1. Istilah ”Liturgi”

Dalam bab ini akan kita teliti istilah ”liturgi”, apa artinya secara harfiah dan bagaimana kata ”liturgi” dipakai dalam Alkitab dan Ilmu Teologi sekarang ini.

”Liturgi” adalah istilah teologis, biasanya mengacu kepada ”ibadah gereja” atau ”tata kebaktian”.1 Tetapi, bila kita lihat apa makna kata ”liturgi” dalam Alkitab, maka kita dapat menyimpulkan sebenarnya tidak ada dasar alkitabiah untuk menggunakan ”liturgi” dalam arti ”ibadah gereja” atau ”tata kebaktian”. Karena ”liturgi” berarti ”bekerja untuk kepentingan rakyat”. Kita hampir tidak menemukan lagi maknanya yang asli dalam kata ”liturgi”, sebagai istilah gerejawi yang lazim dipakai sekarang ini.

Asal kata istilah ”liturgi”

”Liturgi” berasal dari bahasa Yunani ”leiturgia” (leitourgiα). Kata ”leiturgia” berasal dari kata kerja ”leiturgeo” (leitourgeω), artinya ”melayani, melaksanakan dinas atau tugas, memegang jabatan”.

Harfiah kata ”leiturgia” berasal dari dua kata Yunani, yaitu ”leitos” (leitoς; lαoς) yang berarti rakyat, umat; dan kata ”ergon” (ergoν) yang berarti pekerjaan, perbuatan, tugas. Jadi ”leiturgia” (leitourgiα) menurut kedua kata ini berarti melakukan suatu pekerjaan untuk rakyat.

Istilah ”liturgi” dalam bahasa umum negara

Kata ”leiturgia” antara lain dipakai mengacu kepada tugas raja yang berkarya bagi umatnya. Juga untuk lain-lain pejabat negara, umpamanya untuk pegawai pemerintah, seperti kepala desa, camat, dan lain-lain. Tetapi, juga di bidang yang kurang resmi, umpamanya seseorang yang mengatur pesta rakyat, atau pertandingan olah raga di kampung. Tugas seperti itu disebut ”leiturgia” dalam zaman Yunani kuno.

Istilah ”liturgi” dalam ”Septuaginta”2

Istilah ”leiturgia” hanya dipakai dalam hal persoalan agama. Menunjuk kepada pelaksanaan tugas imam dan orang Lewi dalam Kemah Suci dan kemudian dalam Bait Allah, terutama dalam hal tugas pelayanan mazbah. Yehezkiel 44:12 dan 2 Raja-raja 15:16 ”leiturgia” mengacu kepada kultus kafir. Septuaginta selalu menggunakan kata ”leiturgia” untuk suatu pekerjaan yang dilaksanakan oleh para imam secara tertib dan dengan khidmat, sesuai dengan undang-undang upacara ibadat; suatu pelayanan yang berguna untuk seluruh jemaat.

Istilah ”liturgi” dalam PB (yang bahasa aslinya adalah Bahasa Yunani)

Kata ”leiturgia” terdapat 15 kali dalam PB, dengan makna yang berbeda-beda sebagai berikut (kata-kata berhuruf miring menunjuk kepada kata leitourgiα, leitourgeω atau lωitougoς dalam nas aslinya):

a. Seperti dalam Septuaginta untuk menunjuk kepada tugas imam; Lukas 1:23: tentang Zakharia ketika selesai kurun waktu jabatannya. Ibrani 9:21: semua alat untuk ibadah diperciki secara demi kian dengan darah. Ibrani 10:11: selanjutnya setiap imam melakukan tiap-tiap hari pelayanannya ....

b. Untuk menguraikan pekerjaan Kristus sebagai imam; Ibrani 8:2: Kristus yang melayani ibadah di tempat kudus. Ibrani 8:6: Tetapi sekarang Ia telah mendapat suatu pelayanan yang jauh lebih agung, karena Ia menjadi Pengantara dari perjanjian yang lebih mulia ....

c. Untuk pekerjaan rasul dalam pekabaran Injil kepada orang kafir; Roma 15:16: yaitu bahwa aku boleh menjadi pelayan (leitourgoς) Kristus Yesus bagi bangsa-bangsa non Yahudi.

d. Sebagai kiasan untuk hal percaya; Filipi 2:17: ... sekalipun darahku dicurahkan pada korban dan ibadah imanmu.

