Pemberitaan Injil, bahwa Kristus mendamaikan Allah dengan manusia, menciptakan persekutuan. Persekutuan yang diciptakan dan dipelihara oleh pekabaran Injil adalah persekutuan yang bersifat ganda, yaitu antara Allah dan manusia, dan antara sesama anak-anak Allah.
Itulah sebabnya mengapa Injil diberitakan terutama dalam lingkungan jemaat. Konkretnya, di tempat dan pada waktu jemaat berkumpul untuk bersekutu. Pada waktu itu dan di tempat itu diwujudkan pertemuan antara Allah dan manusia, dan antara anggota-anggota jemaat. Pada waktu itu dan di tempat itu diberitakan janji-janji TUHAN secara nyata, dan sakramen-sakramen dilaksanakan untuk memeteraikan janji-janji itu.
Jemaat bertemu dengan Allahnya; jemaat dalam PB diizinkan untuk menghadap Tuhan (Ibr 10:19, 22; 12:18, 22). Tuhan berbicara kepada umat-Nya. Dan jemaat mendengar kepada Allah, memuji Dia, berdoa kepada Dia dan mengaku kepercayaannya di hadapan Allah. Arti persekutuan yang sungguh dan benar:
Injillah yang dapat mewujudkan persekutuan dan pertemuan ini, memakai pelayan-pelayan (yaitu pejabat-pejabat) yang ditugasi membentuk pertemuan ini.
Dalam Ilmu Liturgi kita lihat bagaimana tugas ini dilak-sanakan oleh jemaat (dipimpin dan didorong oleh pejabat-pejabat) dengan sebaik-baiknya, mengingat segala macam faktor6 yang harus atau yang dapat mempengaruhi terwujudnya liturgi. Faktor-faktor ini berbeda corak dan wewenangnya. Sebagai contoh kita menyebut faktor alkitabiah, faktor sejarah dan faktor kebudayaan. Tetapi, ada pula faktor lain, yang harus kita bahas dengan baik.7
Biasanya Ilmu Liturgi membahas pula semua unsur kebaktian yang sering dipakai dalam ibadah gereja-gereja.
Mata pelajaran ”liturgi” hanya merupakan bagian yang kecil sekali dalam Ilmu Teologi. Dari jadwal pendidikan sekolah teologi (menengah dan tinggi) kita lihat bahwa biasanya waktu yang diberikan untuk mata pelajaran liturgi terbatas sekali. Hal itu mengherankan, karena liturgi adalah jelas suatu unsur teologi yang tak tertiadakan di dunia ini, sebab liturgi berfungsi sebagai wajah Injil, yang memperlihatkan kasih Kristus kepada jemaat dan kepada dunia.
Kepada mata pelajaran lain, seperti eksegese, pengetahuan Alkitab, dogmatik, biasanya diberikan tempat yang luas sekali dalam jadwal STM dan STT. Padahal liturgi sebenarnya sangat penting! Karena dalam liturgi menjadi nyata bagaimana corak kepercayaan jemaat. Ibadah adalah intisari gereja. Dalam ibadah harus menjadi nyata bagaimana Tuhan bergaul dengan umat-Nya. Kekudusan-Nya, kemuliaan-Nya, dan kasih-Nya ditunjukkan dalam unsur-unsur kebaktian. Liturgi harus mencerminkan keindahan dan keluarbiasaan pertemuan ini, yaitu sifatnya sebagai persekutuan yang kudus.
Liturgi adalah sarana penting untuk menghidupkan dan menguatkan kepercayaan jemaat, dan untuk menyinarkan kasih Kristus kepada orang-orang yang belum menjadi anggota jemaat, sehingga mereka tertarik untuk bergabung dengan jemaat. Dengan demikian maka liturgi adalah bagaikan cermin yang menerima sinar-sinar Injil, dan yang memantulkannya kepada jemaat dan kepada dunia. Bukan saja Injil (sebagai hal yang terpenting) yang dipantulkan, tetapi juga ajaran gereja (dogma) dan sering kali juga sejarah gereja, dan dengan cara bagaimana jemaat menghayati serta mengamalkan kepercayaannya. Semua itu dicerminkan dalam bentuk, rupa, suasana, dan ”warna” tata kebaktian.
