Sudah kita bahas bahwa ”makna kata liturgi” dalam Alkitab lebih luas dari maksan yang biasa kita pakai dalam teologi. Dalam bab ini akan kita lihat bahwa liturgi tidak terbatas pada hari Minggu saja.
Cakupan istilah liturgi dalam teologi agak terbatas, padahal dalam PB cakupannya luas sekali.
Sejauh ini kita memakai kata ”liturgi” pada umumnya secara terbatas, yaitu dalam arti menata kebaktian dan ibadah. Sekarang kita perlu memahami artinya yang lebih luas, karena orang Kristen tidak hidup sebagai Kristen hanya pada hari Minggu, tetapi setiap hari dan setiap saat dalam kehidupannya. Di rumahnya sendiri ia wajib memperhatikan semua janjinya kepada Tuhan. Kehidupan jemaat lebih luas daripada berkumpul pada hari Minggu. Persekutuan orang kudus harus berfungsi setiap hari. Dan di tengah masyarakat pun ada kewajibannya untuk melayani dan menyatakan kasih Kristus kepada sesamanya.
Liturgi harian dinyatakan bukan hanya pada waktu keluarga berdoa, atau tuan rumah membaca Alkitab. Memang, itu juga penting. Tetapi, seluruh kehidupan mengalami perubahan karena diabdikan kepada Allah.
Abineno mengungkapkan kepentingannya itu sebagai berikut:
”Segala sesuatu bergantung di sini pada pertanyaan, bagaima nakah kita menafsirkan kata ’liturgi’. Kalau kita mau memperhatikan arti yang luas dari pengertian ini dan menanggapnya sebagai pelayanan yang melingkupi seluruh kehidupan jemaat, dengan perkataan lain, kalau liturgi tidak kita batasi pada ’tata kebaktian’ dan pada ’ibadah’ (= worship) dalam arti yang sempit, tetapi kita secara prinsipiil mau mempertahankan seluruh konteks kehidupan jemaat, maka usaha kita untuk mendapatkan pola-pola liturgi menjadi sangat penting.”20
Alkitab bicara luas sekali tentang pelayanan kita setiap hari. Arti nya, kita berbakti kepada TUHAN (= mengadakan liturgi) setiap hari. Bukankah kita sering berdoa semoga TUHAN menolong kita untuk mengorbankan seluruh kehidupan kita kepada-Nya?
Ringkasan hukum Taurat, yaitu untuk melayani Dia dengan segenap hati, jiwa, dan kekuatan, adalah undang-undang Tuhan yang berlaku untuk setiap hari! Terang Injil tidak boleh dikurung, tetapi harus ditempatkan di atas kaki dian, supaya semua orang melihat cahayanya.
”Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan,
dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak
akan diketahui dan diumumkan.” (Luk 8:17)
Tuhan berjanji akan menjaga keluar masuk orang percaya (Mzm 121:8), dan manusia harus menyadari bahwa Tuhan memandang seluruh kehidupannya:
”Tuhan, Engkau menyelidiki dan mengenal aku;
Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri,
Engkau mengerti pikiranku dari jauh.
Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring,
segala jalanku Kau maklumi.” (Mzm 139:2-4)
Bahkan pikiran manusia terpapar nyata bagi pandangan Tuhan. Kehidupan manusia merupakan suatu kesatuan. Adalah mustahil membagi kehidupan manusia menjadi dua bidang yang terpisah, yang satu beragama, yang lain tidak. Ada banyak nas dalam Alkitab yang dapat disebut di sini; tetapi kita hanya meneliti beberapa saja, yang sifatnya khas.
