Pertanyaan kita yang paling mendasar saat ini adalah: ”Apa yang dikatakan Alkitab tentang pemilihan Allah?” Untuk menjawab perta nyaan tersebut, kita akan mengacu hanya pada beberapa bagian Alkitab.
Dalam Yohanes 6:65 Tuhan Yesus mengatakan bahwa: ”Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.” (bnd Yoh 6:39, 44, 45; 17:2, 6, 9, 24)
Kita datang kepada Tuhan Yesus bukan atas kehendak kita sendiri. Bapalah yang ”mengaruniakan” kita kepada-Nya.
Seperti yang tercatat di dalam Roma: ”Jadi, hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada belas kasihan Allah.” (Rm 9:16)
Selanjutnya, kita membaca di dalam Surat Paulus kepada jemaat di Efesus: ”Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita (...). Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula melalui Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya ....” (Ef 1:3-5)
Perhatikanlah kata-kata yang dicetak miring.
Apa yang bisa kita pelajari dari kata-kata itu? Sekali lagi, sesungguhnya bukan kita yang memprakarsai keselamatan kita. Namun, Allah mengenal dan telah memilih kita, dan dalam kasih-Nya telah menentukan kita untuk hidup kekal, sebelum dunia dijadikan.
Di bagian lain, Alkitab pun bicara tentang hal pemilihan, misalnya, Matius 22:14; Kisah Para Rasul 13:48; Kolose 3:12; dan 1 Petrus 2:9.
Bila Alkitab membicarakan pemilihan Allah dengan begitu jelas, siapa sebenarnya kita ini sehingga tidak suka merenungkannya atau bahkan mau mengabaikannya begitu saja? Dengan kata lain, kita seolah-olah ingin mengubah firman Allah, bahkan mengoreksi Allah mengenai topik ini!
Karena itu, gereja-gereja di Belanda telah merenungkan ajaran Alkitab tentang topik pemilihan Allah ini dengan penuh iman, meski pun me nemui banyak kendala. Dalam kesadaran, gereja tidak dapat dan tidak boleh meng anggap diri lebih bijaksana daripada Allah, yaitu dengan mengabaikan perihal ”pemilihan” ini.
Gereja harus membicarakanya, dan membahasnya dengan jelas. Dan itu tentu tidak dilakukan sendirian. Pada 1618 dan 1619, berkumpullah gereja-gereja Reformasi Eropa di Belanda. Berdasarkan Alkitab, mereka bersama-sama mengaku sebagaimana tertuang dalam PAD I.7 yang mereka rumuskan dan tetapkan bahwa pe milihan adalah: ”rencana Allah yang tak berubah-ubah.
Oleh nya, sebelum dunia dijadikan, dipilih-Nya dalam Kristus sejumlah orang dari segenap umat manusia (...) agar mereka memperoleh keselamatan.”2 Mereka nyatakan pula bahwa ajaran ini jangan didiamkan, melainkan: ”harus dikemukakan juga pada masa kini, pada saat dan tempat yang tepat, dalam gereja Allah (...). Hal itu hendaknya dilakukan dengan kemampuan membedakan, dengan tak wa dan kudus, tanpa mengusut jalan-jalan Yang Mahatinggi, demi kemuliaan nama Allah yang mahakudus dan demi penghiburan yang menggairahkan bagi umat-Nya” (I.14).