Biasanya dalam Ilmu Teologi kita membedakan empat bidang penyelidikan penyataan Allah, yaitu:
I. Bagaimana penyataan Allah dalam Kitab Suci (diselidiki dalam kelompok bibliologi)
II. Bagaimana penyataan Allah mewujudkan Gereja (diselidiki dalam kelompok eklesiologi)
III. Bagaimana penyataan Allah diakui dalam dogma (diselidiki dalam kelompok dogmatologi)
IV. Bagaimana penyataan Allah dikabarkan oleh pejabat-pejabat (diselidiki dalam kelompok diakoniologi)
Liturgi adalah suatu unsur dalam kelompok diakoniologi. Di atas sudah kita lihat, bahwa pembentukan liturgi terutama ditugaskan kepada pejabat-pejabat sebagai pemimpin-pemimpin jemaat. Itu sebabnya Ilmu Liturgi mendapat tempat dalam kelompok Diakoniologi. Hal itu sama sekali tidak berarti bahwa jemaat tidak mempunyai tugas dalam liturgi. Sebaliknya, jemaat turut mengambil bagian yang penting dalam liturgi ibadah.
Dalam bagan berikut menjadi nyata tempat liturgi dalam keseluruhan Ilmu Teologi8:
BIBLIOLOGI | Ilmu bantuan |
|
---|---|---|
|
||
|
||
EKLESIOLOGI | Sejarah Gereja |
|
Hukum Gereja | Hukum Gereja Reformasi | |
DOGMATOLOGI | Simbolik | |
Dogmatik | ||
Etika | ||
DIKONIOLOGI | Dalam Gereja |
|
Luar Gereja |
|
Bukan hanya penatua atau pendeta bertindak aktif dalam suatu kebaktian, tetapi seluruh jemaat harus aktif. Pendetalah yang biasanya memimpin kebaktian; dan para penatua mengajar jemaat dan memimpin jemaat supaya berpartisipasi aktif, dan sadar akan keistimewaan pertemuan umat Tuhan dengan Tuhannya.
Diakoniologi adalah ilmu yang menyelidiki bagaimana penyataan Allah diberitakan oleh pejabat-pejabat, yaitu para pelayan (secara konkret: para pendeta, para penatua, para diaken). Jadi, tepatlah Ilmu Liturgi itu ditempatkan dalam kelompok diakoniologi.
Teologi praktika?
Ada ahli teologi yang suka memakai istilah ”Teologi praktika” daripada istilah diakoniologi.
Kita lebih suka menggunakan istilah diakoniologi (atau ilmu tentang jabatan) daripada istilah lain, yaitu teologi praktika. Istilah terakhir ini sering dipakai untuk mengacu kepada ilmu yang sama (yaitu diakoniologi). Tetapi, ”Teologi praktika” menekankan efek daripada teologi di dalam kehidupan warga negara, secara politis dan sosial ekonomis. Teologi ini harus mempe-ngaruhi dengan sebaik mungkin perkembangan-perkembangan yang konkret. Dan gereja harus mengutamakan tugas ini di atas tugas dogmatik atau eksegese. Maka dengan demikian ”Teologi praktika” itu mudah dipengaruhi oleh segala macam filsafat, psi kologi, dan sosiologi. Itu sebabnya betapa, berdasarkan Alkitab, kita tekankan sebagai bidang penyelidikan Ilmu Teologi: Alkitab, Gereja, Dogma, dan ... Jabatan. Yang dimaksud ialah jabatan, sebagaimana disebut dalam Alkitab, sehingga bidang penyelidikan ini (yaitu diakoniologi, ilmu tentang jabatan) tetap di bawah norma-norma Alkitab. Sebab Alkitablah sumber utama untuk pengetahuan Ilmu Teologi.
Banyak hal yang mempengaruhi pembentukan liturgi gereja, bukan saja faktor-faktor lingkungan teologi, tetapi juga yang nonteologi.
Akan kita bahas setiap faktor itu tersendiri dalam bab berikut tentang ”faktor-faktor liturgi”. Di antara faktor-faktor itu ternyata ada perbedaan wewenang dan perbedaan corak. Ada yang bersifat ”normatif” (bersifat kaidah, ump Alkitab dan ajaran gereja); ada yang lain yang mungkin hebat pengaruhnya, tapi yang tidak mempunyai wewenang seperti Alkitab, (ump kebudayaan). Semua faktor (kenyataan) dengan wewenangnya masing-masing, bersama-sama membentuk suatu pola liturgi yang indah dan yang sesuai dengan keadaan jemaat yang merayakannya.