e. Untuk menunjuk kepada pekerjaan malaikat-malaikat melayani; Ibrani 1:7, 14: malaikat-malaikat-Nya dan pelayan-pelayan-Nya menjadi nyala api.

f. Untuk mengacu kepada jabatan pemerintah; Roma 13:6: Itulah sebabnya maka kamu membayar pajak. Karena mereka yang mengurus hal itu adalah pelayan-pelayan Allah.

g. Sebagai pengumpulan persembahan untuk orang miskin; Roma 15:27: ... maka wajiblah juga bangsa-bangsa lain itu melayani orang Yahudi dengan harta duniawi mereka. 2 Korintus 9:12: sebab pelayanan kasih yang berisi pemberian ini. Filipi 2:25: Epafroditus, yang kamu utus sebagai pelayan untuk aku. Filipi 2:30: ... ia mempertaruhkan jiwanya untuk memenuhi apa yang masih kurang dalam pelayananmu kepadaku (Flp 4:18).

h. Sebagai kumpulan orang yang berdoa dan berpuasa; Kisah Para Rasul 13:2: Pada suatu hari ketika mereka beribadah kepada Tuhan dan berpuasa.

Istilah ”liturgi” dalam Gereja Purba

Telah kita lihat Gereja Purba dalam PB hampir tidak menggunakan kata ”liturgi” dalam arti yang kini biasa kita pakai. Dalam Gereja Purba kata ini sebenarnya mengandung arti yang lain. Artinya sama seperti dalam PL, yaitu untuk menyatakan tugas kultus imam-imam. ”Leiturgia” juga dapat menunjuk kepada kehidupan sebagai orang Kristen, tugas malaikat, jabatan penatua dan uskup. Selanjutnya dipakai pula dalam pelaksanaan ibadah, sehubungan dengan perayaan Perjamuan Kudus. Dalam arti itulah istilah ”liturgi” ini makin memperoleh tempatnya dalam teologi Katolik Roma.

Istilah ”liturgi” sewaktu reformasi

Mula-mula para reformator sama sekali tidak memakai kata ”liturgi”. Tetapi, mungkin istilah ini diambil alih dari Gereja Angli kan dan Gereja Ortodoks Yunani. Kata ”liturgi” mulai dipakai dalam lingkungan Reformasi kira-kira 15503.

Istilah ”liturgi” untuk mengungkapkan ibadah jemaat?

Gereja masa kini biasanya menamakan ibadahnya suatu ”liturgi”; kebiasaan ini terdapat pada banyak gereja. ”Liturgi” sudah menjadi istilah teknis dalam Ilmu Teologi untuk menunjuk kepada berkumpulnya jemaat untuk beribadah, tata kebaktian, dan sebagainya.

Namun, jika kita lihat arti kata ”liturgi” dalam Alkitab (lih di atas ini) sebenarnya tidak ada dasar alkitabiah untuk membenarkan penggunaan kata ”liturgi” sebagaimana yang biasa kita pakai sekarang. Kata ”leiturgia” dalam Alkitab (PB) sebenarnya tidak mengacu kepada kumpulan jemaat yang beribadah. Ini sudah dijelaskan ikhtisar di atas. Hanya dalam Kisah Para Rasul 13:2 kata ”leiturgia” dipakai untuk berbicara tentang suatu persekutuan orang Kristen (yaitu ”beberapa nabi dan pengajar” yang bernama Barnabas, Simeon, Lukius, Menahem, dan Saulus)

”Liturgi” yang sejati dalam surga

Ada sebab lain yang lebih prinsipiil, yang harus kita sadari jika kita memakai kata ”liturgi” sebagai berikut:

”Liturgi” PL dilaksanakan oleh para imam dan orang Lewi, lainnya. Tetapi, liturgi ini telah digenapkan oleh Kristus sebagai Imam Besar yang terakhir dan yang satu-satunya (sejak kenaikan-Nya ke surga). Ia telah membawa serta liturgi ini ke surga. Di sana Ia ”melayani ibadah di tempat kudus, yaitu di dalam kemah sejati, yang didirikan oleh Tuhan dan bukan oleh manusia” (Ibr 8:2). Dilihat dari segi ini kurang tepatlah apabila kita masih memakai kata ”liturgi” untuk ibadah gereja di bumi. Karena ”pela-yanan untuk rakyat” (”leitourgia”) sudah impas di Golgota!

