Pimpinan Allah dalam Hidup Kita
Niels den Hertog
Kita Ini Manusia seperti Apa?
Sering kali ada tokoh-tokoh yang meninggal dunia dan yang secara anumerta mendapat pujian karena gaya hidup mereka yang sangat hebat dan memukau. Misalnya, seorang penyanyi tersohor, atau seorang anggota keluarga raja. Mereka telah melakukan apa saja yang mereka kehendaki, tanpa pernah menghiraukan pendapat ataupun nasihat siapa pun. Kenyataan bahwa gaya hidup itu juga mempunyai segi-segi yang kurang baik, bahkan gelap, yang terutama bagi keluarga mereka kadang-kadang sangat menyakitkan, tetapi tidak menjadi soal. Pokoknya, mereka merasa bahwa mereka telahbenar-benar dikagumi banyak orang. Dan berdasarkan itu mereka seakanakan memiliki kekebalan.
Mengapa saya mulai pembukaan bab ini dengan contoh itu?
Karena menurut pendapat saya, berbagai reaksi atas kematian mereka, memperlihatkan sesuatu dari ciri khas masyarakat kita.
Orang-orang seperti itu dipuji-puji karena telah melakukan hal-hal tersebut secara diam-diam. Apa yang dilakukan mereka sebenarnya adalah juga keinginan banyak orang. Bedanya, mereka tidak dapat melaksanakannya karena terkurung dalam kebiasaan dan rutin kehidupan mereka sehari-hari. Banyak orang juga ingin hidup bebas, betul-betul hidup. Ada orang yang berkata bahwa mereka ”betul-betul hidup” ketika mereka berlibur.
Dengan demikian mereka meremehkan kehidupan biasa yang sehari-hari itu. Rutinitas dan kebiasaan, rasa tidak puas dengan segala hal yang sudah menjadi ketetapan dalam hidup ini-semua itu dapat menimbulkan rasa tidak nyaman.
Kehidupan sehari-hari. Dalam terang Alkitab, itulah yang pertama-tama perlu dibicarakan pada saat kita merenung tentang tema pimpinan Roh. Sesudah itu hal-hal lain yang harus dibicarakan, dan itu akan kita lakukan juga. Namun, kita harus mulai dengan kehidupan sehari-hari. Kalau Alkitab berbicara tentang karya Roh, maka yang dimaksudkannya ialah kehidupan, kehidupan yang biasa, yang sehari-hari. Memang ada bahaya yang nyata bahwa dalam merenung karya Roh, kita membiarkan diri dihanyutkan oleh keinginan untuk mengalami hal-hal yang istimewa dan spektakuler, sesuatu keinginan yang sudah meresap dalam budaya masa kini. Agenda gereja gampang diisi dengan aktivitas dan cara-cara yang mengikuti tren.
Lebih baik, sambil mendengarkan Kitab Suci, kita menghadapi budaya modern ini secara kritis. Bagaimana Roh ikut campur dengan kehidupan sehari-hari seorang Kristen? Itulah pertanyaan inti bab ini.
Baiklah kita mencermati pertanyaan itu. Mungkin hal itu kurang sering dilakukan. Misalnya, kita membaca dalam Nehemia 2:8, ketika Nehemia menerima surat izin perjalanan ke Yerusalem yang dimintanya dari raja, dia menyimpulkan dari situ bahwa tangan Allah yang Mahamurah telah melindungi dia.
Waktu saya membaca itu, saya bertanya dalam hati apakah saya juga seperti Nehemia, melihat tangan Allah dalam hidup saya. Saya tidak yakin. Saya ini biasa menjelaskan segala sesuatu menurut akal, lalu saya mengeluh ketika saya tidak menemukan Allah. Sadarkah saya bahwa tangan Allah hanya dapat dikenali dalam iman? Kalau Allah memasuki hidup kita, maka biasanya kejadian itu tidak menghebohkan dan menggemparkan. Dia memilih sarana yang biasa, yang dikuduskanNya dan yang dipakai-Nya. Menurut saya, di sinilah letak salah satu tantangan yang terbesar bagi orang-orang Kristen, yaitu belajar untuk menemukan Allah di dalam hidup sehari-hari.
Sebab itu, kalau kita hendak merenung tentang bimbingan Roh, maka dengan sadar saya memutuskan untuk pertama-tama membicarakan hidup kita sehari-hari. Kehidupan itu kita jalani setiap hari; dan sungguh tak baik kalau dalam hidup itu kita tidak tahu bagaimana menemukan bimbingan Tuhan. Yang saya maksudkan hidup kita yang sehari-hari, yaitu dalam segala seginya, seluruh keluasannya, dan kedalamannya, tingginya. Dan dengan itu kita harus menyimak kata-kata Bonhoeffer yang ditulisnya dalam penjara:
”Dalam segala apa yang kita pahami, kita harus menemukan Allah, bukan dalam apa yang tidak kita pahami. Bukan dalam masalah-masalah yang belum terpecahkan, melainkan dalam segala pertanyaan yang dapat dijawab, Allah ingin agar kita memahami Dia...
Allah bukan baru Allah ketika Ia dianggap menjawab segala pertanyaan yang tidak dapat dijawab manusia.
Allah itu harus kita akui di tengah-tengah kehidupan kita yang biasa, bukan baru ketika kita menemukan batas-batas kemanusiaan kita. Ya, Allah ingin diakui di tengah kehidupan dan bukan baru pada saat kematian, dalam kesehatan dan kekuatan, dan bukan baru di dalam penderitaan atau kesakitan, di dalam tindakan-tindakan kita dan bukan baru ketika kita jatuh ke dalam dosa”.
Dengan kata lain: hendaklah seorang Kristen belajar untuk memandangi segala hal dalam kehidupan sehari-hari dengan norma-norma yang berbeda, yang di dalamnya ia mengakui Allah yang ada di dalam semua.
