1 H. Venema dalam tulisannya ”Orientasi Ilmu Teologi Reformasi” mengatakan bahwa ”Istilah Yunani liturgia berarti: kebaktian, ibadah”. Jelaslah ia hanya memakai makna kata leiturgia sebagai istilah teknis dalam Ilmu Teologi, bukan dalam artinya yang asali dan seperti dalam Alkitab (jarang sekali muncul dalam Alkitab, hanya Kis 13, lih seterusnya).
2 Septuaginta adalah terjemahan PL dari bahasa Ibrani ke dalam bahasa Yunani. Disebut ”Septuaginta” (= tujuh puluh) karena menurut cerita (yang tidak pasti) PL diterjemahkan oleh 70 orang penerjemah, kira-kira 200 SM.
3 Valerandus Pollanus disebut sebagai orang pertama yang mulai memakai istilah ”liturgi”; ia berbicara tentang Liturgi Sacra (liturgi yang kudus) tahun 1551.
4 Karakteristik, ”mempunyai sifat khas sesuai dengan watak tertentu” (KBBI).
5 Baca Bab 6 tentang ”Berkumpulnya Jemaat Kristus”.
6 Faktor, artinya ”hal (keadaan, peristiwa) yang ikut menyebabkan (mempe ngaruhi) terjadinya sesuatu” (KBBI). Kita akan memakai kata ini sebagai istilah yang mencakup segala hal, keadaan atau peristiwa yang ikut menyebabkan atau yang mempengaruhi terjadinya liturgi. Lih gambar hlm. 27.
7 Lihat bab berikut dan ikhtisar pada hlm. 36.
8 Diberikan Ikhtisar Ilmu Teologi Reformasi, sebagaimana dipakai dalam STM GGRI ”Pelita”, Bomakia, Irian Jaya (dalam buku H. Venema, ”Orientasi Ilmu Teologia Reformasi”).
9 Biblisisme: memakai dan menatar Alkitab secara harfiah.
10 Dr. J.L. Ch Abineno, ”Gereja dan ibadah gereja”, Jakarta 1986, hlm. V.
11 Untuk faktor misioner, lih hlm. 28.
12 Demikian C. Trimp, dalam ”De gemeente en haar liturgie”, Kampen, 1989, Bab 5.
13 Kita gunakan terjemahan Pengakuan Iman Reformasiyang diterima sebagai asas gereja oleh GGRI Irian Jaya.
14 Kata ”katolik” berasal dari kata Yunani ”Katholikos”, yang berarti umum. Kata ini dipakai sebagai istilah teologis sbb: 1. ”surat-surat katolik”, yaitu surat-surat yang di tu jukan kepada berbagai jemaat (ump Surat Yakobus, Petrus, Yohanes, dan Yudas). 2. sebagai ciri gereja yang ”katolik”, bukan dimaksudkan ”Gereja Katolik”, tapi adanya gereja Kristus yang ”umum, yaitu di seluruh dunia, tanpa memperhitungkan batas-batas bahasa, perbedaan kulit, dll”. 3. ”iman yang katolik”, ump Katekismus Heidelberg, s/j 22 menyebut ”Pengakuan Iman Kristus yang am (= umum, katolik) dan pasti”.
15 Kita memakai terjemahan Katekismus Heidelberg yang terdapat dalam Buku Gereja (GGRI NTT).
16 Kata ”jemaah” (Gereja Kristen sering menggunakan sinonimnya ”jemaat”) berarti: kumpulan atau rombongan orang beribadah atau himpunan penganut agama (Kristen).
17 J.L. Ch Abineno, ”Ibadah Jemaat”, Jakarta, 1988.
18 J.L. Ch Abineno ”Ibadah Jemaat”, Jakarta, 1988, hlm. V.
19 Perjanjian antara dua pihak: Allah sebagai pihak pertama dan utama, dan manusia sebagai pihak kedua. Perjanjian ini mendapat akarnya yang pertama dalam Firdaus (Kej 3:15); berkembang terus melalui Nuh, Abraham, Daud sampai kepada Kristus. Kedua bagian Alkitab itu juga disebut PL dan PB. Demikian juga bangsa Israel disebut: bangsa perjanjian (yang lama) dan gereja Kristus sekarang disebut: umat perjanjian (yang baru; gereja juga dapat dinamakan Israel baru). Dalam PL ada tanda perjanjian (yaitu sunat) dan dalam PB ada tanda perjanjian (yaitu baptisan).
