Gilead lagi: pada awalnya ia memang ikut berjaga-jaga di Ramot-Gilead, bersama-sama dengan segenap orang Israel (= seluruh tentara Israel) dan raja Yehuda, Ahazia, menghadapi Hazael, raja Aram. Akan tetapi, karena terluka ia sudah pulang ke Yizreel. Sementara ini ia tinggal di sana untuk mengobati luka-lukanya.
Mengenai arti kalimat ”Yehu mengadakan persepakatan melawan Yoram” (ay. 14), itulah konsekuensi yang tersirat dalam pengurapannya sebagai raja. Untuk dapat mengambil alih kuasa rajani dan meluruskan keadaan Israel, haruslah Yoram disingkirkannya lebih dahulu. Sekalipun Yoram terluka dan tidak ikut serta lagi dalam peperangan melawan Hazael, tetapi baik secara formal maupun fakta ia masih tetap raja atas Israel dan kepala atas para panglimanya. Kenyataan ia tidak dapat berfungsi semestinya hanya bersifat sementara. Walaupun para pegawai raja di Ramot-Gilead sekarang mene rima Yehu sebagai kepalanya, tetapi sudah tentu Yoram akan menuntut haknya sesudah ia sembuh dari luka-lukanya. Apalagi, di Yizreel dan Samaria pastinya masih ada satuan tentara juga, khususnya para pengawal Yoram (dan ibunya, izebel), juga tua-tua dan seluruh rakyat Israel. Sekarang ini Yehu hanya raja atas mayoritas tentara yang bermarkas di Ramot-Gilead. Untuk membuat pengangkatannya sebagai raja menjadi resmi dan efektif secara umum, Yoram harus diturunkan dengan definitif dan ibunya, izebel, harus ditutup mulutnya untuk selamanya. Seluruh rakyat Israel harus dibujuk untuk menerima Yehu sebagai raja mereka dan memusnahkan dinasti Ahab sampai tuntas. Semua itu hanya dapat diwujudkan, kalau Yehu bersepakat dengan seluruh tentara di Ramot untuk bersama-sama melakukan kudeta melawan Yoram.
Sama seperti pembunuhan para nabi Baal atas perintah nabi Elia (1Raj. 18:40), demikian kudeta melawan Raja Yoram dan pembunuhan seluruh dinasti Ahab yang dinubuatkan atas perintah Elisa, terjadi sesuai dengan kehendak TUHAN sendiri. Dengan hukuman ini ia menunjukkan bahwa yang berkuasa atas umat-nya, Israel, semata-mata ialah dia (sesuai dengan arti nama Yehu: ”TUHAN, itu dia!”). Dia tidak menerima ketidaktaatan dan penyembahan berhala dinasti Ahab yang membuat Israel sangat berdosa melawan dia. Yehu diangkat-nya untuk membersihkan umat-nya dan membuat umat itu kembali kepada-nya.
Untuk dapat memenuhi tanggung jawab yang telah TUHAN letakkan di atas bahunya, Yehu benar-benar harus segera bertindak. Kalau berlambat-lambat, misinya akan gagal total sebelum dimulai. Hal pertama yang harus segera dilakukannya ialah menutup pintu-pintu markas dan Kota Ramot-Gilead untuk menghindari kabar mengenai ”perkembangan-perkembangan baru” ini disiarkan ke mana-mana, bahkan sampai kepada Yoram di Yizreel. Satu orang pun jangan dibiarkan meloloskan diri dari kota supaya tidak ada kesempatan Yoram untuk melawan Yehu. Dengan demikian pengurapan dan pencanangan Yehu sebagai raja atas Israel dan persepakatan tentara Israel melawan Yoram masih dirahasiakan untuk nanti dibuka di hadapan Yoram seperti petir di siang bolong.