Garis-garis Alkitabiah
Hidup Sehari-hari
”Hiduplah oleh Roh”, demikian pesan Paulus untuk para pembaca suratnya kepada jemaat di Galatia (Gal. 5:16). Dalam Roma 8:4 kita menjumpai ungkapan yang serupa. Untunglah Paulus menjelaskan apa yang dimaksudkannya dengan ungkapan tersebut. Dalam Roma 8, dengan singkat diuraikannya demikian: keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera. Dalam Galatia 5 dia mengatakannya dengan lebih jelas. Kalau kita membiarkan diri dibimbing oleh Roh, maka kita dibatasi sehingga tidak menuruti keinginan daging.
Setelah Paulus mengatakan apa perbuatan daging yang nyata itu, dia menambahkan: Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri (Gal. 5:22-23).
Bagi saya, kata-kata itu satu per satu mengukuhkan apa yang saya tulis di atas, yaitu bahwa dalam merenungkan bimbingan Roh kita pertama-tama harus memikirkan kehidupan sehari-hari. Sukacita, kesabaran, dan kemurahan. Bukankah itu hal-hal yang terwujud di dalam lingkungan kita sehari-hari? Mengapa Paulus menyebutkan kata-kata itu? Nah, semua kata itu berhubungan dengan jalan yang ditempuh Tuhan Yesus di tengah-tengah kita. Dapat dikatakan bahwa dalam deretan kata-kata itu kita seperti melihat wajah Yesus melalui tingkah laku kita. Hal itu mengandung banyak arti. Sebab Dia adalah Manusia Sejati. Di dalam Dia, Bapa sendiri memperlihatkan manusia sesuai dengan rencana-Nya. Dan ketika Yesus meringkas semua perintah Allah menjadi titah yang agung: Kasihilah Allah di atas segala-galanya, dan kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri, maka dengan itu telah dinyatakan-Nya dengan tepat apa yang menjadi pokok dalam hidup-Nya! Dan di situ juga kita mengenali perbuatan-perbuatan daging yang satu per satu melawan kedua perintah besar tadi. Perbuatan daging itu ialah perbuatan manusia yang menempatkan dirinya di pusat kepeduliannya, dan yang hanya memandang Allah dan sesamanya manusia sebagai dua satelit yang berputar di sekelilingnya. Pada buah Roh, yang ditekankan ialah kita ini dibuat serupa dengan Yesus Kristus. Bukankah Tuhan Allah belum selesai urusan-Nya dengan manusia setelah Dia membebaskan manusia itu dari hukuman. Oleh Kristus kita dibenarkan dan dikuduskan (1Kor. 1:30).
Pendek kata: Roh Kristus bekerja di dalam hidup manusia untuk membarui mereka menurut gambaran Kristus. Jadi pokoknya ialah lagi-lagi kehidupan sehari-hari. Bukankah Yesus telah tinggal di antara kita, dan berbagi hidup ini dengan kita? Dan tentunya itulah juga yang dimaksudkan dengan mengikuti Dia. Dalam baptisan kita dapat melihat hal itu dengan paling jelas: kita tenggelam bersama Kristus di dalam kematian, dan bangkit kembali bersama Dia dalam kehidupan baru. Dan yang pertama-tama terdapat dalam kehidupan yang baru itu ialah sukacita, damai sejahtera, iman, kelemahlembutan dan penguasaan diri. Roh membimbing manusia dengan membuat mereka menjadi pengikut-pengikut Yesus Kristus. Hal itu dengan jelas dan konkret terjadi dalam surat-surat Paulus.
Di bawah ini saya ingin memberi perhatian pada dua bagian naskah di mana kita dengan sangat jelas melihat bagaimana buah yang disebut Galatia 5 terlihat di dalam kehidupan. Kedua bagian itu ialah: surat kepada Filemon dan surat kedua kepada jemaat di Korintus, pasal 8 dan 9.
Surat Paulus kepada Filemon
Yang kita bahas pertama-tama ialah surat kepada Filemon yang dititipkan Paulus kepada Onesimus, budak yang melarikan diri dari tuannya (Filemon). Coba perhatikan apa yang dilakukan Paulus di dalam surat itu: dia mengidentifikasi dirinya dengan Onesimus. Dia membuat kasus budak yang melarikan diri itu menjadi kasus Paulus sendiri. Dia memikul tanggung jawab untuk budak yang tidak setia itu, dan meminta kepada Filemon supaya menerima Onesimus kembali, malahan untuk memberikan kebebasan kepadanya sehingga dia dapat membantu Paulus dalam tugas pemberitaan injil.
Selain itu, Paulus bersedia menanggung ongkos-ongkos yang telah dikeluarkan oleh Filemon dalam peristiwa itu: ”Kalau dia sudah merugikan engkau ataupun berutang padamu, tanggungkanlah semuanya itu kepadaku” (ayat 18). Paulus membela perkara seorang budak miskin yang telah melarikan diri, dan yang mungkin telah mencuri sesuatu dari majikannya. Jadi Onesimus, orang yang tidak dapat lagi menuntut hak-haknya, yang pasti dinyatakan bersalah di depan hukum negara waktu itu. Dalam tindakan Paulus itu kita melihat sesuatu yang mencerminkan karya Yesus Kristus, yang membela perkara kita (orang yang berdosa) di hadapan Bapa-Nya.