20 J.L. Ch Abineno, ”Gereja dan ibadah Gereja”, Jakarta, 1986, hlm. 36.
21 Untuk pelayanan lih Bab 7.
22 Hari pertama, yaitu hari Minggu, adalah hari utama untuk orang Kristen menggantikan ”hari sabat” (hari ketujuh) sebagai hari Tuhan dalam PL. Sejak semula jemaat pertama menganggap hari Minggu lebih penting daripada hari sabat, karena pada hari ini Yesus bangkit dari antara orang mati (lih Kis 20:7; 1Kor 16:2; Why 1:10).
23 Spiritualisme, menurut KBBI ”aliran filsafat yang mengutamakan kerohanian”.
24 Kata oikumenis berasal dari bahasa Yunani, oikuomenη: artinya dunia, tempat kediaman manusia. Dalam Alkitab kata itu muncul 12 kali, di Mat 24:14; Luk 2:1; 4:5; 21:16; Kis 17:6; 17:31; 19:27; 24:5; Rm 10:18; Ibr 1:6; Why 12:9; 16:14. Juga bisa disebut universal, artinya umum, berlaku untuk semua orang atau untuk seluruh dunia. Kata oikumenis sering digunakan salah, yaitu untuk menyebut kerja sama antar berbagai gereja Kristen, ump kebaktian oikumenis, yang berarti kebaktian di mana berkumpul anggota-anggota dari gereja-gereja Kristen yang berlainan.
25 Hal ini ditekankan dalam Hukum Gereja Reformasi, melawan bahaya independen-isme, yaitu pendapat mengenai pemerintahan gereja, yang memberlakukan wewenang jemaat setempat secara mutlak. Menurut pendapat ini jemaat dapat mengatur segala sesuatu secara tersendiri dengan tidak mengingat aturan ataupun ajaran di tempat lain. Independen berarti: mandiri, tidak bergantung kepada gereja lain.
26 Tentang pentingnya kebersamaan gereja-gereja, kita menunjuk kepada D.J. Zandbergen, ”Hukum Gereja Reformasi”, Bomakia, 1989, hlm. xxviii–xxxv.
27 ”Kita percaya bahwa oleh kedatangan Kristus, upacara dan perlambangan dari PL yang diperintahkan oleh hukum Taurat telah digenapi, dan dengan demikian seluruh bayangan ini telah diakhiri. Karena itu orang Kristen tidak boleh lagi melak-sanakan upacara-upacara tsb”.
28 ”Bait” berasal dari kata Semit (Ibrani/Arab) BETH, yang berarti: rumah. Umat Islam menggunakan kata ini dalam kata majemuk Baitullah, yaitu bangunan tempat umat Islam menghadap ketika salat. Di dalam Alkitab kita temukan kata ini ump di Betel, yang mengandung Bet dan El, rumah Allah (El = Elohim = Allah). Juga di Betlehem (= rumah-roti, karena tanah sekitar Betlehem subur sekali), Betsaida (rumah ikan, di pinggir Danau Genesaret).
29 KBBI cet. ke-2 menerangkan kata sinagoge sebagai ”tempat pemujaan orang Yunani”. Seharusnya Yahudi, walaupun kata ini dari bahasa Yunani, yaitu sinagogh: tempat untuk berkumpul jemaat Yahudi. Asalnya barangkali pada waktu pembuangan ke Babel (587–539 SM), karena di Babel orang Yahudi tidak dapat berkumpul di Bait Allah. Pada masa Yesus ada banyak ”sinagoge”, bukan saja di Kanaan, tapi di seluruh kekaisaran Romawi, yaitu di setiap tempat, di mana orang Yahudi tinggal.
