Dalam Keluaran 33 dan 34, kita membaca bahwa Allah berbicara kepada Musa ”seperti seorang berbicara kepada temannya” (33:11).
Mengharukan sekali apa yang Musa tanyakan kepada Tuhan, yaitu ”Perlihatkanlah kiranya kemu liaan-Mu kepadaku” (33:18). Hal lain yang mengharukan juga adalah cara Tuhan menjawab hamba-Nya bahwa tak mungkin per min taan itu di penuhi-Nya, sebab tidak ada orang yang memandang wajah Allah dan kemuliaan Allah dapat hidup.
Akan tetapi, Tuhan berkenan mengabulkan permohonan Musa, kata-Nya, Dia ”akan menyerukan nama Tuhan” di depannya. Musa di tempatkan oleh Tuhan dalam lekuk gunung, lalu Tuhan berjalan lewat sahabat-Nya itu.
Maka apa yang dilihat Musa? Alkitab tidak mengatakan apa-apa tentang hal itu, kecuali bahwa Musa ”akan melihat belakang-Ku, tetapi wajah-Ku tidak akan kelihatan” (33:23). Sebab, tangan Allah yang menudungi dan melindungi Musa.
Kenyataannya, Musa hanya mendengar sesuatu. Dalam nama-Nya, Allah menyerukan kemuliaan-Nya: ”Berjalanlah Tuhan lewat dari depannya dan berseru: ’Tuhan, Tuhan, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya, yang meneguhkan kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa ....’” (Kel 34:6-7)
Seruan itu dapat kita ringkaskan dalam dua kata, yaitu nama atau kemuliaan Allah berarti anugerah dan kesetiaan (= kebenaran, ketulusan).
Sama halnya dalam Perjanjian Baru. Tentang Firman yang telah menjadi manusia, Yohanes menulis bahwa: ”... kita telah melihat kemuliaan-Nya, ya itu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh anugerah dan kebenaran.” (Yoh 1:14; lih juga Yoh 2:11)
Gereja pun tidak bisa bila hanya berdiam diri tentang kemuliaan Allah itu. Sambil menyampaikan berita tentang pemilihan Allah, gereja mengakui (dalam PAD I.16) bahwa justru karena Allah penuh belas kasihan dan kesetiaan, ”sumbu yang pudarnya lanya tidak akan dipadamkan-Nya dan buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya.” Kemuliaan Allah Kemuliaan itu selalu menghibur.
Selalu memberi peringatan.
Perjanjian Lama mencatat bahwa: ”tetapi [Tuhan] tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman ....” (Kel 34:7)
Demikian juga Perjanjian Baru memberi kesaksian bahwa: ”... siapa saja yang tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.” (Yoh 3:18)
Mengenai peringatan itu, PAD pun menyetujui apa yang dikatakan Alkitab, yaitu ketika disebutnya bahwa ajaran tentang pemilihan Allah itu ”selayaknya menakutkan mereka yang tidak mempedulikan Allah dan Kristus Sang Juruselamat”27.
Kemuliaan Allah Kemuliaan itu selalu terarah pada penyelamatan orang-orang berdosa. Alkitab memuat begitu banyak pernyataan seperti itu. Sambil menulis tentang pemilihan Allah, Paulus memuji-muji kemuliaan Allah itu sampai tiga kali dalam pasal yang sama, yaitu: ”Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus .... Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula melalui Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kere laan kehendak-Nya, supaya terpujilah anugerah-Nya yang mulia ....” (Ef 1:3, 5-6) 27 Ibid., ”... sesuai dengan maksud Allah, yang mengerjakan segala sesuatu menurut keputusan kehendak-Nya supaya kami, yang sebelumnya telah menaruh harapan pada Kristus, boleh menjadi puji-pujian bagi kemuliaan-Nya.” (Ef 1:11-12) ”Di dalam Dia kamu juga ... dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu. Roh Kudus itulah jaminan warisan kita sampai kita memperoleh penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya.” (Ef 1:13-14) Kemuliaan ... ”penuh anugerah dan kebenaran”.