Jadi, inti pemberitaan Injil Paulus ialah karya Tuhan Yesus Kristus itu. Dan itu bukan hanya menyangkut kata-kata, atau suatu ajaran. Bukan. Apa yang diajarkan oleh Paulus, itulah juga yang dilakukannya! Dia mengatakan, perhitungkanlah kepadaku segala kerugian yang kautanggung gara-gara Onesimus. Dan kalau engkau menerima dia, itu berarti engkau menerima aku, karena aku menyamakan diriku sepenuhnya dengan dia. Aku menyamakan diri dengan dia di dalam kesalahannya, di dalam segala hal yang keliru dalam hidupnya. Aku tidak mengusirnya, dan menyuruhnya supaya lebih dahulu menjadi orang yang baik. Aku berdiri di sampingnya, dan aku mau menanggung rugi untuk membela saudaraku yang lebih lemah. Kasih, kesabaran, dan penguasaan diri: itulah buah yang dibicarakan oleh Galatia 5 dalam kehidupan sehari-hari. Berkat bimbingan Roh, maka Paulus memberi contohnya dalam kasus ini. Dia menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya dalam diri Onesimus. Bukankah juga kepada kita diajukanpertanyaan-pertanyaan yang serupa dalam bentuk kekurangan dan penderitaan sesama kita manusia? Dan menurut pendapat saya, Rohlah yang membimbing orang-orang bilamana mereka memberi dengan sukarela dan ikut menanggung penderitaan orang lain.
Surat Paulus yang kedua kepada jemaat di Korintus, pasal 8 dan 9
Kemudian 2 Korintus. Dalam pasal 8 dan 9 Paulus mengajak jemaat supaya secara khusus berpartisipasi dengan murah hati dalam pengumpulan dana bantuan untuk Yerusalem. Dalam 2 Korintus 8:9 kita menjumpai dasar pemberian sumbangan itu dalam seruan Paulus: ”Karena kamu telah mengenal anugerah Tuhan kita Yesus Kristus bahwa sekalipun Ia kaya, oleh karena kamu Ia menjadi miskin, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya”. Jemaat Korintus diajak untuk mengikuti Kristus di jalan yang sudah ditempuhNya. Mereka harus juga mengorbankan kekayaan mereka untuk meringankan penderitaan saudara-saudara seiman di Yerusalem.
Injil Natal bukan peristiwa yang terjadi pada awal tahun Masehi, melainkan ada di tengah-tengah kehidupan kita. Dengan demikian kita mengenal juga dengan benar-benar kasih Tuhan Yesus: Roh Kristus menggerakkan orang-orang supaya menempuh jalan yang dilalui Yesus Kristus. Memberi ialah buah Roh. Di dunia yang dikuasai oleh keserakahan, Roh Kudus mengajar manusia supaya melepaskan diri dari kuasa kekayaan, dan rela memberi. Ajaran itu tidak diberikan sebagai cita-cita yang muluk, yang tak mungkin tercapai, melainkan sebagai perbuatan meniru teladan Kristus yang telah memberikan segalanya. Demikianlah Roh membimbing mereka dengan cara membarui mereka sehingga serupa dengan Yesus Kristus. Sekarang pun karya Roh itu sudah mulai terwujud, dan nantinya, dalam Kerajaan Kristus, karya itu menjadi sempurna.
Kedua pasal itu menunjukkan bahwa Roh Kudus terutama memberikan bimbingan-Nya dalam hidup sehari-hari orang-orang beriman. Mereka juga memperlihatkan sedikit dari cara yang dipakai Roh untuk melakukannya. Pertama-tama Dia menempatkan manusia dalam pelayanan konkret kepada Allah dan sesama manusia. Kita harus mengingat supaya kita jangan mengharapkan cara bimbingan Roh yang berbeda dengan cara yang Dia kehendaki. Tanpa sadar kita selalu mencari sesuatu yang luar biasa, dan kita tidak memperhatikan hal-hal yang biasa di dalam hidup ini. Untuk dapat dibimbing oleh Roh, kita harus mengasihi Allah dan sesama manusia. Dan kedua hal itu harus terwujud dengan sangat konkret dalamperbuatan-perbuatan kita. Buah Roh ialah kita belajar mengasihi Tuhan, juga bahwa kita mengasihi dan melayani sesama manusia yang dengan sangat konkret ada di sekitar kita. Mereka itu tidak kita pilih sendiri, melainkan ditempatkan di jalan kita! Kita wajib melakukannya, meskipun hal itu menuntut pengorbanan, baik berupa uang maupun kedudukan.
Kalau kita cermati segalanya itu demikian rupa, kita mulai mengerti juga mengapa dalam Perjanjian Baru dengan semakin tegas Roh dihubungkan dengan pengharapan akan masa depan.
Roh berulang kali disebut sebagai jaminan, yaitu karunia sulung.
Apa yang dilakukan-Nya di sini dan sekarang ini dalam kehidupan orang-orang beriman ialah memperlihatkan di dalam hidup mereka, sesuatu dari masa depan Allah, yaitu masa depan di mana perintah yang utama akan dihayati dan ditaati dengan segenap hati dan pikiran karena dosa sudah tidak ada di situ. Tidak percuma sebagian besar dari etika Calvin berada dalam suasana yang sama dengan perenungan mengenai kehidupan pada masa depan. Perenungan itu tidak dilakukan dengan santai pada waktu-waktu yang luang, tidak!
Perenungan itu meresapi dan menentukan seluruh kehidupan.
Pimpinan secara Langsung?
Saya kurang yakin apakah yang sejauh ini saya kemukakan, sesuai dengan apa yang Anda sebagai pembaca harapkan, dalam pasal tentang pimpinan Roh. Bukankah Anda mengharap hal-hal yang sangat berbeda? Kita juga melihat dalam Alkitab orang-orang dibimbing oleh Roh dengan cara yang sangat langsung dan juga sangat luar biasa. Kita membaca tentang Paulus, bagaimana di berbagai tempat yang berbeda-beda, Roh ikut campur dengan membuka jalan ini, dan menutup jalan lain. Bukankah itu yang diharapkan Anda dalam bab ini? Namun, dengan sadar saya hendak mengarahkan perhatian Anda terutama pada karya Roh Kudus dalam kehidupan sehari-hari, supaya Anda tidak terlalu cepat berhasil dibujuk untuk berpaling dari data-data alkitabiah, dan mengikuti model-model pemikiran yang tidak terdapat dalam Alkitab. Sebelum kita menyadarinya, kita bisa diliputi oleh semacam rasa rendah diri secara rohani karena dengan cara itu kita tidak mengalami bimbingan Roh, padahal sebenarnya ada bimbingan itu dalam kehidupan kita sehari-hari-dalam arti bahwa Roh sedang berkarya untuk membuat kita serupa dengan Kristus. Saya mengulangi lagi: jauh dalam lubuk hati kitaorang-orang modern ini, kita cenderung meremehkan kehidupan seharihari, seakan-akan Roh hanya dapat ditemukan dalam hal-hal yang hebat, yang luar biasa, yang terjadi secara mengejutkan.