30 Peta dasar ini dari R. Volp, ”Die Kunst Gott zu feiern, Liturgik”, Gtersloh, 1922, hlm. 189.
31 midrasj bahasa Ibrani, artinya ”penyelidikan, ajaran”. Istilah ini juga dipakai untuk menamakan buku-buku dengan ajaran dari rabi-rabi termasyhur.
32 Sebenarnya ”syema Yizreel”, bahasa Ibrani, artinya, ”Dengarlah Israel!”, yaitu pengakuan Israel atas keesaan Allah. Nas ini dianggap sebagai dasar monoteisme (artinya kepercayaan akan adanya satu Allah saja). ”Syema” ini sudah menjadi unsur liturgi dalam sinagoge setiap hari, pagi dan sore. Di samping Ul 6:4 ”syema”
33 ”Sanktus” bahasa Latin, artinya kudus.
34 ”Halel” adalah nama unsur liturgi perjamuan Paskah, yaitu Mzm 113–118, yang dinyanyikan pada perayaan pesta Paskah sbb: Mzm 113 dan 114 setelah cawan pertama (bagian ini disebut ”halel kecil”) dan Mzm 114–118 setelah cawan yang ke-3 (”halel besar”). Halel besar terdapat dalam Mat 26:30 dan Mrk 14:26. Kata ”halel” bahasa Ibrani, artinya: puji, bersorak. Juga terdapat dalam kata heleluya
35 ”eukharistia” (bh Yunani eucaristiα) harfiah berarti pengucapan syukur; pertama-tama menunjuk kepada doa syukur untuk pemberian roti dan anggur pada waktu Perjamuan Kudus. Di dalam misi Katolik Roma unsur-unsur misa (yaitu roti dan anggur) dijadikan kudus oleh pengucapan syukur ini, sehingga pada akhirnya kata ”Ekaristi” dipakai sebagai istilah untuk menamakan Perjamuan Kudus seluruhnya, terutama di dalam Gereja Kuno dan seterusnya di dalam Gereja Katolik Roma.
36 M.A. Vrijlandt, ”Liturgiek”, Zoetermeer, 1992, hlm. 33.
37 hierarkis, artinya ditentukan oleh tingkatan yang paling atas, dan ketentuan itu diharuskan untuk diberlakukan pada tingkatan-tingkatan bawah. Secara konkret: suatu liturgi yang ditentukan di Yerusalem harus digunakan oleh semua jemaat Kristen lainnya. Atau (masa kini) yang ditentukan oleh rapat Sinode, merupakan keharusan bagi semua gereja setempat.
38 otoriter, menurut KBBI ”sewenang-wenang”; berkekuasaan, dengan hak untuk bertindak.
39 Hal ini diakui PIR ps 28 sbb: ”Tidak seorang pun, entah dalam kedudukan apa pun juga, diizinkan menjauhkan diri dan tinggal mengasingkan diri dari perkumpulan yang suci ini. Karena itu, maka setiap orang wajib menggabungkan diri ke dalam perkumpulan ini dan mempersatukan diri kepadanya.”
40 Literatur: J.L. Ch Abineno, ”Ibadah jemaat dalam abad-abad pertama”, Jakarta, 1961; ”Ibadah jemaat dalam abad-abad pertengahan”, Jakarta, 1966; drs. G. can Rongen, ”Met al de heiligen, liturgie in de Hemel en op de Aarde”, Barneveld, 1990; M.A. Vrijlandt, ”Liturgiek”, Zoetermeer, 1992; T. Brienen, ”Orientatie in de liturgie”, Zoetermeer, 1992.