Dalam ayat 15 yang menonjol ialah untuk mengambil keputusan, Yehu tetap melanjutkan kebiasaan awalnya: ia berunding dengan para panglima lainnya tentang strategi yang harus diikuti dan tindakan mana yang paling baik (bdk. Ay. 5). Agaknya dia sendiri mengemukakan usulan atau pikirannya, lalu minta persetujuan dari para rekannya: ”Jika kamu sudah setuju...” Cara ini menunjukkan kebijakan dan hikmat Yehu dalam memulai pemerintahan sebagai raja. Mana mungkin ia dapat berhasil kalau para rekannya tidak dilibat kannya dalam operasi pembinasaan dinasti Ahab ini! Akan tetapi, karena yang menyuruh dia ialah TUHAN sendiri, semoga Yehu percaya kepada-nya dan tetap menyadari bahwa tugas yang dilakukannya ialah perkara TUHAN sendiri. Hendaklah Yehu tetap mengingat bahwa dialah pelaksana perintah TUHAN.
Raja Yehu langsung bertindak. Perikop berikut dimulai dengan mengatakan: ”Kemudian Yehu naik kereta dan pergi ke Yizreel” (ay. 16). Maka, dalam pasal-pasal berikut kita membaca tentang Raja Yehu melaksanakan tugas yang TUHAN berikan kepadanya, yaitu memusnahkan dinasti Ahab bersama seluruh keturunan laki-lakinya dari muka bumi dan melenyapkan penyembahan Baal dari Israel. Seluruh kisah yang diceritakan secara mendetail dalam 2 Raja-raja 9:16–10:36 (bdk. 2taw. 22), tidak saya tafsirkan dalam buku ini, karena berfokus pada pelayanan nabi Elisa. Walaupun demikian, semua tindakan Yehu menyusul pengurapannya ialah akibat pelayanan Elisa sebagai abdi Allah. Demikian TUHAN menghukum seluruh dinasti Ahab yang dari awal sampai akhir pemerin tahannya tidak pernah peduli akan kehendak TUHAN, tetapi sebaliknya selalu mengabaikan-nya dan semakin menghinakan-nya. Melalui tindakan Raja Yehu, TUHAN membebaskan umat perjanjian-nya dari kuasa keluarga Ahab, khususnya izebel, yang dalam pemerintahannya menunjukkan diri sebagai sarana penurut iblis. Sekalipun Yehu tetap mengikuti dosa Yerobeam, tetapi dalam semua perbuatannya terhadap keluarga Ahab, ia menaati kehendak TUHAN dengan setia.
Beberapa hal signifikan dalam 2 Raja-raja 9:16–10:36 adalah:
Dengan demikian Raja Yehu membersihkan seluruh kerajaan Israel Utara: semua keturunan laki-laki keluarga Ahab dibunuhnya sehingga dinasti itu punah. Dan penyembahan Baal yang diimpor oleh izebel, istri Ahab, juga dihapuskan total. Demikianlah Yehu mempersiapkan Israel untuk TUHAN kembali menjadi Allah mereka. Ingatlah arti nama Yehu: ”TUHAN, itu dia!” tetapi, kasihan, Yehu tidak menjauh dari dosa-dosa Yerobeam dan melanjutkan dosa penyembahan anak-anak lembu emas yang di Betel dan dan. Artinya, pada awal pemerintahannya Yehu memang menaati TUHAN dengan baik, tetapi selanjutnya ia mempertahankan cara beribadah yang keliru yang sudah mencirikan kerajaan Israel Utara sejak awalnya (dosa Yerobeam). Karena itu, TUHAN tetap memakai Hazael, raja Aram, untuk menggunting daerah Israel (10:29-36). Walaupun Israel tidak beribadah kepada Baal lagi, tetapi karena tidak sungguh-sungguh bertobat kepada TUHAN, mereka tidak pernah aman dan sejahtera.