Itu jugalah sebabnya kita tidak dapat membenarkan penggunaan kata ”liturgi” berdasarkan muatan kata ini dalam Septuaginta, yaitu PL. Dalam PL kata ini sebenarnya dipakai untuk melukiskan ibadah dalam Kemah Suci dan Bait Allah, yaitu untuk menunjuk kepada pelaksanaan ”dinas” imam-imam. Tetapi, ibadah PL telah dipenuhi oleh Yesus Kristus melalui pende-ritaan yang dijalani-Nya dan kenaikan-Nya ke surga. Dengan demikian maka Ibrani 8:2 dalam PB menunjuk kepada suatu ”liturgi” di surga, yang dilaksanakan oleh Imam Besar kita, yaitu Yesus Kristus. Di surga Yesus ”telah mendapat suatu pelayanan (”leiturgia”) yang jauh lebih agung”, ayat 6. Jadi, kita harus melihat adanya suatu perkembangan dan perubahan corak ibadah: liturgi PL terutama berlangsung di surga, bukan di bumi. Tugas Yesus Kristus di surga masih dapat disebut ”leiturgia” menurut maknanya yang sebenarnya, yaitu ”suatu pelayanan untuk rakyat”, yakni jemaat-Nya. Itu berarti juga, bahwa corak ibadah masa kini di bumi sudah berubah sama sekali!

Tidak salah jika kita menyadari ini, apabila kita merenungkan kata ”liturgi” dalam arti tata ibadah/tata kebaktian seperti yang masih tetap kita gunakan sampai sekarang. Kita terpaksa mempertahankannya karena kata ”liturgi” sudah lazim dipakai untuk itu. Tetapi, terutama Ilmu Liturgi yang bersifat reformasi harus sadar akan penggenapan liturgi PL oleh Yesus Kristus, yang penye-lenggaraannya berlangsung secara mulia dan sempurna di surga.

Kepentingannya kentara bila kita lihat ajaran Katolik Roma. Karena di sini kita berhadapan dengan sesuatu yang diutamakan oleh para reformator, yang bertolak belakang dengan liturgi dalam gereja Katolik Roma. Katekismus Heidelberg (KH) tahun 1563 mengajarkan sesuatu yang bertentangan dengan ajaran misa: ”bahwa kita telah beroleh pengampunan segala dosa kita secara sempurna, berkat korban yang satu-satunya dari Yesus Kristus, yang telah digenapi oleh-Nya hanya sekali saja yaitu di kayu salib”, KH Minggu ke-30. Juga dalam Pengakuan Iman Reformasi tahun 1561 dinyatakan bahwa ”upacara dan perlambangan dari PL yang diperintahkan oleh hukum Taurat telah digenapi ...”, pasal 25.

”Ilmu liturgi” atau nama lain?

Di atas sudah kita lihat bahwa kata ”liturgi” menurut maknanya yang asli dan menurut penggunaannya dalam Alkitab, sebenarnya tidak cocok lagi sekarang ini sebagai istilah untuk menyifatkan ihwal berkumpulnya jemaat Kristus. Apakah kita berdasarkan pemikiran ini tidak sebaiknya memilih suatu istilah lain untuk menamakan bidang penyelidikan yang sekarang kita sebut ”Ilmu Liturgi”?

ilmu berkumpulnya jemaat?

Istilah ”berkumpul” atau ”bersidang” sebenarnya lebih sesuai dengan sasaran penyelidikan Ilmu Liturgi daripada istilah ”liturgi” sendiri. Karena kata ”berkumpul” sangat karakteristik4 untuk bidang penyelidikan ilmu ini. Baik dalam PL maupun dalam PB kita temukan kata ini. Kata ini mempunyai isi yang penting, yang berkaitan dengan ibadah jemaat5. Hal berkumpul ini terkandung dalam kata sinagoge. Sinagoge adalah tempat beribadah orang Yahudi. Kata ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu ”sinagoge” (suναgogη), yang berarti tempat untuk jemaat Yahudi berkumpul. Asal muasalnya mungkin dari masa pembuangan di Babel, sebab di Babel orang Yahudi tidak dapat berkumpul di Bait Allah.

Kata ”sinagoge” secara harfiah berarti datang bersamasama, banyak orang pergi ke satu tempat tertentu untuk membentuk perkumpulan. Kata ”eklesia” (ekklηsiα) juga berarti: orang-orang yang dipanggil untuk berkumpul. Sifat penghimpunan ini juga mempunyai makna eskatologis: berkumpul sebagai bayangan dari pengumpulan yang akan terwujud di kemudian hari, yaitu hari Yesus Kristus akan kembali untuk mengumpulkan semua domba-Nya.