41 Tentang wewenang faktor sejarah liturgi dalam pembentukan liturgi, lih Bab 3, 9, dan 17.
42 Didakhè (dari istilah Yunani didache, artinya ”pengajaran”. Kata pertama dari kalimat pertama kitab ini, yaitu ”Pengajaran Tuhan oleh ke-12 Rasul kepada orang kafir”) kira-kira dikarang pada bagian ke-2 abad pertama; kitab kecil ini sudah memakai Kitab-kitab PB. Kita tidak tahu pengarangnya. Maksud kitab ini ialah mengajar orang kafir peri ajaran Tuhan. Jadi, semacam buku katekismus. Didakh mengandung 15 pasal, dan besarnya mirip dengan Surat Paulus ke Galatia. Bahasanya sederhana, dan ajarannya tentang baptisan dan Perjamuan Kudus belum berkembang, masih sederhana. Didakhè terkenal pada zaman pertama ini. Ditulis kira-kira 100 M, barangkali di Siria. Tulisan ini terdiri atas 3 bagian: bagian pertama (1–6) mengandung ajaran tentang ke-2 jalan, yaitu jalan menuju kehidupan dan jalan menuju maut. Masuk jalan kehidupan berarti juga mengangkat ”kuk Tuhan”. Bagian ke-2 (7–10) tentang baptisan, hal puasa, doa, ibadah, Perjamuan Kudus. Dan bagian ke-3 mengenai tata gereja dan kehidupan jemaat.
43 Waktu itu timbul prasangka ”kanibalisme”, yaitu bahwa orang Kristen pada waktu Perjamuan Kudus makan daging manusia dan minum darahnya. Tampaknya Plinius, dalam fungsinya menjaga keamanan di daerahnya, menyelidiki hal ini dan menyimpulkan bahwa perjamuan itu adalah perjamuan biasa, yang tidak bercacat. Bnd J.L. Ch Abineno, ”Ibadah jemaat dalam abad-abad pertama”, Jakarta, 1961, hlm. 10.
44 Yustinus Martir (”martir”, yakni seorang yang dihukum mati atau dibunuh karena keyakinan agamanya) berasal dari aliran filsafat Platonisme. Ia tertarik pada agama Kristen, dan menganggap ”filsafat” Kristen sebagai filsafat yang paling tua dan yang paling layak dipercayai di antara semua filsafat lain. ”Corak kekristenan Yustinus bukan moralistis, bukan juga mistis, melainkan intelektualistis”, menurut Th vd End, ”Harta dalam Bejana” hlm. 27.
45 Menurut terjemahan M.A. Vrijlandt dalam ”Liturgiek”, Zoetermeer, 1992, hlm.
46 Hari Minggu, berasal dari kata Portugis Domingo, yang berasal lagi dari bahasa Latin Dominus, artinya TUHAN. Jadi, ”hari Minggu” pada dasarnya berarti ”hari Tuhan”.
47 Klemens Romanus hidup di Roma pada akhir abad pertama. Ia dianggap Irenaeus sebagai uskup Roma yang ke-3 setelah Petrus. Klemens menulis surat kepada jemaat di Korintus pada tahun 96 setelah Kristus. Ia menulis kepada orang Kristen di Korintus karena perselisihan yang terjadi dalam jemaat ini. Beberapa presbiter (penatua) dipecat oleh anggota-anggota muda, dan itu sebabnya Klemens menasihati mereka untuk tetap bersatu dalam jemaat. Pemberontakan seperti ini tidak boleh terjadi dalam jemaat Kristus, karena berlawanan dengan kehendak Tuhan.
48 Ignatius dari Antiokhia hidup kira-kira tahun 69–115. Ia bekerja sebagai Uskup di Antiokhia (Siria). Pada akhir hidupnya ia ditangkap oleh 10 serdadu Romawi, yang mengangkutnya ke Roma, di mana ia mati martir (dilemparkan ke depan binatang-binatang liar). Dalam perjalanan ia berjumpa dengan utusan-utusan dari
49 ”hierarki” adalah ”urutan tingkatan atau jenjang jabatan (pangkat, kedudukan); organisasi dengan tingkat-tingkat otoritas dari yang paling bawah sampai yang paling atas”, KBBI, cet. ke-2.
50 variasi = berbeda bentuk, perubahan rupa.
51 ”Kanon” berasal dari kata bahasa Semit yang berarti gelagah, buluh. Dan gelagah ini dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur (seperti mistar). Selanjutnya mendapat arti sebagai patokan. Kata ini digunakan di gereja Purba untuk menunjuk kepada apa yang benar: pengakuan iman yang benar. Pertengahan abad ke-4 kata ini pertama-tama digunakan untuk menyebut Kanon Alkitab, yaitu suatu daftar kitab suci, yang dianggap termasuk Firman Allah secara sah. KBBI cet. ke-2 menerangkan ”kanon” sebagai: ”kitab-kitab yang termasuk daftar kitab suci yang otentik sebagai pegangan”. Kata ”kanon” juga dipakai dalam Ilmu Liturgi, yaitu untuk menunjuk doa Ekaristi.
