Jika Allah memanggil seseorang, janganlah orang itu berpikir bahwa: ”memang benar, saya dipanggil Tuhan, tetapi ... mengenai pemi lihan saya, Dia agak nya masih bingung. Jadi, belum pasti apakah Tuhan sungguh-sungguh memanggil saya.” Seakan-akan benar bahwa Allah berbicara dengan dua maksud. Tetapi, tidak demikian.
Kalau Allah memanggil, bukti panggilan-Nya itu didukung dengan janji-janji-Nya. Pemanggilan itu bahkan didukung oleh Tuhan Yesus yang adalah Pengantara kita. Roh Kudus pun mendukung, yaitu dengan janji-Nya pada saat kita dibaptis bahwa Ia akan diam dalam hati kita, dan akan membuat kita menjadianggota-anggota Kristus yang hidup.9
Karena itu, siapa saja yang dipanggil oleh Allah, boleh datang dan sebagai ”pelipur lara”, membaca kata-kata ”rantai emas keselamatan” itu. Biarlah dia membaca kata-kata ”rantai emas keselamatan” itu berulang kali dan menghafalkannya. Lalu, siapa saja yang setelah membaca dan berkesimpulan bahwa sesungguhnya ia tidak dipanggil, silakan perhatikan firman Tuhan ini: ”Siapa yang haus, hendaklah ia datang, dan siapa yang mau, hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma.” (Why 22:17)
Gereja pun dalam pengakuannya mengatakan bahwa: ”semua orang yang dipanggil oleh Injil, dipang gil dengan sungguh-sungguh. Sebab dalam firman-Nya, Allah memperlihatkan sungguh-sungguh dan dengan sebenarnya apa yang berkenan kepada-Nya, yaitu bahwa mere ka yang dipanggil itu datang kepada-Nya.”10
Akan tetapi, bisakah kita menarik kesimpulan bahwa berjuta-juta orang yang telah dipanggil Allah melalui Injil dan yang masih akan dipanggil, semuanya juga terpilih? Karena bukankah semuanya dipilih dan ditentukan dari semula untuk diselamatkan? Apakah itu yang diajarkan Alkitab? Tidak, Alkitab tidak mengajarkannya. Mengapa? Sebab, tiap panggilan memerlukan tanggapan. Hal itu bisa kita pahami melalui contoh kehidupan sehari-hari!
Jika seorang pemuda meminta seorang gadis untuk menjadi istrinya jadi, pemuda ”meminta” sang gadis dalam cinta permintaan itu pun memerlukan tanggapan atau jawaban ”Ya”.
Berapa kali hal itu berlaku bagi kita, jika Allah memanggil kita dalam kasih-Nya? Kalau terjadi demikian, sebagai ”pelipur lara”, maka kita boleh menyerap kata-kata ”rantai emas keselamatan” itu, dan menanggapi nya dengan jawaban ”Ya!” Sebab: ”Dengan sungguh-sungguh juga, kepada semua orang yang datang kepada-Nya dan percaya dijanjikan-Nya kesentosaan jiwa dan hidup yang kekal.”11 Namun, sebenarnya kita harus datang dan percaya! Kita harus menanggapi panggilan Allah, dalam arti mengikutinya. Seperti tertulis dalam Alkitab: ”Hal Kerajaan Surga seumpama seorang raja yang mengadakan perjamuan kawin untuk anaknya. Ia menyuruh hamba-hambanya memanggil orang-orang yang telah diundang ke perjamuan kawin itu ....” (Mat 22:2-3)
Dalam lanjutan Matius 22, kita membaca tentang para undangan yang menyiksa dan membunuh hamba-hamba yang dikirim oleh raja itu.
Me reka itu tidak layak menghadiri pesta. Mengapa tidak? Karena mereka tidak mengindahkan panggilan itu. Lalu, apa akibatnya? ”Maka murkalah raja itu, lalu menyuruh pasukannya ke sana untuk membinasakan pembunuh-pembunuh itu dan membakar kota mereka.” (Mat 22:7)
Begitu hebatnya kesungguhan panggilan itu! Benar-benar mematikan! Sama halnya ketika raja itu menyuruh hamba-hambanya sekali lagi untuk ”mengumpulkan semua orang yang dijum painya di jalan-jalan, orang-orang jahat dan orang-orang baik, sehingga penuhlah ruangan perjamuan kawin itu dengan tamu”.
Dan pestanya pun dapat berjalan, bukan? Belum. Sebab, ketika raja masuk ke ruangan pesta itu, dia melihat sesuatu yang lain, yaitu di antara semua orang yang dipanggil ada seseorang yang tidak berpakaian pesta! Padahal, orang itu pun dipanggil dengan sungguh-sungguh, tetapi dia menganggap, untuk menghadiri pesta itu tidak perlu mengenakan pakaian pesta.
Lalu terdengar pertanyaan yang sangat me nyedihkan, ”Hai Saudara, bagaimana engkau masuk kemari tanpa mengenakan pakaian pesta?” Sekali lagi, kita mendengar betapa sungguh-sungguhnya panggilan yang kedua itu. Raja itu berkata kepada hamba-hambanya:
”Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratapan dan kertak gigi.” (Mat 22:13)
Perhatikan baik-baik kata-kata yang terakhir itu! Tuhan Yesus tidak mengatakan, ”Banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang datang”. Ia juga tidak mengatakan ”sedikit yang layak”.
Dan Tuhan Yesus sama sekali tidak mengatakan bahwa hanya ”sedikit yang di panggil dengan serius”. Semuanya tidak. Tetapi, Dia memakai kata ”dipilih”, yaitu ”banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih”. Di dalam kata-kata Yesus itu terdengar/tersirat kata-kata Roma 8, yaitu ”dipilih dari semula” dan ”ditentukan dari semula”.
Apakah siapa pun boleh saja mengatakan, ”Panggilan itu datang kepadaku, jadi aku ini terpilih”? Tidak. Hanya mereka yang mengikuti suara Gembala yang baik, yang akan menemukan pa dang rumput dan akan diselamatkan (lih Yoh 10:4, 9). Siapa saja yang mengabaikan suara Gembala itu ... baginya janji Allah tidak akan digenapi.
”Namun semua orang yang menerimaNya diberi-Nya kuasa [hal istimewa] supaya men jadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya.” (Yoh 1:12)