”Karena itu saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu,
supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup,
yang kudus dan yang berkenan kepada Allah:
itu adalah ibadahmu yang sejati!” (Rm 12:1)
Dalam nas ini kita dengar kata-kata yang mirip dengan kata-kata yang pernah didengar orang Israel di Bait Allah. Paulus memetik kata-kata ini dari ibadah PL, dan menggunakannya untuk menyoroti seluruh kehidupan kita setiap hari. Bandingkan juga Lukas 1:74
”... supaya kita, terlepas dari tangan musuh, dapat beribadah
kepada-Nya tanpa takut, dalam kekudusan dan kebenaran di
hadapan-Nya seumur hidup kita.”
dan Ibrani 12:28
”Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan,
marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah,
menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan
takut.” (lih juga 1Ptr 2:5, 9; Flp 3:3)
Kata-kata Surat Ibr ini berasal dari liturgi lama, yang berasal dari Kemah Suci dan dari Bait Allah, masuk ke dalam rumah-rumah orang Kristen dewasa ini, untuk menyita kehidupan kita sehari-hari. Artinya, seluruh kehidupan kita harus berubah, agar bentuk, warna dan keindahannya menandai pelayanan21 kita kepada Allah.
Penghormatan terhadap Allah pada hari pertama22 setiap minggu, tidak boleh terbatas hanya dalam ruang gedung gereja saja, tetapi harus memancar lewat dinding gedung itu, juga lewat hari yang satu itu, ke setiap hari lainnya dan ke setiap rumah Kristen.
Jadi, secara asasi terdapat hubungan erat antara hari Minggu dengan hari-hari lainnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka kesimpulan yang selanjutnya untuk kehidupan kita adalah:
Kita tidak boleh memisahkan kehidupan menjadi dua bagian:
Satu bagian untuk kehidupan biasa, dan satu bagian untuk kehidupan ibadah. Tidak ada dua bidang atau dua tingkat dalam kehidupan kita, yaitu satu bidang biasa dan satu bidang suci.
Perbuatan Tuhan juga tidak terbatas, tidak hanya meliputi salah satu bagian kehidupan. Dan perbuatan Allah juga tidak terku-rung dalam gedung gereja. Di hadapan Tuhan kehidupan merupakan kesatuan yang utuh. Yesus Kristus menyelamatkan bukan separo kehidupan kita, tetapi seluruh kehidupan!
Seandainya kehidupan dapat dibagi menjadi dua bidang, maka akibatnya akan sangat berbahaya dan mengerikan. Karena kalau demikian keadaannya, maka orang dapat melakukan kewajiban agamanya sebagaimana mestinya pada waktu ia di gedung gereja, tetapi begitu ia keluar dari gedung gereja ia melupakan agamanya dan hidup terus dalam dosa.
Jelaslah, pemisahan kehidupan ke dalam dua bagian bidang rohani dan bidang jasmani adalah sangat berbahaya. Arti nya, kita ke gereja untuk memenuhi kewajiban agama semata-mata, tetapi habis kebaktian kita melupakan segala nasihat dalam khotbah, bahkan melupakan pertobatan dalam doa, lalu membiarkan lagi segala dosa dan kelemahan menguasai kita. Usai kebaktian kita teruskan hidup kita bergelimang dosa dan cara hidup kita tidak berbeda (lih Ef 4:20) dari cara hidup orang fasik di dunia ini, bahkan besar kemungkinannya lebih jelek dari kehidupan fasik itu. Suara Firman Tuhan yang kita dengar di gereja dan yang mesti memberi warna, bentuk, dan keindahan dalam kehidupan kristiani kita sehari-hari, dengan sengaja kita padamkan.
Padahal kebaktian pada hari Minggu mengajar kita peri pengabdian total kepada Tuhan, yang menjadi dasar kesatuan seluruh kehidupan. Keindahan ibadah harus mewarnai seluruh kehidupan kita dan harus menyingkirkan semua hal yang tidak baik, dosa dan yang tidak suci. Hanya dengan demikianlah segenap kehidupan kita menjadi korban yang berkenan kepada Allah.