52 Sabelius mengajarkan adanya satu Allah yang menyatakan diri dengan tiga nama, yaitu Bapa, Anak, Roh; Ia tetap satu oknum, yang memakai tiga nama ini, dan yang berkarya sesuai dengan nama itu. Ia menyangkal ketritunggalan Allah.
53 Prefasi, bahasa Latin praefatio: pendahuluan dalam doa sebelum perayaan Perjamuan Kudus.
54 anamnese, istilah teologis yang menunjuk kepada bagian peringatan akan penderitaan Yesus Kristus dalam liturgi Perjamuan Kudus. Anamnese ini mendahului perayaan Perjamuan Kudus sejak semula.
55 epiklese, dari bahasa Yunani epiklhsiς, yaitu seruan. Epiklese dipakai sebagai istilah teologis untuk doa dalam liturgi Perjamuan Kudus. Doa ini dalam sejarah gereja menjadi doa untuk mendoakan pengudusan elemen-elemen sakramen.
56 doksologi, dari bahasa Yunani doxα, hormat. Doksologi adalah pemujaan, yang sering terdapat dalam Alkitab, ump Mzm 41; 72; 89; 106; Rm 16:27; Ef 3:21; 1Tim 1:17; Why 4:9; 5:11; 7:12.
57 konsekrasi, yaitu pengudusan, terutama dipakai dalam misa untuk menunjuk kepada perubahan elemen-elemen Perjamuan Kudus menjadi daging dan darah Kristus.
58 Ireneus, uskup di Lion (Perancis), murid dari Polikarpus dari Smirna, 135–202. Ireneus kuat melawan aliran gnostik. Gnostik (gnwsiς, gnosis, artinya pengeta-huan, akali) adalah filsafat yang menyangkal bahwa Allah (yaitu Bapa dari Yesus Kristus) adalah Pencipta alam. Dunia terdiri dari materi yang buruk, dan bumi adalah tempat malapetaka. Dunia ini diciptakan oleh pencipta yang kurang tinggi dan yang kurang baik. Kita tidak bisa mengenal Allah; hanya melalui Kristus dinyatakan adanya Allah. Itulah kepentingan kedatangan Kristus ke bumi, sebagai pembawa penyataan Allah. Bukan untuk membebaskan manusia, atau untuk mendamaikan manusia dengan Allah. Itu sebabnya gnostik menyangkal kemanusiaan Kristus. Melawan gnostik, Ireneus menekankan Allah sebagai Pencipta dunia, dan Yesus Kristus menjadi manusia untuk mengganti manusia di kayu salib.
59 transubstansiasi, harfiah berarti: bahan atau zat (”substansi”) berubah/ber alih (”trans”) menjadi zat lain: roti berubah menjadi daging Kristus, dan anggur berubah menjadi darah Kristus.
60 Keterangan arti ”barat” dan ”timur” kita kutip Thvd End, ”Harta Dalam Bejana”, hlm. 81: ”Pada abad ke-4 mulai nyata bahwa gereja di bagian Barat kekaisaran Romawi adalah lain coraknya dari gereja di bagian Timur. Di kemudian hari, perbedaan itu mengakibatkan perpecahan antara kedua bagian gereja am itu, dan berlangsung terus. Bagian Timur merupakan Gereja Ortodoks Timur. Di bagian Barat berkembang Gereja Katolik Roma dan selanjutnya Gereja-gereja Protestan.
61 basilika, menurut KBBI ”bangunan persegi panjang dengan deretan pilar (berasal dari zaman Romawi dari abad ke-5 M), yang digunakan sebagai tempat pengadilan dan kemudian berkembang menjadi gereja”.
62 inteligensia, artinya kaum cerdik pandai.