Namun, hal yang hebat itu, yang luar biasa, yang terjadi secara langsung dan mengejutkan itu, kebetulan terjadi di beberapa tempat dalam Alkitab. Walaupun memang tidak sangat sering, tetapi bagaimanapun telah terjadi beberapa kali. Lalu pertanyaannya ialah: apakah hal itu masih dapat kita harapkan pada zaman ini? Saya ingin menyebutkan beberapa contoh. Untuk itu saya membatasi diri pada Kitab Para Rasul, lalu saya akan mencoba untuk menarik beberapa garis dari situ, sehingga sesudahnya kita dapat merenungkan pertanyaan mengenai apa yang terjadi pada zaman ini.
Roh Kristus dan masuknya Injil ke dalam dunia
Saya akan mulai dengan Kitab Kisah Para Rasul 13:2, di mana Roh Kudus pada suatu saat tertentu berkata, ”Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagi-Ku untuk tugas yang telah Kutentukan bagi mereka.”
Hal yang menarik ialah perkataan Roh itu didengar dalam jemaat.
Bukan saja Paulus yang diberi tahu perkataan Roh itu, melainkan jemaat yang konkret mendengar perintah Roh itu. Hal itu terjadi pada saat jemaat sedang berpuasa. Dan kita tahu bahwa orang yang berpuasa tidak hanya tidak makan saja, tetapi dia juga terus-menerus membaca Kitab Suci dan berdoa. Lagi pula, tugas yang diberikan Roh kepada Paulus dan Barnabas ialah supaya mereka memberitakan Injil di dunia yang belum mengenal firman Tuhan. Dalam Kisah Para Rasul, kita masih berada pada zaman awal gereja, ketika sebagian besar dari dunia ini masih harus mendengar berita Injil.
Contoh yang kedua kita temukan dalam peristiwa terkenal dalam Kisah Para Rasul 16. Di sini Injil sudah hampir menyeberang dari benua Asia ke benua Eropa. Itu merupakan pembukaan masa baru dalam sejarah. Dalam bagian dari Alkitab ini, di mana pemberitaan Injil adalah pokok yang inti, kita melihat bahwa pada titik-titik persimpangan yang sudah ditunjukkan dalam Kisah Para Rasul 1:8, Roh Yesus Kristus sendiri selalu campur tangan. Dalam Kisah Para Rasul 16:6-10 kita membaca sampai dua kali bahwa sebuah jalan ditutup oleh Roh. Namun, kita mendengar juga kisah yang terkenal, di mana pada malam hari Paulus menerima penglihatan mengenai seorang pria Makedonia yang memanggil dia supaya datang.
Kemudian kita membaca, ”Setelah Paulus melihat penglihatan itu, segeralah kami mencari kesempatan untuk berangkat ke Makedonia, karena dari penglihatan itu kami menarik kesimpulan, bahwa Allah telah memanggil kami untuk memberitakan Injil kepadaorang-orang di sana.” Kata-kata ”Kami menarik kesimpulan” itu sangat menarik. Dengan kata lain: bimbingan Roh Kudus dikenali dalam hal-hal yang terjadi. Dan sekali lagi ditunjukkan bahwa bukan satu orang saja yang memahami suara Roh, tetapi persekutuan orang-orang kudus (yang adalah karunia Roh), juga memahami suara itu.
Kita harus membayangkan di sini adanya kebersamaan dalam ilham Roh dan halangan-halangan yang praktis. Dan Paulus beserta para rekan kerjanya menarik kesimpulan dari situ bahwa itulah jalan yang harus mereka tempuh. Roh turun tangan untuk membawakan firman Kristus ke Makedonia, sekarang perluasan Kerajaan Allah sedang dijalankan. Dan dengan cara menutup beberapa pintu, dan membuka pintu-pintu lain, Roh menunjukkan jalan-Nya. Jadi itu semua adalah peristiwa-peristiwa yang telah saling digabungkan, kemudian diajukan dalam doa kepada Allah, dan juga dipikirkan serta dibicarakan bersama dalam terang firman Tuhan Allah. Dan di dalam itu semua mereka telah mendengar suara Roh: Injil harus diberitakan ke seluruh dunia!
Injil telah menyeberangi laut Bosporus dan Roh telah terlibat dalam kejadian itu dengan dua cara. Pada satu sisi dengan menutup beberapa pintu: Ada hal-hal yang tidak diperkenankan oleh Roh.
Pada sisi yang lain dengan memberi penglihatan itu kepada Paulus.
Dalam periode sejarah keselamatan itu, di mana segala kejadian berlangsung dengan cepat dan semua kekuatan menjadi satu, beberapa kali Roh menggunakan sarana visiun untuk mengumandangkan di seluruh dunia berita tentang Yesus Kristus yang hidup. Ingatlah dalam hubungan ini juga penglihatan yang diterima oleh Ananias dalam Kisah Para Rasul 9. Visiun itu diarahkan pada tujuan untuk membebaskan Paulus dari kesendiriannya dan membawanya masuk ke dalam persekutuan orang-orang kudus. Dengan demikian dia dapat belajar memahami pertemuannya dengan Kristus yang hidup, sebagai panggilan untuk melayani Dia sebagai rasul.
