Apakah Anda masih ragu, karena banyak yang dipanggil, namun ha nya sedikit yang dipilih? Dalam hal ini, sebenarnya kita tidak pernah mendapat kepastian, bukan? Justru bisa! Tentang itu, Alkitab menjelaskan dengan sangat jelas. Beberapa contoh, Rasul Paulus menyapa para anggota jemaat Efesus sebagai orang-orang yang dipilih (Ef 1:4; lih juga Kol 3:12). Petrus pun melakukan hal itu dalam suratnya yang pertama. Surat itu ditulis oleh Petrus kepada ”orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah” (1Ptr 1:2). Jika surat-surat itu dibacakan kepada jemaat, semua orang percaya mengetahui bahwa mereka adalah orang-orang pilihan Allah. Bagaimana bisa? Sebab, mereka telah datang dengan taat, ketika Allah memanggil mereka dalam pem beritaan Injil. Mereka telah datang, tanpa berpikir bahwa ”jika kita tidak terpilih, maka kita tidak akan pernah dapat diselamatkan”. Apakah kita dapat memahaminya atau tidak, tidak penting.
Sebab hal-hal tentang iman mempunyai rahasianya sendiri. Kita senang bila menyanyikan: ”Tunjukkan kiranya Tuhan, jalan-Mu kepadaku agar senang kuberjalan dengan penyertaan-Mu.” (bnd Mzm 25:4, Mazmur dan Kidung Jemaat)
Tetapi, jika Tuhan benar-benar menunjukkan jalan-Nya itu dalam firman-Nya, apakah kita menurutinya? Atau sebaliknya, kita justru merintangi Dia dengan penalaran-penalaran kita, sambil melupakan apa yang kita nyanyikan dalam mazmur yang sama tadi: ”Siapa takut akan Tuhan Pasti dikasihi-Nya Ditunjukkan kepadanya Rahasia perjanjian-Nya.” (bnd Mzm 25:9, Mazmur dan Kidung Jemaat) ”Takut akan Tuhan” berarti kita mendengar kan apa yang Ia firmankan. Lalu, dengansungguh-sungguh kita mengandalkan firman-Nya itu, melakukan apa yang difirmankan-Nya; mengikuti jalan yang ditunjukkan-Nya; juga ketika Dia memanggil kita datang kepada-Nya. Kalau hal itu terjadi, kita jangan berpe gang pada ketidakyakinan kita, tetapi pada keyakinan akan janji-janji Allah.
Janganlah kita ingin segala pertanyaan, keberatan, dan keraguan kita dijawab terlebih dahulu, baru sesudah mendapat kejelasan, kita benar-benar mengikuti jalan Allah. Sebab, dengan berbuat demikian, kita tidak akan pernah meng injak kan kaki kita pada jalan Allah, dan tidak akan pernah memperoleh keyakinan yang ingin Allah berikan kepada kita.
Yang harus kita lakukan adalah datang kepada Tuhan ketika Ia memanggil kita. Sama seperti orang buta, orang lumpuh, dan orang yang sakit kusta, yang sungguh-sungguh menyadari bahwa secara manusiawi tidak ada kemungkinan mereka bisa sembuh. Tetapi, mereka datang kepada Yesus sambil memohon, ”Tuhan, jika Engkau mau, Engkau dapat menolong aku” (bnd Mat 8:2). Dan mereka semua disembuhkan. Begitu juga dengan kita: siapapun kita. Kita tidak mungkin menolong diri kita sendiri. Dalam pandangan kita, tidak mungkin kita akan pernah meng alami betapa luasnya pemilihan Allah yang penuh anugerah itu. Tetapi, ”siapa saja yang mau melakukan kehendak-Nya [= Allah; jadi, yang mau mengikuti jalan Allah], ia akan tahu entah ajaran-Ku [= Yesus] ini berasal dari Allah, entah Aku berkatakata dari diri-Ku sendiri” (Yoh 7:17).