63 kredo, dari bh Latin credo, yang arti harfiahnya: saya mengaku. Selanjutnya menjadi istilah yang mengacu kepada ”pengakuan iman”. Umpamanya Pengakuan Iman Rasuli dapat disebut suatu ”kredo”.
64 ideal, artinya sesuai dengan yang dicita-citakan atau diangan-angankan atau dikehendaki.
65 konsili, menurut KBBI, ”musyawarah besar pemuka-pemuka Gereja Katolik Roma”. Dalam Gereja Protestan rapat seperti ini pada masa kini disebut ”sinode”.
66 Terjemahan bebas.
67 pneumatomachen, dari penumato = roh, dan machen = melawan. Karena mereka melawan keallahan Roh Kudus, dan berpendapat, bahwa mereka sendiri sebagai manusia mengerjakan pekerjaan Roh Kudus.
68 Konstatinopel belum menyebut: ... dan Putra, filioque. Pengakuan, bahwa Roh Kudus keluar dari Bapa dan Putra ditambah pada Pengakuan Iman Nicea oleh Charles Agung tahun 767. Hal ini dibahas oleh sinode di Aken pada tahun 809.
69 Lihat tentang faktor dogmatis.
70 ikon, dari bh Yunani eikwν, ”lukisan, gambar, patung”. Lukisan-lukisan Kristus, Maria, rasul-rasul, nabi-nabi, orang kudus, malaikat-malaikat, peristiwa Alkitab, pesta gerejawi, dan lain-lain. Biasanya dilukis pada papan kayu, dan dianggap suci dalam Gereja Ortodoks Timur. Menurut ajaran Ortodoks Timur ikon-ikon ini mengandung pekabaran keselamatan oleh warna dan komposisinya, sehingga ikon dianggap kudus dan layak disembah. Menyembah ikon adalah ciri Gereja Ortodoks Timur sampai hari ini.
71 himne, nyanyian pujian; ”himnologi”, ilmu tentang nyanyian gerejawi.
72 Lih hlm. 149, bag. IV. EKARISTI
73 kirieeleison, dari bahasa Yunani, artinya ”Tuhan, kasihanilah kami!” menjadi unsur tetap dalam doa, mulai di Gereja Timur, dan dimasukkan dalam liturgi Gereja Barat sekitar tahun 330. Dalam bahasa Latin ”Miserere domine”.
74 haleluya, artinya ”puji Tuhan”.
75 katekesasi, berasal dari kata Yunani kathcew, arti harfiahnya ”bunyi dari atas ke bawah”, dan mendapat makna ”mengajar”. Bnd Luk 1:4; Kis 18:25; 21:21 dan 24; 1Kor 14:19; Gal 6:6. Katekisasi menjadi istilah khusus, mengacu kepada ajaran gereja bagi orang yang ingin mengaku percaya. Bandingkan juga ”Katekismus Heidelberg”, ajaran gereja untuk pemuda-pemudi.
76 Yohanes Chrisostomos, namanya berasal dari bahasa Yunani, crusς, artinya ”emas”, dan stoma, artinya ”mulut”, jadi: ”mulut emas”, karena Chrisostomos amat pandai bicara. Gereja Ortodoks Timur sangat menghormati Chrisostomos; mereka namakan liturgi Ekaristi sampai hari ini ”Chrisostomos”, walaupun menurut sejarah nama ini tidak cocok. Chrisostomos lahir kira-kira tahun 354, meninggal tahun 407.
77 litani, dari bahasa Yunani litaneuω (litaneuo) artinya: memohon dengan amat sangat secara amat merendahkan diri. Litani menjadi istilah untuk sejenis doa yang (menurut KBBI) ”tertentu kata-katanya dan diungkapkan secara sambut-menyambut pada upacara kebaktian di gereja, mula-mula oleh pendeta yang memimpin misa, kemudian disambut oleh seluruh jemaat” (doa ini sering dinyanyikan).
78 trishagion: kudus, kudus, kuduslah.
79 homili, dari bahasa Yunani omileω, ”berbicara, bercakap-cakap”. Bandingkan Kis 20:11, di mana homileo ditulis dalam arti pekabaran Firman di tengah jemaat. ”Homiletika” (Ilmu Khotbah) juga berasal dari kata ini.