Bagan berikut melukiskan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan liturgi:
Dalam buku ini akan kita bahas secara rinci faktor-faktor liturgi itu. Kita akan mempertimbangkan relevansi setiap faktor dalam penciptaan, pembaharuan atau penyesuaian pola-pola liturgi. Hal yang penting diperhatikan ialah: bagaimana bobot suatu faktor dibandingkan dengan faktor-faktor lainnya. Dengan kata lain: bagaimana wewenang dan kuasa suatu faktor, dalam peranannya bersama semua faktor lainnya, untuk menciptakan suatu liturgi? Apakah faktor ajaran gereja dapat lebih berwenang untuk menciptakan liturgi daripada faktor alkitabiah? Atau mungkinkah sejarah gereja (”tradisi”) mempunyai hak tunggal untuk menyusun tata ibadah?
Untuk mencapai keberhasilan dalam mengemban tugas ini Ilmu Liturgi mendalami:
Mengurai dan mengkaji semua faktor liturgi: Alkitab, Ajaran Gereja, Hukum Gereja, Sejarah Gereja, Misiologi, Kebudayaan, Etnologi, Dunia Gereja.
Menyelidiki semua petunjuk alkitabiah untuk mengadakan ibadah: unsur-unsur ibadah dalam PL dan PB; prinsip-prinsip alkitabiah untuk mengadakan suatu liturgi.
Belajar dari praktik gereja-gereja dahulu kala; melukiskan dan mengevaluasi praktik itu secara garis besar mulai dari Gereja Purba, melalui Reformasi sampai masa sekarang ini.
Mengurai dan menilai unsur-unsur liturgi dalam gereja-gereja sekarang ini: khotbah, doa, baptisan, Perjamuan Kudus, nyanyian, arsitektur gedung gereja, dan sebagainya.
Ilmu Liturgi menyelidiki dan menguraikan pertemuan Tuhan dengan umat-Nya, yaitu bagaimana pertemuan ini diciptakan berlandaskan pertimbangan semua faktor yang memainkan peranan dalam pemilihan, pembentukan, dan penyusunan semua unsur-nya, supaya olehnya perjanjian Allah dengan umat-Nya selalu diperbarui.
PEKABARAN INJIL dan PELAYANAN FIRMAN | |||
↓ | |||
PERSEKUTUAN antara ALLAH dan MANUSIA | |||
PERSEKUTUAN PERSEKUTUAN antara ORANG-ORANG PERCAYA |
|||
persekutuan ini diwujudkan dalam | |||
PERTEMUAN | |||
acara pertemuan ini (liturgi) terutama disusun oleh | |||
PEJABAT-PEJABAT/PELAYAN-PELAYAN | |||
Jadi, kita masuk dalam kelompok Teologi berkaitan dengan jabatan, yaitu | |||
DIAKONIOLOGI | |||
untuk menempatkannya di antara unsur-unsur lainnya | |||
ILMU LITURGI | |||
Ilmu Liturgi menyelidiki dan menguraikan pertemuan Tuhan dengan umat-Nya, yaitu bagaimana pertemuan ini diciptakan berdasarkan pertimbangan segala faktor yang memainkan peranan dalam pemulihan, pembentukan, dan penyusunan semua unsur-unsur, supaya olehnya perjanjian Allah dengan umat-Nya selalu diperbarui. | |||
TEORI LITURGI | LITURGI ALKITABIAH | SEJARAH LITURGI | PRAKTIK LITURGI |
1. Pekabaran Injil mewujudkan suatu ”persekutuan”. Sebutkanlah kedua sifat persekutuan itu.
2. Ilmu Liturgi ditempatkan dalam kelompok Diakoniologi, yaitu bagian tentang pejabat-pejabat. Apakah itu berarti jemaat hanya berpartisipasi secara ”pasif” (secara tidak giat), hanya turut mengikuti apa yang diatur pejabat-pejabat? Kemukakanlah pendapat Anda.
3. Apakah dalam kurikulum sekolah Anda Ilmu Liturgi mendapat perhatian yang cukup?
4. Mengapa buku tentang Ilmu Liturgi ini diberi judul ”Cermin Injil”?
5. Sebutkanlah ke-4 bidang Ilmu Teologi dan asal katanya masing-masing. 6. Apa komentar Anda atas istilah ”Teologi praktika”? Disku-sikanlah masalah ini dengan teman Anda.
7. Dalam bab ini terdapat bagan yang memperlihatkan pengaruh berbagai faktor atas pola liturgi. Hal ini akan kita bahas panjang lebar dalam bab berikut. Gambarkanlah dalam bagan yang sama, dan nomorilah faktor-faktor menurut wewenangnya masing-masing (yaitu yang paling berkuasa diberi nomor 1, dst).
8. Hafalkanlah definisi Ilmu Liturgi, dan sebutkanlah ke-4 bagian penyelidikannya.