Itulah syarat yang wajib diindahkan agar liturgi dalam gereja pada hari minggu dapat menyenangkan Tuhan!Jika sebelumnya kita menalar hubungan antara liturgi kebaktian Minggu dan ”liturgi” harian, janganlah menyimpulkan bahwa ke bak tian Minggu tidak penting lagi! Penyimpulan demikian terjadi dalam lingkungan ”spiritualistis”23, yaitu orang yang mengutamakan kehidupan rohani dan pekerjaan Roh Kudus sede mikian rupa, sehingga setiap hari penuh dengan pekerjaan rohani. Oleh karena itu. hilanglah perbedaan antara hari Minggu dan hari-hari lainnya. Memang, seperti sudah ditekankan, hari Ming gu mempengaruhi hari-hari lainnya.
Akan tetapi, hal itu tidak berarti bahwa hari Minggu dapat disama kan dengan hari-hari lainnya. Juga tidak, bahwa setiap hari harus menjadi sama seperti hari Minggu. Sudah kita lihat dalam Bab 6, bahwa justru berkumpulnya jemaat pada hari Minggu adalah ciri khas jemaat. Ini sesuai dengan Alkitab, artinya sesuai dengan petunjuk Allah sendiri. Berkumpulnya atau bersidangnya ini diutamakan sebagai pengkonkretan perjanjian Allah dengan kita. Allah rindu untuk bergaul dengan umat-Nya, pada hari yang dikhususkan untuk itu dan di tempat tertentu. Tidak percuma Allah menciptakan manusia dan mendirikan perjanjian anugerah dengan manusia. Pertemuan itu diwujudkan pada hari Minggu, di dalam gedung gereja, dalam rangka liturgi yang tidak sembarangan, tetapi yang bentuknya jelas dan tak tergoyahkan.
Umat perjanjian harus secara tepat dan teratur menghadap Tuhan. Umat itu harus menyadari, bahwa tidak mungkin memilah kehidupan, sehingga terpengaruh pada pelayanan Firman hanya pada hari Minggu. Oleh kehidupan yang sesuai kehendakNya, Allah menerima hormat dan pujian pada setiap hari dan setiap tempat di mana ada orang Kristen di dunia ini.
Jemaat berkumpul di suatu tempat (gereja) pada setiap hari Minggu. Di sana bersama-sama mengaku bahwa Yesus adalah TUHAN! Yesus telah menebus kita dari segala dosa. Dan Ia telah melepaskan kita dari segenap kuasa Iblis. Dengan demikian kita milik-Nya (bnd KH, Minggu ke-13). Karena itu umat Tuhan yang telah ditebus demikian, wajib memberlakukan pengakuan ini juga pada hari-hari lainnya secara konkret: di jalan-jalan desa dan kota, di ladang-ladang, rumah-rumah tetangga dan tempat kerja. Pengakuan ini menjadi sumber kuasa dan hikmat untuk menguduskan kehidupan sesuai kehendak Allah. Demikianlah ajaran gereja dari abad ke abad, juga dalam KH, Minggu ke-38:
Apa yang dituntut Allah dalam Firman keempat?
Pertama, supaya kebaktian atau tugas pelayanan Firman dan pendidikan serta ajaran Kristen tetap dipelihara, dan supaya saya teristimewa pada hari Sabat, yakni pada hari perhentian itu, setia datang kepada jemaat Allah
Kedua, supaya saya berhenti dari pekerjaan saya yang jahat selama ini, dan menerima Allah bekerja dengan RohNya di dalam hati saya, dan dengan demikian memulai hari Sabat yang kekal dalam kehidupan ini juga.Ibadah menjadi kata merdu bagi kita, yang menggembirakan hati kita. Liturgi adalah perayaan, yaitu perayaan keselamatan yang terdapat dalam perjanjian anugerah. Perayaan ini (yaitu pestaitu!) akan mengajarkan kita suatu kehidupan yang indah dan bercahaya.