Lebih jauh dalam Kisah Para Rasul kita masih menemukan suatu saat lagi yang sangat penting. Yang saya maksudkan ialah Kisah Para Rasul 21. Peristiwa itu mungkin telah membuat segalanya agak lebih rumit. Pada waktu itu Paulus, ditemani oleh beberapa utusanjemaat-jemaat yang berasal dari bangsa-bangsa bukan Yahudi, sedang dalam perjalanan ke Yerusalem untuk menyerahkan hasil kolekte yang diorganisasi olehnya, dan yang diperuntukkan bagi saudara-saudari di ibu kota yang membutuhkannya. Dalam perjalanan itu sampai dua kali Paulus diminta dengan sangat supaya jangan melanjutkan perjalanannya. Sebelumnya beberapa murid di Tirus menyampaikan pesan Roh Kudus yang berisi nasihat bagi Paulus supaya jangan pergi ke Yerusalem. Tampaknya nasihat itu dikukuhkan lagi ketika Paulus tiba di Ptolemais, dan didatangi oleh seorang nabi bernama Agabus.
Melalui tindakan-tindakan simbolis sesuai tradisi para nabi, Agabus ini menunjukkan kepada Paulus apa yang akan terjadi sesampainya di Yerusalem: dia akan ditangkap dan diserahkan kepadaorang-orang yang tidak mengenal Allah. Menurut pendapat kita, sudah jelas keputusan mana yang harus diambil oleh Paulus. Bukankah itu pimpinan Roh?
Meskipun begitu, Paulus tetap melanjutkan perjalanannya, dan nubuat nabi tadi ternyata benar: Paulus ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara. Mengapa dia tidak mengindahkan tanda-tanda yang menurut pendapat kita begitu jelas itu? Karena bagi Paulus bukan keamanan nyawanya sendiri yang menjadi pokok, melainkan bahwa nama Yesus Kristus diberitakan, dan bahwa Kerajaan Allah diperluas. Itulah yang mahapenting baginya. Titik orientasi Paulus dalam segala pertimbangannya ialah nama-penyataan-Tuhan Yesus. Dan justru karena menempuh jalan itu, Paulus ditangkap dan pada akhirnya dibawa ke Roma sebagai seorang tahanan untuk memberitakan Injil di sana! Pendek kata, kenyataan bahwa Roh memberi tahu apa yang akan menimpa Paulus, belum berarti bahwa yang dimaksudkan oleh-Nya ialah Paulus dilarang untuk menempuh jalan itu. Tandanya masih harus dijelaskan, dan memang dijelaskan oleh Paulus, yaitu berdasarkan nama Yesus Kristus. Dan jemaat menyetujui pertimbangan Paulus itu.
Garis-garis yang Tampak Terang
Dari ketiga contoh yang diambil dari Kisah Para Rasul itu, saya hendak mengetengahkan beberapa hal karena mempunyai arti penting, kalau nanti saya membicarakan soal pimpinan Roh pada zaman sekarang. Berdasarkan contoh-contoh itu maka ada beberapa hal yang mencolok:
1. Pada ketiga contoh itu kita melihat bahwa bimbingan Roh dikenali dan diakui oleh persekutuan yang adalah buah Roh. Jadi, bukan satu orang yang memahami Roh lalu mengikuti jalan itu. Dan meskipun yang menerima penglihatan itu satu orang, tetapi dia membawanya ke tengah-tengah persekutuan itu, dan di situ dipertimbangkan bersama-sama.Dan penghiburan yang telah diterimanya, diteruskannya kepada orang lain. Dia bercerita juga dengan sangat konkret tentang duri di dalam dagingnya. Meskipun dia berdoa tanpa hentinya supaya dia dibebaskan dari duri itu, namun permohonannya tidak dikabulkan. Bukan kesembuhan yang diterimanya seperti yang diharapkannya, dan yang menurut pendapatnya akan sangat berguna dalam pekerjaannya sebagai pemberita Injil.
Bukan-dia diberi tahu bahwa anugerah Tuhan cukup baginya.
Sungguh suatu perkataan yang bertentangan dengan apa yang dilihatnya, tetapi yang justru dalam kelemahannya mendekatkan dirinya dengan Dia yang telah mengutusnya. Bukan tanpa maksud Paulus justru menulis dalam surat itu bahwa ”hidup kami ini adalah hidup berdasarkan iman, bukan berdasarkan apa yang kelihatan” (2Kor.5:7).
6. Itu berarti juga bahwa pimpinan Roh tidak perlu tampak bermakna untuk penglihatan kita. Ingatlah contoh dalam Kisah Para Rasul 21: kepentingan Kerajaan Surga harus lebih didahulukan daripada kepentingan Paulus. Dan justru dengan begitu Roh menjaga agar Paulus tetap dekat dengan Kristus. Jalan yang ditunjukkan oleh Roh adalah jalan pengingkaran diri yang akhirnya membawa maut. Akan tetapi, dengan demikian itulah juga jalan kebangkitan kembali dan hidup baru.Dipimpin oleh Roh: Masa Kini
Setelah meninjau Alkitab seperti di atas, timbullah pertanyaan bagaimana halnya dengan bimbingan Roh pada masa kini, bagi saya sendiri, bagi Anda, dan bagi jemaat. Adalah salah satu tantangan besar untuk mencari cara yang baik guna mengenali pimpinan itu. Kalau segala yang kita lihat tadi, kita cermati dengan sungguh-sungguh, tampaknya kita perlu mempertimbangkan beberapa hal. Sebaiknya kita mulai dengan menetapkan bahwa yang menjadi pertanyaan bukanlah apakah Roh memimpin hidup kita. Orang-orang milik Kristus, boleh merasa yakin bahwa Dia memang memimpin hidup mereka, dan lebih kuat lagi: juga bagi mereka berlaku seruan Paulus dalam Galatia 5:16, ”Hiduplah oleh Roh”. Pimpinan Roh terdiri dari kenyataan bahwa setiap hari Dia hendak membarui hiduporang-orang percaya sehingga sesuai dengan gambar Yesus Kristus. Juga bahwa Dia membebaskan aku dari keterkurungan sehari-hari dan kebosanannya, dan mengajar aku untuk menemukan kebahagiaan dalam pelayanan konkret kepada Allah dan sesamaku. Itulah pimpinan Roh dan janganlah kita menganggapnya remeh. Sebaliknya, kita harus merasa bersyukur karenanya. Bukan itu saja-tetapi itulah pimpinan yang harus kita cari, dan dari pimpinan itulah kita harus hidup.