Dalam konteks pemerintahan Yehu sebagai raja Israel, arti namanya sungguh-sungguh mencolok: ”TUHAN, itu dia!” di antara para raja Israel Utara, hanya ada dua raja yang diangkat langsung oleh TUHAN sendiri, yaitu Yerobeam dan Yehu. Banyak mereka justru mengangkat dirinya sendiri karena punya ambisi pribadi dan kegairahan untuk berkuasa. Tidak ada satu raja pun, termasuk Yerobeam dan Yehu, yang melakukan apa yang baik di mata TUHAN. Ada yang semata-mata melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, seperti dinasti Ahab. Ada juga yang separuh-separuh melakukan apa yang sesuai dengan firman TUHAN, seperti Yehu. Akan tetapi, di Israel Utara tidak pernah ada raja seperti Yosafat, raja Yehuda, yang sepenuhnya melakukan apa yang baik di mata TUHAN. Keadaan ini memang sangat menyedihkan. Kalau umat TUHAN semakin jauh dari dia, karena mengikuti kesukaannya sendiri, mana mungkin mereka bisa menerima damai sejahtera dan berkat TUHAN? dengan demikian Israel membuang masa depannya, sampai akan dibuang sendiri oleh TUHAN. Walaupun demikian situasinya, ternyata TUHAN panjang sabar dan murah hati, tanpa berkurang mengasihi umat perjanjian-nya. Sifat TUHAN ini jelas kelihatan dalam seluruh sejarah Israel Utara. Akan tetapi, khususnya dalam pengurapan Yehu, TUHAN menyatakan kerelaan-nya untuk tetap memelihara umat-nya. Sesudah pemerintahan dinasti Ahab, yang benar-benar merupakan titik terburuk dalam sejarah Israel Utara, pemerintahan Yehu membentuk suatu gerakan kembali kepada TUHAN, biarpun Yehu masih tetap mempertahankan metode keliru Yerobeam dalam pelayanannya sebagai raja atas Israel. Pemusnahan penyembahan Baal dan Asyera yang diwujudkan oleh Yehu, berarti suatu perbaikan yang luar biasa bagi Israel. Dalam hal itu, juga dalam pemusnahan dinasti Ahab, Raja Yehu ”melakukan apa yang baik di mata TUHAN”. Pemerintahan Yehu menunjukkan kebenaran arti namanya: ”TUHAN, itu dia!” (bdk. 1Raj. 18:39). Dalam 10:30 kita baca apa yang difirmankan TUHAN kepada Yehu, kata-nya: ”Oleh karena engkau telah berbuat baik dengan melakukan apa yang benar di mata-Ku, dan telah berbuat kepada keluarga Ahab tepat seperti yang dikehendaki hati-Ku, maka anak-anakmu akan duduk di atas takhta Israel sampai keturunan yang keempat.”
Instruksi yang TUHAN berikan kepada Yehu melalui nabi muda itu dilaksanakannya dengan setia. Dengan demikian, Raja Yehu melepaskan umat TUHAN dari ”perbudakan” dinasti Ahab, yang membuat mereka sangat berdosa dan menghinakan nama TUHAN. Pada khususnya pengaruh dan kuasa izebel membuat Israel hampir binasa. Dengan membunuh nabi-nabi TUHAN yang berarti mulut TUHAN ditutupnya - ia sengaja membawa Israel ke tepi jurang pembinasaan. Dapat dikatakan, yang memerintah pada masa itu ialah iblis sendiri. Sampai Yehu menjadi sarana tangan TUHAN untuk membalik kan keadaan yang tidak ada jalan keluarnya lagi. Melalui Yehu, TUHAN menyelamatkan Israel dari kuasa iblis, sehingga yang dibunuh bukan lagi nabi-nabi TUHAN, melainkan nabi-nabi Baal, dan yang dihapuskan bukan ibadah TUHAN, melainkan penyembahan Baal. Dengan demikian pemerintahan Yehu menjadi berkat untuk Israel. Akan tetapi, sudah tentu, Yehu bukan ”mesias” (yang diurapi TUHAN) yang sempurna, seperti kita baca dalam 10:31, ”tetapi Yehu tidak tetap hidup menurut hukum TUHAN, Allah Israel, dengan segenap hatinya; ia tidak menjauh dari dosa-dosa Yerobeam yang mengakibatkan orang Israel berdosa pula.” Pengabdiannya kepada TUHAN hanya separuh-separuh. Untuk mewujudkan keselamatan sempurna dan kelepasan total dibutuhkan Mesias yang lain.