Kesimpulan

Walaupun ada keberatan linguistis (yang berkaitan dengan asal kata dan penggunaan kata) dan teologis (yaitu ajaran gereja yang mengatakan bahwa Kristus telah menggenapi liturgi lama) untuk memakai kata ”liturgi”, dan walaupun ada istilah alternatif (”ilmu berkumpul”) sebagaimana diuraikan di atas ini, kita toh mempertahankan istilah liturgi berdasarkan kebiasaan dalam Ilmu Teologi.

Akan kita lihat dalam Bab 7, bahwa berdasarkan sifat ibadah, sebagaimana kita mengalaminya pada setiap hari Minggu, kita dapat mengatakan bahwa kebaktian merupakan suatu pelayanan yang indah bagi jemaat dan manusia. Juga ditinjau dari segi sifat ibadah ini, kita dapat menyetujui kata ”liturgi” digunakan terus untuk ibadah jemaat.

RANGKA BAB 1 - ISTILAH LITURGI

"leitourgia" < leitos (umat, rakyat) + ergos (tugas) > pelayanan
Dalam bh Yunani sehari-hari
  • Tugas pegawai
  • Tugas untuk rakyat
Dalam Septuaginta (PL)
  • Tugas imam
  • Tugas pelayanan mezbah
Dalam PB
  • Tugas imam
  • Tugas Imam Besar Kristus
  • Tugas pekabaran Injil
  • Tugas malaikat-malaikat
  • Tugas pemerintah
  • Tugas membantu orang miskin
  • Tugas beribadah (Hanya Kis 13:2)
Dalam Gereja Purba Terdahulu:
  • Tugas kultus imam-imam
  • Tugas penatua-penatua/uskup
  • Tugas malaikat-malaikat
  • "Tugas" hidup secara Kristen
Kemudian:
  • Pelayanan Perjamuan Kudus
Dalam Gereja Katolik Roma
  • Ibadah sekeliling ekaristi/misa
Dalam Gereja-gereja Protestan (Reformasi abad ke-16)
  • Pada awalnya tidak dipakai
  • "Liturgi" dipakai untuk "ibadah" sejak 1550 (oleh pengaruh Anglikan dan Ortodoks-Yunani)
Sekarang ini
  • Lazim dipakai untuk "ibadah"
  • Menjadi istilah teknis dalam Ilmu Teologi
  • Bidang studinya mencakup tata kebaktian (lih Bab 3)

Pertanyaan

1. Kata ”liturgi” berasal dari dua kata bahasa Yunani. Sebutlah dua kata ini dengan maknanya masing-masing.
2. Apa arti kata liturgi dalam bahasa sehari-hari pada masa Yunani kuno?
3. Dalam Septuaginta kata ”liturgi” hanya dipakai untuk menunjuk kepada tugas pelayanan mazbah, yaitu tugas para imam. Apakah berdasarkan itu, menurut pendapat Anda, pemakaian istilah ”liturgi” masih cocok sekarang ini dalam Gereja Protestan? Atau barangkali lebih cocok dalam Gereja Katolik Roma?
4. Bila Anda teliti ikhtisar arti kata ”liturgi” dalam PB (lih butir a–g), apakah Anda masih menganggap layak membela penggunaan kata ini dalam gereja sekarang berdasarkan penggunaannya dalam PB?
5. Bagaimana perkembangan kata liturgi dalam Gereja Purba dan selanjutnya dalam gereja-gereja yang mengikuti Refor-masi Besar (abad ke-16)?
6. ”Yesus Kristus telah menggenapi liturgi PL sebagai Imam Besar yang terakhir dan yang satu-satunya”. Mengapa kita mengambil ketentuan ini sebagai alasan utama, untuk melandasi pendapat bahwa istilah ”liturgi” bagi ibadah jemaat pada masa sekarang ini sebenarnya tidak cocok lagi?
7. Apa arti kata ”sinagoge”?
8. Apa arti kata ”eklesia”?
9. Dari mana asalnya kata ”misa” dalam Gereja Katolik Roma?
10. Wajarkah, menurut pendapat Anda, mempertahankan kata ”liturgi” dalam Ilmu Teologi untuk mengacu kepada ibadah jemaat, kendati segala keberatan yang disebut dalam bab ini?

Informasi Buku

  1. PDF
  2. Penulis:
    G. Riemer
  3. ISBN:
    979-8976-50-9
  4. Copyright:
    © LITINDO 1995
  5. Penerbit:
    Yayasan Komunikasi Bina Kasih