80 komuni, dari bahasa Latin ”communio”, artinya persekutuan. Komuni adalah istilah dalam Gereja Katolik Roma yang mengacu kepada perayaan Perjamuan Kudus (misa), yaitu waktu makan bersama-sama. Karena pada saat tertentu ini jemaat mengalami persekutuan dengan Kristus dan dengan sesama orang percaya.
81 Epifani berasal dari bh Yunani epifaueiα, berarti penampakan. Di Gereja Purba Epifani telah menjadi suatu perayaan khusus, di samping Paskah dan Pentakosta.
82 Dikutip dari Th vd End, ”Harta dalam Bejana”, hlm. 63.
83 katakombe, liang besar di dalam tanah, yang dipakai sebagai kuburan. Digali lorong panjang dari depan (oleh orang Kristen yang kaya yang dikubur), dan dari lorong pertama ini digali banyak lorong sempit ke belakang sebagai tempat kuburan Kristen yang biasa atau yang miskin. Di dalam dinding lorong dipahat banyak lobang yang dapat ditutup dengan papan batu. Barangkali pada waktu penganiayaan hebat orang Kristen bersembunyi dalam katakombe dan beribadah di dalamnya.
84 klerus berasal dari kata Yunani klηroς, artinya pusaka, karena golongan rohaniwan ini (artinya para imam, diaken, uskup) dianggap sebagai golongan yang sama seperti orang Lewi pada zaman PL, ”Tuhan berfirman kepada Harun: di negeri mereka engkau tidak akan mendapat milik pusaka dan tidak akan beroleh bagian di tengah-tengah mereka: Akulah bagianmu dan milik pusakamu di tengah-te-ngah orang Israel” (Bil 18:20). Klerus ini membagi-bagikan keselamatan kepada kaum awam.
85 antifoon harfiah berarti ”suara lawan”.
86 Bukan saja dalam Gereja Katolik Roma melodi-melodi ini masih digunakan; tampaknya (yaitu berdasarkan penyelidikan sejarah) Kalvin juga mengambil alih melodi-melodi Gregorius, atau memilih melodi yang mirip dengan itu. Sehingga dari mazmur-mazmur yang dinyanyikan dalam Gereja Protestan (yang berasal dari Jenewa, dan yang biasanya disebut ”melodi-melodi Jenewa”) juga ada yang berasal dari Gregorius.
87 ex opere operato, dari bh Latin; ex opere: yang dilakukan dan yang dikatakan; operato: yang dikerjakan atau dihasilkan; anggapan bahwa dalam pelayanan sakramen-sakramen ada kuasa untuk menyelamatkan setiap manusia yang ambil bagian dalam pelayanan itu. Demikianlah sakramen-sakramen menjadi sebuah saluran anugerah yang utama.
88 J.L. Ch Abineno, ”Ibadah Jemaat dalam abad-abad pertengahan”, Jakarta, 1965.
89 SIL (Summer Institute of Linguistics) adalah suatu organisasi yang berusaha menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa semua suku bangsa dunia. Cabang SIL Ing gris menamakan dirinya juga: Wycliffe Institute, karena mereka mengikuti teladan John Wyclif dengan menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa rakyat.
90 legenda, yakni cerita dalam gereja dari zaman dahulu, yang ada hubungannya dengan sejarah gereja.
91 Dikutip dari M.A. Vrijlandt, ”Liturgiek”, hlm. 83.
92 Dalam bahasa Latin: viva vox evangelii.
93 Istilah Latin: ”lectio continua”.
94 absolusi, asalnya suatu istilah dari Ilmu Hukum: putusan hakim yang membebaskan dari segala tuduhan. Dalam Gereja Katolik Roma menjadi istilah liturgis untuk mengacu kepada ucapan imam kepada seorang manusia yang bertobat karena dosanya: Ego teabsolvo, yang artinya ”Aku mengampuni engkau”. Formula liturgis ini telah mengganti formula lain, yang berlaku sampai abad ke-12: Christus teabsolvat, yang artinya: ”Semoga Kristus mengampuni engkau”.