Namun, bagaimanakah halnya dengan pimpinan langsung yang khusus itu, yang telah kita bicarakan? Bagaimana sebagai seorang Kristen kita mengambil keputusan-keputusan? Dan apakah di dalam mengambil keputusan itu kita dapat mengharapkan dan mengalami pimpinan langsung oleh Roh? Sebaiknya dalam mencari jawaban-jawabannya, kita tetap mengingat apa yang disimpulkan kita tadi dari Kisah Para Rasul. Sekali lagi akan saya tunjukkan beberapa hal secara poin demi poin. Dan setelah itu saya akan mengolah lebih lanjut pertanyaan mengenai pimpinan langsung Roh pada masa kini.
1. Yang sangat penting ialah dalam mencari pimpinan Roh, kita pertama-tama harus mencari nasihat di dalam jemaat. Yesus Kristus telah mengumpulkan manusia dalam sebuah persekutuan yang konkret. Dalam persekutuan itu orang-orang secara bersama-sama memahami tingginya, lebarnya, panjangnya dan dalamnya karya Kristus-dan itu masih sebagian saja. Namun, kenyataan ini harus kita pegang teguh, sebagai orang Kristen kita memerlukan orang-orang lain sesama Kristen. Justru kalau yang dibicarakan adalah hal-hal seperti ini, Roh memberi kepada setiap jemaat apa yang diperlukan oleh jemaat itu. Sebab itu Anda boleh mengharapkan hikmat dari orang-orang yang telah digabungkan oleh-Nya dengan Anda dalam satu persekutuan, hikmat untuk menunjukkan sebuah jalan kepada Anda.Hal itu menyusul poin kelima di atas tadi. Seperti Yesus membuat Allah dan sesama manusia menjadi pokok seluruh kehidupanNya, demikianlah kita. Sebab kita orang-orang yang mengikuti Dia.
Mudah-mudahan keenam poin ini bermanfaat bagi Anda. Harapan saya bahwa Anda dibantu oleh poin-poin itu untuk mengenali pimpinan Roh dalam hidup sehari-hari, supaya Anda makin mengerti di mana Dia hendak memakai hidup Anda untuk menyebarluaskan Firman-Nya yang perkasa di dunia ini.
Saya ingin membahas masalah ”pimpinan Roh” sedikit lebih jauh, yaitu dalam hal penglihatan.
Penglihatan pada Masa Kini?
Sikap yang lugas secara alkitabiah
Kita telah melihat di atas bahwa Paulus mendapat penglihatan, dan bahwa berdasarkan penglihatan itu, dan setelah berunding dengan beberapa orang lain, dia mengambil keputusan untuk menuju Makedonia. Bolehkah pada zaman ini kita juga meminta penglihatan semacam itu? Misalnya, kalau kita harus membuat pilihan studi, atau pilihan teman hidup? Menurut saya, kita perlu bersikaphati-hati dalam hal itu. Yang saya baca dalam Alkitab ialah manusia menerima penglihatan tanpa meminta atau mengharapkannya.
Roh berprakarsa untuk memberikannya (atau tidak). Dan bahkan sesudah itu, arti penglihatan itu, atau makna nubuat itu, masih harus diketahui dengan cara mempertimbangkannya bersama orang lain, dan diterangi oleh penyataan Allah yang sudah ada.
Namun, masih ada alasan lain mengapa kita perlu hati-hati. Saya melihat bahwa dalam surat-suratnya kepada jemaat di Korintus, Paulus beberapa kali menekankan bahwa dia agak enggan berbicara tentang penyataan-penyataan dan pengalaman-pengalaman khusus yang telah diterimanya (1Kor. 13; 2Kor. 12). Tampaknya dia hendak mengatakan bahwa penerimaan penglihatan bukan suatu hal biasa.
Orang-orang yang tidak mendapat penglihatan, tidak perlu merasa minder karena hal itu. Paulus sangat sadar bahwa pembicaraan tentang berbagai penglihatan dan pengalaman rohani, dengan sangat mudah dapat menyebabkan perhatian jemaat beralih dari Kristus kepada manusia yang percaya. Pada waktu itu beberapa penginjil datang ke Korintus dan merongrong wibawa Paulus. Hal itu jelas dalam surat Korintus yang kedua. Menurut pengakuan orang-orang itu sendiri, mereka adalah ”rasul-rasul yang luar biasa”. Penampilan mereka pun sangat mengesankan, lagi pula mereka dapat bercerita tentang berbagai pengalaman rohani, dan atas dasar itulah mereka dapat berbicara dengan wibawa. Semua pengalaman itu mereka ceritakan untuk menambah penghormatan dan pujian bagi diri sendiri. Paulus sangat berbeda dengan mereka: dia juga menceritakan berbagai pengalamannya-kalau tidak bagaimana dia dapat berkhotbah?
Akan tetapi, pengalaman itu dijadikannya dasar untuk melayani: dia menghibur orang lain dengan penghiburan yang telah menghibur dirinya sendiri (2Kor.1:4). Bukan pengalaman-pengalaman luar biasa yang diceritakan Paulus, yang dapat menempatkan dirinya secara rohani di tingkat tinggi, di atas jemaat yang biasa. Ia melayani mereka berdasarkan pengalaman penghiburan yang telah ia alami sendiri di dalam kelemahannya.
