Dari uraian-uraian sebelumnya, yang menjadi hal terpenting bagi kita adalah mengetahui buah-buah mana yang harus kita harapkan dalam kehidupan kita. Untuk itu, gereja membantu orang-orang percaya secara praktis. Hal itu tidak dilakukan gereja dengan menyajikan suatu daftar panjang mengenai segala kemungkinan, namun gereja menyebutkan empat contoh seperti yang sudah kita lihat pada bagian (12) sebelumnya. Keempat contoh itu sangat mendasar dan berurutan, yaitu:
Adakalanya, kita dapat merasa sangat tidak yakin tentang ketulusan iman kita sambil bertanya-tanya, ”Apakah aku benar-benar percaya tentang apa yang dikatakan Tuhan dalam Alkitab? Apakah aku memang sungguh-sungguh mencari Dia? Apakah aku sungguh-sungguh ingin melayani Dia dengan segenap hidupku?” Meskipun demikian, itu bukan yang dimaksudkan dengan ungkapan ”iman yang sejati” di sini. Artinya di sini ada lah iman kepada Tuhan Yesus, Anak Allah, yaitu sebagaimana yang diajarkan Alkitab kepada kita.
Tentang iman itu Rasul Petrus menulis: ”Sebab itu, kita yang dibenarkan berdasarkan iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah melalui Tuhan kita, Yesus Kristus.” (Rm 5:1)
takut yang ada pada seorang anak Beberapa orang mempunyai rasa segan kepada allah, yang keberadaan allah itu mereka bayangkan menurut pikiran mereka. Mereka ”minta tolong” kepada allah itu, jika mereka dalam kesulitan, misalnya, ketika kerabat mereka meninggal, dan lain-lain. Tetapi, jangan mendatangi mereka dan memperkenalkan Allah yang disaksikan Alkitab, Allah yang menciptakan langit dan bumi, yang memperdamaikan kita dengan diri-Nya melalui kematian Putra-Nya, Yesus Kristus, dan yang kini memelihara dan memerintah dunia. Sebab, tentang Allah itu, mereka sangat kritis.
Takut akan Allah, seperti sikap takut yang ada pada seorang anak. Artinya, sama seperti seorang anak, kita memandang kepada Pencipta kita yang ingin menjadi Bapa kita dalam Kristus. Takut akan Dia berarti kita menaruh rasa hormat kepada-Nya. Jadi, makna ”takut akan Allah” bukan berarti kita ketakutan terhadap Dia.
”Biarlah segenap bumi takut kepada Tuhan, biarlah semua penduduk dunia gentar terhadap Dia!” (Mzm 33:8)
karena dosa Semua orang mengenal rasa penyesalan, katakanlah dukacita atas perbuatan-perbuatannya yang salah. Tetapi, janganlah berbicara kepada mere ka tentang ”dukacita menurut kehendak Allah” (2Kor 7:10), karena kita telah melawan hukum-Nya, lalu kita mengakui bahwa kita layak mendapat hukuman yang kekal. Mereka sama sekali tidak percaya akan hal itu. Mereka beranggapan, untuk apa menganggap semua itu begitu berat .... Bukankah tiap-tiap orang kadang melakukan sesuatu yang salah? Masakan allah (dengan huruf kecil) akan ”memerhatikan” semua hal yang remeh itu? Tetapi, dukacita menurut kehendak Allah berarti merasa sedih karena arah hidup kita salah, bahkan hingga ke akarnya. Kita merasa sedih karena kita tidak mengasihi Allah di atas segala-galanya, dan mengasihi sesama seperti diri kita sendiri.
”Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat ....” (Mzm 51:6)
Kalimat lapar dan haus akan keadilan dikutip dari Khotbah di Bukit: ”Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan keadilan16, karena mereka akan dipuaskan.” (Mat 5:6)
Pengertian keadilan di sini bukanlah ”pera saan adil”, yang bisa membuat seseorang menjadi sangat marah, jika diperlakukan dengan tidak adil. Sebab, orang-orang yang tidak percaya pun mempunyai pera saan seperti itu.
Tetapi, lapar dan haus akan keadilan berarti kita berkeinginan untuk kembali hidup kudus di hadapan Allah dan manusia, sama seperti kehidupan yang Adam dan Hawa kenal di Taman Eden, dan sama seperti kehidupan yang akan kita kenal kembali di surga.
Dengan memakai kata-kata ”lapar dan haus” dalam ucapan bahagia ini, Tuhan Yesus, membuat kita mendengar pesan yang tersimpul di dalamnya bahwa betapa kuat kerinduan orang-orang percaya untuk diselubungi dengan keadilan, seperti dengan jubah (lih Yes 61:10).
Empat contoh yang penting. Gereja menyebutkannya ”berbagai hal yang tak dapat di sangkal merupakan buah pemilihan”17. Artinya, tidak mungkin kita keliru karenanya dan di kecewakan olehnya. Sebab Roh Kudus yang telah mengerjakannya di dalam kita. Bagaimana kita mengetahuinya? Karena Tuhan mengatakannya demikian di dalam Alkitab. Dan karena Roh Kudus mengajarkan kepada kita bahwa firman adalah kebenaran Allah.