95 Dalam bukunya Forme des Priéres, yang dikutip dari M.A. Vrijlandt, ”Liturgiek”, hlm. 89.
96 Lagu ”Aku cinta produksi dalam negeri”, ciptaan Budi Jolong dan dinyanyikan oleh Dhidot, 1985.
97 Kultur berasal dari kata Latin colere, harfiah artinya menggarap, mengerjakan, mengolah, menyelesaikan, memelihara, menghiasi. Maka kata ”kultur” itu men-
98 J.L.Ch Abineno, ”Gereja dan Ibadah Gereja”, Jakarta, 1986, hlm. 27. Dalam buku ini terdapat pidato dr Abineno tentang ”Pola-pola Liturgi”, yang diucapkannya pada kesempatan Dies Natalis STT Jakarta tahun 1962. Sebagian dari pidato itu dikutip di sini.
99 J.H. Bavinck, ”Enkele liturgische opmerkingen en voorstellen”, majalah ”De Opwekker”, 1938, hlm. 423.
100 Pdt. K. van Dijk, ”Waarom de 150 psalmen, ook bij de Javaanschen kerkzang”, majalah ”De Opwekker”, 1933, hlm. 10–28.
101 D.S. Amalorpavadass, ”Indigenization and the liturgy of the church”, majalah ”The International Review of Mission”, 1976, hlm. 169.
102 Organ, alat musik seperti piano; nada-nada dihasilkan dari udara yang dihem-buskan ke dalam pipa-pipa yang berbeda bentuk dan ukurannya. Alat musik ini biasanya dipakai dalam ibadah gereja-gereja yang bercorak Barat.
103 Daniel Montoya Rosales, ”The influence of the missionary heritage on liturgical forms”, dalam majalah ”The International Review of the Mission”, 1985, hlm. 373, dst.
104 Anscar J. Chupungco, OSB, ”Penyesuaian liturgi dalam budaya”, terjemahan dari ”Cultural adaption of the Liturgy”, Yogyakarta, 1986.
105 Blangkon, sebuah kopiah, topi, kain kepala berbentuk lonjong dan tidak mempunyai hiasan.
106 A.J. Chupungco, ”Penyesuaian Liturgi Dalam Liturgi”, hlm. 104.
107 J.L. Ch Abineno, ”Gereja dan ibadah Gereja”, Jakarta, 1986, hlm. 32.
108 Chupungco, hlm. 101.
109 Asimilasi = penyesuaian (peleburan) sifat-sifat asli yang dimiliki dengan sifat-sifat lingkungan sekitar.
110 Abineno, hlm. 32.
111 Akomodasi, harfiah: penyesuaian.
112 Sinkretisme, harfiah berarti, ”campuran”; biasanya dipakai untuk menunjukkan campuran elemen-elemen agama yang berbeda; terbentuknya pengertian atau bentuk yang baru, yang mengandung elemen-elemen dari dua atau tiga agama.
113 J.H. Bavinck, ”Inleiding in de Zendingswetenschap”, Kampen, 1954, hlm. 181.
114 Kompromi yaitu ”persetujuan dengan jalan damai atau saling mengurangi tuntutan” (KBBI).
115 J.H. Bavinck, hlm. 181–182.
116 A.J. Chupungco, ”Penyesuaian Liturgi dalam Budaya”, hlm. 106.
118 Animisme, yaitu kepercayaan kepada rohroh yang mendiami tiap benda (pohon, batu, sungai, gunung, dsb) (KBBI).
119 J.H. Bavinck, ”Inleiding in de Zendingswetenschap”, hlm. 175; Bavinck mengutip Kraemer, ”Christian Message”: ”Every religion is an indivisible, and not to be divided, unity of existential apprehension”, hlm. 135. Bandingkan J.L. Ch Abineno, ”Liturgische vormen en patronen in de Evangelische kerk op Timor”, Den Haag, 1956, hlm. 111.
120 J. Verkuyl, ”Etika Kristen dan Kebudayaan”, cet. ke-5, Jakarta, 1989.