Meskipun begitu, di dalam 2 Korintus 12, Paulus bersedia menceritakan beberapa pengalamannya dengan setengah hati. Dan ketika dia berbicara tentang pengalaman rohaninya, dia membuatnya sebagai seorang pengikut Kristus. Sengaja ia mulai berbicara dalam bentuk orang ketiga. Dan perhatikanlah bagaimana dia menceritakan pengalaman itu! Kristus yang sedang bekerja. Bukan Paulus yang terus-menerus berdoa dan berpuasa selama tujuh hari lalu mencapai puncak gelora semangatnya. Tuhanlah yang telah mengangkatnya pergi. Tanpa mencarinya, Paulus boleh mengalami lebih dahulu sedikit dari kehidupan yang kekal. Namun, bukan hal itu yang hakiki, kata Paulus. Aku bangga dalam kelemahan-kelemahanku. Sebagai orang yang hina, dia ikut duduk di bangku gereja bersama-sama dengan jemaat, dan dengan demikian segala perhatian dipusatkan kepada Kristus. Aku ini miskin, tetapi Dia kaya. Dan pesan yang diterimanya dalam penglihatan itu, tidak mengukuhkan dirinya dalam permohonannya, malahan bertentangan dengan perasaannya. Sebab Paulus sebelumnya belum merasakan bahwa anugerah Allah cukup baginya. Dia minta lebih banyak, yaitu kesembuhan. Dan saya dapat membayangkan bahwa perkataan Tuhan itu (”Cukuplah anugerah-
Ku bagimu,” 2Kor.12:9) sudah pasti tidak langsung ”dihayati” oleh Paulus secara positif....
Seharusnya kita merenungkan hal itu. Pada zaman ini kita lebih dahulu mencari Allah dalam pengalaman kita. Dan dengan demikian kita ini anak-anak dari zaman kita. Perasaan (emosi) sangat diutamakan. Kita dapat mengambil keputusan pribadi yang teramat penting dalam hidup kita, dengan satu-satunya alasan bahwa keputusan itu memberi rasa nyaman. Dan karena itu saja tak seorang pun akan mempersoalkan keputusan kita.
Kita mencari Allah pertama-tama dalam pengalaman kita.
Namun, Allah tidak pertama-tama mencari kita dalam pengalaman kita! Dia pertama-tama mencari kita dalam Firman-Nya yang telah menjadi manusia. Dan Firman itulah yang membentuk pengalaman utama. Ketika Yesus disalib, tak seorang pun dari para murid yang berdiri di bawahnya, mengangguk-angguk penuh pengertian, malahan semuanya sangat sedih dan bahkan melarikan diri. Dan di dekat kuburan Yesus pada hari Paskah pagi, tak seorang murid pun menunggu kebangkitan Yesus. Pengalaman kita-karena kita tidak berbeda dengan para murid itu-gampang dapat menjauhkan kita dari Tuhan. Ingatlah itu! Pengalaman dan perasaan kita, selalu mengandung beraneka ragam pengertian yang mengemudikan kita ke berbagai arah. Dan bagaimana pun kita membolak-balikkannya, sebuah penglihatan biasanya berlangsung pada tingkat pengalaman.
Allah telah memberikan firman-Nya kepada kita. Itulah anugerahNya. Dan anugerah itu cukup bagi kita dalam hidup dan mati. Itulah pengalaman banyak generasi orang percaya yang selama berabadabad telah menemukan Kristus dengan cara ini, yaitu di dalam Alkitab.
Akan tetapi: janganlah kita menutup kemungkinan penglihatan
Namun, bagaimana kalau kita mendapat mimpi, yang menurut keyakinan kita adalah tindakan Allah untuk memberi pesan kepada kita melalui Roh-Nya? Tak ada seorang pun yang berani mengatakan bahwa Tuhan sudah tidak lagi bekerja dengan cara itu, bahkan lebih kuat lagi: kita justru mendengar cerita-cerita tentang orang-orang yang telah berjumpa dengan Yesus melalui sebuah penglihatan.
Yang menarik ialah banyak orang Muslim yang menjadi Kristen, bercerita bahwa di dalam mimpi, mereka melihat Yesus datang kepada mereka dengan berpakaian putih bersih. Memang hal itu terjadi. Penglihatan seperti itu membawa mereka kepada Kristus, dan membuka mata mereka sehingga melihat kebenaran berita Injil.
Kemudian mendorong mereka juga untuk membaca Alkitab, dan bergabung dengan jemaat. Di situ mereka mendengar lebih banyak tentang Yesus Kristus yang mulai datang dalam mimpi untuk memanggil mereka. Itu karya Roh Kudus, saya yakin tentang hal itu. Apalagi itu adalah karya yang membawa manusia kepada Yesus Kristus. Akan tetapi, bagaimana sekarang, kalau kita sebagai orang percaya mendapat mimpi? Bolehkah kita berharap mendapat mimpi atau peristiwa yang luar biasa? Dan seandainya mimpi atau kejadian itu sungguh-sungguh terjadi, bagaimana kita yakin bahwa datangnya dari Allah? Di sini kita tidak boleh menghapus kemungkinan bahwa hal itu datangnya juga dari Allah. Saya kira apa yang pada awalnya saya kutip dari Nehemia 2:8c adalah penting. Nehemia mengenali tangan Allah yang murah hati, ketika Raja membekalinya dengan surat-surat resmi, sesuai permintaannya. Sebuah peristiwa yang tampaknya biasa-biasa saja, dipandangnya dengan mata yang penuh iman sebagai pimpinan Allah. Dan menurut saya, kita pun harus lebih sering memandang hidup kita sendiri dan segala hal yang terjadi di dalamnya dengan mata yang penuh iman. Mudah-mudahan Tuhan juga memakai mimpi. Namun, hal penting yang harus kita ingat ialah bahwa dalam hal-hal seperti itu kita selalu berpegang teguh pada Firman, dan merundingkannya bersama dengan jemaat di mana kita ditempatkan. Apakah jemaat juga percaya pada hal-hal yang menurut keyakinan Anda telah Anda lihat? Bukankah sangat mencolok bahwa penglihatan Paulus dalam Kisah Para Rasul 16 dan kata-kata Agabus dalam Kisah Para Rasul 21, masih tetap memerlukan penjelasan-betapa pun jelas kelihatannya? Dan penjelasan itu telah mereka peroleh dalam persekutuan orang-orang kudus.
The Candlestand Statement mengungkapkannya dalam bab 1, pasal 11:
Iluminasi dan Pengalaman Pribadi
Kami percaya bahwa pemberitaan firman Allah menghasilkan buah dalam kehidupan anak-anak-Nya. Oleh pekerjaan-Nya yang kudus, Roh memimpin, menerangi (mengiluminasi), dan memerintah hidup kita. Dia memberikan pengertian yang benar mengenai Alkitab (1Kor. 2:16). Karya Roh Kudus ini memengaruhi seluruh keberadaan, pikiran, jiwa, emosi dan hati nurani kita. Itulah sebabnya, kadang-kadang kita menginterpretasikan pengalaman yang khusus atau hal-hal yang terjadi di luar dugaan sebagai tuntunan tangan Tuhan dalam kehidupan kita secara pribadi, misalnya untuk mendorong kita agar kita hidup dalam kesalehan.
Mimpi adalah bagian dari sebuah proses umum dan alami yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Secara umum, mimpi pada masa kini adalah cerminan dari pandangan manusia. Oleh karena itu, mimpi tidak bisa dijadikan se bagai standar kebenaran. Mimpi-mimpi dan pengalaman-pengalaman khusus lainnya harus selalu ditundukkan pada ajaran Alkitab yang otoritatif. Tanggung jawab kita adalah untuk memberi diri dipimpin, dan diubah oleh Roh Kudus. Roh Kudus memakai wawasan-wawasan manusiawi kita agar kita merencanakan, bertindak, menerima nasihat dari orang lain, dan memperbaiki kesalahan-kesalahan kita. Akan tetapi, jika terlalu menekankan wawasan manusiawi, kita mudah bersikap mengabaikan pimpinan Allah selaku Bapa.
Harus ada hubungan yang tetap antara pemberitaan firman Allah dan pembacaan serta penafsiran firman-Nya yang sehat untuk mencegah kita agar tidak hanyut terbawa arus penemuan dan perasaan manusia.
Dalam Praktik
Pada zaman dahulu semua hal adalah jelas: pekerjaan yang Anda lakukan ialah tugas yang diberikan Allah kepada Anda dalam masyarakat. Tugas dan panggilan kira-kira sama. Hal itu mengandung kebaikan. Allah juga memberi berkat berupa masyarakat di mana ada keseimbangan. Nah, hal-hal yang sederhana itu sudah tidak ada lagi.
Masa kita lebih kompleks. Kita makin bertanya dalam hati apakah jalan yang direncanakan Allah dengan hidup kita. Haruskah aku ke luar negeri melakukan pelayanan di suatu tempat di dunia ini?
Profesi apakah yang Allah rencanakan bagiku? Bagaimana aku dapat menemukan pasangan hidup yang diinginkan Allah bagiku?
Memang ada baiknya kalau Anda memikirkan segala pertanyaan itu. Baik sekali untuk memikirkan kemungkinan untuk melayani orang lain dari jauh atau dekat. Itu adalah prinsip alkitabiah (2Kor. 8:14). Dan kalau Allah memberikan kesempatan kepada Anda dan pintu-pintunya terbuka-nah, masih perlukah Anda mendapat lebih banyak kejelasan lagi? Ketika dalam Kisah Para Rasul 16 pintu-pintu tertutup, maka itu pun menjelaskan bahwa Roh menghendaki agar Paulus dan para rekan kerjanya melayani di lapangan yang lain.
Kalau begitu, mungkin juga bahwa apabila ada pintu-pintu terbuka, suara Roh berbicara di situ dan memanggil Anda. Silakan! Dalam hal mencari pasangan hidup, bersikaplah sederhana secara alkitabiah.
Kenyataan bahwa si dia ditempatkan di jalan Anda, sudah berarti sesuatu. Apakah si dia juga mengasihi Tuhan seperti Anda? Dan apakah nantinya dengan cara itu kalian dapat bersama-sama melayani Allah dalam keluarga Anda? Ataukah ada ketegangan-ketegangan dalam hubungan kalian? Kalau begitu, Firman memperingatkan Anda supaya jangan menempuh jalan itu. Tentu saja ada kemungkinan Tuhan hendak memakai hubungan Anda untuk membawa pacar Anda kepada Kristus-kejadian-kejadian seperti itu sering terjadi.
Namun, sadarilah hal itu tidak akan terjadi begitu saja. Ada juga banyak contoh di mana justru pihak yang tidak percaya menarik yang percaya sehingga keluar dari gereja. Pertimbangkanlah saja kemungkinan-kemungkinan Anda, dan tanyakan dalam diri Anda sendiri apakah Anda di dalam segala hal yang Anda terima, di dalam segala hal yang terjadi dalam hidup Anda, dapat mengenali tangan Roh yang menunjukkan jalan yang harus Anda tempuh. Jalan untuk membawa kepada Kristus. Hidup di mana Allah dan sesamamu manusia menduduki tempat yang utama.
Pertanyaan-pertanyaan untuk Dibahas
1. Apakah Anda mencari pimpinan Roh dalam hidup Anda? Bagaimana pendapat Anda ketika membaca Galatia 5, tentang apa yang dipahami oleh Paulus dengan ”memberi dirimu dipimpin oleh Roh”? Apakah hasilnya tidak terlalu sederhana?menantikan kehidupan itu, sekarang pun Anda sudah dipanggil untuk mencerminkan norma-norma itu.” Apakah petunjuk itu menentukan keputusan yang Anda ambil dalam kehidupan Anda? Kalau ya, bagaimana tindakan Anda, dan kalau tidak, apa alasannya?